Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PENYEHATAN UDARA- B

RADIASI PENGION

Disusun Oleh :
Kelompok 1

Ananda Putri Andrina P23133117005


Arina Da Selva P23133117007
Bunga Dewi Arum Sari P23133117008
Christian Anggakusuma Rahman P23133117009
Fikahanifah Purwakusumaningrum P23133117013
Muhammad Ivan Erlangga P23133117025
Ria Shania P23133117031

Tingkat 3 D4-A Kesehatan Lingkungan

Dosen Pembimbing :

Budi Pramono, S.KM.,M.Kes


KuatPrabowo, SKM.,M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


Jalan Hang Jebat III Blok F No.3, RT.4/RW.8, Gunung, Kebayoran Baru, RT.4/RW.8,
Gunung, Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 1220
1. Pengertian Radiasi Pengion
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) (2008), menyatakan bahwa Radiasi adalah
pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau
gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber
radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain.
Radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau disebut juga dengan foton
adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai massa dan muatan listrik. Misalnya adalah
gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi tampak seperti sinar lampu, sinar
matahari, gelombang microwave, radar dan handphone.

Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-
pengion (BATAN, 2008).
Radiasi Pengion Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses
ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi.
Jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan
neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi
pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X dan
partikel neutron (BATAN, 2008).
Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu, akan
muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini
disebut ionisasi. Ion ini kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termasuk benda hidup. Radiasi pengion disebut juga radiasi atom atau radiasi nuklir.
Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta
partikel beta, alfa dan neutron. Partikel beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan
ionisasi secara langsung. Meskipun tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X,
sinar gamma dan sinar kosmik juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat
menimbulkan ionisasi secara tidak langsung.

Gambar 1.1 Tiga Macam Radiasi Pengion yang Dapat Menembus Benda Padat : Kertas,
Alumunium, dan Timbal.

2. Sumber Radiasi Pengion


Sumber radiasi dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu yang
berasal dari alam dan yang buatan manusia:
a) Radiasi Latar Belakang (Alam).
Jauh, sebelum sinar-X ditemukan oleh Roentgen dan uranium radioaktif oleh
Becquerel yaitu sekitar tahun 1895, manusia sudah dan senantiasa mendapat
radiasi dari alam sekitarnya.Radiasi yang diperoleh dari alam sekitarnya
disebut radiasi latar belakang (alam). Radiasi latar belakang yang diterima
tubuh manusia terdiri dari sinar kosmik dan radiasi pengion lain yang berasal
dari radionuklida alam. Beberapa ahli berpendapat bahwa 2 sampai 10 %
mutasi alam pada manusia disebabkan oleh radiasi latar belakang. Beberapa
ahli yang lain mencoba mencari hubungan antara dosis radiasi latar belakang
dengan frekuensi terjadinya perubahan genetik, leukimia dan kanker lain.
b) Sumber Radiasi Buatan Manusia.
Sinar-X dikenal sebagai radiasi yang merambat lurus, tidak dipengaruhi oleh
medan listrik maupun medan magnet serta mengakibatkan zat fosforesensi dapat
berpendar. Kenyataan membuktikan bahwa semakin besar kecepatan elektron
yang membentur target, semakin besar daya tembus sinar-X yang
ditimbulkannya. Semakin banyak elektron yang membentur target semakin tinggi
intensita sinar X.

3. Risiko Kesehatan
Radiasi pengion adalah radiasi radiasi yang mampu menimbulkan ionisasi pada suatu
bahan yang dilalui. Ionisasi tersebut diakibatkan adanya penyerapan tenaga radiasi
pengion oleh bahan yang terkena radiasi. Dengan demikian banyaknya jumlah
ionisasi tergantung dari jumlah tenaga radiasi yang diserap oleh bahan (BATAN,
2008). 12 Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetik dan sel somatik. Sel
genetik adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada lakilaki, sedangkan sel
somatik adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka
efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau
efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena
paparan radiasi. Sedangkan, efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh
individu yang terpapar radiasi (BATAN, 2008).

Ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan
atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang
disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik
adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada sel (BATAN, 2008).
Efek deterministik pada organ reproduksi atau gonad adalah sterilitas atau
kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu proses pembentukan sel
sperma yang akhirnya akan mempengaruhi jumlah sel sperma yang akan dihasilkan.
Dosis radiasi 0,15 Gy merupakan dosis ambang terjadinya sterilitas yang bersifat
sementara karena sudah mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma
selama beberapa minggu. Pengaruh radiasi pada sel telur sangat bergantung pada usia.
Semakin tua usia, semakin sensitif terhadap radiasi karena semakin sedikit sel telur
yang masih tersisa 13 dalam ovarium. Selain sterilitas, radiasi dapat menyebabkan
menopuse dini sebagai akibat dari gangguan hormonal sistem reproduksi (BATAN,
2008).
Dosis ambang sterilitas menurut International Commission on Radiological Protection
(ICRP) 60 adalah 2,5 – 6 Gy. Pada usia yang lebih muda (20-an), sterilitas permanen
terjadi pada dosis yang lebih tinggi yaitu mencapai 12 – 15 Gy.

