3 DIV-A
Kelompok 4 / 3 DIV - A
02 Pendekatan Pendidikan
03 Pendekatan Psiko-Sosial
04 Pendekatan Sistem
Agribisnis
Latar Belakang
Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan
ilmu penyuluhan pembangunan di Indonesia, studi-
studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus
dikaji, terutama kaitannya dengan kegiatan
pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Hal ini
sejak dimulainya “Revolusi hijau” di Indonesia
Beberapa pokok-pokok pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan pembangunan
pertanian, sebagai berikut :
3 4
Kualitas Penyuluh Status Sosial Ekonomi
Penerima / Pengguna Inovasi
2 5
Forum Media
dimaksudkan untuk menggabungkan
03
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh
saluarn antar-pribadi dan media-masa
6. Status Sosial-ekonomi Penerima atau
Pengguna Inovasi
faktor yang mempengaruhi kecepatan
seseorang untuk mengadopsi inovasi
(Lionberger, 1960)
1. Luas usahatani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan
ekonomi yang lebih baik.
2. Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat pendapatan semakin
tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.
3. Keberanian mengambil resiko, sebab, pada tahap awal biasanya tidak selalu berhasil seperti yang
diharapkan. Karena itu, individu yang memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih inovatif.
4. Umur, semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung
hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
5. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri.
Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya
lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat
setempat.
6. Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru.
Golongan masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif dibanding
orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi
1. Prasangka Interpersonal
Adanya sifat kelompok masyarakat (terutama yang masih tertutup) untuk mencurigai setiap tindakan
orang-orang yang berasal dan berada di luar sistem sosialnya, seringkali berpengaruh terhadap
kecepatan adopsi inovasi.
2. Pandangan terhadap kondisi lingkungannya yang terbatas
Foster (1965) dan Shanin (1973) dari hasil pengamatannya menyimpulkan bahwa, kecepatan adopsi
inovasi sangat tergan-tung pada persepsi sasaran terhadap keadaan lingkungan sosial di sekitarnya.
3. Sikap terhadap penguasa
Di dalam kehidupaan sehari-hari, sebenarnya terdapat dualisme tentang sikap masyarakat terhadap
penguasanya. Di satu pihak, elit penguasa dinilai sebagai kelompok yang selalu meendomi-nasi dan
mengeksploitasi warga masyarakat pada umumnya, dan di pihak lain dinilai sebagai pelindung dan
kelom-pok yang memegang kekuasaan dan mampu memecahkan masa-lah-masalah yang mereka
hadapi.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi
4. Sikap kekeluargaan
dalam sistem sosial yang sikap kekeluargannya masih tebal, adopsi inovasi berlangsung relatif lambat,
karena setiap pengambilan keputusan untuk mengadopsi selalu harus menunggu kesepakatan seluruh
anggota keluarga atau kerabat-nya. Dan ini relatif berbeda dengan masyarakat komersial yang
individualistis, yang pada umumnya dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengadopsi inovasi yang
ditawarkan penyuluhnya.
5. Fatalisme
Fatalisme adalah suatu kondisi yang menunjukkan ketidak-mampuan seseorang untuk merencanakan masa
depannya sendiri, sebagai akibat dari pengaruh faktor-faktor luar yang tidak mampu dikuasainya.
6. Kelemahan Aspirasi
Sebagai akibat lanjutan dari kondisi fatalisme adalah lemahnya aspirasi atau cita-cita untuk menikmati
kehidupan yang lebih baik. Dalam kondisi seperti ini, sebagian besar masyarakat sasaran akan bersifat
pasrah, dan cukup puas dengan apa yang dapat dinikmati tanpa adanya cita-cita dan harapan untuk dapat
hidup yang lebih baik. Sehingga, setiap inovasi yang ditawarkan akan sangat lamban diadopsi.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi