Anda di halaman 1dari 1

Presiden Dewan Sains COVID-19 di Prancis, Dr.

Jean-Francois Delfraissy, mengklaim pada


8 April bahwa sebagian besar pasien COVID-19 yang kondisinya kritis bukan perokok.
Pernyataan itu dilontarkannya dalam wawancara dengan stasiun radio France Info.

Dilansir dari Morocco World News, Delfraissy memperkirakan nikotin dalam tembakau
dapat membentuk perlindungan terhadap virus corona. Meski begitu, ia memperingatkan
bahaya dan akibat merokok pada pernapasan manusia tak bisa disangkal. Bahkan, jika rokok
melindungi dari kontaminasi COVID-19, perokok akan terpapar jenis virus yang parah,
mengarah ke polipatologi pernapasan, setelah terjangkit.

Dokter imunologi itu merujuk pada hasil penelitian di Rumah Sakit Zhongnan, Universitas
Wuhan, yang menyimpulkan bahwa hanya 1,4 persen dari 140 pasien COVID-19 adalah
perokok.

Pendapat Delfraissy ini senada dengan Dr. Sandrine Belouzard, seorang peneliti di Pusat
Nasional Penelitian Ilmiah Prancis. Dalam wawancara dengan saluran berita pada Februari
lalu, Belouzard juga memaparkan bukti yang mendukung perokok.

Menurut penjelasannya, dalam sebuah penelitian China pada 1.000 pasien COVID-19,
terungkap lebih dari 85 persen dari mereka tak pernah merokok, sedangkan hanya 12-13
persen pernah merokok sebelumnya atau masih aktif merokok. Namun, 17 persen dari pasien
COVID-19 yang kondisinya kritis merupakan perokok.

“Entah ini signifikan atau tidak secara statistik, tetapi itu berarti orang yang merokok (ketika
positif terinfeksi corona) cenderung menyebabkan COVID-19 berkembang makin parah,”
terang Belouzard.

Ia menambahkan perokok cenderung mengalami bronkitis kronis dan penyakit pernapasan


lainnya.

Anda mungkin juga menyukai