Anda di halaman 1dari 31

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2022/2023

MATA KULIAH : HUKUM PERUSAHAAN


KELAS : A (REGULER)
HARI, TANGGAL : Jumat, 07 Oktober 2022
JAM : 14.00-selesai
DOSEN : RACHMAWATI S.H, M.H

Nama Mahasiswa : FARASSEKAR RAGASIWI


NIM. : A1012211018
Kelas. : A/ hukum perusahaan/ PPAPK
ABSEN. :3

SOAL:
1. a) Bintang, ketika panen raya “langsat” membeli langsat tersebut dari pemilik kebun
dan menjualnya di Pontianak. Apakah kegiatan tersebut termasuk menjalankan
perusahaan, kemukakan jawaban saudara disertai alasannya (bobot 10)
b) Jelaskan pengertian Perusahaan Perorangan, kemukakan pula kelebihan dan
kekurangan dari perusahaan perorangan tersebut. (bobot 10)
2. Jelaskan pengertian pembantu pengusaha, kemukakan klasifikasinya, bagaimana sifat
hubungan masing-masing klasifikasi tersebut dengan pengusaha, serta uraikan
persamaan dan perbedaan antara makelar dan komisioner. (bobot 20)
3. Jelaskan pengertian firma dan persekutuan perdata, kemukaan letak persamaan dan
perbedaannya, bagaimana prosedur pendiriannya, kemukakan pula tanggung jawab
sekutu atas kerugian yang diderita oleh persekutuan firma dan persekutuan perdata
tersebut! (bobot 20)
4. Jelaskan pengertian CV bagaimana prosedur pendirianya, kemukakan jenis sekutu
dalam CV, serta bagaimana tanggung jawab dari masing-masing sekutu tersebut atas
kerugian yang dialami oleh CV, kemukakan pula perbedaan antara CV dengan saham
dan PT! (bobot 20)
5. Jelaskan pengertian PT, kemukakan jenis PT dan bagaimana tanggung jawab
pemegang saham atas kerugian PT tersebut! (bobot 20)

Jawaban :

1. Jawaban nomor 1 A
Hampir semua aktivitas masyarakat tak bisa lepas dari perusahaan dagang dan
pernah bertransaksi di perusahaan tersebut.

Pasalnya, kegiatan berdagang atau berniaga sudah mendarah daging dan sudah
menjadi budaya masyarakat.

Jika pernah berjumpa dengan sebuah warung atau toko kecil di sekitar
lingkungan Anda, itu juga termasuk perusahaan dagang

Aktivitas ini bisa dibilang merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi
perusahaan, terutama untuk meraih keuntungan.

Pengertiannya secara umum adalah kegiatan jual beli dijalankan oleh dua
belah pihak atau lebih dengan alat pembayaran yang sah.

Tujuan yang utama tentunya mendatangkan keuntungan dari produk atau


barang yang dijual.

Dalam pelaksanaannya, ia tidak dapat dilakukan tanpa adanya kontribusi dari


pelaku yang bekerja, seperti pedagang, agen, dan tenaga pemasaran.

Mendapatkan Volume
Setiap perusahaan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai.

Jumlah hasil jual beli perusahaan tentunya diharapkan bisa bertambah setiap
bulan atau tahunnya untuk membantu meningkatkan performa usaha.

Mendapatkan Laba
Tujuan utamanya adalah mendapatkan laba atau keuntungan dari produk yang
dijual.

Dengan pengelolaan yang baik, perusahaan atau usaha Anda akan


mendapatkan laba yang besar dan mendapatkan pelanggan tetap (loyal
customers).

Menunjang Pertumbuhan Perusahaan


Jika perusahaan mencapai target yang ditetapkan, tentunya usaha Anda akan
cepat berkembang.

Hal ini juga dibantu dengan peningkatan kinerja dari perusahaan sebagai
distributor dalam menjamin kualitas barang yang dijual.

Apa Itu Perusahaan Dagang?


Perusahaan dagang adalah suatu perusahaan yang memerlukan berbagai jenis
produk yang dijual untuk keperluan konsumen tanpa merubah bentuk atau
wujud barang tersebut. Banyak contoh dari perusahaan dagang, salah satunya
adalah supermarket dan toko kelontong yang sering kita temui sehari-hari.

Awalnya, perusahaan terlebih dahulu membeli berbagai produk tertentu,


memelihara persediaannya, dan mendistribusikan produk tersebut ke
pelanggan melalui transaksi.

Aktivitas utamanya ialah menjual kembali barang yang sudah dibeli tanpa
mengubah, memodifikasi, atau mengolahnya sehingga nilai dan bentuk barang
tersebut berubah.

Perusahaan tersebut hanya tinggal menjualnya kembali dengan mematok harga


yang lebih tinggi dari harga pembelian.

Dari situlah perusahaan dagang memperoleh keuntungan, yaitu dari selisih


antara harga jual dan harga beli dari produk yang berhasil terjual kepada
pelanggan.

Macam-Macam Perusahaan Dagang


Pada dasarnya, perusahaan dagang itu tergolong menjadi 2 macam, antara lain:

Perusahaan Dagang Berdasarkan Jenis Produk yang Dijual Belikan


Jenis perusahaan ini dibedakan menjadi dua kategori, yaitu barang produksi
atau mentah dan barang jadi. Berikut ini penjelasannya:

Perusahaan Barang Produksi atau Mentah


Sesuai namanya, trading company jenis ini merupakan perusahaan yang
memperjualbelikan produk berupa bahan baku atau mentah (raw
material).Bahan tersebut biasanya dipakai sebagai bahan dasar untuk membuat
suatu produk atau alat-alat produksi.

Dari bahan baku yang diolah menggunakan teknik dan alat khusus nantinya
akan menghasilkan produk lain.

Target perusahaan ini bukanlah masyarakat biasa, melainkan sektor bisnis atau
industri yang memerlukan bahan mentah.

Orang-orang jarang bertransaksi di perusahaan jenis ini sebab barang yang


diperjual belikan tidak bisa langsung dikonsumsi, melainkan harus melalui
proses produksi terlebih dahulu.
Contohnya perusahaan kayu gelondong, serbuk kaca, serat kapas, mesin
bubut, mesin pencacah, dan masih banyak lagi.

Perusahaan Barang Jadi


Kebalikan dari perusahaan barang mentah, produk yang diberdayakan di
perusahaan jenis ini adalah barang jadi yang merupakan produk akhir sehingga
siap untuk dikonsumsi.Target pasarnya bisa dari sektor bisnis, pemerintahan,
masyarakat, maupun perusahaan lain yang membutuhkan barang jadi.Seperti
perusahaan tekstil, elektronik, makanan dan minuman instan, dan lain
sebagainya.

Perusahaan Dagang Berdasarkan Jenis Konsumen


Berdasarkan jenis konsumen yang terlibat, trading company dibagi menjadi
beberapa macam. Di antaranya sebagai berikut:

Perusahaan Wholesaler (Dagang Besar)

Jenis perusahaan berdasarkan jenis konsumen yang pertama adalah


wholesaler.

Perusahaan wholesaler merupakan jenis trading company yang membeli


produk dari pabrik secara langsung dalam skala yang terbilang besar.

Produk tersebut kemudian dijual kembali dalam volume atau jumlah yang
besar dimana mereka memiliki gudang untuk menyimpan persediaan
produknya yang biasanya dikelola dengan sebuah aplikasi gudang.

Contoh dari jenis perusahaan ini adalah pedagang grosir.

Anda bisa bertransaksi dengan pedagang grosir dan membeli beberapa jenis
produk tertentu dalam jumlah yang banyak untuk mendapatkan harga yang
lebih murah daripada membeli secara ecer.

Produk tersebut kemudian bisa Anda jual kembali kepada pihak perantara
yang juga memerlukan stok dalam jumlah besar untuk mereka jual kembali.
Segala hal terkait yang diurus untuk distribusi barang inilah yang disebut
Supply Chain Management.

Dengan demikian, keuntungan yang Anda peroleh dari penjualan produk


tersebut juga lebih besar.

Perusahaan Middleman (Dagang Perantara)


Sesuai dengan namanya, perusahaan jenis ini berada di posisi tengah-tengah
antara perusahaan wholesale dengan perusahaan ecer.Perusahaan middleman
merupakan trading company yang membeli produk dalam partai besar untuk
kemudian dijual kembali dalam jumlah sedang ke penjual eceran, tidak
langsung ke konsumen.

Contoh perusahaan middleman adalah pedagang subgrosir.

Perusahaan Retailer (Pengecer)


Jenis perusahaan dagang berdasarkan jenis konsumen yang terakhir adalah
perusahaan retailer atau pengecer.Perusahaan jenis ini adalah perusahaan yang
langsung menjual produk mereka kepada konsumen secara ecer atau
satuan.Perusahaan ini yang paling sering dijumpai di masyarakat di sekitar
lingkungan mereka dan paling sering bertransaksi dengan konsumen tingkat
akhir.

Misalnya supermarket atau swalayan, kios, warung, minimarket, toko


kelontong, dan sebagainya.

Karakteristik atau Ciri Perusahaan Dagang


Ada beberapa karakteristik atau ciri khas dari perusahaan dagang yang
membedakannya dengan perusahaan non-dagang.

Ciri inilah yang menjadi proses inti dari perusahaan ini, yaitu berdagang atau
berniaga.

Apa saja ciri-cirinya?

Aktivitas utamanya berupa pembelian, penjualan, pengeluaran biaya


operasional, penyimpanan, dan pemeliharaan stok.
Tidak melakukan proses produksi yang mengubah nilai atau bentuk barang.
Perhitungan total laba yang patokannya berupa selisih antara total hasil
penjualan dengan total harga pembelian dan biaya operasional.
Kegiatan akuntansi, yang berarti perusahaan menggunakan akun inventaris
barang dagangannya, yang di dalamnya terdapat perhitungan HPP, neraca, dan
laporan laba rugi.
Kegiatan Utama Perusahaan Dagang
Selain memiliki ciri khusus yang tidak dimiliki oleh jenis perusahaan lain,
perusahaan ini juga memiliki kegiatan utama atau proses inti yang berbeda dan
unik.

Berikut ini penjelasan mengenai apa saja kegiatan utama yang dilakukan
perusahaan dagang:

Pembelian
Dalam kegiatan ini, trading company membeli berbagai jenis kebutuhan yang
diperlukan perusahaan. Seperti aktiva atau aset, dan barang untuk dijual.

Pengeluaran Biaya
Proses inti ini merupakan kegiatan perusahaan yang meliputi berbagai
pengeluaran biaya terkait pembelian barang maupun jasa.Misalnya,
pengeluaran biaya pajak, hutang, tenaga ahli, serta keperluan lain yang
berkaitan dengan kegiatan usaha.

Penjualan
Kegiatan ini merupakan proses paling inti dari trading company.Melalui
kegiatan penjualan, perusahaan dapat memperoleh keuntungan untuk
kemudian diputar kembali guna membeli dan memelihara stok barang.

Penerimaan Uang
Proses inti yang terakhir dari perusahaan ini adalah kegiatan penerimaan uang,
di mana perusahaan menerima sejumlah uang dari berbagai pembayaran dan
pelunasan.

Akun Perusahaan Dagang dalam Laporan Akuntansi


Untuk bisa menjalankan perusahaan dengan baik, tentunya trading company
juga melakukan berbagai kegiatan akuntansi yang tercatat dalam laporan
keuangan.

Dalam laporan tersebut, terdapat beberapa akun untuk mengetahui


perkembangan kegiatan usahanya. Berikut ini akun yang dimiliki trading
company:

Pembelian
Akun pembelian digunakan untuk mencatat setiap transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan.
Transaksi pembelian yang terjadi bisa secara kredit maupun cash (tunai).

Penjualan
Akun ini berfungsi untuk mencatat berbagai aktivitas penjualan, baik secara
debit maupun kredit.

Retur
Fungsi akun ini adalah untuk mencatat pengembalian (retur) sebagian barang
yang sudah dibeli maupun dijual karena terdapat kecacatan, kerusakan, atau
tidak sesuai pesanan.Akun retur terdiri dari dua jenis, yaitu retur pembelian
dan retur penjualan.

Utang Piutang
Fungsi akun ini adalah untuk mencatat pengembalian (retur) sebagian barang
yang sudah dibeli maupun dijual karena terdapat kecacatan, kerusakan, atau
tidak sesuai pesanan.Akun retur terdiri dari dua jenis, yaitu retur pembelian
dan retur penjualan.

Potongan
Akun potongan terbagi menjadi dua, antara lain potongan pembelian dan
potongan penjualan.Sesuai namanya, akun potongan pembelian dipakai
perusahaan untuk mencatat potongan yang diterima perusahaan karena
melunasi hutang.Sedangkan akun potongan penjualan berfungsi untuk
mencatat potongan dari pelunasan piutang perusahaan.

Beban Angkut
Akun beban angkut berfungsi untuk mencatat beban angkut saat pengiriman
barang.

Jawaban nomor 1 B

Definisi perusahaan perseorangan adalah jenis badan usaha yang dimiliki oleh
satu orang. Pemilik jenis usaha ini tidak hanya mengambil keuntungannya
sendiri tetapi juga bertanggung jawab penuh apabila mengalami kerugian.

Perusahaan perseorangan ini memiliki sistem informasi manajemen yang


bebas dan tidak ada intervensi atau campur tangan dari pihak lain secara
langsung, contohnya pemerintah.

Perusahaan perseorangan biasanya dioperasikan dengan alat produksi dan


teknologi yang cukup sederhana. Selain itu, modal yang dibutuhkan dalam
proses produksi cukup kecil sehingga jumlah produk yang dihasilkan sedikit.
Bahkan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pun tidaklah banyak.

Meskipun begitu, jenis usaha perseorangan ini juga bisa menghasilkan


pendapatan yang tidak sedikit jika sang pemilik usaha dapat menjalankan dan
mengelola bisnisnya dengan baik.

Karena perusahaan dikelola dan diawasi oleh satu orang saja, pemilik atau
pengelola usaha tersebut akan memperoleh seluruh keuntungan perusahaannya
tanpa perlu membagikannya kepada orang lain.

Namun, kekurangannya adalah pemilik perusahaan perseorangan mau tidak


mau harus menanggung seluruh risiko yang akan muncul dalam kegiatan
usahanya.
A. Kelebihan badan usaha perseorangan

1. Pendirian badan usaha perseorangan sangat mudah. Tidak memerlukan


akta formal (akta pendirian dari notaris) dalam pendiriannya tetapi untuk
bisnis-bisnis tertentu perlu meminta izin ke Pemerintah Daerah setempat.

2. Pendirian badan usaha perseorangan tergolong murah, cocok untuk usaha


yang relatif kecil atau pengusaha yang memiliki modal dan bidang usaha
yang terbatas.

3. Pemilik memiliki seluruh laba dari bisnisnya. Badan usaha perseorangan


memungkinkan pemilik menerima 100 % laba yang dihasilkan.

4. Pemilik memilki keleluasaan dalam hal mengambil keputusan. Pemilik


bisnis dapat menentukan arah bisnisnya tanpa ada campur tangan dari
pihak lain.

B. Kekurangan badan usaha perseorangan

1. Akses modal yang terbatas. Badan usaha perseorangan relatif sulit untuk
memperoleh akses modal dari pihak luar, misalnya kredit bank.

2. Pemilik badan usaha perseorangan bertanggung jawab sepenuhnya atas


kewajiban-kewajiban bisnisnya.

3. Badan usaha perseorangan relatif sulit mengikuti tender yang


diselenggarakan oleh Pemerintah.

2. Jawaban nomor 2

Pembantu Pengusaha

Pembantu pengusaha adalah setiap orang yang melakukan perbuatan


membantu pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan memperoleh
upah. Hubungan kerja antara pengusaha dan pimpinan perusahaan dikuasai
oleh hukum pemberian kuasa, sedangkan hubungan kerja antara
pengusaha/pemimpin perusahaan dan pembantu perusahaan dikuasai oleh
hukum tenaga kerja, dan diluar lingkungan perusahaan dikuasai oleh hukum
pemberian kuasa.

1. Pembantu dalam Lingkuangan Perusahaan

Pembantu dalam lingkungan perusahaan mempunyai hubungan kerja tetap dan


subordinatif dengan pengusaha dan bekerja dalam lingkungan perusahaan itu.
Mereka antara lain :

A. Pemegang prokurasi

Pemegang prokurasi adalah pemegang kuasa dari pengusaha untuk mengelola


1 (satu) bagian besar/bidang tertentu dari perusahaan. Misalnya produksi,
pemasaran, administrasi, keuangan, sumber daya manusia, perbekalan dan
perlengkapan.

b. Pengurus filial

Pengurus filial adalah pemegang kuasa yang mewakili pengusaha menjalankan


perusahaan dengan mengelola 1 (satu) cabang perusahaan yang meliputi
daerah tertentu.

c. Pelayan toko

Pelayan toko adalah setiap orang yang memberikan pelayanan membantu


pengusaha di toko dalam menjalankan perusahaannya. Termasuk pelayan toko
yaitu penjual barang, pengepak barang, penyerah barang, pemegang buku, dan
penerima pembayaran (kasir). Pelayan toko berfungsi mewakili pengusaha
memberikan pelayanan di toko

D. Pekerja keliling

Pekerja keliling adalah pembantu pengusaha yang bekerja keliling di luar


toko/kantor untuk memajukan perusahaan, dengan mempromosikan barang
dagangan atau membuat perjanjian antara pengusaha dan pihak ketiga. Contoh
Penjaja dari rumah ke rumah.

2. Pembantu luar Lingkungan Perusahaan

a. Mempunyai hubungan kerja tetap dan koordinatif dengan


pengusaha, termasuk jenis ini adalah agen perusahaan dan
perusahaan perbankan.
b. Mempunyai hubungan kerja tidak tetap dan koordinatif
dengan pengusaha, termasuk jenis ini adalah makelar,
komisioner, notaris, dan pengacara.

· Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah perikatan yang terjadi antara pemberian kerja dan
penerima kerja berdasarkan perjanjian. Hubungan kerja dapat berupa
menjalankan perusahaan atau menjalankan pekerjaan. Dalam hubungan kerja
untuk menjalankan perusahaan, pemberi kerja adalah pengusaha, sedangkan
penerima kerja adalah pengelola perusahaan terdiri dari pemimpin perusahaan
dan pembantu pengusaha. Dalam hubungan kerja untuk menjalankan
pekerjaan, pemberi kerja dapat berupa pengusaha atau bukan pengusaha,
sedangkan penerima kerja selalu pekerja.

1. Perjanjian Kerja

Perjanjian kerja diatur dalam Buku III Bab VIIA BW yang meliputi 3 (tiga)
jenis perjanjian, yaitu perjanjian pelayanan berkala, perjanjian
ketenagakerjaan, dan perjanjian borongan.

2. Perjanjian Pemberian Kuasa

Perjanjian pemberi kuasa diatur dalam Pasal 1792 sampai dengan Pasal 1819
BW. Dalam perjanjian ini pemberi kuasa memberikan kekuasaan kepada
penerima kuasa untuk melaksanakan suatu urusan perusahaan dengan
mendapat upah, atau tanpa mendapat upah (Pasal 1792 dan Pasal 1794 BW).
Dalam perjanjian pemberian kuasa, pemberi kuasa adalah pengusaha,
sedangkan penerima kuasa dapat pengusaha dapat juga pekerja. Perjanjian
pemberi kuasa meliputi pengusaha dan pemimpin perusahaan, pengusaha dan
agen perusahaan, pengusaha dan perusahaan perbankan, pengusaha dan
makelar, pengusaha komisioner dan pengusaha dan notaris/pengacara.

Secara umum kita mengenal dua jenis pembantu perusahaan, yaitu pembantu-
pembantu dalam perusahaan dan pembantu-pembantu di luar perusahaan.
Pembantu-pembantu dalam perusahaan itu antara lain adalah:

1. Pengurus filial (fiilaalhoulder) ialah petugas yang mewakili pengusaha


mengenai semua hal, tetapi terbatas pada satu cabang perusahaan atau satu
daerah tertentu, misalnya: pimpinan pusat perusahaan berada di Jakarta,
sedangkan cabang perusahaan itu ada di Semarang, Surabaya, Yogyakarta,
Bandung, Medan dan Makasar. Pada cabang-cabang ini ada pengurus filial-
nya yang mengemudikan perusahaan, terbatas pada daerah/wewenang cabang
itu;
2. Pemegang prokurasi (procuratiehoulder) ialah pemegang kuasa dari
perusahaan. Dia adalah wakil pimpinan perusahaan atau wakil manager, dan
dapat mempunyai kedudukan sebagai kepala satu bagian besar dari perusahaan
itu. Dia adalah orang kedua sesudah manager (pimpinan perusahaan);
3. Pimpinan perusahaan (manager, bedrijfsleider) adalah pemegang kuasa
pertama dari pengusaha perusahaan. Dia adalah yang mengemudikan seluruh
perusahaan. Dialah yang bertanggung jawab atas maju dan mundurnya
perusahaan. Dalam istilah sekarang dia adalah direktur utama, sedangkan di
bawahnya adalah direktur-direktur.

Khusus membahas tentang direktur sebagaimana yang dipaparkan pada angka


3 tersebut di atas, yaitu orang yang diberi wewenang untuk memegang salah
satu bidang perusahaan tertentu. Direktur inilah pemegang prokurasi. Selain
itu, kita juga mengenal pembantu-pembantu di luar perusahaan, antara lain:

1. Agen perusahaan adalah orang yang melayani beberapa pengusaha sebagai


perantara dengan pihak ketiga;
2. Makelar, menurut pengertian undang-undang, seorang makelar pada
pokoknya adalah seorang perantara yang menghubungkan pengusaha dengan
pihak ketiga untuk mengadakan pelbagai perjanjian, mengenai makelar ini
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (”KUHD”), Buku I Pasal
62 sampai dengan Pasal 72, dan menurut Pasal 62 ayat 1 makelar mendapat
upahnya yang disebut provisi atau courtage; dan
3. Komisioner adalah orang yang menjalankan perusahaan dengan membuat
perjanjian-perjanjian atas namanya sendiri, mendapat provisi atas perintah dan
atas pembiayaan orang lain, mengenai komisioner itu diatur dalam Bab V,
Bagian I, Pasal 76 sampai dengan Pasal 85a, Buku I KUHD.
Sehubungan dengan adanya konstruksi bisnis tersebut di atas dan dengan
adanya perkembangan di dunia perdagangan, maka bidang hukum perikatan
pun mengalami pertumbuhan. Namun, ketentuan-ketentuan yang terdapat pada
KUHD banyak yang kurang dapat mencakup perkembangan bisnis masa kini.
Salah satu di antaranya adalah mengenai perjanjian keagenan dan
kedistributoran. Sementara itu lembaga keagenan maupun distributor juga
hidup dan berkembang secara dinamis, serta oleh karenanya formulasi
perjanjian baku dimaksud pun terus mengalami perubahan seiring dengan
berkembangnya pasar.

Pengertian Makelar Adalah


Menurut KBBI, yang dimaksud dengan pengertian makelar adalah perantara
perdagangan (antara penjual dan pembeli) yaitu orang yang menjualkan
barang atau mencarikan pembeli, untuk orang lain dengan dasar mendapatkan
upah atau komisi atas jasa pekerjaannya.

Diketahui makelar tidak memiliki hubungan tetap dengan prinsipal atau sang
yang punya barang atau dagangan, tapi yang dilakukannya berdasarkan
persetujuan pemilik dagangan atau prinsipal. Selain itu, makelar dalam
transaksi selalu berdasarkan dan atas nama dari perintah pemilik barang atau
dagangan.
Makelar berkewajiban mengungkapkan identitas prinsipal.Karena itu,
prinsipal mempunyai hak tagihan terhadap pihak tentang siapa makelar
bertindak, dan pihak yang bertindak untuk menuntut prinsipal yang diangkat
dan disumpah oleh pejabat negara yang berwenang yang diatur dalam KUHD
buku I bab IV bagian 2 pasal 62 s/d 73.

3. Pengertian Komisioner Adalah


Yang dimaksud dengan komisioner adalah orang yang menjalankan
perusahaan dengan melakukan kegiatan menutup persetujuan atas nama dia
sendiri tetapi juga atas nama amanat dan tanggungan orang lain. Sehingga
komisioner memiliki kewenangan dan hak untuk tidak menyampaikan bahwa
siapa dirinya bertindak yang dimana itu berarti seolah-olah tindakan tersebut
sebagai urusan dia sendiri.

Apabila demikian, maka bisa dikatakan bahwa komisioner mempunyai


hubungan yang erat atau tetap dengan prinsipal yang dilakukan berdasarkan
pada kesepakatan dan persetujuan dan pemberian kuasa dari pemilik
sebenarnya.

Mengapa prinsipal atau pemilik sepenuhnya itu, tak mempunyai hak tagihan
mengenai pihak dengan siapa komisioner bertindak , dan pihak yang bertindak
dengan komisioner tak bisa semerta merta menuntut prinsipal. Segala bentuk
hal yang dijelaskan ini diatur dalam KUHD buku I bab V bagian 1 pasal 76 s/d
85.

Ciri-Ciri Makelar
- Hubungan hukum pemberian kuasa
- Hak komisi dan retensi
- Aturan dalam KUHD
- Resiko ditanggung prinsipasi
- Menyimpan contoh barang, membuat pembukuan
- Pengangkatan diangkat dan disumpah
- Sifat hubungan hukum tidak tetap
Ciri-Ciri Komisioner
- Hubungan hukum pemberian kuasa khusus
- Resiko ditanggung komisioner
- Bertindak atas nama sendiri
- Aturan dalam KUHD, KUHPerdata
- Sifat hubungan hukum tidak tetap
- Hak berupa komisi, retensi, privillege
- Pengangkatan tidak ada

Perbedaan Antara Makelar dan Komisioner Adalah?


Perbedaan makelar dan komisioner adalah dimana makelar adalah perantara
pemasaran yang kegiatannya adalah mempertemukan pembeli dan penjual
untuk bisa bertransaksi atau kontrak jual beli. Sedangkan Komisioner adalah
perantara penjualan dan pembelian yang bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan atas nama dirinya sendiri.

3.Jawaban nomor 3
I
Salah satu bentuk badan usaha yang ada di Indonesia adalah Persekutuan
Perdata dan Firma.

Pengertian Persekutuan Perdata


Persekutuan perdata (burgerlijke maatschap) sebagaimana diatur dalam
Pasal 1618 KUH Perdata yaitu :

“suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu (inbreng) ke dalam persekutuan, dengan
maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.”

Apabila kita melihat dari pasal tersebut, maka dapat ditafsirka bahwa
Persekutuan Perdata atau bisa juga disebut dengan maatschap memiliki
unsur-unsur sebagai berikut :

Merupakan suatu perjanjian


Ada perikatan antara dua orang atau lebih
Ada pemasukan (inberg) berupa sejumlah uang, barang dengan wujud
tertentu, atau berupa tenaga, jasa, atau keahilan (skill)
Ada tujuan untuk membagi keuntungan yang diperoleh
Pendirian Persekutuan Perdata / Maatschap
Persekutuan mulai berlaku sejak saat perjanjian,jika dalam perjanjian tidak
ditentukan lain (Pasal 1624 KUH Perdata). Kesimpulannya adalah bahwa
pendirian persekutuan perdata bisa dilakukan secara lisan atau dibuat
secara tertulis. Hal ini dapat diketahui dari ketentuan persekutuan ada
sejak adanya perjanjian.
Secara teoritis, perjanjian dapat dibuat secara lisan ataupun tertulis.

Perjanjian tertulis dapat dibuat di bawah tangan atau dengan akta autentik,
jadi dalam hal kapan berdirinya suatu persekutuan sangat bergantung dari
adanya kesepakatan di antara para pendiri atau saat berdirinya ditentukan
dalam anggaran dasar persekutuan.

Untuk kepastian hukum,baik bagi para pendiri maupun bagi pihak ketiga
yang akan berhubungan dengan persekutuan pada umumnya,persekutuan
perdata dibuat dengan akta autentik,dalam hal ini yaitu akta notaris.

Pembubaran Persekutuan Perdata / Maatschap


Merujuk pada pasal 1646 KUHPer mengenai pembubaran maatschaap
bahwa pembubaran persekutuan perdata hanya dapat berakhir apabila :

Lewatnya waktu untuk mana persekutuan telah diadakan;


Musnahnya barang atau diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok
persekutuan;
Atas kehendak semata-semata dari beberapa orang sekutu;
Jika salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah pengampuan
atau dinyatakan pailit.
Untuk maatschap yang didirikan untuk waktu tidak tertentu
pembubarannya berlaku pada pasal 1649 KUHPer, yaitu dengan kehendak
beberapa atau seorang sekutu.

Pembubaran dilakukan dengan suatu pemberitahuan penghentian pada


seluruh sekutu lainnya. Pemberitahuan penghentian harus dilakukan
dengan itikad baik, dan tidak dilakukan dengan secara tidak memberikan
waktu.

Itikad baik maksudnya ialah merujuk pada pasal 1950 KUHPer bahwa
pemberitahuan penghentian dianggap tidak dengan itikad baik, jika
seorang sekutu menghentikan persekutuannya dengan maksud mengambil
keuntungan bagi diri sendiri, sedangkan keuntungan tersebut sebelumnya
telah direncanakan untuk dinikmati secara bersama-sama oleh para sekutu.

Jadi, ada niat untuk menguntungkan diri sendiri, mengambil keuntungan


yang seharusnya dinikmati secara bersama-sama oleh para sekutu.

Selanjutnya yang dimaksud dengan dilakukan secara tidak memberikan


waktu ialah merujuk pada pasal 1650 paragraf 2 KUHPerdata apabila
barang-barang persekutuan tidak lagi terdapat dalam keseluruhannya,
sedangkan kepentingan persekutuan menuntut supaya pembubarannya
diundurkan.

Pengertian Firma

Firma adalah Badan Usaha yang mensyaratkan pendirian badan usahanya


didirikan oleh minimal 2 orang atau lebih”

Persekutuan Firma atau dikenal dengan Firma adalah salah satu badan
usaha yang ada di Indonesia. Sama halnya dengan Persekutuan Perdata,
firma juga termasuk badan usaha tidak berbadan hukum.

Menurut Pasal 16 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), Firma


adalah suatu perseroan yang didirikan untuk melakukan suatu usaha di
bawah suatu nama bersama. Sedangkan menurut Prof. Subekti dalam
bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Hukum Perdata.

“Firma merupakan badan hukum karena adanya para persero yang dapat
dimintai pertanggung jawaban”. Secara garis besar, Firma menghendaki
adanya kesepakatan dalam penetapan nama bersama oleh para pihak yang
menjalankan usaha.

Kendati demikian, Firma bukanlah badan usaha yang berbadan hukum


karena tidak ada pemisahan harta kekayaan antara anggota-anggotanya,
setiap anggota bertanggung jawab secara pribadi untuk keseluruhan.

Karena pada dasarnya Firma merupakan persekutuan perdata, maka dalam


Firma juga tidak terdapat pemisahan aset Firma dengan aset pribadi para
sekutunya.

Jika Firma memiliki utang dengan pihak ketiga dan tidak mampu melunasi
utang tersebut, maka aset pribadi para sekutu dapat diambil untuk
melunasi utang tersebut.

Selain itu, pertanggungjawaban seluruh sekutu dalam Firma bersifat


tanggung renteng, sehingga jika Firma memiliki kewajiban yang harus
dipenuhi kepada pihak ketiga, maka seluruh sekutu wajib memenuhi
kewajiban tersebut secara bersama-sama.

Sebagai contoh, A dan B adalah sekutu Firma dan keduanya merupakan


pengurus Firma. Kemudian A mengadakan perjanjian jual beli dengan X
untuk kepentingan Firma, namun ternyata Firma tidak mampu melunasi
kewajiban pembayaran sebesar Rp 100 juta. Dalam hal ini, A dan B wajib
melunasi kewajiban pembayaran kepada X.
Syarat-Syarat Mendirikan Firma
Untuk mendirikan Firma terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan
diantaranya syarat pendirian usaha. Syarat-syarat tersebut yakni :

Didirikan oleh minimal 2 orang


Memiliki nama badan usaha untuk didaftarkan menjadi Firma
Memiliki badan pengurus dan anggota yang aktif
Memiliki tujuan usaha yang spesifik dan jelas
Terdapat domisili perusahaan
Sedangkan terkait dengan pendaftaran Firma menurut Peraturan Menteri
Hukum dan HAM Nomor 17 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran
Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, Dan Persekutuan Perdata
(Permenkumham 17/2018) meliputi 3 hal diantaranya pendaftaran akta
pendirian, pendaftaran perubahan anggaran dasar, dan pendaftaran
pembubaran.

Menilik Kelebihan Dan Kekurangan Firma


Kelebihan Firma
Sistem pengelolaan badan usaha firma lebih profesional karena adanya
pembagian tugas yang jelas untuk setiap struktur organisasinya
Modal awal untuk membangun firma terbilang besar karena berasal dari
jumlah uang setiap anggota yang tergabung dalam firma.
Pemilihan pemimpn berdasarkan kemampuan dan keahliannya masing-
masing, bahkan bisanya pada badan usaha firma memiliki lebih dari satu
pemimpin.
Pembagian keuntungan berdasarkan modal awal yang disetor sehingga
sistemnya menyerupai penanaman saham. Bedanya, semua anggota yang
menanamkan modal di firma berhak aktif untuk mengelola jalannya
perusahaan
Adanya akta notaris maka dari itu mudah untuk mendapatkan pinjaman
modal jika memang membutuhkan modal yang sangat besar.
Keputusan firma didasarkan dari pertimbangan seluruh anggota
Kekurangan Firma
Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka kekayaan dan aset
pribadi bisa menjadi barang sitaan untuk menjamin kerugian perusahaan.
Tanggung jawab anggota firma tidak hanya terbatas modal saja, namun
juga pada kekayaan atau harta pribadi yang dimiliki.
Jika ada satu anggota firma yang mengalami kerugian, maka semua
anggota lain harus ikut menanggungnya. Pada intinya, kerugian firma
ditanggung bersama oleh semua anggota, termasuk jika diperlukan
penggunaan kekayaan pribadi untuk menutupi kerugian
Tidak adanya pemisahan antara kekayaan pribadi dan aset perusahaan.
Akan menimbulkan perselisihan jika pembagian keuntungannya kurang
adil
Pertama dari pengertiannya, Pasal 1618 KUHPerdata menegaskan
pengertian persekutuan perdata merupakan suatu “Perjanjian dimana dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam
persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi
karenanya”.

Sedangkan firma diatur Pasal 16 KUHD yaitu tiap-tiap persekutuan


perdata yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di bawah satu
nama bersama. Jadi firma adalah persekutuan perdata yang khusus, yaitu
menggunakan nama bersama atau firma.

Kedua perbedaan dari segi tanggung jawab. Berdasarkan Pasal 18 KUHD,


setiap sekutu firma bertanggung jawab secara bersama-sama terhadap
segala perikatan firma termasuk terhadap pihak ketiga. Jadi, masing-
masing sekutu berhak mewakili firma untuk melakukan tindakan hukum
sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar maupun peraturan
perundang-undangan.

Hal ini berbeda persekutuan perdata, sesuai 1642 KUHPerdata yang


menegaskan “Perjanjian yang mengikat suatu perbuatan atas tanggungan
perseroan hanya mengikat peserta yang mengadakan perjanjian demikian,
dan tidak mengikat peserta lain kecuali jika mereka ini telah memberi
kuasa untuk itu kepada peserta yang membuat perjanjian tersebut atau bila
dengan tindakan termaksud ternyata perseroan memperoleh untung.”

Artinya sekutu tidak bertanggungjawab untuk sepenuhnya terhadap


kewajiban yang dimiliki persekutuan perdata dan masing-masing sekutu
tidak dapat mengikatkan sekutu lainnya.

Jadi, setiap sekutu hanya bertindak untuk mewakili dirinya sendiri dan
tidak mempunyai hak untuk melakukan tindakan hukum mewakili
persekutuan perdata kecuali ia diberikan kuasa untuk itu.

Jika salah seorang diberi kuasa untuk mewakili persekutuan untuk


melakukan tindakan hukum maka otomatis sekutu lainnya juga terikat
dengan segala hak dan kewajiban yang lahir dari perjanjian dengan pihak
ketiga tersebut.

Perbedaan lainnya mengenai pendirian. Persekutuan perdata dapat dibuat


secara tertulis sesuai kesepakatan sekutu bahkan dapat dibuat secara lisan
saja. Namun, untuk kepentingan pembuktian di kemudian hari lebih baik
tetap dibuat dalam bentuk tertulis.
Hal ini berbeda dengan firma yang pendiriannya ditegaskan dalam Pasal
22 KUHD wajib dibuat dengan akta otentik, apabila firma belum didirikan
berdasarkan akta pendirian maka terhadap pihak ketiga firma dianggap
sebagai suatu persekutuan perdata (Pasal 29 KUHD).

Itulah beberapa penjelasan singkat mengenai perbedaan persekutuan


perdata dengan firma, informasi hukum ini tentu dapat membantu Anda
dalam menentukan seperti apa bentuk usaha yang akan Anda dirikan
mengingat banyaknya badan usaha yang dapat Anda jadikan pilihan.

Bentuk Pertanggungjawaban Firma menurut Undang-Undang

Berbicara mengenai bentuk pertanggungjawaban Firma apabila


mengaitkan dengan Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(“KUHD”) yang berbunyi sebagai berikut:

Ayat (1) “Tiap-tiap sekutu kecuali yang tidak diperkenankan, mempunyai


wewenang untuk bertindak, mengeluarkan dan menerima uang atas nama
persekutuan, dan mengikat persekutuan kepada pihak ketiga, dan pihak
ketiga kepada persekutuan.”

Ayat (2) “Tindakan-tindakan yang tidak bersangkutan dengan persekutuan,


atau yang bagi para sekutu menurut perjanjian tidak berwenang untuk
mengadakannya, tidak dimasukkan dalam ketentuan ini.”

Berdasarkan penjelasan ketentuan tersebut, bahwa para sekutu di dalam


Firma sejatinya mendapatkan kewenangan untuk melakukan tindakan
hukum atas nama Firma.

Adapun penjelasan tindakan hukum disini menurut Pasal 17 KUHD dapat


diartikan sebagai kewenangan untuk mengelola perusahaan, mencatat atau
mengadministrasikan kekayaan perusahaan, dan didalam maupun diluar
pengadilan dapat melakukan perbuatan hukum mengatasnamakan
perusahaan.

Terhadap jenis tindakan hukum yang dilakukan, juga diatur melalui alinea
kedua Pasal 17 KUHD yang dapat diartikan bahwa para sekutu tidak
berwenang untuk melakukan tindakan hukum yang mengikat Firma
apabila tindakan yang dilakukan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang
usaha Firma. Lebih lanjut mengenai bidang usaha Firma, mengacu kepada
Anggaran Dasar Firma (“AD Firma”).
Berkaitan dengan tindakan hukum yang dapat mengikat para sekutu,
menurut Pasal 18 KUHD berbunyi sebagai berikut:

“Dalam persekutuan dengan Firma tiap-tiap sekutu bertanggung jawab


secara tanggung renteng untuk seluruhnya atas perikatan-perikatan
persekutuannya.”

Sehingga apabila perbuatan hukum yang dilakukan oleh para sekutu


adalah merupakan tindakan yang tidak bertentangan dengan AD Firma,
Undang-Undang, dan ketertiban umum maka sesuai dengan Pasal 18
KUHD para sekutu wajib bertanggung jawab secara tanggung
menanggung.

Dikarenakan di dalam KUHD tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai


istilah tanggung menanggung, maka sesuai dengan Pasal 1 KUHD
berlakulah ketentuan yang termaktub di dalam Pasal 1280 KUHPerdata
sebagai berikut:

“Di pihak para debitur terjadi suatu perikatan tanggung-menanggung,


manakala mereka semua wajib melaksanakan satu hal yang sama,
sedemikian rupa sehingga salah satu dapat dituntut untuk seluruhnya, dan
pelunasan oleh salah satu dapat membebaskan debitur lainnya terhadap
kreditur.”

Sehingga dapat disimpulkan mengenai pertanggungjawaban di dalam


Firma terhadap sekutu yang tidak dikecualikan, sejatinya otomatis
mengikat seluruh sekutu terhadap perjanjian yang telah disepakati dengan
pihak ketiga secara tanggung menanggung.

Bentuk Pertanggungjawaban Persekutuan Perdata menurut Undang-


Undang

Lain halnya dengan bentuk pertanggungjawaban Persekutuan Perdata


apabila mengaitkan dengan Pasal 1642 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata (“KUHPerdata”) yang berbunyi sebagai berikut:

“Perjanjian yang mengikatkan suatu perbuatan atas tanggungan perseroan


hanya mengikat peserta yang mengadakan perjanjian demikian, dan tidak
mengikat peserta lain kecuali jika mereka ini telah memberi kuasa untuk
itu kepada peserta yang membuat perjanjian tersebut atau bila dengan
tindakan termaksud ternyata perseroan memperoleh untung.”

Selain itu, terhadap pertanggungjawaban juga dijelaskan melalui Pasal 1


Peraturan Menteri Hukum dan HAM No. 17 Tahun 2018 tentang
Pendaftaran Persekutuan Komanditer, Persekutuan Firma, dan Persekutuan
Perdata (“Permenkumham No.17/2018”) yang berbunyi sebagai berikut:

“Persekutuan Perdata adalah persekutuan yang menjalankan profesi secara


terus menerus dan setiap sekutunya bertindak atas nama sendiri serta
bertanggung jawab sendiri terhadap pihak ketiga.”

Berdasarkan penjelasan ketentuan tersebut, bahwa sekutu di dalam


Persekutuan Perdata tidaklah bertanggungjawab untuk sepenuhnya
terhadap kewajiban yang dimiliki Persekutuan Perdata dan masing-masing
sekutu tidak dapat mengikatkan sekutu-sekutu lainnya.

Terhadap ketentuan ini mengartikan bahwa setiap sekutu hanya bertindak


untuk mewakili dirinya sendiri artinya sekutu tidak mempunyai hak untuk
melakukan tindakan hukum yang mewakili Persekutuan Perdata.

Kondisi ini akan berbeda apabila ketentuan lanjutan dari Pasal 1642
KUHPerdata yaitu dalam hal salah seorang sekutu diberikan kuasa tertentu
untuk membuat perjanjian atas nama persekutuan kepada pihak ketiga atau
telah menggunakan manfaat yang lahir dari adanya perjanjian tersebut.

4. Jawaban nomor 4

CV adalah salah satu bentuk badan usaha yang dibentuk oleh dua orang
atau lebih yang kemudian mempercayakan modal yang dimiliki kepada
dua orang atau lebih. Hal itu dilakukan ntuk menjalankan perusahaan
tersebut sekaligus dipercaya untuk memimpin perusahaan. Tujuannya agar
tercapainya cita-cita bersama dengan tingkat keterlibatan masing-masing
anggotanya berbeda. Oleh karena itu, di dalam CV terdapat dua sekutu
yang berbeda.

Sementara itu ada beberapa ahli yang berpendapat bahwa CV terdiri dari
sekutu komanditer dan sekutu komplementer. Sekutu komanditer (sekutu
pasif) memiliki tanggung jawab untuk memberikan modal CV kepada
sekutu komplementer (sekutu aktif) yang bertanggung jawab untuk
menjalankan kegiatan CV.

Besarnya bagi hasil usaha disesuaikan dengan kesepakatan bersama.


Untuk lebih jelasnya, kita bisa menengok pasal 20 KUHD atau Kitab
Undang-undang Hukum Dagang yang membahas tentang sekutu pasif
(komanditer) dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tidak ikut terlibat langsung terhadap jalannya perusahaan.


Setiap sekutu pasif (komanditer) disebut sebagai sekutu penanam modal
terbatas karena hanya menyetorkan uang atau asetnya sebagai modal agar
berhak mendapatkan keuntungan dari laba perusahaan.
Kerugian CV juga ditanggung oleh sekutu pasif namun hanya sebatas
besaran modal yang ditanamkan.
Sekutu pasif bisa juga disebut sebagai silent partner atau sleeping partner
karena namanya harus disembunyikan dan tidak boleh diketahui.
Jenis-jenis CV (Persekutuan Komanditer) :

1. CV Bersaham
CV jenis ini memiliki karakter yang khas karena CV ini mengeluarkan
saham yang bisa diambil oleh sekutu aktif maupun pasif. Masing-masing
dapat mengambil satu saham atau lebih. Namun demikian, saham tersebut
tidak dapat diperjualbelikan karena tidak mudah untuk menarik kembali
modal yang telah disetorkan. Tujuan adanya saham untuk menghindari
adanya modal beku.

2. CV Murni
CV jenis ini merupakan persekutuan komanditer yang pertama kali ada
dan paling sederhana. Di dalam CV ini hanya terdapat satu sekutu
komplementer sedangkan pihak-pihak lainnya berperan sebagai sekutu
komanditer.

3. CV Campuran
CV campuran biasanya berasal dari firma sebagai bentuk awal. Namun
dalam operasionalnya, firma tersebut memerlukan tambahan suntikan
modal. Pihak yang berkenan memberikan tambahan modal berperan
sebagai sekutu komanditer, sehingga firma yang menerima modal dan
menjalankan usaha disebut sebagai sekutu komplementer.

Tujuan CV
CV dibentuk agar sebuah badan usaha dapat menjalankan aktivitas
bisnisnya dengan resmi dan legal sesuai hukum. Karena CV pada
umumnya didirikan dengan akta dan didaftarkan melalui notaris sehingga
mempunyai payung hukum.

Dalam perjalanan bisnis, seringkali kerja sama dengan pihak lain, terutama
perusahaan atau instansi besar dan resmi, mensyaratkan adanya badan
usaha yang legal menurut hukum. Misalkan untuk mengikuti tender dari
instansi pemerintah atau perusahaan swasta, perusahaan-perusahaan yang
diperbolehkan mengikuti tender tersebut adalah perusahaan yang
berbentuk CV atau PT.
Hal ini bukan tanpa sebab. Bekerja sama dengan perusahaan yang legal
dan resmi sesuai hukum memberikan jaminan keamanan yang lebih tinggi
dibanding bekerja sama dengan usaha yang belum terdaftar secara hukum.
Terlebih di dalam kerja sama tersebut ada transaksi yang nilainya besar.

1.Memiliki pendiri dua orang atau lebih.


2. Terdiri dari dua sekutu, yakni sekutu aktif (sekutu komplementer) dan
sekutu pasif (sekutu komanditer).
3. Sekutu aktif mengelola perusahaan.
Sekutu pasif menanamkan modal.
4. Hanya boleh didirikan oleh warga negara Indonesia (WNI), sementara
warga negara asing tidak diperkenan mendirikan CV.
5. Modal pendiriannya tidak ada batasan minimal.
6. Syarat pendiriannya cenderung lebih mudah.
7. Diakui secara legal.
8. Mudah untuk melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga resmi.

Dasar Hukum
Karena sifatnya merupakan badan usaha yang diakui legal secara hukum,
CV mempunyai dasar hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. Dasar
hukum keberadaan CV disebutkan dalam beberapa sumber hukum sebagai
berikut

1. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 19, 20, dan 21


yang membahas tentang pendirian, permodalan CV, dan pembahasan
mengenai sekutu komplementer maupun komanditer.
2. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 17 Tahun
2018 yang membahas pendaftaran persekutuan komanditer, persekutuan
firma, dan persekutuan perdata.
3. KUHD pasal 31 yang membahas tentang pembubaran CV.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer) pasal 1647 dan 1649
yang membahas tentang pembubaran CV.
4. KUHPer pasal 1651 yang membahas tentang pewarisan sekutu.

Kelebihan CV
1. Proses pendirian relatif mudah. Tidak seperti perseroan terbatas (PT),
pendirian CV cenderung lebih mudah untuk dilakukan.

2. Lebih mudah untuk mendapatkan bantuan modal dari eksternal baik dari
investor, perbankan, atau koperasi. Karena adanya legalitas dari hukum,
CV mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dibanding tidak berbadan
usaha.
3. Lebih mudah mendapatkan modal dari internal. Kemudahan ini karena
CV didirikan oleh orang-orang yang terlibat dalam persekutuan.

CV memiliki kemampuan manajemen yang lebih baik dibandingkan


perusahaan yang tidak berbadan usaha.

Memiliki kepastian hukum sebagai badan usaha. Karena memiliki akta


perusahaan yang didaftarkan di notaris. CV juga memiliki dasar hukum
yang diakui oleh negara.
Meskipun modal dapat dikumpulkan dengan mudah, tidak ada batasan
minimal berapa modal yang harus dimiliki oleh CV. Tidak seperti PT yang
mensyaratkan modal awal 50 juta, CV tidak ada batasan minimal modal.
Oleh karena itu, CV seringkali menjadi pilihan bagi pelaku usaha yang
masih berskala usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar tetap bisa
beroperasi dan berkompetisi.
Lebih mudah berkembang karena dapat dikelola oleh siapapun yang
dikehendaki, pada umumnya dikelola oleh seseorang yang dianggap
memiliki kemampuan manajerial yang paling baik.
Risiko dan kendala menjadi tanggung jawab bersama semua sekutu.
Pengambilan keputusan yang lebih cepat. Tidak seperti PT, keputusan
besar harus diambil sesuai dengan hasil rapat umum pemegang saham
(RUPS). CV dapat menentukan keputusan besar tanpa melakukan rapat
dan dapat melakukan tindakan eksekusi demi kebaikan perusahaan.
Perubahan akta yang lebih mudah. Pemilik dapat melakukan perubahan
akta tanpa harus mengadakan rapat terlabih dahulu dengan pengurus.
Sistem pajak yang lebih mudah. CV bukan termasuk bentuk badan usaha
yang disertai badan hukum. Di satu sisi, hal ini tampak sebagai
kekurangan, namun dari sudut pandang pengenaan pajak, hal ini
merupakan keuntungan. Laba yang diterima CV saat akhir tahun hanya
dibebani satu kali pajak, yakni pajak perusahaan. Pemilik yang menerima
bagian laba CV tidak dikenai pajak dan termasuk dalam non objek PPh.
Nama perusahaan bisa sesuai keinginan. Nama perusahaan mencerminkan
identitas perusahaan baik dari brand, berbisnis apa, asal daerah, pemilik,
atau lainnya. Perusahaan yang berbentuk PT tidak bisa memakai
sembarang nama karena adanya kemungkinan perusahaan lain telah
menggunakannya. Hal ini tidak berlaku untuk CV, nama perusahaan tidak
dibatasi.

