Pertanyaan :
Bedasarkan kasus diatas untuk menarik investasi ke daerah Pemda Kabupaten Simalungun :
1. Analisislah atas kasus diatas penyebab Praktek korupsi yang bersifat struktural rumit
dideteksi.
2. Analisislah dampak korupsi atas kasus Penyertaan Modal Perumda ATE terhadap
perekonomian Indonesia.
3. Analisislah permasalahan yang dihadapi oleh banyak pemerintah daerah sehingga
terjadinya korupsi seperti contoh kasus diatas.
4. Jelaskanlah masalah keikutsertaan Indonesia dalam globalisasi ekonomi sehingga
berdampak terjadi praktek kolusi, korupsi dan nepostisme seperti contoh kasus diatas.
1. Praktek korupsi yang bersifat structural rumit dideteksi karena korupsi ini terkait erat
dengan struktur kekuasaan dan kolusi. Korupsi model ini merupakan kerja sama atau
persekongkolan dalam kerja yang tidak baik, misalnya antara penguasa dan pelaku
bisnis dalam mengukuhkan monopoli swasta yang menguntungkan kedua pihak.
Korupsi structural pun dibagi menjadi dua, yaitu in come corruption, yang jelas
motifnya berupa materi, dan policy corruption, yang cirinya membuat peraturan
sedemikian rupa sehingga melegalisasi korupsi agar legitimated. Praktek korupsi jenis
ini susah dibongkar jika lembaga – lembaga perwakilan tidak bekerja sebagaimana
mestinya, lebih – lebih kalau Mahkamah Agung tidak mempunyai hak uji atas
peraturan tersebut. Maraknya korupsi kolektif yang dilakukan orang orang
pemerintahan mengindikasi makin massifnya praktek korupsi ini.
3. Banyak kasus korupsi terjadi di pemerintahan daerah contohnya pada kepala daerah.
Kepala daerah yang terjerat kasus korupsi terus bertambah panjang. Selain sistem
politik di Indonesia yang masih berbiaya tinggi, maraknya kepala daerah yang
terjerembab praktik korupsi juga disebabkan tingginya kekuasaan yang dimiliki
ditambah adanya kesempatan dan rendahnya integritas. Kekuasaan untuk mengambil
keputusan sendiri atau diskresi yang dimiliki kepala daerah tanpa pengawasan yang
memadai mendorong terjadinya praktik korupsi. Dari berbagai referensi tentang
korupsi, salah satunya mengatakan bahwa monopoli ditambah dengan tingginya
kekuasaan (diskresi) yang dimiliki seseorang tanpa adanya pengawasan yang
memadai dari aparat pengawas, akan menyebabkan dorongan melakukan tindak
pidana korupsi. Atau, dengan kata lain korupsi terjadi karena kekuasaan ditambah
adanya kesempatan dan minus integritas. Berdasarkan pengalaman KPK dalam
menangani tindak pidana korupsi, setidaknya terdapat lima modus korupsi kepala
daerah, yaitu intervensi dalam kegiatan belanja daerah mulai dari pengadaan barang
dan Jasa; penempatan dan pengelolaan kas daerah; pelaksanaan hibah dan bantuan
sosial (bansos); pengelolaan aset; hingga penempatan modal pemda di BUMD atau
pihak ketiga. Kemudian, intervensi dalam penerimaan daerah mulai dari pajak daerah
dan retribusi; pendapatan daerah dari pusat; sampai kerja sama dengan pihak lain.
Modus lainnya intervensi dalam perizinan mulai dari pemberian rekomendasi;
penerbitan perizinan; sampai pemerasan. Selain itu, benturan kepentingan dalam
proses pengadaan barang dan jasa; rotasi, mutasi, promosi, dan rangkap jabatan; serta
Penyalahgunaan wewenang dalam proses lelang jabatan. Terkait sektor pengadaan
barang dan jasa yang menjadi 'primadona' kepala daerah untuk melakukan praktik
korupsi, KPK telah mengidentifikasi berbagai titik rawannya. Beberapa di antaranya,
kelembagaan ULP yang tidak independen; Pokja ULP tidak permanen; Pelaksanaan
PBJ yang tidak transparan; Benturan kepentingan dalam pelaksanaan PBJ; dan Sistem
PBJ yang diretas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
4. Terjadinya KKN di Indonesia disebabkan oleh peninggalan pemerintahan colonial
yang dahulu juga melakukan praktek yang sama. Kemiskinan dan ketidaksamaan, gaji
yang rendah sifat tamak dan rakus yang ingin memperkaya diri, serta gaya hidup yang
konsumtif. Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat
lemah. Hukum tidak dijalankan sesuai prosedur yang benar, aparat mudah disogok
sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat. Monopoli Kekuasaan
merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya kontrol oleh lembaga yang mewakili
kepentingan masyarakat. Faktor yang sangat dekat dengan terjadinya korupsi adalah
budaya penyalahgunaan wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih sangat tinggi dan tidak adanya
sistem kontrol yang baik menyebabkan masyarakat meng anggap bahwa korupsi
merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi. Hal ini bisa terjadi karena nilai-nilai
dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk terjadinya korupsi. Misalnya
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Akibatnya
masyarakat menjadi tidak kritis terhadap kondisi, seperti dari mana kekayaan itu
berasal. Salah satu yang dapat menjadi penyebab korupsi adalah masalah politik.
Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak korupsi,
yaitu seseorang atau golongan tertentu membeli suatu atau menyuap para
pemilih/anggota partai agar dapat memenangkan pemilu. Perilaku korup seperti
penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi.
Dampak Negatif Korupsi di Indonesia
Korupsi memiliki dampak negatif bagi negara indonesia. Korupsi memiliki dampak
hebat, utamanya terhadap ekonomi. Beberapa ahli juga membuat statement yang
dapat diringkas beberapa poin, bahwa korupsi menyebabkan enam hal sebagai
berikut:
Investasi mejadi rendah, terutama investasi langsung dari luar negeri.
Mengurangi pertumbuhan ekonomi.
Mengubah komposisi belanja pemerintah menjadi tidak produktif.
Ketidaksamaan dan kemiskinan menjadi lebih besar.
Mengurangi efisiensi bantuan.
Menyebabkan negara menjadi krisis.
Korupsi juga melanggar dan mengganggu hak asasi manusia. Khususnya hak yang
harus dimiliki oleh seorang anak. ICHRP dan Transpalency Internasional mencatat
bahwa korupsi berdampak pada terlanggarnya hak anak untuk hidup, khususnya hak
untuk memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan. Dalam prespektif ekonomi
politik korupsi merupakan kejahatan yang secara langsung menggerogoti sendi–sendi
bangunan ekonomi dan politik suatu bangsa. Dan korupsi juga dapat merusak sendi–
sendi kehidupan bermasyarakat.