Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah ini dalam waktu yang
telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.
Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran
kita dan bisa menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup
ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai
hasil yang sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini
dapat membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih
belum diungkapkan dalam membahas makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu,
khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat terselamatkan yang pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak. Akan tetapi
hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta
untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Konsep Intranatal Kala III dan Kala IV ?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini, sebagai
berikut:
1. Mengetahui Askep pada masa Intranatal Kala III
Mengetahui Konsep Intranatal Kala III
Mengetahui Manajemen Kala III Aktif
2. Mengetahui Askep pada masa Intranatal Kala IV
Mengetahui Konsep Intranatal Kala IV
Mengetahui Asuhan Keperawatan Kala IV Pengawasan pendarahan
dan Majement pada pendarahan Post Partum
BAB II
PEMBAHASAN
4
2. Secara Schultze
Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini
terdapat hematoma retro plasentair yang selanjutnya mengangkat
plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma di atasnya sekarang
jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang
nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma
sekarang terdapat dalam kantong yang terputar balik. Pelepasan secara
schultze paling sering dijumpai.
3. Secara Duncan
Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir
plasenta. Darah mengalir keluar antara selaput janin dan dinding rahim,
jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian dari plasenta terlepas dan
terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir dengan
pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi
plasenta letak rendah.
b. Tingkat pengeluaran plasenta
Setelah plasenta lepas, maka karena kontraksi dan retraksi otot rahim,
plasenta terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari
vagina. Dari tempat ini plasenta didorong keluar oleh tenaga mengejan.
3. Patofisiologi
Kala tiga (pelepasan uri), Kala tiga persalinan disebut juga dengan kala uri atau
kala pengeluaran plasenta. Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah kala dua persalinan,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah
mulai pelepasan plasenta pada lapisan Nitabuch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda:
a. Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus
berbentuk bulat penuh dan umum tinggi fundus uteri di bawah pusat.
Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus
berubah bentuk menjadi seperti buah pear/alpukat dan tinggi fundus uteri
menjadi di atas pusat.
b. Tali pusat bertambah panjang.
c. Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila pelepasan plasenta
secara Duncan/dari pinggir).
6
d. Braxton hicks
Braxton hicks diawal kehamilan telah ada, namun semakin usia
kehamilan matur intensitas braxton hicks semakin kuat dan tidak
menimbulkan nyeri. Kondisi ini dipengaruhi adanya penekanan kepala janin
di daerah lumbal dan thorakal pada saat kepala janin memasuki rongga
panggul. Faktor lain yakni pengaruh hormon estrogen dan progesterone
yang berkurang diakhir kehamilan sehingga memicu sekresi oksitosis dari
posterior hipofisis. Dengan demikian kontraksi uterus akan muncul yang
diawali dengan braxton hicks. Sehingga braxton hicks sering disebut dengan
gejala false labor.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap
1) Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
2) Golongan darah = A, B, AB, & O
3) Faktor RH = +/-
4) Waktu pembekuan
5) Protein urine
6) Urine reduksi
b. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, animaly janin, atau
melokalisai kantong amnion pada amniosintesis.
c. Amniosintesis
Guna mengidentifikasi secara dini adanya kelainan kongenital yang dialami oleh
janin sehingga dapat ditentukan tindakan untuk terminasi kehamilan atau
melanjutkan kehamilan.
d. Amnioskopi
Guna membantu menseleksi kasus secara cermat untuk dilakukan induksi
persalinan bila pada kehamilan ditemukan risiko janin.
8
6. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan
Menurut Halminton (2005) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada
kehamilan 37 minggu:
1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan
pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut:
a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler, kemudian
disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama
tidak ada kontra-indikasi).
b) Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan
(kecuali jika ada kontra-indikasi).
c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan
berat badan seperti pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi
gejala.
d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan : induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
Sedangkan penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37
minggu ke atas adalah sebagai berikut:
Penderita di rawat inap
Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi
Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr bokong kanan
dan 4 g bokong kiri
Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+); diurese 100 cc dalam 4
jam yang lalu; respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsiumg
lukonas 10%a mpul 10 cc.
Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat
Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya dapat
diberikan tablet katapres 3x½ tablet sehari.
Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena lasix 1
ampul.
Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus
dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau
sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita
dilarang mengedan
Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan disebabkan
atonia uteri.
Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4
gr setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum.
Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria.
10
1. Persalinan Kala III lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
Patofisiologi Kala IV
12
Kala empat dimulai dari setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu. Pada kala paling sering terjadi perdarahan postpartum, yaitu pada 2 jam pertama
postpartum. Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah
perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir dan sisa
plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi
dan mencegah perdarahan pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan:
a. Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan.
b. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
c. Jika utrus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri
yang sesuai.
Kontraksi uterus selama kala empat umumnya tetap kuat dengan amplitudo sekitar
60 sampai 80 mmHg, kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah
tertutup rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang kuat
dan pembentukan trombus terjadi penghentian pengeluaran darah postpartum. Kekuatan
his dapat diperkuat dengan memberi obat uterotonika. Kontraksi ikutan saat menyusui
bayi sering dirasakan oleh ibu postpartum, karena pengeluaran oksitosin oleh kelenjar
hipofisis posterior. Pengeluaran oksitosin sangat penting yang berfungsi:
a. Merangsang otot polos yang terdapat disekitar alveolus kelenjar mamae, sehingg
ASI dapat dikeluarkan.
b. Oksitosin merangsang kontraksi uterus dan mempercepat involusi uteri.
c. Kontraksi otot uterus yang disebabkan oksitosin mengurangi perdarahan
postpartum.