Kekurangan CV
Walaupun demikian, bukan berarti badan usaha yang berbentuk CV tidak
memiliki kekurangan. Badan usaha berbentuk CV juga memiliki
kekurangan. Beberapa kekurangan yang dihadapi jika Anda memilih
badan usaha Anda berbentuk CV adalah sebagai berikut:
1. Riskan terjadi konflik dan gesekan di antara anggota sekutu.
Sebagian sekutu memiliki tanggung jawab yang lebih besar, yakni sekutu
aktif atau komplementer yang berperan sebagai pelaku aktivitas
perusahaan CV, dibandingkan sekutu lainnya.
2. Kemajuan atau kemunduran CV bergantung pada sekutu aktif atau
komplementer sehingga kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu.
Jika sekutu aktif merupakan orang-orang yang kompeten hal ini tentu
menjadi nilai plus. Namun yang dikhawatirkan adalah perusahaan
dijalankan oleh orang-orang yang tidak kompeten, tentu hal ini
memberikan resiko yang besar terhadap keberlangsungan jalannya
perusahaan.
3. Kerugian ditanggung secara bersama-sama. Hal ini bisa menjadi
kelebihan, bisa juga menjadi kekurangan CV. Bagi persekutuan pasif, hal
ini tentu menjadi kerugian karena dia harus merelakan modal yang
ditanamkan pada CV berkurang akibat kerugian yang ditanggung.
4. Tidak dapat dinyatakan pailit, sehingga apabila terjadi kerugian dan
harta perusahaan tidak cukup untuk menanggung kerugian, maka sekutu
aktif memiliki kewajiban untuk menanggung kerugian tersebut walaupun
harus menggunakan harta pribadinya. Sementara sekutu pasif hanya
bertanggung jawab sebesar modal yang ditanam di dalam CV.
5. Modal susah ditarik kembali.

Persekutuan komanditer merupakan salah satu bentuk perusahaan bukan


badan hukum. Persekutuan komanditer disebut dengan Commanditaire
Vennootschap yang sering disingkat dengan CV. Dalam Pasal 19 Kitab
Undang-
Undang Hukum Dagang (KUHD) disebutkan bahwa persekutuan
komanditer
adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk
antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung
menanggung dan bertanggungjawab untuk seluruhnya pada satu pihak, dan
satu
orang atau lebih sebagai pelepas uang pada pihak lain. Terlihat bahwa
bentuk
usaha komanditer tersebut merupakan bentuk kombinasi antara perseroan
terbatas dengan perusahaan firma karena suatu CV memiliki karakteristik
perseroan terbatas dan firma sekaligus.1
Terdapat dua macam sekutu, yaitu sekutu komplementer dan sekutu
komanditer. Sekutu komplementer adalah sekutu aktif yang juga disebut
sekutu
pengurus atau sekutu pemelihara yang menjalankan perusahaan serta
mengadakan hubungan hukum dengan pihak ketiga. Sekutu komanditer
adalah
sekutu pasif yang tidak berwenang menjalankan perusahaan, tetapi hanya
mempunyai kewajiban memberi pemasukan modal kepada perusahaan.2
Dasar hubungan hukum di antara sekutu CV pada dasarnya adalah
hubungan kerja sama untuk mencari dan membagi keuntungan. Hal ini
ditetapkan dalam ketentuan pasal 1618 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
(KUHPerdata) yang menetapkan bahwa persekutuan adalah suatu
perjanjian
antara dua orang atau lebih yang mengikatkan diri untuk memasukkan
sesuatu
dalam persekutuan, dengan maksud untuk membagi keuntungan yang
diperoleh
karenanya.3
Pengertian Kepailitan menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang, debitur yang mempunyai dua atau lebih
kreditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan.
Karena suatu CV bukanlah badan hukum, jadi tidak mungkin dinyatakan
pailit. Kepailitan CV berarti kepailitan dari sekutunya, bukan dari
persekutuannya. Para sekutu masing-masing bertanggung jawab
sepenuhnya
terhadap perikatan-perikatan persekutuan komanditernya. Utang-utang
yang
tidak dibayar oleh CV adalah utang-utang dari para persero CV tersebut.4
Pasal 1646 ayat (4) KUHPerdata menyatakan bahwa persekutuan akan
berakhir apabila salah seorang sekutu meninggal atau ditaruh di bawah
pengampuan atau dinyatakan pailit. Tetapi para sekutu dapat membuat
perjanjian bahwa apabila seorang sekutu mengundurkan diri, meninggal
atau
pailit, persekutuan tidak bubar, melainkan tetap berjalan atau dilanjutkan
olehp sekutu lainnya. Dalam hal CV mengalami kepailitan, yang
bertanggung jawab secarah adalah sekutu komplementer, karena sekutu
komplementer merupakans pengurus yang bertanggung jawab atas
jalannya persekutuan.5
Pasal 21 UU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
menyatakan bahwa kepailitan meliputi seluruh kekayaan debitur pailit.
Tanggung jawab dari sekutu komplementer adalah tidak terbatas, artinya
bertanggung jawab sampai kepada kekayaan pribadi. Apabila sekutu
komplementer lebih dari satu, maka tanggung jawab menjadi tanggung
renteng, yang artinya tanggung jawab itu melibatkan sekutu komplementer
yang lain.
Tanggung jawab sekutu komanditer hanya terbatas pada sejumlah modal
yang disetorkan saja. Sekutu komanditer bertanggung jawab kepada sekutu
komplementer dengan menyerahkan sejumlah pemasukan, sesuai dengan
Pasal 19 KUHD. Karena sekutu komanditer tidak diperbolehkan
melakukan
perbuatan-perbuatan pengurusan atau bekerja dalam perusahaan perseroan,
seperti yang tertulis dalam Pasal 20 KUHD.

Kepailitan CV berarti kepailitan dari sekutunya, bukan dari


persekutuannya. Para sekutu masing-masing bertanggung jawab
sepenuhnya
terhadap perikatan-perikatan persekutuan komanditernya. Dalam hal CV
mengalami kepailitan yang bertanggung jawab secara hukum adalah
sekutu
komplementer, artinya sampai kepada kekayaan pribadi, karena sekutu
komplementer merupakan sekutu pengurus yang bertanggung jawab atas
jalannya persekutuan. Apabila sekutu komplementer lebih dari satu, maka
tanggung jawab menjadi tanggung renteng. Tanggung jawab sekutu
komanditer
hanya terbatas pada sejumlah modal yang disetorkan saja.

Berikut beberapa perbedaan PT dan CV yang perlu diketahui: 1. Bentuk


perusahaan dan badan hukum PT adalah badan usaha yang berbentuk
badan hukum yang statusnya diatur UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas. Sementara CV bukan usaha yang berbadan hukum
karena tidak ada regulasi yang mengaturnya. Sesuai dengan namanya, CV
adalah bentuk badan usaha warisan Kolonial Belanda. Pendiriannya yang
lebih mudah dibandingkan PT, membuat CV banyak dipilih sebagai badan
usaha untuk bisnis UMKM. 2. Modal perusahaan Dalam UU Nomor 40
Tahun 2007, modal pendirian PT ditetapkan sebesar Rp 50 juta, kecuali
ditentukan lain oleh undang-undang atau peraturan yang mengatur tentang
pelaksanaan kegiatan usaha tersebut di Indonesia.
Untuk CV juga membutuhkan minimal 2 orang sebagai pendiri. Namun
ketentuan pendirian CV melarang WNA ikut mendirikan perseroan
komanditer. 4. Pengurusan Perbedaan PT dan CV adalah pada pengurusan.
Pengurusan PT dilakukan oleh direksi yang dipilih berdasarkan RUPS.
Sementara pemegang saham tidak berwenang untuk mengelola mengurus
PT, kecuali jika pemegang saham perusahaan tersebut memang ditunjuk
RUPS sebagai anggota direksi. Dalam CV, pengurusan perseroan terbagi
dalam dua golongan yakni sekutu aktif dan sekutu pasif. Sekutu aktif
bertugas mengurus perusahaan, sementara sekutu pasif tidak memiliki
wewenang mengelola perusahaan dan hanya bertindak sebagai penyetor
modal. 5. Pendaftaran Untuk perbedaan CV dan PT juga terletak pada
pendirian. Pendirian PT harus dibuat di notaris untuk kemudian harus
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
agar berstatus sebagai badan hukum.

5. Jawaban nomor 5

Sederhananya, pengertian PT adalah salah satu jenis badan usaha yang


dilindungi oleh hukum dengan modal yang terdiri dari saham. Seseorang
dikatakan sebagai pemilik PT apabila memiliki bagian saham sebesar dari
jumlah yang ditanamkannya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang membahas


mengenai Perseroan Terbatas (PT), dikatakan bahwa perusahaan berjenis
Perseroan Terbatas adalah suatu badan usaha yang berbentuk badan
hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau
disebut juga dengan persekutuan modal.

Dalam menjalankan perusahaan berjenis Perseroan Terbatas, modal saham


yang dimiliki bisa dijual kepada pihak lain. Artinya, sangat
memungkinkan terjadi perubahan organisasi atau kepemilikan perusahaan
tanpa harus membubarkan dan mendirikan perusahaan kembali.

Selain itu, oleh karena dibentuk berdasarkan kesepakatan, maka bisa


dipastikan bahwa PT didirikan oleh minimal 2 (dua) orang. Pembuatan
perjanjian ini harus diketahui oleh notaris dan dibuatkan aktanya untuk
mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM sebelum resmi
menjadi perusahaan berjenis PT.

Modal Perseroan Terbatas


Lalu, dari mana saja asal modal untuk mendirikan sebuah perusahaan PT?
Pada dasarnya, sumber pendanaan dalam sebuah PT terbagi menjadi 3
(tiga), yaitu:

Modal Dasar
Ini merupakan modal perusahaan yang bisa menilai seberapa besar
perusahaan tersebut. Adanya modal ini akan membantu perusahaan dalam
menentukan kelasnya, apakah termasuk kelas besar, menengah, atau
perusahaan PT kelas kecil.

Modal yang Ditempatkan


Modal ini mengacu pada kesanggupan para pemilik terkait jumlah modal
yang ditanamkan pada perusahaan. Pasal 33 Undang-Undang Perseroan
Terbatas menyatakan bahwa jumlah minimal modal yang ditempatkan
adalah sebesar 25% dari Modal Dasar perusahaan.

Modal yang Disetorkan


Modal setor menjadi jenis sumber dana PT yang paling dianggap nyata
karena menunjukkan jumlah modal yang disetor oleh para pemegang
saham. Besarnya modal setor untuk PT adalah paling sedikit 25% dari
Modal Dasar. Artinya, besarannya sama dengan modal yang ditempatkan
oleh para pemegang saham.

Keunggulan dan Kelemahan Perseroan Terbatas


Setiap badan usaha pasti memiliki keunggulan dan kelemahan. Lalu, apa
saja nilai lebih dari sebuah perusahaan Perseroan Terbatas?

Bentuk badan hukum membuat PT terjamin eksistensinya, meski terjadi


pergantian kepemilikan.
Mudah mendapatkan sumber dana, sehingga turut memudahkan untuk
melebarkan sayap perusahaan.
Perpindahan saham dari pemilik sebelumnya ke pemilik baru bisa
dilakukan dengan lebih mudah.
Sementara itu, kelemahan dari PT adalah:

- Butuh dana besar untuk mendirikannya.


-Proses pendiriannya cenderung rumit.
- Terkadang transparansi tidak terjadi, terlebih yang berkaitan dengan
angka profit.

Peraturan mengenai Perseroan Terbatas diatur didalam Undang-undang


Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”). Di dalam
UU PT mengatur mengenai tanggung jawab pemegang saham dalam
Perseroan Terbatas.

Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang saham Perseroan Terbatas


(“Perseroan”) tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang
dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ketentuan di dalam pasal ini
mempertegas ciri dari Perseroan bahwa pemegang saham hanya
bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham dan tidak meliputi
harta kekayaan pribadinya.

Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung


jawab hingga menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat
(2) UU PT yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1)
tidak berlaku apabila:
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi;

b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak


langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan
pribadi;

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan


melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau

d. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak


langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang Perseroan.

Selain itu berkaitan dengan masalah likuidasi, menurut Pasal 150 ayat (5)
UU PT pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil
likuidasi secara proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap
jumlah tagihan. Kewajiban untuk mengembalikan sisa kekayaan hasil
likuidasi tersebut wajib dilakukan oleh pemegang saham apabila dalam hal
sisa kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan
terdapat tagihan kreditor yang belum mengajukan tagihannya.

Seperti yang kita ketahui di dalam suatu Perseroan Terbatas (“Perseroan”)


terdapat organ-organ di dalamnya yang memegang wewenang dan
tanggung jawab masing-masing. Organ-organ tersebut terdiri dari Rapat
Umum Pemegang Saham (“RUPS”), Direksi dan Dewan Komisaris. Pasal
1 angka 4, angka 5 dan angka 6 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”) mengatur definisi yang dimaksud
dengan ketiga organ tersebut. RUPS memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada Direksi dan Dewan Komisaris. Sedangkan Direksi
adalah organ Perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan, serta mewakili
Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan
ketentuan anggaran dasar. Kemudian, yang dimaksud dengan Dewan
Komisaris adalah organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi
nasehat kepada Direksi.

Berikut ini adalah tanggung jawab yang harus dipegang oleh setiap Direksi
dan Dewan Komisaris dalam Perseroan:

1. Tanggung Jawab Direksi


Menurut Pasal 97 ayat (2) UUPT, setiap anggota Direksi bertanggung
jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya.. Apabila
Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab
sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap
anggota Direksi. Berdasarkan Pasal 97 ayat (3) UUPT, anggota Direksi
tidak dapat dipertanggung jawabkan atas kerugian sebagaimana yang
dimaksud diatas, apabila dapat membuktikan:

Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;


Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk
kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
Tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan
Telah mengambil tindakan untuk mencagah timbul atau selanjutnya
kerugian tersebut.
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan
harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan
dalam kepailitan tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UUPT mengatur bahwa
setiap anggota Direksi secara tanggung-renteng bertanggung jawab atas
seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut. Tanggung
jawab yang dimaksud diatas, berlaku juga bagi Direksi yang salah atau
lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan.

Anggota Direksi dapat tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan


sebagaimana dimaksud diatas, jika dapat membuktikan bahwa: (i)
kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah
melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh
tanggung jawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan Perseroan; (iii) tidak mempunyai benturan kepentingan baik
langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang
dilakukan; dan (iv) telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya
kepailitan.

2. Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan


sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UUPT yaitu dalam
hal melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya
pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha
Perseroan, dan memberi nasehat kepada Direksi. Setiap anggota Dewan
Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab
dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasehat kepada
Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan Perseroan. Kemudian setiap anggota Dewan Komisaris ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Jika Dewan
Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih, maka
tanggung jawab sebagaimana dimaksud diatas, berlaku secara tanggung
renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114 ayat (3) UUPT).
Namun, Dewan Komisaris tidak dapat dipertanggung jawabkan atas
kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat Pasal 114 ayat (3) UUPT
apabila dapat membuktikan:

Telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk


kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;
Tidak mempunyai kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak
langsung atas tindakan pengurusan Direksi yang mengakibatkan kerugian;
dan
Telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah timbul atau
berlanjutnya kerugian tersebut.
Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan
Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang
dilaksanakan oleh Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk
membayar seluruh kewajiban Perseroan akibat kepailitan tersebut, Pasal
114 ayat (4) UUPT mengatur bahwa setiap anggota Dewan Komisaris
secara tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi
atas kewajiban yang belum dilunasi. Tanggung jawab sebagaimana
dimaksud diatas, berlaku juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah
tidak menjabat 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit
diucapkan. Namun, anggota Dewan Komisaris tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban atas kepailitan Perseroan sebagaimana dimaksud
diatas, apabila dapat membuktikan bahwa: (i) kepailitan tersebut bukan
karena kesalahan atau kelalaiannya; (ii) telah melakukan tugas
pengawasan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan
Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan; (iii) tidak
mempunyai kepentingan pribadi, baik langsung maupun tidak langsung
atas tindakan pengurusan oleh Direksi yang mengakibatkan kepailitan; dan
(iv) telah memberikan nasehat kepada Direksi untuk mencegah terjadinya
kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai