Anda di halaman 1dari 54

Asuhan Keperawatan pada Ny.

J dengan Prioritas Masalah


Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi : Stroke
di Kelurahan Sari Rejo Medan Polonia

Karya Tulis Ilmiah (KTI)


Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi D-III Keperawatan

Oleh
Flosi Bunga Ida
Pola 142500102

PROGRAM STUDI D-III


KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
i

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. J dengan Prioritas Masalah
Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi : Stroke di Kelurahan Sari Rejo Medan
Polonia”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Diploma Keperawatan di Program Studi Keperawatan D-III
Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep. Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua prodi D-III Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
6. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu serta dengan sabar memberikan saran-sarannya.
8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
9. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, Ayah (Alm.S. Nainggolan) dan
mama (R. Sitompul), yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil
dengan penuh kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
10. Teman-teman saya, Fransiska Sianturi, Lolita Panjaitan, Winda Sihombing,
Ineke Manalu, Ines Tinambunan, Morina Tamba yang telah memberikan
dukungan dan semangat untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Medan khususnya Program Studi D-III Keperawatan Stambuk 2014 yang telah
mendukung selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Masyarakat kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia yang telah
berpartisipasi dalam pengelolaan kasus.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik isi maupun susunannya. Maka dengan kerendahan hati
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
Karya Tulis Ilmiah ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2017

Flosi Bunga Ida Pola


DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.................................................................................... i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi………………………………………………………………….... iv
BAB I Pendahuluan……………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………….. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………… 3
1.2.1 Tujuan Umum………………………………………………… 3
1.2.2 Tujuan Khusus………………………………………………… 3
1.3 Manfaat…………………………………………………………………. 4
BAB II Pengelolan Kasus…………………………………………………. 5
2.1 Konsep Dasar Stroke……………………………………………………. 5
2.1.1 Definisi Stroke………………………………………………… 5
2.1.2 Etiologi Stroke………………………………………………… 5
2.1.3 Patofisiologi Stroke……………………………………………. 5
2.1.4 Manifestasi Klinis Stroke……………………………………… 7
2.1.5 Klasifikasi Stroke……………………………………………… 7
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang……………………………………….. 9
2.1.7 Penatalaksanaan Medis………………………………………… 9
2.1.8 Komplikasi Stroke…………………………………………….. 11
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Mobilitas……………………………………………………………….. 11
2.2.1 Pengkajian……………………………………………………… 11
2.2.2 Analisa Data…………………………………………………… 14
2.2.3 Rumusan Masalah……………………………………………… 14
2.2.4 Perencanaan…………………………………………………… 16
2.3 Asuhan Keperawatan Kasus……………………………………………. 18
2.3.1 Pengkajian……………………………………………………… 18
2.3.2 Analisa Data………………………………………………….... 25
2.3.3 Rumusan Masalah……………………………………………… 27
2.3.4 Perencanaan Asuhan Keperawatan……………………………. 27
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi……………………………………. 30
BAB III Kesimpulan dan Saran………………………………………….. 33
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 33
3.2 Saran……………………………………………………………………. 34
Daftar Pustaka……………………………………………………………… 35
Lampiran
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Manusia mempunyai kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara
memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun
kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting, bermanfaat atau diperhatikan
untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu sendiri. Berdasarkan teori Abraham
Maslow tentang kebutuhan dasar manusia dan membagi menjadi lima kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman,
kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologis diuraikan menjadi delapan kebutuhan dan
kebutuhan mobilisasi berada pada urutan yang keenam (Potter & Perry, 2005).
Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas
guna mempertahankan kesehatannya. Tujuan mobilisasi atau mobilitas yaitu:
memenuhi kebutuhan dasar manusia, mencegah terjadinya trauma, mempertahankan
tingkat kesehatan, mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari-hari, mencegah
hilangnya kemampuan fungsi tubuh (Hidayat, 2006).
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan penyakit
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat dan tepat. Stroke
merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang disebabkan karena
terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan
saja. Stroke merupakan penyakit paling sering menyebabkan gangguan aktivitas
mobilisasi bahkan kelumpuhan, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan
bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin
Arif, 2008).
Berdasarkan keadaan patologis, stroke ada dua jenis yaitu stroke haemoragik
dan stroke iskemia. Stroke haemoragik adalah stroke yang terjadi karena perdarahan
subarachnoid, mungkin disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah tertentu dan
biasanya terjadi saat pasien melakukan aktivitas atau saat aktif sedangkan stroke
iskemia terjadi akibat suplai darah ke jaringan otak berkurang, hal ini disebabkan
karena obstruksi total atau sebagian pembuluh darah otak dan biasanya terjadi saat
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari (Muttaqin Arif, 2008).

Universitas Sumatera Utara


1

Universitas Sumatera Utara


2

Data WHO (2010 dalam Depkes RI, 2013) menunjukkan bahwa 63%
penyebab kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular
yaitu stroke atau setara dengan kematian 36 juta jiwa per tahun. Stroke juga
merupakan penyebab kematian tertinggidari seluruh PTM setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker, serta menyebabkan terjadinya kecacatan
permanen. World Stroke Organization (2011) menyatakan bahwa terdapat 15
juta orang terkena stroke setiap tahunnya dan setiap 6 detik meninggal karena
stroke.
Angka kematian akibat stroke di Indonesia juga terus meningkat.
Kejadian terbanyak penyebab kematian utama hampir diseluruh RS di
Indonesia juga karena penyakit stroke, terdapat sekitar 550.000 pasien baru
stroke setiap tahunnya, dan kematian stroke meningkat sekitar 15,4% yaitu
dari 41,7% ditahun 1995 menjadi 49,9% ditahun 2001 dan terus meningkat
menjadi 59,5% atau setara dengan 8,3 per 1.000 penduduk ditahun 2007
(Riskesdas, 2007).
Data WHO (2011 dalam Riskesdas, 2013) menyatakan bahwa
Indonesia telah menempati peringkat ke-97 dunia untuk jumlah pasien stroke
terbanyak dengan jumlah angka kematian mencapai 138.268 orang atau 9,70%
dari total kematian yang terjadi pada tahun 2001, dan pada tahun 2013 telah
terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia menjadi 12,1 per 1.000
penduduk.
Medan merupakan salah satu Kota di Indonesia yang juga mengalami
peningkatan prevalensi penyakit stroke. Pernyataan diatas didukung dengan
data survey yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
dalam profil kesehatan Indonesia (2013) menunjukkan di Kota Medan
terdapat peningkatan prevaalensi penyakit stroke dari 7 per 1000 penduduk
pada tahun 2007 menjadi 10 per 1000 penduduk ditahun 2013.
Penyakit stroke tidak hanya diderita oleh lansia namun stroke juga
diderita oleh dewasa awal dan dewasa madya yang sedang dalam kategori usia
produktif. Pasien stroke di Indonesia yang berada pada rentang usia 20-45
tahun mengalami peningkatan 7,3% dari tahun 2005, dan kematian akibat