Asuhan dan Pemantauan pada Kala IV. Menurut Reni Saswita, 2011 asuhan dan
pemantauan pada kala IV yaitu:
a. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus
berkontraksi.
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat
dan fundus uteri.
c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau
e. episotomi).
f. Evaluasi kondisi ibu secara umum
g. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halamanbelakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian
dilakukan.
Pemantauan Keadaan Umum Ibu pada Kala IV. Menurut Reni Saswita, 2011
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan dan terjadi dalam 4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan
ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah setiap tahapan atau
kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua padakala
IV.
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalamsatu
jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
c. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pasca
persalinan.
d. Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu
jampertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga
bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.
14
b. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai
suatu catatan/rekam medik untuk persalinan.
c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi.
Prosedur ini bukan dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
d. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
e. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam
pertama setelah kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
Masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus
tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat dilakukan tindakan pencegahan.
f. Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa
dandimasase sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk
melakukan masase fundus.
g. Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti
dan dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
h. Obat-obat esensial, bahan, dan perlengakapan harus disediakan oleh petugas dan
keluarga.
1. Identitas Pasien
Umur : 37 th
Agama : Islam
Suku : Lampung
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri di bagian jalan lahir sehingga merasa tidak nyaman saat
melakukan aktifitas dikarenakan proses persalinan.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan persalinan dan nifas yang lalu, ibu sudah 2 x melahirkan
BB/TB
No Umur Jk Persalinan Penolong Penyakit Keadaan
Gram/cm
1 13 th L Normal 3000/48 Bidan Tidak ada Baik
2 5 th P Normal 3300/50 Bidan Tidak ada Baik
4. Riwayat Persalinan
Kala I : berlangsung 10 jam, ketuban pecah spontan saat pembukaan servik 10 cm,
warna ketuban jernih, perdarahan 50 cc
Kala II : berlangsung 45 menit, ibu mengejan kuat, bayi lahir spontan pervaginam, bayi
lahir pukul 23.00 WIB tidak ada lilitan tali pusat dan tidak terdapat cephal
hematoma, perdarahan 100 cc
Kala III : berlangsung 15 menit, plasenta lahir lengkap dengan selaputnya, perdarahan
25 cc
RR : 20 x / mnt
Nadi : 90 x / mnt
Suhu : 38 c
18
No Diagnosa Keperawatan
1 Intoleransi aktifitas b/d gangguan rasa nyaman
2 Perdarahan b/d laserasi perineum
3 Kecemasan anggota keluarga b/d ketidaktahuan mengenai
prognosis persalinan
c. Intervensi Keperawatan
2. Senin/ Perdarahan b/d Setelah 1.Pantau TTV secara 1.TTV menjadi acuan
05-08- laserasi perineum dilakukakan berkala banyaknya darah yang
2020 tindakanan hilang
keperawatan 2. Menlai tonus uterus
2. Tonus uterus merupakan
2x24 jam 3. Periksa kandung indikasi perdarahan
diharapkan
kemih
perdarahan 3. Bila kandung kemih
berkurang 4. Anjurkan ibu untuk penuh akan mendorong
menyusui bayinya uterus ke atas dan
Kriteria Hasil:
menghalangi kontraksi
Perdarahan
berlebih tidak 4. Menyusui membantu
terjadi untuk kontraksi uterus.
3. Senin/ Setelah 1.Kaji tingkat 1.Memberikan informasi
dilakukakan kecemasan keluarga mengenai kecemasan
05-08-
tindakanan
2020 2. Berikan penjelasan keluarga guna menentukan
keperawatan
1x24 jam mengenai prognosis intervensi selanjutnya
diharapkan
persalinan 2. Agar anggota keluarga
keluarga tidak
cemas 3. Beritahu keluarga faham tentang bagaimana
Kriteria Hasil: mengenai tanda-tanda proses persalinan itu
d. Implementasi
Tgl / No Tindakan Keperwatan Ttd
Jam DX
06-08-20 1 1. Identifikasi keadaan umum ibu Rini
08.00 Hasil: keadaan ibu baik
20
08.15 Hasil:
-TD: 110/70 mmHg
-RR: 20 x / menit
-N: 90 x / menit
-S: 36oC
e. Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ja No DX Evaluasi (SOAP)
m
08-08-20/ 1 S:klien mengatakan sudah tidak ada gangguan nyeri dan
09.00 bisa melakukan aktifitas kembali
A: Masalah teratasi
P:Intervensi di hentikaan
P: Intervensi dihentikan
P: Intervensi dihentikan
22
digunakan istilah singkat HAEMOSTASIS, yang sekaligus merupakan prinsip tata
laksana perdarahan pasca persalinan, yaitu hemostatis atau hentikan perdarahan.
M Massage uterus .
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka kami dapat
menyimpulkan tentang materi yang dibahas, sebagai berikut :
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan
adanya kontrasi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
2. Dalam melakukan pencegahan banyaknya angka kematian ibu ataupun anak saat
proses persalinan, perlu dilakukan asuhan persalinan kala III dan IV sebagai berikut :
e. Kala III, pada kala ini terjadi pengeluaran plasenta setelah pengeluaran janin.
f. Kala IV, tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
perdarahan. Pengawasan ini dilakukan selam kurang lebih dua jam.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat dipahami dan di mengerti. Semoga materi ini jadi pembelajar
kita sebagai seorang perawat. Dan apabila di dalam makalah ini ada yang kurang di
fahami atau kesalahan lainnya, mohon di koreksi bersama
24
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan