Anda di halaman 1dari 28

KONSEP INTRANATAL KALA III DAN KALA IV

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu: Hj. Suyatini, SPd,M.Kes

Disusun Oleh Kelompok 7:

Ratu Shiba Arofah (P27905119026)


Rini Safira (P27905119028)
Rizky Oktaviani (P27905119029)

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS TINGKAT II
2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dalam waktu yang
telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran
kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup
ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai
hasil yang sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih
belum diungkapkan dalam membahas makalah ini.

Jakarta, 6 Agustus 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang ........................................................................................................
B. Rumusan Pembahasan ............................................................................................
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
A. ................................................................................................................................
B. ................................................................................................................................
C. ................................................................................................................................
D. ................................................................................................................................
E. ................................................................................................................................
F. .................................................................................................................................
G. Asuhan Keperawatan .............................................................................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................


A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang


terutama disebabkan oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan
komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian
ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya pencegahan yang efektif.
Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada : keluarga
berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal
trfokus untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda
bahaya, menyediakan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi. Asuhan
pasca keguguran untuk penatalaksaan gawat darurat keguguran dan
komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi
lainnya.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan
salah satu upaya efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi
adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada
jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi
dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat
keadaan dan tempat terjadinya.

2
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu,
khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi
hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta
untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Intranatal Kala III dan Kala IV ?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, sebagai
berikut:
1. Mengetahui Askep pada masa Intranatal Kala III
 Mengetahui Konsep Intranatal Kala III
 Mengetahui Manajemen Kala III Aktif
2. Mengetahui Askep pada masa Intranatal Kala IV
 Mengetahui Konsep Intranatal Kala IV
 Mengetahui Asuhan Keperawatan Kala IV Pengawasan pendarahan
dan Majement pada pendarahan Post Partum
BAB II
PEMBAHASAN

1. Askep Pada Intranatal Kala III


A. Konsep Intranatal Kala III
1. Definisi
Adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya sampai
lahirnya plasenta dan selaput plasenta. Kala tiga persalinan dimulai saat
proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses
ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung
rata  –  rata antara 5 – 10 menit. Kisaran normal kala tiga sampai 30 menit,
akan tetapi apabila lebih dari 30 menit resiko perdarahan meningkat.
2. Pembagian Tingkat Kala III
Kala uri dapat dibagi dalam 2 tingkat :
a. Tingkat pelepasan plasenta
Sebab – sebab terlepasnya plasenta :
 Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim,
tempat perlekatan plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-
lipat bahkan ada bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau
tempat insersinya, karena tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.
Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam pelepasan plasenta
adalah retraksi dan kontraksi otot – otot Rahim.
 Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan
desidua basalis dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah
pelepasan meluas.
Tanda –tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2) Tali pusat memanjang
3) Semburan darah mendadak dan singkat.
Macam pelepasan plasenta yaitu :

4
2. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini
terdapat hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat
plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang
jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang
nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma
sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara
schultze paling sering dijumpai.
3. Secara Duncan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir
plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim,
jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan
terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan
pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi
plasenta letak rendah.
b. Tingkat pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim,
plasenta terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari
vagina. Dari tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.

3. Patofisiologi
Kala tiga (pelepasan uri), Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau
kala pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala dua persalinan,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah
mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
 Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di bawah pusat.
 Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri
menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan plasenta
secara Duncan/dari pinggir).

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala tiga adalah retensio


plasenta, plasenta lahir tidak lengkap, perlukaan jalan lahir. Pada kasus
retensio plasenta, tindakan manuak plasenta hanya dapat dilakukan dengan
pertimbangan terdapat perdarahan

4. Tanda dan Gejala


1. Gejala awal
a. Lightening/drapping
Proses terjadinya penurunan bagian kepala janin memasuki pintu bawah
panggul. Lightening terjadi beberapa minggu atau beberapa jam sebelum
persalinan. Penurunan kepala janin biasanya bervariasi waktunya pada
primigravida maupun multigravida. Pada primigravida penurunan kepala
berlangsung pada usia kehamilan 36 minggu dan pada multigravida
berlangsung pada usia kehamilan 38 minggu. Proses lightening dipengaruhi
oleh adanya peregangan pada jaringan otot dan bagian persendian tulang
pelvis, diameter pelvis anterior-posterior sedikit bertambah luas.
b. Perubahan bentuk perut
Penurunan kepala, berdampak terhadap fundus uteri. Fundus uteri turun
dan perut tampak melebar ke samping.
c. Perubahan pola berkemih
Terjadi lightening yakni penurunan kepala ke dalam rongga panggul
akan menekan kandung kemih yang ada di bagian anterior panggul. Kondisi
ini membuat ibu sering mengalami frekuensi berkemih yang berlebihan dan
hampir tidak dapat menahan kontraksi untuk berkemih.

6
d. Braxton hicks
Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia
kehamilan matur intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak
menimbulkan nyeri. Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala janin
di daerah lumbal dan thorakal pada saat kepala janin memasuki rongga
panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen dan progesterone
yang berkurang diakhir kehamilan sehingga memicu sekresi oksitosis dari
posterior hipofisis. Dengan demikian kontraksi uterus akan muncul yang
diawali dengan braxton hicks. Sehingga braxton hicks sering disebut dengan
gejala false labor.

e. Pengeluaran mucus vagina


Sekresi serviks meningkat yang dikeluarkan lewat vagina.
Konsentrasinya pada awalnya kental dan berangsur-angsur seperti lender.
Dengan demikian serviks mulai mengalami pendataran (effacement) dan
terjadi pengeluaran plug mucus. Plug mucus adalah yang menutupi kanalis
servikalis dan sering bercampur dengan darah (blood sleem).
2. Gejala Inpartu
Beberapa minggu menjelang persalinan, intensitas braxton hicks
contraction semakin meningkat. Pada masa-masa itu terjadi pembentukan
segmen bawah uterus untuk mengakomodasi bagian terbawah janin. Proses
dilatasi dan pendataran seringkali terjadi sebelum persalinan terutama pada
multipara. Pada multipara, tanda show jarang terlihat dan untuk menetapkan
awal persalinan seringkali diperlukan waktu yang agak lama.
a. Kontraksi uterus
Kontraksi berlangsung teratur, intensitas semakin kuat, durasinya semakin
lama dan semakin sering. Kontraksi ini membuat miometrium meregang
sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman. Munculnya kontraksi dalam
10 menit pada awalnya 2 kali dalam yakni 5 menit sekali.
b. Pengeluaran
Mucus serviks yang keluar semakin sering, konsistensi encer dan bercampur
dengan darah.
c. Kadang disertai adanya ketuban pecah dini. Kondisi ini berlangsung bila ada
masalah pada selaput amnion. Dalam hal ini bukan merupakan gejala
persalinan normal.
d. Pada saat pemeriksaan dalam/vaginal touché, serviks sudah mengalami
effacement (pendataran) dan dilatasi (pembukaan).

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
2) Golongan darah = A, B, AB, & O
3) Faktor RH = +/-
4) Waktu pembekuan
5) Protein urine
6) Urine reduksi
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly janin, atau
melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
c. Amniosintesis
Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital yang dialami oleh
janin sehingga dapat ditentukan tindakan untuk terminasi kehamilan atau
melanjutkan kehamilan.
d. Amnioskopi
Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan induksi
persalinan bila pada kehamilan ditemukan risiko janin.

8
6. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
Menurut Halminton (2005) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada
kehamilan 37 minggu:
1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan
pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut:
a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler, kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama
tidak ada kontra-indikasi).
b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan
(kecuali jika ada kontra-indikasi).
c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan
berat badan seperti pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi
gejala.
d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan : induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
Sedangkan penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37
minggu ke atas adalah sebagai berikut:
 Penderita di rawat inap
 Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
 Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
 Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr bokong kanan
dan 4 g bokong kiri
 Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
 Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+); diurese 100 cc dalam 4
jam yang lalu; respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsiumg
lukonas 10%a mpul 10 cc.
 Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat
 Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya dapat
diberikan tablet katapres 3x½ tablet sehari.
 Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena lasix 1
ampul.
 Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus
dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau
sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
 Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita
dilarang mengedan
 Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan disebabkan
atonia uteri.
 Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4
gr setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum.
 Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.