Universitas Sumatera Utara


stroke pada rentang usia 45-54 tahun sebesar 15,9% di perkotaan sedngkan di
pedesaan sebesar 11,5% (Depkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian Lumbantobing pada tahun 2004, bahwa
kira-kira 50% dari penderita stroke masih dapat hidup lebih dari 7 tahun
setelah serangannya, dan kira-kira 50% dari mereka yang hidup ini tidak dapat
lagi bekerja seperti biasa dan banyak diantaranya yang menjadi beban
keluarga. Jadi banyak penderita pasca stroke yang menyandang cacat yang
cukup berat sedang umurnya masih cukup panjang. Kepada penderita harus
diberikan perawatan yang baik. Bertambah buruk keadaan penderita
bertambah menonjol kebutuhan asuhan keperawatannya (Lumbantobing,
2004).
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny. J di Kelurahan Sari Rejo
Kecamatan Medan Polonia didapatkan data bahwa Ny. J mengalami stroke
hemoragik yang ditandai dengan Ny. J mengatakan ekstremitas kiri atas dan
bawah terasa lemah dan sulit digerakkan secara sempurna dengan penurunan
kekuatan otot pada ekstremitas kiri atas=2, ekstremitas kiri bawah=3, tingkat
mobilitas=2. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas dan menyusun
intervensi penatalaksanaan gangguan mobilisasi yang dialami oleh klien.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada Ny.J, dengan prioritas masalah kebutuhan
dasar mobilisasi di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus disusunnya Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai
berikut :

a. Mampu melakukan tahap pengkajian asuhan keperawatan pada Ny.J


dengan prioritas masalah gangguan mobilisasi.
b. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.J dengan
prioritas masalah gangguan mobilisasi.
c. Mampu menetapkan rencana intervensi asuhan keperawatan pada
Ny.J dengan prioritas masalah gangguan mobilisasi.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny.J dengan
prioritas masalah gangguan mobilisasi.
e. Mampu melakukan evaluasi pada Ny.J dengan prioritas masalah
gangguan mobilisasi.

1.3 Manfaat
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi :
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar mobilitas.
b. Pelayanan Keperawatan
Memberi informasi dan membantu meningkatkan dalam upaya
pencegahan mobilitas.
c. Klien
Hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara
memenuhi
kebutuhan klien khususnya kebutuhan mobilitas.
BAB II
PENGOLAHAN KASUS

2.1 Konsep Dasar Stroke


2.1.1 Definisi
Stroke adalah suatu sindroma yang mempunyai karakteristik suatu
serangan yang mendadak, nonkonvulsif yang disebabkan karena gangguan
peredaran darah otak non traumatic (Tarwoto, 2007).
Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal
dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan
kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa penyebab lain
kecuali gangguan pembuluh darah otak.
Tipe dan beratnya defisit neurologis mempunyai gejala-gejala yang bervariasi
tergantung dari bagian-bagian otak yang terkena.

2.1.2 Etiologi Stroke


Beberapa faktor resiko stroke antara lain: hipertensi yang
merupakan faktor resiko utama, penyakit kardiovaskuler-embolisme dari jantung,
kolesterol tinggi, obesitas, peningkatan hematokrit meningkatkan resiko infark
serebral, diabetes terkait dengan aterogenesis teraakselerasi, kontrasepsi oral
(khususnya dengan hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), merokok,
penyalahgunaan obat (khususnya kokain), konsumsi alkohol dan semakin
bertambahnya usia karena hal ini berkaitan dengan elastisitas pembuluh darah
(Muttaqin Arif, 2008).
Beberapa penyebab stroke yaitu: thrombosis, emboli, hypoperfusi global,
perdarahan subarachnoid, perdarahan intracerebral (Tarwoto, 2007).

2.1.3 Patofisiologi Stroke


Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus,

Universitas Sumatera Utara


6

emboli, perdarahan, dan spasme vascular) atau karena gangguan umum


(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai faktor
penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau
darah dapat beku pada area stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan
atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan dan kongesti
area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-
kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai
menunjukkan perbaikan. Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan massif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan selebral, jika aneurisma pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih
sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi
otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang
otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nucleus kaudatus, thalamus, dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapar reversibel untuk
waktu 4-6 menit.Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.

Universitas Sumatera Utara


Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relative
banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan
tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah
yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi,
menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi
(Muttaqin Arif, 2008).

2.1.4 Manifestasi Klinis Stroke menurut (Tarwoto, 2007) :


Manisfestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana
yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada
stroke akut gejala klinis meliputi :
a) Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang timbul
secara mendadak.
b) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.
c) Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma).
d) Afasia (kesulitan dalam bicara).
e) Disatria (bicara cadel atau pelo).
f) Ataksia.
g) Verigo, mual, muntah, dan nyeri kepala.

2.1.5 Klasifikasi Stroke


A. Stroke Hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subaraknoid.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak tertentu. Biasanya
kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun.
Perdarahan otak dibagi dua, yaitu:
a) Perdarahan Intraserebral. Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan
TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi
otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai
di daerah putamen, thalamus, pons, dan sereblum.
b) Perdarahan Subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma
berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi
Willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subaraknoid menyebabkan TIK meningkat
mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, dan vasopasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dan lain-lain).
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang subaraknoid
mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala yang hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subaraknoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini dapat mengakibatkan
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal
(hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain).
B. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik (Tarwoto,
2007).

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Dengan majunya teknologi kedokteran, maka pemeriksaan penunjang
bertambah besar peranannya dalam menangani stroke. Dengan pemeriksaan CT-
scan otak, kita dapat memastikan apakah strokenya berdarah atau iskemik. Hal ini
sangat penting karena penanganannya berbeda.
Kita mengetahui bahwa stroke adalah gangguan pasokan darah di
otak dan faktor yang banyak peranannya pada peredaran darah otak ialah :
jantung, pembuluh darah dan darah. Pada pemeriksaan penunjang hal ini diteliti.
Dilakukan pemeriksaan jantung (misalnya dengan alat elektrokardiogram, dan bila
perlu, dengan alat ekokardiogram). Kadang-kadang dibutuhkan pula pemeriksaan
pembuluh darah, misalnya pemeriksaan arteriografi pembuluh darah otak, atau
pemeriksaan Doppler.
Keadaan darah harus diteliti, adakah kekentalan darah,jumlah sel
darah berlebihan, penggumpalan trombosit yang abnormal, mekanisme
pembekuan darah yang terganggu.
Juga harus ditelaah faktor resiko lain, seperti kadar kolesterol yang
tinggi di darah dan kadar asam urat yang tinggi.
Dengan meningkatnya teknologi kedokteran dan meningkatnya
fasilitas pemeriksaan laboratorium, bertambah pula penyakit atau kelainan yang
kita ketahui, yang berpengaruh pada terjadinya stroke.

