Week 1
Introduction to The World of Retailing
2. Peserta diharapkan mampu mendefinisikan konsep retailing, dan seluruh kegiatan retailing.
1. Pengertian Ritel.
1. Pengertian Ritel
Ritel (retailing) adalah kumpulan aktifitas bisnis yang menambah nilai pada produk ataupun
jasa yang ditawarkan kepada konsumen untuk kebutuhan pribadi mereka atau untuk
kebutuhan keluarga. Ritel tidak hanya sekedar produk yang dijual di toko saja namun juga
termasuk di dalamnya jasa pemeriksaan oleh dokter, jasa pengiriman makan, dsb. Dapat
disimpulkan ritel dapat dikategorikan menjadi: toko ritel (store retailing), layanan ritel
(service retailing), dan ritel non-toko (non-store retailing).
Ritel memegang peran penting dalam sebuah rantai pasokan, karena pelaku ritel (retailers)
inilah yang secara langsung melayani konsumen, dan menjadi penghubung Antara produsen
dengan konsumen.
Aktifitas-aktifitas penciptaan nilai yang dilakukan oleh para pelaku ritel adalah:
Keuntungan
sebagai persentase
dari penjualan
Produsen Biaya untuk menghasilkan satu T-Shirt $ 10.00 9.10%
Keuntungan yang diinginkan per unit $ 1.00
Harga jual ke pelaku grosir $ 11.00
Pelaku grosir (whole saler) membeli dan menyimpan produk dalam kuantitas besar dan
menjualnya kepada pelaku ritel umumnya dalam jumlah yang lebih kecil. Para pelaku ritel
juga bisa berlaku sebagai pelaku grosir, dimana konsumen dapat membeli produk baik
eceran maupun secara grosir. Produsen suatu produk juga bisa menjual produknya langsung
pada konsumen, seperti yang dilakukan oleh Apple, dan Nike.
Rantai pasokan yang ada pada umumnya melakukan vertical integration, walaupun dalam
beberapa rantai pasokan, fungsi produksi, penjualan grosir, dan penjualan eceran dilakukan
oleh perusahaan independen. Vertical integration muncul ketika suatu perusahaan
melakukan lebih dari satu kumpulan aktifitas dalam satu saluran. Misalnya saja suatu
pelaku ritel yang juga melayani transaksi grosir dengan mengoperasikan pusat distribusinya
sendiri, yang menyalurkan produk ke toko-toko.
Saluran distribusi berbeda Antara satu Negara dengan Negara lainnya. Perbedaan utama
dalam saluran distribusi di beberapa Negara dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
United Northern
India China
States Europe
Concentration Highest High Lowest Low
Retail density Highest Modest Lowest Low
Average store size Highest Modest Lowest Modest
Role of wholesalers Minimal Modest Extensive Extensive
Infrastructure Best Good Weakest Weak
Restrictions Minimal Extensive Extensive Modest
Di Amerika Serikat, toko-toko ritel umumnya cukup luas. Para pelaku ritel ini umumnya
memiliki gudang sendiri, sehingga mereka tidak membutuhkan fungsi pelaku grosir.
Sementara kondisi sebaliknya terjadi di India. Di India, para pelaku ritel merupakan toko-
toko kecil yang sangat bergantung pada pelaku grosir. Selain itu, infrastruktur di Indonesia
belum bisa mendukung ritel modern dengan baik, khususnya di bidang komunikasi dan
transportasi.
TAHAP 2
TAHAP 3
Mereka yang termasuk dalam bagian terendah atau paling bawah dari piramida ini
berjumlah 25% dari jumlah populasi dunia. Dengan memperhatikan kebutuhan
mereka, maka perusahaan juga dapat memberikan manfaat sosial yaitu menurunkan
tingkat kemiskinan dunia. Namun untuk dapat melakukan kegiatan ritel bagi mereka
ini cukup menantang. Mereka yang merupakan bagian dari BoP ini umumnya
kurang memiliki akses media, internet, mobile phone, dan kartu kredit. Sebagian
besar dari BoP umumnya tinggal di daerah pinggiran, atau daerah terpencil yang
sangat sulit untuk dapat berkomunikasi dengan dunia luar. Terbatasnya permintaan
lokal dan mahalnya biaya untuk mengirim barang bisa menyebabkan lebih tingginya
harga jual untuk barang-barang tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat menyediakan
ritel bagi BoP membutuhkan pendekatam yang inovatif.
Seperti yang dapat dilihat dalam Gambar 4 di atas, langkah pertama dalam proses keputusan
dalam manajemen ritel, adalah memahami industri ritel. Manajer ritel harus mengetahui
dengan baik lingkungan dimana bisnis tersebut dijalankan, setelah itu baru ia bisa
mengembangkan dan mengimplementasikan strategi yang efektif.
Faktor lingkungan yang utama dalam industri ritel adalah kondisi lingkungan makro
(macro-environment) dan kondisi lingkungan mikro (micro environment). Perusahaan ritel
berfokus pada pelanggan dan pesaingnya dalam lingkungan mikro. Mengidentifikasi
pesaing bisa terlihat sangat mudah yaitu para pelaku ritel lain yang menggunakan
pendekatan ritel yang sama, misalnya antara satu department store dengan department store
lain. Persaingan seperti ini dinamakan intra type competition.
Namun untuk dapat menarik minat kelompok konsumen yang lebih besar, maka banyak
pelaku ritel yang terus menambah jumlah barang yang ditawarkan. Hal ini juga bertujuan
untuk memuaskan kebutuhana pelanggan yang ingin menginginkan one-stop shopping.
Ketika pelaku ritel menawarkan produk yang tidak sesuai dengan tipe toko, seperti
drugstore yang menjual pakaian, maka terjadilah scrambled merchandising. Hal ini bisa
mendorong terjadinya intertype competition, yaitu persaingan dianatara para pelaku ritel
yang menjual produk-produk sejenis, seerti drugstore dengan department store. Semakin
tinggi intertype competition, maka akan semakin sulit bagi sebuah pelaku ritel untuk dapat
menentukan siapa pesaingnya.
Langkah berikutnya dalam proses keputusan manajemen ritel, adalah memformulasikan dan
mengimplementasikan strategi ritel berdasarkan pengertian dan pemahaman terhadap
kondisi lingkungan mikro dan makro. Strategi ritel mengidentifikasi target pasar yang akan
dituju oleh pelaku ritel, dan sifat dari barang dagang atau jasa yang ditawarkan oleh pelaku
ritel, dan bagaimana pelaku ritel mengembangkan keunikan yang dapat menjadikannya
unggul dari pesaingnya dalam periode waktu yang lama. Keputusan strategis utama yang
diambil oleh pelaku ritel, mendefinisikan target pasar serta tujuan keuangan mereka. Ketika
terjadi perubahan yang drastis pada lingkungan makro mereka, maka strategi yang sedang
digunakan saat ini harus dikaji ulang. Keputusan strategis lainnya terkait dengan
pengembangan aset-aset penting yang memungkinkan pelaku ritel untuk membangun
keunggulan strategis.
Dalam mengimplementasikan strategi ritel, para pelaku ritel mengembangkan bauran ritel
(retail mix) yang memenuhi kebutuhan target pasar mereka lebih baik dibandingkan para
pesaingnya. Bauran ritel adalah serangkaian keputusan yang diambil pelaku ritel untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
Termasuk dalam elemen-elemen bauran ritel adalah jenis produk dan jasa yang ditawarkan,
merchandise pricing, iklan, dan program-program promosi, desain toko, penataan display
produk bantuan yang diberikan oleh karyawan sales, dan kenyamanan dari lokasi toko.
Ritel (retailing) adalah kumpulan aktifitas bisnis yang menambah nilai pada produk ataupun jasa
yang ditawarkan kepada konsumen untuk kebutuhan pribadi mereka atau untuk kebutuhan keluarga
Dalam mengimplementasikan strategi ritel, para pelaku ritel mengembangkan bauran ritel (retail
mix) yang memenuhi kebutuhan target pasar mereka lebih baik dibandingkan para pesaingnya.
Bauran ritel adalah serangkaian keputusan yang diambil pelaku ritel untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
1. Levy, Michael., Weitz, Barton A. and Dhruv Grewal, (2014), Retailing Management, 9th edition,
McGraw Hill, New York, Chapter 1