B. Manajemen Kala III Aktif


1. Tujuan Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III (tiga) adalah untuk menghasilkan


kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala III (tiga) persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Penatalaksanaan manajemen
aktif kala III (tiga) dapat mencegah terjadinya kasus perdarahan
pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta.

2. Keuntungan Manajemen Aktif Kala III


Keuntungan Manajemen Aktif Kala III

10
1. Persalinan Kala III lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta

3. Langkah Manajemen Aktif Kala III


 Pemberian Suntikan Oksitosin

Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama setelah


bayi lahir. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan oksitosin adalah
memastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di dalam uterus. Mengapa
demikian? Oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat
menurunkan pasokan oksigen pada bayi. Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit
diberikan secara intramuskuler (IM) pada sepertiga bagian atas paha bagian
luar (aspektus lateralis). Tujuan pemberian suntikan oksitosin dapat
menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat
membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah.

 Penegangan Tali Pusat Terkendali

Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan


dengan memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat.
Meletakkan satu tangan di atas simpisis pubis dan tangan yang satu memegang
klem di dekat vulva. Tujuannya agar bisa merasakan uterus berkontraksi
saat plasenta lepas.

Segera setelah tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai


berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial).
Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri.
Lahirkan plasenta dengan peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah
panggul (posterior kemudian anterior). Ketika plasenta tampak di
introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat ke atas dan
menopang plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu.

 Masase Fundus Uteri

Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri


sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam
keadaan lengkap. Periksa sisi maternal dan fetal. Periksa kembali uterus setelah
satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi. Evaluasi
kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan.

2. Askep Pada Intranatal Kala IV


A. Konsep Intranatal Kala IV
 Definisi Kala IV
Waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah melahirkan. ( Sri
Hari Ujiiningtyias, 2009)
 Fisiologi Kala IV
Fisiologi persalinan kala IV adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam
pertama setelah melahirkan. (Sri Hari Ujiiningtyas, 2009)
Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir dua jam setelah proses tersebut.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak
melebihi 400 sampai 500 cc.

 Patofisiologi Kala IV

12
Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2 jam pertama
postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah
perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa
plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
a. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
c. Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
yang sesuai.

Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan amplitudo sekitar
60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah
tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat
dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. Kekuatan
his dapat diperkuat dengan memberi obat uterotonika. Kontraksi ikutan saat menyusui
bayi sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar
hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin sangat penting yang berfungsi:

a. Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar mamae, sehingg
ASI dapat dikeluarkan.
b. Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.
c. Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi perdarahan
postpartum.

 Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV. Menurut Reni Saswita, 2011 asuhan dan
pemantauan pada kala IV yaitu:
a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus
berkontraksi.
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat
dan fundus uteri.
c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau
e. episotomi).
f. Evaluasi kondisi ibu secara umum
g. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halamanbelakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian
dilakukan.

Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV. Menurut Reni Saswita, 2011
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan
ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau
kala persalinan diselesaikan.

 Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua padakala
IV.
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalamsatu
jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
c. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pasca
persalinan.
d. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu
jampertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga
bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.

 Rokemendasi Kebijakan Teknik Asuhan Persalinan dan Kelahiran. Menurut Reni


Saswita, 2011 rokemendasi kebijakan teknik asuhan persalinan dan kelahiran yaitu:
a. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari
persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang
hanya memberikan dukungan.

14
b. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai
suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi.
Prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
d. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
e. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus
tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
f. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa
dandimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk
melakukan masase fundus.
g. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti
dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
h. Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan harus disediakan oleh petugas dan
keluarga.

B. Asuhan Keperawatan Kala IV


a. Pengkajian Kala IV
I. Data Subjektif

Pasien masuk pada tanggal 26 Mei 2009 Pukul 10.15 WIB

1. Identitas Pasien

Nama ibu : Ny. Rahmadiyanti

Umur : 37 th

Agama : Islam

Suku : Lampung

Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Pala IV No.13 Metro Timur

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri di bagian jalan lahir sehingga merasa tidak nyaman saat
melakukan aktifitas dikarenakan proses persalinan.

3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan persalinan dan nifas yang lalu, ibu sudah 2 x melahirkan

BB/TB
No Umur Jk Persalinan Penolong Penyakit Keadaan
Gram/cm
1 13 th L Normal 3000/48 Bidan Tidak ada Baik
2 5 th P Normal 3300/50 Bidan Tidak ada Baik

4. Riwayat Persalinan
Kala I : berlangsung 10 jam, ketuban pecah spontan saat pembukaan servik 10 cm,
warna ketuban jernih, perdarahan 50 cc

Kala II : berlangsung 45 menit, ibu mengejan kuat, bayi lahir spontan pervaginam, bayi
lahir pukul 23.00 WIB tidak ada lilitan tali pusat dan tidak terdapat cephal
hematoma, perdarahan 100 cc

Kala III : berlangsung 15 menit, plasenta lahir lengkap dengan selaputnya, perdarahan
25 cc

a. Jenis persalinan : lahir spontan pervaginam


b. persalinan ditolong oleh bidan
Kala IV : berlangsung 2 jam, kontrkasi uterus baik, perdarahan 30 cc

5. Pola Kebutuhan Dasar


1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : otot lemah, mudah lelah
Tanda : penurunan rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala : hipertensi, hiperpigmentasi membrane mukosa
16
3. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih ( poliuria, nocturia),, kesulitan berkemih
(infeksi), nyeri tekan abdomen, urine encer, pucat, kuning, poliuria ( dapat
berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat),urine
berkabut, bau busuk (infeksi), Bising usus lemah dan menurun
4. Integritas / Ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain,
Tanda : ansietas peka rangsang, emosi tidak stabil
5. Makanan / Cairan
Gejala : hilang nafsu makan/ anoreksia, hipokalemia, retensi natrium,
Tanda : kulit kering dan kelihatan tipis, membrane mukosa pucat
6. Neurosensori
Gejala : pusing atau pening, sakit kepala, kelemahan pada otot,
Tanda : disorientasi, megantuk, cemas, kacau mental.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), kelemahan otot
Tanda : wajah meringis kesakitan.
8. Pernapasan
Gejala : kekurangan oksigen/ dispnea
Tanda : sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan
9. Keamanan
Gejala: kulit kering dan tipis
Tanda : kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan umum / rentang gerak
10. Seksualitas
Gejala : amenore, masalah impotent pada pria, pembesaran klitoris pada wanita,
hilangnya tanda-tanda seks sekunder (maskulinasi pada wanita)
Tanda : glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih.
II. Data Objektif
 Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : compos mentis


 Tanda-tanda
Vital
TD : 110/70 mmHg

RR : 20 x / mnt

Nadi : 90 x / mnt

Suhu : 38 c

Kepala : warna rambut hitam lurus, distribusi merata, kulit


kepala bersih, tidak ada ketombe
Muka : tidak ada odem, pucat
Mata : mata simetris, sclera berwarna putih terdapat
gambaran tipis pembuluh darah, conjungtiva pucat
Hidung : terdapat bulu halus, mukosa lembab, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
Telinga : terdapat bulu halus, tidak ada serumen, membrane
timpani masih utuh, daun telinga simetris
Mulutdan : Mulut dan bibir lembab, gigi tidak bercaries,
tenggorokan tidak ada pembesaran tonsil
Leher : tidak ada pembesaran tyroid dan kelenjar limfe,
tidak ada pembendungan vena jugularis
Cardiorespirator : tidak ada suara tambahan, gerakan dada simetris,
y tidak ada ronchi dan wheezing
Buah dada : buah dada simetris, puting susu menonjol,
hyperpigmentasi pada areola mamae, kolostrom
sudah keluar
Abdomen : TFU dua jari diatas simpisis, terdapat striae livide,
tidak ada pembesaran limfa dan hati, tidak ada luka
bekas operasi, hyperpigmentasi linea alba,adannya
kontraksi uterus
Genitourinaria : tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, adanya
lesi pada jalan lahir,adanya perdarahan sekitar 200
cc
Ekstremitas : Tidak terdapat varises pada tungkai, tidak ada
odema pada tangan dan kaki

b. Diagnosa Keperawatan Kala IV

18
No Diagnosa Keperawatan
1 Intoleransi aktifitas b/d gangguan rasa nyaman
2 Perdarahan b/d laserasi perineum
3 Kecemasan anggota keluarga b/d ketidaktahuan mengenai
prognosis persalinan

c. Intervensi Keperawatan

No Hari/ Diagnosa PERENCANAAN


Keperawatan
Tgl Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria Hasil
1. Senin/ Intoleransi Setelah 1. Identifikasi keadaan 1. Mengetahui kondisi
aktifitas b/d dilakukakan umum ibu keseluruhan ibu guna
05-08-
gangguan rasa tindakanan menentukan intervensi
2020 2. Berikan makan dan
nyaman keperawatan selanjutnya.
minum kepada ibu
2x24 jam
2. Mencegah dehidrasi
diharapkan 3. Bantu dalam
sekaligus mengganti
gangguan rasa melakukan aktifitas
energy yang hilang pada
nyaman dapat yang belum bisa
saat proses persalinan
teratasi dilakukan ibu
3. Meminimalkan
Kriteria Hasil: 4. istirahatkan ibu dan
penggunaan energy yang
berikan posisi yang
Ibu mampu berlebihan oleh ibu
nyaman
kembali
4. Memulihkan kembali
melakukan
tenaga yang hilang setelah
aktifitas
melahirkan

2. Senin/ Perdarahan b/d Setelah 1.Pantau TTV secara 1.TTV menjadi acuan
05-08- laserasi perineum dilakukakan berkala banyaknya darah yang
2020 tindakanan hilang
keperawatan 2. Menlai tonus uterus
2. Tonus uterus merupakan
2x24 jam 3. Periksa kandung indikasi perdarahan
diharapkan
kemih
perdarahan 3. Bila kandung kemih
berkurang 4. Anjurkan ibu untuk penuh akan mendorong
menyusui bayinya uterus ke atas dan
Kriteria Hasil:
menghalangi kontraksi
Perdarahan
berlebih tidak 4. Menyusui membantu
terjadi untuk kontraksi uterus.
3. Senin/ Setelah 1.Kaji tingkat 1.Memberikan informasi
dilakukakan kecemasan keluarga mengenai kecemasan
05-08-
tindakanan
2020 2. Berikan penjelasan keluarga guna menentukan
keperawatan
1x24 jam mengenai prognosis intervensi selanjutnya
diharapkan
persalinan 2. Agar anggota keluarga
keluarga tidak
cemas 3. Beritahu keluarga faham tentang bagaimana
Kriteria Hasil: mengenai tanda-tanda proses persalinan itu

Keluarga tidak bahaya pasca persalinan 3. Mencegah terjadinya


menunjukkan rasa cemas yang berlebih
status cemas

d. Implementasi
Tgl / No Tindakan Keperwatan Ttd
Jam DX
06-08-20 1 1. Identifikasi keadaan umum ibu Rini
08.00 Hasil: keadaan ibu baik

2. Berikan makan dan minum kepada ibu


Hasil: pasien dapat menhabiskan makan dan minumnya

3. Bantu dalam melakukan aktifitas yang belum bisa


dilakukan ibu
Hasil: Pasien mendapat bantuan dari keluarga untuk
beraktifitas

4. istirahatkan ibu dan berikan posisi yang nyaman


Hasil: pasien merasa lebih baik nyaman
06-08-20 2 1.Pantau TTV secara berkala Rini

20
08.15 Hasil:
-TD: 110/70 mmHg
-RR: 20 x / menit
-N: 90 x / menit
-S: 36oC

2. Menilai tonus uterus


Hasil: tonus uterus membaik tidak ada perdarahan

3. Periksa kandung kemih


Hasil: tidak ada gangguan pada kandung kemih

4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya


Hasil:ibu dapat mengikuti anjuran dari perawat
06-08-20 3 1.Kaji tingkat kecemasan keluarga Rini
09.00 Hasil:setelah dilakukan edukasi oleh perawat, kecemasan
keluarga menjadi berkurang

2. Berikan penjelasan mengenai prognosis persalinan


Hasil:keluarga dapat memahami setelah di jelaskan oleh
pearwat

3. Beritahu keluarga mengenai tanda-tanda bahaya pasca


persalinan
Hasil: keluarga dapat memahami tanda bahaya pasca
persalinan dan akan menjaga ibu dan bayimya.

e. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ja No DX Evaluasi (SOAP)
m
08-08-20/ 1 S:klien mengatakan sudah tidak ada gangguan nyeri dan
09.00 bisa melakukan aktifitas kembali

O:klien terlihat dapat melakukan aktifitas tanpa rasa takut


dan nyeri

A: Masalah teratasi

P:Intervensi di hentikaan

08-08-20/ 2 S: Klien mengatakan tidak ada pendarahan secara berlebih,


09.15 dan keadaannya pun sudah cukup baik

O: Tonus uterus terlihat sudah bagus tidak ada pendarahan

-TD: 120/70 mmHg


-RR: 20 x / menit
-N: 90 x / menit
-S: 36oC
A: Masalah dapat teratasi

P: Intervensi dihentikan

08-08-20/ 3 S: Keluarga pasien mengatakan sudah tidak cemas terkait


09.30 persalinan

O: Keluarga pasien terlihat sudah memahami tentang


prognosis persalinan

A: Masalah dapat teratasi

P: Intervensi dihentikan

C. Pengawasan Pendarahan dan manajement pada pendarahan post partum


Dalam tata laksana perdarahan pasca persalinan, urutan tindakan yang cepat dan
tepat, akan membuat pasien dapat tertagani dengan baik. untuk memudahkan tatalaksana,

22
digunakan istilah singkat HAEMOSTASIS, yang sekaligus merupakan prinsip tata
laksana perdarahan pasca persalinan, yaitu hemostatis atau hentikan perdarahan.

H Help Ask for help.

A Assess (Vital parameters, blood loss) and


resuscitate.
INITIAL
E Establish aetiology, ensure availability of blood, MANAGEMENT
ecbolics (oxytocin, ergometrine, or
syintometrine bolus IV/IM).

M Massage uterus .

O Oxytocin infuse, ergometrin bous IV/IM, MEDICATION


Prostaglandins per rectal. MANAGEMENT

S Shift to the theatre. Excludde retain products NON-SURGICAL


and trauma, bimanual compression, abdominal CONSERVATIVE
aorta compression. MANAGEMENT

T Tamponade balloon and uterine packing

A Aooly compression uterus, B-Iynch technique.

S Systemic pelvic devascularization: uterine, SURGICAL


ovarian, quadriple, internal iliaca. CONSERVATIVE
MANAGEMENT
I Interventional radiologist, if appropriate,
uterine artery embolization.

S Subtotal/total hysterectomy. LASTEFFORT-


SURGICAL NON-
CONSERVATIVE
MANAGEMENT

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kami dapat
menyimpulkan tentang materi yang dibahas, sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan
adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
2. Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat
proses persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala III dan IV sebagai berikut :
e. Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
f. Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat dipahami dan di mengerti. Semoga materi ini jadi pembelajar
kita sebagai seorang perawat. Dan apabila di dalam makalah ini ada yang kurang di
fahami atau kesalahan lainnya, mohon di koreksi bersama

24
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan/ Yulizawati, Aldina Ayunda

Insani, Lusiana El Sinta B, Feni Andriani Edisi Pertama —Sidoarjo:

Indomedia Pustaka, 2019 Anggota IKAPI No. 195/JTI/2018 1 jil., 17 ×

24 cm, 156 hal.

Johnson , Joyce Y. 2014. Keperawatan Maternitas. Diterjemahkan oleh: Diana

Kurnia S. Yogyakarta: Rapha Publishing.

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Manurung, Suryani. 2011. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan

Keperawatan INTRANATAL. Jakarta: Trans Info Media

Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan

Keluarga. Vol I. Edisi 18. EGC: Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Prawirohardjo, S. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI

Anda mungkin juga menyukai