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


A.Penatalaksanaan Umum
a.Pada fase akut
1) Pertahankan jalan nafas, pemberian oksigen, penggunan ventilator.
2) Monitor peningkatan tekanan intracranial.
3) Monitor fungsi pernafasan : Analisa Gas Darah.
4) Monitor jantung dan tanda-tanda vital , pemeriksaan EKG.
5) Evaluasi status cairan dan elektrolit.
6) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian antikonvulsan, dan cegah
resiko injuri.
7) Lakukan pemasangan NGT untuk mengurangi kompresi lambung dan
pemberian makanan.
8) Cegah emboli paru dan tromboplebitis dengan antikoagulan.
9) Monitor tanda-tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,
fungsi sensorik dan motorik, nervus cranial dan refleks.
b.Fase Rehabilitasi
1) Pertahankan nutrisi yang adekuat.
2) Program managemen bladder dan bowel.
3) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendiri (ROM).
4) Pertahankan integritas kulit.
5) Pertahankan komunikasi yang efektif.
6) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
7) Persiapan pasien pulang.

B. Pembedahan
Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau volume
lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo-
peritoneal bila ada hidrosefalus obstruktif akut.

C. Terapi obat-obatan
Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke.
a. Stroke iskemia
1) Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen).
2) Pemberian obat-obatan jantung seperti digoksin pada aritmia jantung
atau alfa beta, kaptropil, antagonis kalsium pada pasien dengan hipertensi.

b. Stroke haemoragik
1) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium.
2) Diuretik : Manitol 20%, furosemide.
3) Antikonvulsan : Fenitoin.

2.1.8 Komplikasi menurut (Tarwoto, 2007) :


a. Hipertensi/hipotensi
b. Kejang
c. Peningkatan Tekanan Intrakranial (TIK)
d. Kontraktur
e. Tonus otot abnormal
f. Trombosis vena
g. Malnutrisi
h. Aspirasi
i. Inkontinesia urin, bowel.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar


Mobilitas
2.2.1 Pengkajian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi
menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan
tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak,2008).
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Hidayat, 2006).
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilisasi adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2006):
1. Identitas
Pengkajian identitas klien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, agama,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan
terjadi keluhan/gangguan dalam mobilisasi, seperti adanya nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat mobilitas, daerah terganggunya mobilitas, dan lama terjadinya
gangguan mobilitas.
3. Riwayat Keperawatan Penyakit yang Pernah Diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit neurologis (kecelakaan,
serebrovaskuler, trauma kepala, peningkatan tekanan intracranial, miastenia
gravis, guillain barre, cedera medulla spinalis, dll), riwayat kardiovaskuler (infark
miokard, gagal jantung kongestif), riwayat penyakit sistem muskulosketal
(osteoporosis, fraktur, arthritis), riwayat penyakit sistem pernapasan (penyakit
paru obstruktif menahun, pneumonia, dll), riwayat pemakaian obat, seperti
sedativa, hipnotik, depresan sistem saraf pusat, laksansia, dan lain-lain.
4. Kemampuan Fungsi Motorik
Pengkajian fungsi motorik antara lain pada tangan kanan dan kiri, kaki kanan dan
kaki kiri untuk menilai ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
5. Kemampuan Mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilisasi dilakukan dengan tujuan untuk menilai
kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah
tanpa bantuan.

Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara penuh.
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat.
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain.
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain,dan
peralatan.
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan.

6. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (range of motion-ROM) dilakukan pada daerah seperti
bahu, siku, lengan, panggul, dan kaki.
7. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan perubahan pada sistem
pernapasan, antara lain: suara napas, analisis gas darah, gerakan dinding thorak,
adanya mukus, batuk yang produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi.
Pengkajian intoleransi aktivitas terhadap perubahan sistem kardiovaskular, seperti
nadi dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus, serta
perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau perubahan posisi.
8. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau
tidak. Derajat kekuatan otot dapat ditentukan dengan:
Skala Persentase Karakteristik
Kekuatan
Normal
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di
palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan
topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi
dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan tahanan penuh

9. Perubahan Psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan
mobilitas dan immobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi,
perubahan dalam mekanisme koping, dan lain-lain.

2.2.2 Analisa Data


Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status
kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya
sendiri, dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus
adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan
dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan terhadap klien (Potter & Perry, 2005).
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta kebutuhan-
kebutuhan keperawatan dan kesehatan pasien. Pengumpulan informasi merupakan
tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang terkumpul, didapatkan
data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi pasien. Selanjutnya data
tersebut digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk ke rumah sakit (initial assesment), selama pasien
dirawat secara terus menerus (ongoing assessment), serta pengkajian ulang untuk
menambah/ melengkapi data (re-assessment) (Potter & Perry, 2005).

2.2.3 Rumusan Masalah


Diagnosa keperawatan pada gangguan mobilisasi fisik harus aktual dan
potensial berdasarkan pengumpulan data yang selama pengkajian dimana perawat
menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi atau mencegah bahaya
berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau gangguan mobilisasi (Potter &
Perry, 2006).
Contoh diagnosa NANDA untuk ketidaktepatan mekanika tubuh dan hambatan
mobilisasi:
1. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
a) Kesejajaran tubuh yang buruk
b) Penurunan mobilisasi
2. Risiko cedera yang berhubungan dengan :
a) Ketidakmampuan mekanika tubuh
b) Ketidaktepatan posisi
c) Ketidaktepatan teknik pemindahan
3. Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
a) Penurunan rentang gerak
b) Tirah baring
c) Penurunan kekuatan
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan :
a) Stasis sekresi paru
b) Ketidaktepatan posisi tubuh
5. Ketidaktepatan pola nafas yang berhubungan dengan :
a) Penurunan pengembangan paru
b) Penumpukan sekresi paru
c) Ketidaktepatan posisi tubuh
6. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan :
a) Pola nafas tidak efektif
b) Penurunan pengembangan paru
c) Penumpukan sekresi paru
7. Gangguan integritas kulit atau risiko gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan :
a) Keterbatasan mobilisasi
b) Tekanan permukaan kulit
c) Gaya gesek
8. Gangguan eliminasi urin yang berhubungan dengan :
a) Risiko infeksi
b) Keterbatasan mobilisasi
c) Retensi urin
9. Inkotensia total yang berhubungan dengan :
a) Perubahan pola eliminasi
b) Keterbatasan eliminasi
10. Risiko kekurangan volumecairan yang berhubungan dengan :
a) Penurunan asupan cairan
11. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
a) Penurunan tingkat aktivitas
b) Isolasi sosial
12. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
a) Keterbatasan mobilisasi
b) Ketidaknyamanan
2.2.4 Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan hambatan mobilisasi fisik berhubungan
dengan penurunan rentang gerak maka intervensi dari diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada gangguan mobilisasi dan ketidaktepatan mekanika tubuh
diatas (NANDA dalam Potter dan Perry, 2006) adalah :
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien dengan 1. Menunjukkan perubahan tingkatan
(tingkatan 0-4) secara berkala. mobilitas pasien setiap hari.
2. Kaji kekuatan otot/kemampuan 2. Menentukan perkembangan
fungsional mobilitas sendi dengan peningkatan kekuatan otot/mobilitas
menggunakan (skala kekuatan otot 0-5) sendi pasien sebelum dan sesudah
secara teratur. dilakukan latihan rentang gerak
3. Monitor tanda-tanda vital. (ROM).
4. Ubah posisi minimal setiap 2 jam 3. Kelumpuhan otot mempengaruhi
(telentang, miring), dan sebagainya jika sirkulasi pada ekstremitas.
bisa lebih sering jika diletakkan dalam 4. Menurunkan resiko terjadinya
posisi bagian yang terganggu. trauma/iskemia jaringan.
5. Instruksi/bantu pasien melakukan 5. Meminimalkan atrofi otot,
latihan ROM pasif/aktif secara meningkatkan sirkulasi, membantu
konsisten. mencegah kontraktur dan
6. Instruksikan pasien pada aktivitas meningkatkan pemulihan fungsi
sesuai dengan kemampuannya. kekuatan otot dan sendi.
7. Melibatkan pasien dalam perawatan 6. Meningkatkan kemampuan aktivitas
untuk mengurangi depresi dan mandiri pasien, harga diri, dan peran
kebosanan yang berkaitan dengan terapi diri pasien sehari-hari.
mobilisasi ROM. 7. Peran pasien mendukung motivasi
8. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik diri untuk menikmati pengobatan dan
(fisioterapi)/okupasi dan atau perawatan yang diberikan.
rehabilitasi spesialis. 8. Mendukung peningkatan kekuatan
9. Ajarkan keluarga dalam melakukan otot dan fungsi ekstremitas fungsional
Latihan rentang gerak mobilisasi dan mencegah kontraktur.
(ROM) sesuai dengan jadwal 9. Peran keluarga sangat membantu
pengobatan dan perawatan pada pasien. peningkatan kesehatan pasien dalam
mobilisasi fisik di rumah sakit dan atau
di rumah.
PROGRAM DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN


2.3 Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. J
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 70 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Antariksa Gg.Ok Kel. Sari Rejo Kecamatan
Medan Polonia
Golongan Darah :O
II. KELUHAN UTAMA
Ny. J mengatakan ekstremitas sebelah kiri atas dan bawah terasa lemah dan sulit
digerakkan secara sempurna sejak 4 tahun yang lalu dengan kekuatan otot pada
ekstremitas kiri atas=2, ekstremitas kiri bawah=3, tingkat mobilitas=2 dengan
jenis stroke ringan saat ini.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/Palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan pernah mengalami hipertensi 200/110 mmHg pada Desember
2013 yang menyebabkan stroke.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Pasien mengatakan hal-hal yang memperbaiki keadaannya dengan meminum obat
dari dokter dan beristirahat.
B. Quantity/Quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan ekstremitas sebelah kiri atas dan bawahnya terasa lemah
dan sulit digerakkan.
2. Bagaimana dilihat
Pasien tampak bisa berjalan dengan menyeret kaki kirinya dan mampu
mengangkat tangan kirinya dengan bantuan tangankanannya.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Ekstremitas kiri atas dan kiri bawah pasien.
2. Apakah menyebar
Kelemahan pada bagian ekstremitas sebelah kiri tidak menyebar.
D. Severity
Saat ini pasien mengalami kelemahan pada bagian kiri ekstermitas atas dan
bawah yang mengakibatkan kesulitan untuk melakukan mobilisasi fisik sehingga
terganggu melakukan aktivitasnya.
E. Time
Pasien mengatakan serangan stroke terjadi pada bulan Desember 2013 pada
saat membersihkan rumahnya.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


A. Penyakit yang pernah dialami
Ny. J mengatakan mempunyai riwayat hipertensi dan mengalami stroke pada
Desember 2013 dengan tekanan darah 200/110 mmHg.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. J mengatakan sudah melakukan pengobatan dengan meminum obat anti
hipertensi, beristirahat yang cukup dan melakukan pengobatan di Rumah
Sakit Mitra Sejati saat stroke.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ny. J pernah dirawat di Rumah Sakit Mitra Sejati karena stroke dan tidak
pernah dioperasi.
D. Lama rawat
Pasien mengatakan dirawat selama 3 hari di Rumah Sakit Mitra Sejati.
E. Alergi
Ny. J mengatakan tidak ada riwayat alergi.
F. Imunisasi
Pasien mengatakan tidak ingat lagi dengan imunisasinya.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


A. Orang tua
Ny. J mengatakan orang tua tidak pernah mengalami penyakit hipertensi.
B. Saudara kandung
Ny. J mengatakan saudara kandung tidak pernah mengalami hipertensi.
C. Penyakit keturunan yang ada
Ny. J mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Ny. J mengatakan anggota keluarga yang meninggal adalah suaminya.
E. Penyebab meninggal
Pasien mengatakan penyebab suaminya meninggal karena kecelakaan.
F. Genogram

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL


A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Ny. J optimis untuk sembuh dari penyakitnya.
B. Konsep diri:
a. Gambaran diri : Ny. J menerima keadaan yang sekarang, dan tetap
semangat untuk dirinya sembuh.
b. Ideal diri : Ny. J ingin cepat sembuh seperti semula.
c. Harga diri : Ny. J mengatakan senang jika diberi
dukungan didalam keluarga.
d.Peran diri : Ny. J berperan sebagai seorang orang tua, nenek.
e. Identitas : Ny. J berjenis kelamin perempuan.
C. Keadaan emosi
Keadaan emosi pasien masih dapat terkontrol.
D. Hubungan sosial:
a. Orang yang berarti :
Ny. J mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah keluarganya.
b. Hubungan dengan keluarga :
Ny. J menjalin hubungan baik dengan keluarga.
c. Hubungan dengan orang lain :
Ny. J dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
E. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan
Ny. J beragama Islam dan rajin berdoa agar penyakitnya bisa cepat sembuh.
b) Kegiatan ibadah
Ny. J mengatakan rutinmengerjakan ibadah sholat waktu di tempat tidur
walaupun aktivitasnya terbatas.

VII. STATUS MENTAL


a. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
b. Penampilan : Kurang rapi
c. Pembicaraan : Sesuai dengan keadaan pasien
d. Afek : Sesuai
e. Interaksi selama wawancara : Kooperatif dan kontak mata ada
f. Persepsi : Tidak ada
g. Proses fikir : Sesuai pembicaraan
h. Memori : Gangguan daya ingat jangka
panjang karena faktor usia.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan umum
Keadaan Ny. J pada saat dilakukan pengkajian terlihat sadar penuh (compos
mentis) dan kooperatif. Ny. J tampak kesulitan untuk mengerakkan ekstremitas
atas dan bawah kiri tubuhnya dan aktivitasnya secara umum bergantung dengan
keluarganya.
B. Tanda –tanda vital
a. Suhu tubuh : 36,5
b. Tekanan darah : 150/80 mmHg
c. Nadi : 78x/menit
d. Pernafasan : 22x/menit
e. TB : 155 cm
f. BB : 52 kg
C. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala dan rambut
a. Bentuk : simetris
b. Ubun-ubun : normal
c. Kulit kepala : kurang bersih
Rambut
a. Penebaran dan keadaan rambut : rambut tersebar merata dan beruban
b. Bau : rambut bau keringat
c. Warna kulit : sawo matang
Wajah
a. Warna kulit : sawo matang
b. Struktur wajah : normal
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
b. Palpebra : normal
c. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak pucat dan sclera
berwarna
Hidung
a. Tulang hidung : simetris dan tidak ada kelainan
b. Lubang hidung : ukuran normal
c. Cuping hidung : tidak ada kelainan
Telinga
a. Bentuk telinga : normal, simetris
b. Ukuran telinga : normal
c. Lubang telinga : bersih
d. Ketajaman pendengaran : normal
Mulut
a. Keadaan bibir : mukosa bibir kering
b. Keadaan gusi dan gigi : gigi tampak bersih
c. Keadaan lidah : normal
Leher
a. Posisi trachea/thyroid : normal dan tidak ada tampak
kelainan kelenjar thyroid
b. Suara : normal
c. Vena jugularis : tidak ada pembengkakan vena jugularis
Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : Ny. J tidak mampu melakukan
kebersihan secara mandiri
b. Kehangatan : 36,5
c. Warna : sawo matang
d. Turgor : kembali < 2 detik
e. Kelembaban : keadaan kulit lembab
f. Kelainan pada kulit : tidak ada kelainan
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks : normal, simetris
b. Pernafasan : 22x/menit
c. Tanda kesulitan bernafas : normal
Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara : gerak dada normal
b. Perkusi : didapati suara resonan
c. Auskultasi : suara nafas vesikuler
Sistem muskulosketal
a. Kekuatan otot : Ny. J mengalami penurunan kekuatan
otot pada ekstremitas kiri atas=2,
ekstremitas kiri bawah=3, tingkat
keterbatasan mobilisasi Ny. J= 2
b. Pemeriksaan edema : tidak terdapat edema
c. Kelainan ekstremitas : ekstremitas bagian kiri atas dan bawahnya
terasa lemah dan sulit digerakkan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


I. Pola makan dan minum
a. Frekuensi makan/hari : 3 kali/hari
b. Nafsu/selera makan : Ny. J mengatakan nafsu makan baik
c. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri
d. Alergi : tidak alergi makanan
e. Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
f. Masalah makan dan minum : tidak ada masalah
II. Perawatan diri/personal hygiene
a. Kebersihan tubuh :Ny. J tidak mampu melakukan kebersihan
secara mandiri
b. Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak bersih
c. Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku tampak panjang dan kotor
III. Pola kegiatan /aktivitas
a. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total.
Ny. J tidak mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri, sehingga
aktivitas mandi dibantu orang lain yaitu anaknya dengan tingkat ketergantungan
(+2) yaitu memerlukan bantuan dan pengawasan keluarga saat melakukan
perawatan diri mandi/hygiene. Tingkat (+2) maksudnya adalah anak Ny. J yang
menyiapkan seluruh perawatan mandi serta mengatur posisi pasien di kamar
mandi dan pasien dapat mandi dan melakukan hygiene mulut sendiri.
IV. Pola eliminasi
Ny. J biasanya BAB satu hari sekali dan riwayat perdarahan saat BAB tidak ada.
Pola BAK 4-5 kali sehari, dan tidak ada kesulitan BAK. Riwayat penyakit ginjal
pada Ny. J tidak ada.

2.3.2 Analisa Data


No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1. Ds: Patofisiologi Hambatan mobilitas
Ny. J mengatakan bagian penyakit stroke fisik
tubuh sebelah kiri ekstremitas 
atas dan bawah terasa lemah Gangguan
dan sulit digerakkan secara neuromuskuler
sempurna. 
Fungsi syaraf
Do: motorik/sensorik
Ny. J tampak bisa berjalan terganggu
dengan cara menyeret kaki 
kirinya dan mampu Kelemahan
mengangkat tangan kirinya ekstremitas
dengan bantuan kanannya. superior
Penurunan kekuatan otot pada sinistra dan
ekstremitas kiri atas=2, ekstremitas
ekstremitas kiri bawah=3 inferior sinistra
Tingkat mobilisasi=2 
Keterbatasan
rentang
gerak

Mobilisasi
terganggu
2. Ds: Kelemahan pada Defisit perawatan diri
Ny. J mengatakan tidak ekstremitas atas Mandi
mampu melakukan kebersihan dan bawah bagian
diri secara mandiri. kiri

Do: Keterbatasan
-Ny. J tidak mampu rentang gerak
melakukan kebersihan secara 
mandiri, sehingga aktivitas Mobilisasi
mandi dibantu oleh keluarga, terganggu
semi ketergantungan (+2) 
-Tampak kulit kepala yang Ketidakmampuan
kurang bersih, rambut yang merawat diri
bau keringat, kuku tampak secara mandiri
panjang dan kotor. 
Kulit kepala
kurang bersih,
rambut bau
keringat, kuku
tampak panjang
dan kotor

Defisit perawatan
diri mandi
2.3.3 Rumusan Masalah
MASALAH KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik.
2. Defisit perawatan diri Mandi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)


1. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neurovaskuler d/d Ny.J mengatakan
bagian tubuh sebelah kiri ekstremitas atas dan bawah terasa lemah dan sulit
digerakkan. Penurunan kekuatan otot pada ekstremitas kiri atas=2, ekstremitas kiri
bawah=3, tingkat mobilitas=2 (memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain).
2. Defisit perawatan diri mandi b/d kelemahan d/d Ny. J mengeluh tidak mampu
melakukan kebersihan diri secara mandiri, sehingga aktivitas mandi Ny. J dibantu
oleh orang lain, semi ketergantungan (+2), tampak kulit kepala kurang bersih,
rambut yang bau keringat, dan kuku tampak panjang dan kotor.

2.3.4 Perencanaan Asuhan Keperawatan


Hari/ No. Perencanaan Tindakan
Tanggal Dx

1. Tujuan jangka pendek:


Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan
mengajarkan latihan rentang gerak (ROM aktif)
diharapkan klien tingkat mobilitas dan kekuatan otot
meningkat.
Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
klien mampu melakukan mobilitas fisik dengan
kemampuannya secara mandiri (ROM aktif) setiap
hari.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan peningkatan mobilitas fisik dan
kekuatan otot.
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi pasien 1. Menunjukkan perubahan tingkatan

secaraberkala dengan skala (0-4). fungsional mobilitas sendi dengan


2. Kaji kekuatan otot/kemampuan menggunakan (skala kekuatan otot 0-5)
secara teratur. mobilitas pasien setiap hari.
3. Kaji tanda-tanda vital. 2. Menentukan perkembangan
4. Ajarkan pasien dalam latihan ROM peningkatan kekuatan otot/mobilitas
aktif/pasif secara konsisten sendi pasien sebelum dan sesudah
5. Instruksikan pasien pada aktivitas dilakukan latihan rentang gerak (ROM).
sesuai dengan kemampuannya. 3. Kelumpuhan otot mempengaruhi
6. Melibatkan pasien dalam perawatan sirkulasi pada ekstremitas.
untuk mengurangi depresi dan 4. ROM aktif/pasif untuk
kebosanan yang berkaitan dengan terapi mempertahankan atau meningkatkan
mobilisasi ROM. kekuatan dan ketahanan otot.
7. Ajarkan keluarga dalam melakukan 5. Meningkatkan kemampuan aktivitas
latihan rentang gerak mobilisasi (ROM) mandiri pasien, harga diri, dan peran
sesuai dengan jadwal terapi diri pasien sehari-hari.
6. Peran pasien mendukung motivasi
diri untuk menikmati pengobatan dan
perawatan yang diberikan.
7. Peran keluarga sangat membantu
peningkatan kesehatan pasien dalam
mobilisasi fisik dirumah.

Hari/ No. Perencanaan Tindakan


Tanggal Dx
2. Tujuan jangka pendek:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
kebersihan diri/personal hygiene dapat meningkat.
Tujuan jangka panjang:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan
klien mampu melakukan kebersihan tubuh secara
mandiri.

Kriteria hasil:
1. Pasien terbebas dari bau badan
2.Menyatakan kenyamanan dalam melakukan ADL
3. Dapat melakukan ADL secara mandiri
Rencana Tindakan Rasional
1. Kaji kemampuan untuk 1. Mengumpulkan dan menganalisis
menggunakan alat bantu. data, merencanakan intervensi
2. Kaji membran mukosa oral dan dengan tepat.
kebersihan tubuh setiap hari. 2. Mengumpul menganalisis data,
3. Pantau adanya perubahan fungsi. merencanakan intervensi dengan tepat.
4. Pantau kebersihan kuku sesuai 3. Menentukan tingkat ketergantungan
kemampuan perawatan diri pasien. pasien.
5. Lakukan kebersihan mulut sesudah 4. Menentukan tingkat ketergantungan
makan dan sebelum tidur. pasien.
6. Bantu pasien dalam melakukan 5. Membersihkan kotoran dan
kebersihan badan, mulut, rambut, dan mencegah karang gigi.
kuku. 6. Mempertahankan rasa nyaman.
7. Libatkan keluarga dalam penentuan 7. Memandirikan pasien.
pemberian asuhan. 8. Membantu pasien untuk memenuhi
8. Bantuan perawatan diri (NIC): hygiene pribadi, dan meningkatkan
berikan bantuan sampai pasien rasanya nyaman.
benar-benar mampu melakukan 9. Mencegah gangguan mukosa,
perawatan diri, letakkan peralatan meningkatkan pengetahuan dan
mandi di dekat pasien. menjadikan pasien lebih kooperatif.
9. Berikan pendidikan kesehatan
kepada pasien dan keluarga mengenai
pentingnya kebersihan diri.
2.3.5 Implementasi dan Evaluasi
Hari/ No. Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Tanggal Dx
Selasa 1. 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S:
13/06/17 dengan (tingkatan 0-4) secara berkala. Ny. J mengatakan
2. Kaji kekuatan otot/kemampuan bagian tubuh sebelah
fungsional mobilitas sendi dengan kiri ekstremitas atas
menggunakan (skala kekuatan otot 0- dan bawah terasa
5) secara teratur. lemah dan sulit
3. Mengkaji tanda-tanda vital. digerakkan secara
4. Ajarkan pasien melakukan latihan sempurna.
ROM pasif/aktif secara konsisten O:
seperti: latihan menggerakkan -Ny. J tampak
ekstremitas atas dan bawah dengan mampu berjalan
cara mengangkat, menurunkan, dan dengan cara
mendekatkan siku ke dada. menyeret kakinya
5. Instruksikan pasien pada aktivitas dan mampu
sesuai dengan kemampuannya. mengangkat tangan
6. Ajarkan keluarga dalam melakukan kirinya dengan
latihan ROM sesuai terapi. bantuan tangan
kanannya.
-Tingkat
mobilisasi=2
(memerlukan
bantuan dan
pengawasan orang
lain).
-Kekuatan otot
ekstremitas Ny. Y
(ekstremitas kiri
atas=2, ekstremitas
kiri bawah=3)
- Tanda-tanda vital
TD: 150/80 mmHg
HR: 78x/menit
RR: 22x/menit
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.

2. 1.Mengkaji kemampuan S:
menggunakan alat bantu - Ny. J belum
2. Mengkaji membrane mukosa oral mampu melakukan
dan kebersihan tubuh setiap hari. kebersihan diri
3. Memantau kebersihan kuku sesuai secara mandiri.
kemampuan perawatan diri pasien. O:
4. Memantau adanya perubahan - Ny. J belum
fungsi. mampu melakukan
5. Menginstruksikan keluarga untuk kebersihan secara
bantu pasien dalam melakukan mandiri, sehingga
kebersihan badan, mulut, rambut, dan aktivitas mandi
kuku. dibantu oleh
6. Libatkan keluarga dalam penentuan anaknya. Tingkat
pemberian asuhan. ketergantungan
7. Bantuan perawatan diri (NIC): sedang (+2) yaitu
berikan bantuan sampai pasien anaknya
benar-benar mampu melakukan memberikan seluruh
perawatan diri, letakkan peralatan peralatan, mengatur
mandi di dekat pasien. posisi Ny. J di kamar
mandi, Ny. J mampu
mandi sendiri
kecuali bagian
ekstremitas kanan
dan punggung
-Kulit kepala tampak
kurang bersih,
rambut bau keringat,
kuku panjang dan
kotor.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi
dilanjutkan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. J dengan diagnosa
stroke hemoragik, dan kemudian dilakukan analisa data klien untuk
mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien serta menegakkan diagnose
keperawatan. Diagnosa yang diperoleh dari hasi lanalisa data adalah sebagai
berikut:
a. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan neurovaskuler d/d Ny. J
mengatakan bagian tubuh sebelah kiri ekstremitas atas dan bawah
terasa lemah dan sulit digerakkan. Penurunan kekuatan otot pada
ekstremitas kiri atas=2, ekstremitas kiri bawah=3, tingka tmobilitas=2
(memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain).
b. Defisit perawatan diri mandi b/d kelemahan d/d Ny. J mengeluh tidak
mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri, sehingga aktivitas
mandi Ny. J dibantu oleh orang lain, semi ketergantungan (+2), tampak
kulit kepala kurang bersih, rambut yang bau keringat, dan kuku tampak
panjang dan kotor.
Hambatan mobilitas fisik sebagai masalah yang diprioritaskan.
Kemudian dilakukan perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan
implementasi keperawatan selama tiga hari, kedua diagnosa yang diperoleh
tidak dapat diatasi secara tuntas. Masalah hambatan mobilitas fisik belum
teratasi, dan intervensi dilanjutkan melalui peran keluarga dengan melatih
ROM yang telah diajarkan dan masalah yang dapat teratasi sebagian adalah
meningkatkan personal hygiene pasien.