4. Pengukuran / Monitoring
Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba. Indera manusia
tidak dapat mendeteksi radiasi sehingga seseorang tidak dapat mengetahui kapan ia
dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat,
yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri dari detektor radiasi dan
rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya, monitor radiasi dilengkapi dengan
alarm yang akan mengeluarkan bunyi jika ditemukan radiasi. Bunyi alarm semakin
keras apabila tingkat radiasi yang ditemukan semakin tinggi. Monitor radiasi
umumnya digunakan hanya untuk mengetahui ada atau tidaknya radiasi.Monitor
radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau dosis yang diterima oleh
seseorang disebut dosimeter perorangan dan monitor radiasi yang digunakan untuk
mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis di suatu area dikenal dengan survaimeter.
Alat-alat tersebut dapat disamakan dengan indikator jarak dan speedometer pada
mobil.Indikator jarak menunjukkan berapa km atau mil yang telah dijalani oleh mobil,
seperti halnya dosimeter perorangan menunjukkan beberapa dosis radiasi yang telah
diterima oleh seseorang.Speedometer menunjukkan pada kita seberapa km atau mil
kecepatan mobil perjam, seperti survaimeter menunjukkan berapa laju dosis
radiasi.Salah satu cara untuk mengukur dosis radiasi pada dosimeter perorangan
adalah berdasarkan pada tingkat kehitaman film jika terkena radiasi. Dengan
memproses film dan mengukur tingkat kehitamannya, dosis radiasi yang diterima oleh
seseorang dapat diperkirakan.
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya yang
dihasilkan pada bahan tertentu akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses
pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo Luminescence
Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat digunakan
kembali setelah dilakukan proses pembacaan dosis.Berbeda dengan dosimeter
perorangan yang memberikan informasi dosis radiasi yang telah diterima, survaimeter
memberikan informasi laju dosis radiasi pada suatu area pada suatu saat. Hasil
perkalian antara laju dosis yang ditunjukkan survaimeter dan lama waktu selama
berada di area merupakan perkiraan jumlah radiasi atau dosis yang diterima bila
berada di suatu area selama waktu tersebut. Dengan survaimeter ini seseorang dapat
menjaga diri agar tidak terkena radiasi yang melebihi batas yang diizinkan.

5. Pengendalian
Pemantauan radiasi lingkungan ini bertujuan untuk mendeteksi paparan radiasi yang
dipancarkan dari scmua aktivitas lingkungan serta menjamin bahwa tidak ada
pelepasan zat radioaktif.Pemantauan radiasi lingkungan mencakup dua kegiatan
utama, yaitu pemantauan daerah kerja dan pemantauan kawasan.Jenis pemantauan
daerah kerja disesuaikan dengan jenis sumber yang digunakan dan kegiatan di tempat
tersebut. Pada daerah kerja yang hanya menggunakan sumber tertutup cukup yang
dilakukan pemantauan radiasi saja, sedangkan pada daerah kerja yang menggunakan
sumber terbuka dilakukan pemantauan radiasi dan pemantauan kontaminasi
Pemantauan ini dapat dilakukan secara langsung melalui pengambilan sampel-sampel
lingkungan seperti tanah, rumput, hasil bumi, air tanah, udara, dan sebagainya.
Pemantauan radiasi dan radioaktivitas lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kegiatan,
yaitu sebagai berikut :
a) Pemantauan Rutin
Pemantauan rutin dilakukan pada kondisi operasi normal untuk memastikan
bahwa tempat kerja maupun lingkungan cukup aman.Dengan pemantauan rutin
diperoleh kepastian bahwa kondisi tempat kerja terjamin keselamatannya.
b) Pemantauan Operasional
Pemantauan operasional dilakukan pada saat akan memulai pekerjaan dan pada
saat melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang memerlukan perhatian khusus.
Pemantauan ini bertujuan untuk memberikan informasi dasar dalam pelaksanaan
kerja maupun pemilihan metode terbaik untuk melindungi pekerja dari
penerimaan dosis radiasi, seperti laju dosis suatu sumber untuk menentukan jarak
yang aman dalam menangani sumber
c) Pemantauan Khusus
Pemantauan khusus Dilakukan jika ada kejadian atau kemungkinan terjadinya
kondisi abnormal termasuk terjadinya suatukecelakaan. Pemantauan ini bertujuan
untuk memberi informasi secara rinci mengenai suatu kejadian dan dapat dipakai
sebagai bahan untuk menyusun program kerja dalam menanggulangi kejadian
tersebut.

Pengendalian Radiasi Lingkungan


Cara mengendalikan atau memproteksi radiasi bisa dilakukan dengan cara
mempunyai apresiasi tentang keselamatan radiasi, mengerti tentang filosofi kesehatan
lingkungan, dapat menjadi kawan yang baik serta dapat memanfaatkan semaksimum
mungkin radiasi pengion dengan risiko (kerugian) yang sekecil-kecilnya.
Pengendalian radiasi dapat dilakukan secara teknik berupa pembatas fisik yang
diteraapkan atau diintegrasikan dalam tekni proteksi radiasi elektromagnetik, adalah
sebagai berikut :
1. Penggunaan sistem interlocks.
2. Pemakaian shielding tetap dalam desain fasilitas dan peralatan
3. Penggunaan remote manipulators.
4. Penggunaan preset timer dalam peralatan radiografi untuk mengendalikan waktu
pajanan.
DAFTAR PUSTAKA

https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/R0013013_bab2.pdf

https://www.academia.edu/20014003/radiasi_lingkungan

Anda mungkin juga menyukai