Anda di halaman 1dari 30

DIFUSI INOVASI

3 DIV-A
Kelompok 4 / 3 DIV - A

1. Ahmad Fauzan Daniza


2. Hamida Puspita
3. Ibnu Akil
4. Irfan Maulana
5. Julfyany Matta Sari
6. Tania Tirtaning Hasanah
01 Pendekatan Komunikasi

02 Pendekatan Pendidikan

03 Pendekatan Psiko-Sosial

04 Pendekatan Sistem
Agribisnis
Latar Belakang
Sejalan dengan semakin berkembangnya penerapan
ilmu penyuluhan pembangunan di Indonesia, studi-
studi tentang adopsi inovasi kian menarik untuk terus
dikaji, terutama kaitannya dengan kegiatan
pembangunan pertanian yang dilaksanakan. Hal ini
sejak dimulainya “Revolusi hijau” di Indonesia
Beberapa pokok-pokok pemikiran tentang adopsi inovasi kaitannya dengan pembangunan
pertanian, sebagai berikut :

1. Adopsi inovasi memerlukan proses komunikasi yang terus-menerus untuk


mengenalkan, menjelaskan, mendidik dan membantu masyarakat agar tahu,
mau dan mampu menerapkan teknologi terpilih (yang disuluhkan)
2. Adopsi inovasi merupakan proses pengambilan keputusan yang
berkelanjutan dan tidak kenal henti, untuk: memperhatikan, menerima,
memahami, menghayati dan menerapkan teknologi terpilih yang disuluhkan.
3. Adopsi inivasi memerlukan kesiapan untuk melakukan perubahan-perubahan
dalam praktek berusahatani, dengan memanfaatkan teknologi terpilih (yang
disuluhkan).
4. Selaras dengan itu, maka kajian terhadap faktor-faktor penentu adopsi
inovasi dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sekaligus, yaitu: pendekatan
komunikasi, psiko-sosial, dan sistem agribisnis.
Pendekatan
Komunikasi
Kualitas Penyuluhan
Saluran Komunikasi Yang Sumber informasi yang
Digunakan dimanfaatkan

3 4
Kualitas Penyuluh Status Sosial Ekonomi
Penerima / Pengguna Inovasi
2 5

Sifat – Sifat Inovasinya


1 6 Cara Pengambilan Keputusan
1. Sifat – Sifat Inovasi
Sifat – Sifat Intrinsik Mencakup Sifat – Sifat Ekstrinsik Mencakup

1. informasi ilmiah yang melekat/dilekatkan 1. kesesuaian (compatibility) inovasi


pada inovasinya, dengan lingkungan setempat (baik
2. nilai-nilai atau keunggulan-keunggulan lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan
(teknis, ekonomis, sosial budaya, dan kemampuan ekonomis masyarakatnya).
politis) yang melekat pada inovasinya, 2. tingkat keunggulan relatif dari inovasi
yang ditawarkan,; baik keunggulan teknis
3. tingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi,
(kecocokan dengan keadaan alam
4. mudah/tidaknya dikomunikasikan setempat, tingkat produktivitas-nya),
(kekomunikatifan) inovasi, ekonomis (besarnya biaya atau
5. mudah/tidaknya inovasi tersebut keuntungannya), manfaat non ekonomi,
dicobakan (trialability), maupun dampak sosial budaya dan politis
6. mudah/tidaknyaa inovasi tersebut yang ditimbulkannya.
diamati (observability).
2. Kualitas Penyuluh

Kemampuan dan Pengetahuan penyuluh


ketrampilan penyuluh
untuk berkomunikasi
1
4 2 tentang inovasi yang
(akan) disuluhkan

Sikap penyuluh, baik


terhadap inovasi, 3 Tolok 4
Kesesuaian latar
belakang sosial-budaya
sasaran dan profesinya
Ukur penyuluh dan sasaran
3. Sumber
Informasi Yang Gologan yang inovatif, biasanya banyak
memanfaatkan beragam sumber informasi,
seperti: lembaga pendidikan/perguruan
Dimanfaatkan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas yang
terkait, media masa, tokoh-tokoh masyarakat
(petani) setempat maupun dari luar, maupun
lembaga-lembaga komersial (pedagang, dll).
Berbeda dengan golongan yang inovatif,
golongan masyarakat yang kurang
inovatif umumnya hanya memanfaatkan
infor-masi dari tokoh-tokoh (petani) setempat,
dan relatif sedikit memanfaat informasi dari
media-masa
4. Saluran Komunikasi Yang Digunakan
Saluran Antar Pribadi
media antar-pribadi biasanya lebih efektif untuk
01
diterapkan pada tahapan yang lebih lanjut, sejak
menum-buhkan minat sampai pada
penerapannya.
.
Media Massa
02 media masa biasanya lebih efektif dan lebih
murah untuk mengenalkan inovasi pada
tahap-tahap penyadaran dan menumbuhkan
minat

Forum Media
dimaksudkan untuk menggabungkan
03
keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh
saluarn antar-pribadi dan media-masa
6. Status Sosial-ekonomi Penerima atau
Pengguna Inovasi
faktor yang mempengaruhi kecepatan
seseorang untuk mengadopsi inovasi
(Lionberger, 1960)

1. Luas usahatani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena memiliki kemampuan
ekonomi yang lebih baik.
2. Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat pendapatan semakin
tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.
3. Keberanian mengambil resiko, sebab, pada tahap awal biasanya tidak selalu berhasil seperti yang
diharapkan. Karena itu, individu yang memiliki keberanian menghadapi resiko biasanya lebih inovatif.
4. Umur, semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi inovasi, dan cenderung
hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
5. Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri.
Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar sistem sosialnya sendiri, umumnya
lebih inovatif dibanding mereka yang hanya melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat
setempat.
6. Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru.
Golongan masyarakat yang aktif mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif dibanding
orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang baru.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi

1. Prasangka Interpersonal
Adanya sifat kelompok masyarakat (terutama yang masih tertutup) untuk mencurigai setiap tindakan
orang-orang yang berasal dan berada di luar sistem sosialnya, seringkali berpengaruh terhadap
kecepatan adopsi inovasi.
2. Pandangan terhadap kondisi lingkungannya yang terbatas
Foster (1965) dan Shanin (1973) dari hasil pengamatannya menyimpulkan bahwa, kecepatan adopsi
inovasi sangat tergan-tung pada persepsi sasaran terhadap keadaan lingkungan sosial di sekitarnya.
3. Sikap terhadap penguasa
Di dalam kehidupaan sehari-hari, sebenarnya terdapat dualisme tentang sikap masyarakat terhadap
penguasanya. Di satu pihak, elit penguasa dinilai sebagai kelompok yang selalu meendomi-nasi dan
mengeksploitasi warga masyarakat pada umumnya, dan di pihak lain dinilai sebagai pelindung dan
kelom-pok yang memegang kekuasaan dan mampu memecahkan masa-lah-masalah yang mereka
hadapi.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi

4. Sikap kekeluargaan
dalam sistem sosial yang sikap kekeluargannya masih tebal, adopsi inovasi berlangsung relatif lambat,
karena setiap pengambilan keputusan untuk mengadopsi selalu harus menunggu kesepakatan seluruh
anggota keluarga atau kerabat-nya. Dan ini relatif berbeda dengan masyarakat komersial yang
individualistis, yang pada umumnya dapat mengambil keputusan sendiri untuk mengadopsi inovasi yang
ditawarkan penyuluhnya.
5. Fatalisme
Fatalisme adalah suatu kondisi yang menunjukkan ketidak-mampuan seseorang untuk merencanakan masa
depannya sendiri, sebagai akibat dari pengaruh faktor-faktor luar yang tidak mampu dikuasainya.
6. Kelemahan Aspirasi
Sebagai akibat lanjutan dari kondisi fatalisme adalah lemahnya aspirasi atau cita-cita untuk menikmati
kehidupan yang lebih baik. Dalam kondisi seperti ini, sebagian besar masyarakat sasaran akan bersifat
pasrah, dan cukup puas dengan apa yang dapat dinikmati tanpa adanya cita-cita dan harapan untuk dapat
hidup yang lebih baik. Sehingga, setiap inovasi yang ditawarkan akan sangat lamban diadopsi.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi

7. Hanya berpikir untuk hari ini


Dengan lemahnya aspirasi yang disebabkan oleh fatalisme di atas, warga masyarakat yang bersangkutan
tidak pernah berpikir tentang hari esok. Yang menyelimuti hati dan pikiran mereka hanyalah: bagaimana
untuk bisaa hidup hari ini sepuas-puasnya, sedang hari esok tergantung kepada nasib.
8. Kosmopolitnes
Kosmopolitnes, yaitu tingkat hubungannya dengan “dunia luar” di luar sistem sosialnya sendiri. Bagi warga
masyarakat yang relatif lebih kosmopolit, adopsi inovasi dapat berlangsung lebih cepat.
9. Kemampuan Berpikir Kritis
dalam arti kemampuan untuk menilai sesuatu keadaan (baik/buruk, pantas/tidak pantas, dll).
Akibatnya adalah, meskipun inovasi yang ditawarkan itu akan benar-benar dapat memberikaan peluang
untuk meraih mutu hidup yang lebih baik, proses pengambilan keputusan untuk mengadopsi tetap juga
berjalan lamban.
Dixon (1982) mengemukakan beberapa sifat individu yang sangat
berperan dalam mempengaruhi kecepataan adopsi inovasi

10. Tingkat kemajuan peradabannya


Kemajuan tingkat peradaban, akan sangat menentukan ragam dan mutu kebutuhan-kebutuhan yang
dirasakan oleh setiap individu dalam sistem sosial yang bersang-kutan (Lippit, 1958).
Karena itu, tingkat adopsi inovasi di dalam masyarakat yang lebih maju akaan relatif lebih cepat, karena
setiap warga masyarakat terdorong untuk selalu ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang terus menerus
mengalami perubahaan, baik dalam ragaam kebutuhannya maupun mutu yang diinginkannya.
Pendekatan
Pendidikan
Osgood (1953) melalui penjelasannya mengenai teori
rangsangan dan tanggapan (stimulus-response
theory),mengemukakan bahwa proses adopsi yang
merupakan salah satu bentuk tanggapan atas
rangsangan (inovasi) yang diterima, sangat tergantung
kepada manfaat atau reward, yang dapat
dihadapkannya, sedang besarnya tanggapan tersebut,
tergantung kepada: besar atau jumlah manfaat,
kecepatan waktu penerimaan manfaat, frekuensi
penerimaan manfaat, dan besarnya energi atau korban
yang dikeluarkan.
Pendekatan
Psikososial
Secara psikologis, kegiatan yang
diiakukan oleh seseorang (untuk
melakukan atau tidak melakukan
sesuatu), dilatar belakangi oleh adanya
motivasi, yaitu tekanan atau dorongan
(yang berupa kebutuhan, keinginan,
harapan dan atau tujuan - tujuan) Yang
menyebabkan seseorang melakukan
kegiatan tersebut (Berelson and Steiner,
1967; Newman and Newman 1979).
Pendekatan
Sistem Agribisnis
variabel-
1. Kualitas pelayanan input, khususnya yang berkaitan
dengan: pengadaan sarana produksi dan kredit. variabel yang
perlu
2. Aplikasi dan supervisi dalam penggunaan input
diperhatikan
dalam proses
3. Jaminan harga dan sistem pemasaran produk
adopsi
adalah:
Inti dari setiap upaya pembangunan yang
disampaikan melalui kegiatan penyuluhan, pada
dasarnya ditujukan untuk tercapainya
perubahan-perubahan perilaku masyarakat demi
terwujudnya perbaikan mutu hidup yang
mencakup banyak aspek, baik: ekonomi, sosial,
budaya, ideologi, politik maupun pertahanan dan
keamanan.
Karena itu, pesan-pesan pembangunan yang
disuluhkan haruslah mampu mendorong atau
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan
yang memiliki sifat “pembaharuan” yang biasa
disebut dengan istilah “inovativensess”.
Pengertian Inovasi
(Mardikanto, 1988)”.:
Rogers dan Shoemaker (1971) “Sesuatu ide, produk, informasi
mengartikan inovasi sebagai:
ide-ide baru, praktek-praktek
03 teknologi,kelembagaan, perilaku,
nilai-nilai, dan praktek-praktek baru
baru, atau obyek-obyek yang
dapat dirasakan sebagai sesuatu
01 yang belum banyak diketahui,
yang baru oleh individu atau diterima, dan
masyarakat sasaran penyuluhan. digunakan/diterapkan/dilaksanakan
oleh sebagian besar warga
masyarakat dalam suatu lokalitas
Lionberger dan Gwin (1982) tertentu, yang dapat digunakan atau
mengartikan inovasi tidak
mendorong terjadinya perubahan-
sekadar sebagai sesuatu yang
baru, tetapi lebih luas dari itu, perubahan di segala aspek
yakni sesuatu yang dinilai baru 02 kehidupan masyarakat demi selalu
atau dapat mendorong terwujudnya perbaikan-perbaikaan
terjadinya pembaharuan dalam mutu hidup setiap individu dan
masyarakat atau pada lokalitas seluruh warga masyarakat yang
tertentu. bersangkutan”.
Adopsi, dalam proses penyuluhan
(pertanian), pada hakekatnya dapat
diartikan sebagai proses penerimaan
inovasi dan atau perubahan perilaku baik
yang berupa: pengetahuan (cognitive),
sikap (affective), maupun ketrampilan
(psychomotoric) pada diri seseorang
setelah menerima “inovasi” yang
disampaikan penyuluh oleh masyarakat
sasarannya.
3. evalution atau penilaian terhadap baik/buruk atau 4. trial atau mencoba dalam
manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara skala kecil untuk lebih meyakinkan
lebih lengkap. penilaiannya, sebelum
menerapkan untuk skala yang
lebih luas lagi.

2. interest, atau tumbuhnya minat yang


seringkali ditandai oleh keinginannya untuk
bertanya atau untuk mengetahui lebih
banyak/jauh tentang segala sesuatu yang 5. adoption atau
berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan menerima/menerapkan
oleh penyuluh. dengan penuh keyakinan
berdasarkan penilaian dan
uji coba yang telah
dilakukan/diamati-nya
1. awareness, atau kesadaran, sendiri.
yaitu sasaran mulai sadar
tentang adanya inovasi yang
ditawarkan oleh penyuluh.
Daftar Pustaka

Buku Ajar Pemberdayaan Masyarakat


https://lombokagriculture.wordpress.com/20
11/02/08/pengertian-tentang-inovasi/

Anda mungkin juga menyukai