33

Universitas Sumatera Utara


34

3.2 Saran
Saran dari penulis setelah menyusun Karya Tulis Ilmiah ini adalah:
a. Bagi Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan sebaiknya lebih meningkatkan kualitas pendidikan
mahasiswa, khususnya sebelum melakukan praktik baik di rumahsakitmaupun di
komunitas demi meningkatkan kenyamanan bagi klien. Terutama masalah
keperawatan tentang mobilisasi yang sering dialami klien, baik di rumah sakit maupun
di komunitas, karena masalah mobilisasi merupakan kebutuhan dasar yang sangat
mutlak dan harus dipenuhi, sehingga mahasiswa perlu dibekali sebelum melakukan
praktik keperawatan.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan untuk lebih memperhatikan status perkembangan kesehatan klien
dan selalu mengevaluasi setiap tindakan yang telah berikan. Baik di rumah sakit
maupun di komunitas, membina hubungan yang baik kepada masyarakat, dan
memperhatikan mereka sebagai individu yang unik dan holistic. Karena ketika seorang
pelayan keperawatan lalai dan tidak kritis dalam hal memberikan asuhan keperawatan
dapat berdampak buruk bagi status kesehatan pasien.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. (2007). Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Hidayat, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Lumbantobing, SM. 2004. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.

Mubarak, W.I. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta : EGC.

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi : 4. Jakarta : EGC.

Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC.

Tarwoto. (2007). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan, Jakarta : CV.
Sagung Seto.

Wilkinson, J.M & Ahern, N.C. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Edisi : 9. Jakarta: EGC.
Lampiran

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari I
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi


DX Tanggal
1. Selasa, 09.00 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S:
13 Juni dengan (tingkatan 0-4) secara berkala Ny. J mengatakan
2017 2. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan bagian tubuh sebelah
fungsional mobilitas sendi dengan kiri ekstremitas atas
menggunakan (skala kekuatan otot dan bawah terasa
0-5) secara teratur. lemah dan sulit
3. Mengkaji tanda-tanda vital. digerakkan secara
4.Meginstruksikan pasien pada sempurna.
aktivitas sesuai kemampuannya. O:
-Ny. J tampak mampu
berjalan dengan cara
menyeret kakinya dan
mampu mengangkat
tangan kirinya dengan
bantuan tangan
kanannya.
-Tingkat mobilisasi=2
( memerlukan bantuan
dan pengawasan orang
lain)
-Kekuatan otot
ekstremitas Ny. Y
(ekstremitas kiriatas=
2, ekstremitas kiri
bawah= 3)

Universitas Sumatera Utara


- Tanda-tanda vital
TD: 150/80 mmHg
HR: 78x/menit
RR: 22x/menit
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.

2.
11.00 1. Mengkaji kemampuan S:
menggunakan alat bantu. - Ny. J tidak mampu
2. Mengkaji membrane mukosa oral melakukan kebersihan
dan kebersihan tubuh pasien setiap diri secara mandiri.
hari. O:
3. Memantau kebersihan kuku sesuai - Ny. J tidak mampu
kemampuan perawatan diri pasien. melakukan kebersihan
4. Memantau adanya perubahan fungsi. secara mandiri,
5. Menginstruksikan keluarga untuk sehingga aktivitas
bantu pasien dalam melakukan mandi dibantu oleh
kebersihan badan, mulut, rambut, dan anaknya. Tingkat
kuku. ketergantungan sedang
6. Libatkan keluarga dalam (+2) yaitu anaknya
pemberian asuhan. memberikan seluruh
7. Bantu perawatan diri (NIC): peralatan, mengatur
berikan bantuan sampai pasien posisi Ny. J di kamar
benar-benar mampu melakukan mandi, Ny. J mampu
perawatan diri, letakkan peralatan mandi sendiri kecuali
mandi di dekat pasien. bagian ekstremitas
kanan dan punggung.
Kulit kepala tampak
kurang bersih, rambut

Universitas Sumatera Utara


bau keringat, kuku
panjang dan kotor.
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari II
No. Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
DX Tanggal
1. Rabu, 09.00 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S:
14 Juni dengan (tingkatan 0-4) secara berkala. Ny. J mengatakan
2017 2. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan otot-otot tangan dan
fungsional mobilitas sendi dengan kakinya masih terasa
menggunakan (skala kekuatan 0-5) kaku saat melakukan
secara teratur. latihan yang telah
3. Mengkaji tanda-tanda vital. diajarkan.
4. Ajarkan pasien melakukan latihan O:
ROM pasif/aktif secara konsisten seperti -Tingkat mobilisasi=2
: latihan menggerakkan ekstremitas atas (memerlukan bantuan
dan bawah dengan cara mengangkat, dan pengawasan
menurunkan, dan mendekatkan siku ke orang lain).
dada. -Kekuatan otot
5. Instruksikan pasien pada aktivitas ekstremitas Ny. Y
sesuai dengan kemampuannya. (ekstremitas kiriatas=
6. Ajarkan keluarga dalam melakukan 2, ekstremitas kiri
latihan ROM sesuai terapi secara bawah= 3).
konsisten. - Tanda-tanda vital
TD: 140/80 mmHg
HR: 74x/menit
RR: 22x/menit
-Keluarga tampak

Universitas Sumatera Utara


mengerti dengan
latihan yang diajarkan
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.

2. 11.00 1. Mengkaji kemampuan S:


menggunakan alat bantu. -Ny. J mengatakan
2. Mengkaji membrane mukosa oral dan badannya sudah terasa
kebersihan tubuh pasien setiap hari. segar dan ringan.
3. Memantau kebersihan kuku sesuai O:
kemampuanperawatan diri pasien. Kuku Ny. J terlihat
4. Memantau adanya perubahan fungsi. bersih, kulit kepala
5. Menginstruksikan keluarga untuk bersih, bau pada
bantu pasien dalam melakukan rambut sudah tidak
kebersihan badan, mulut, rambut, ada,.namun Ny. J
dan kuku. belum mampu
6. Libatkan keluarga dalam melakukan kebersihan
pemberian asuhan. secara mandiri.
7.Bantu perawatan diri (NIC): A:
Berikan bantuan sampai pasien benar- Masalah teratasi
benar mampu melakukan perawatan sebagian
diri, letakkan peralatan mandi didekat P:
pasien. Intervensi dilanjutkan.

Universitas Sumatera Utara


Implementasi dan Evaluasi keperawatan
Hari III
No Hari/ Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
DX Tanggal
1. Kamis, 09.00 1. Mengkaji tingkat mobilisasi pasien S:
15 Juni dengan (tingkatan 0-4) secara berkala. -Ny. J mengatakan
2017 2. Mengkaji kekuatan otot/kemampuan otot tangannya
fungsional mobilitas sendi dengan sudahterasa lebih
menggunakan (skala kekuatan otot 0-5) rileks setelah
secara teratur. melakukan latihan
3. Mengkaji tanda-tanda vital. namun kakinya masih
4. Ajarkan pasien melakukan latihan kesulitan untuk
ROM pasif/aktif seperti : latihan melakukan latihan
menggerakkan ekstremitas atas dan yang diajarkan
bawah dengan cara mengangkat, O:
menurunkan dan mengangkat siku ke -Kaki Ny. J masih
dada. tampak kaku saat
5. Instruksikan pasien pada aktivitas melakukan latihan.
sesuai dengan kemampuannya. -Tingkat mobilisasi=2
6. Ajarkan keluarga dalam melakukan (memerlukan bantuan
latihan ROM sesuai terapi secara atau pengawasan
konsisten. orang lain).
-Kekuatan otot
ekstremitas Ny. Y
(ekstremitas kiri
atas=2, ekstremitas
kiri bawah=3).
-Tanda-tanda vital
TD=140/70 mmHg
RR=22x/menit
HR=74x/menit
-Keluarga tampak

Universitas Sumatera Utara


mengerti dengan
latihan yang diajarkan.
A:
Masalah belum
teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan
oleh keluarga untuk
melakukan latihan di
rumah.

2. 11.00 1. Mengkaji kemampuan S:


menggunakan alat bantu. -Pasien mengatakan
2. Mengkaji membrane mukosa oral dan masih belum mampu
kebersihan tubuh pasien setiap hari. melakukan kebersihan
3. Memantau kebersihan kuku sesuai diri secara mandiri dan
kemampuan perawatan diri pasien. masih dibantu oleh
4. Memantau adanya perubahan fungsi. keluarga.
5.Menginstruksikankeluarga untuk O:
bantu pasien dalam melakukan -Pasien tampak bersih
kebersihan badan, mulut, rambut dan dan rapi.
kuku. -Kuku pasien tampak
6. Libatkan keluarga dalam bersih, badan bersih,
pemberian asuhan. kulit bersih,rambut
7. Bantu perawatan diri (NIC): sudah tidak bau.
Berikan bantuan sampai pasien benar- A:
benar mampu melakukan perawatan Masalah teratasi
diri, letakkan peralatan mandi didekat sebagian.
pasien. P:
Intervensi dilanjutkan

Universitas Sumatera Utara


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Latihan fisik rentang gerak/Range Of Motion (ROM)


Sub pokok bahasan : Mengajarkan latihan fisik rentang gerak kepada keluarga Ny.
J untuk diaplikasikan kepada Ny. J yang mengalami hambatan
mobilisasi fisik.
Hari dan Tanggal : Selasa, 13 Juni 2017
Waktu : Jam 10.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. J
Jalan Antariksa Gg. Ok Kel.Sari Rejo Kec.Medan Polonia.
Sasaran : Ny. J dan keluarga.
Penyuluh : Flosi Bunga Ida Pola

A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan mengenai latihan ROM aktif diharapkan Ny. J dan keluarga
memahami mengenai latihan rentang gerak.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit Ny. J dan keluarga dapat :
a. menyebutkan pengertian latihan rentang gerak/ROM.
b. menyebutkan tujuan dan manfaat latihan rentang gerak/ROM.
c. Menyebutkan gerakan –gerakan pada latihan rentng gerak/ ROM aktif.
d. Mampu mendemonstrasikan dan menerapkan gerakan latihan rentang gerak ROM
aktif pada Ny. J.

Universitas Sumatera Utara


B. ALOKASI WAKTU :(30 menit)
No Komunikator Komunikan Waktu
Pre Interaksi
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan dan tema Mendengarkan 5 menit
penyuluhan
3. Isi
Menjelaskan meteri penyuluhan mengenai Mendengarkan 20 menit
latihan ROM aktif dan gerakan-gerakan
yang harus dilakukan dalam latihan fisik.
4. Memberikan kesempatan kepada Mengajukan pertanyaan
komunikan untuk bertanya tentang materi
yang disampaikan.
Penutup 5 menit
5. Memberikan pertanyaan akhir sebagai Menjawab
evaluasi.
6. Menyimpulkan bersama-sama hasil Mendengarkan
kegiatan penyuluhan.
7. Menutup penyuluhan dan mengucapkan Menjawab salam
salam.

C. STRATEGI PENGAJARAN
1. Demonstrasi
2. Diskusi
3. Tanya jawab

D. MEDIA PENGAJARAN
Leaflet latihan rentang gerak/ range of motion (ROM).

E. EVALUASI
1. Evaluasi proses pengamatan selama penyuluhan
2. Hasil Evaluasi formatif cara lisan/sering

Universitas Sumatera Utara


Materi Penyuluhan
LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION
(ROM) AKTIF

A. Pengertian Latihan Fisik Rentang Gerak/ Rnge Of Motion (ROM)


Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakkan
persendian secara norml dan lengkap untuk meningkatkn massa otot dan tonus otot (Potter &
Perry, 2006). ROM aktif yaitu gerakkan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energy sendiri.

B. Tujuan dan Manfaat Latihan Rentang Gerak/ ROM


Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan.
3. Mencegah kekakuan pada sendi.
4. Merangsang sirkulasi darah.
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur.

Manfaat dari ROM (Range Of Motion), yaitu:


1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulng dan otot dalam melakukan pergerakan.
2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot.
3. Mencegah terjadinya kekakun sendi.
4. Memperlaancar sirkulasi darah.
5. Memperbaiki tonus otot.
6. Meningkatkan mobilisasi sendi.
7. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.

C. Gerakan dalam Pelaksanaan Latihan Rentang Gerak/ Range Of Motion (ROM)


Ada berbagai macam gerakan ROM, salah satunya yaitu dengan cara latihan menggerakkan
ekstremitas atas dan bawah dengan cara mengangkat, menurunkan dan mengangkat siku ke
dada.

Universitas Sumatera Utara


mempertahankan atau memperbaiki tingkat Manfaat dari ROM (Range Of Motion),
kesempurnaan kemampuan menggerakkan yaitu:
Materi Penyuluhan persendian secara normal dan lengkap 1. Menentukan nilai kemampuan sendi
LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / untuk meningkatkan massa otot dan tonus tulng dan otot dalam melakukan
RANGE OF MOTION otot (Potter & Perry, 2006). ROM aktif pergerakan.
(ROM) AKTIF yaitu gerakkan yang dilakukan oleh 2. Mengkaji tulang, sendi, dan otot.
Nama : Flosi Bunga Ida Pola seseorang (pasien) dengan menggunakan 3. Mencegah terjadinya kekakun sendi.
Nim 142500102 energi sendiri. 4. Memperlaancar sirkulasi darah.
5. Memperbaiki tonus otot.
B. Tujuan dan Manfaat Latihan 6. Meningkatkan mobilisasi sendi.
Rentang Gerak/ ROM 7. Memperbaiki toleransi otot untuk
Adapun tujuan dari ROM (Range Of latihan.
Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan C. Gerakan dalam Pelaksanaan Latihan
fleksibilitas dan kekuatan otot. Rentang Gerak/ Range Of Motion
2. Mempertahankan fungsi jantung dan (ROM)
pernapasan. Ada berbagai macam gerakan ROM, salah
3. Mencegah kekakuan pada sendi. satunya yaitu dengan cara latihan
A. Pengertian Latihan Fisik Rentang 4. Merangsang sirkulasi darah. menggerakkan ekstremitas atas dan bawah
Gerak/ Range Of Motion (ROM) 5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dengan cara mengangkat, menurunkan dan
Latihan range of motion (ROM) mengangkat siku ke dada.
dan kontraktur.
adalah latihan yang dilakukan untuk

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai