Penerimaan di sini mengandung arti tidak sekadar "tahu", tetapi sampai benar-
benar dapat melaksanakan atau menerap-kannya dengan benar serta
menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut,
biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain,
sebagai cerminan dari adanya perubahan: sikap, pengeta-huan, dan atau
ketrampilannya.
Pengertian adopsi sering rancu dengan "adaptasi" yang berarti penyesuaian. Di
dalam proses adopsi, dapat juga berlangsung proses penyesuaian, tetapi adaptasi
itu sendiri lebih merupakan proses yang berlangsung secara alami untuk
melakukan penyesuaian terhadap kondisi lingkungan. Sedang adopsi, benar-benar
merupakan proses penerimaan sesuatu yang "baru" (inovasi), yaitu menerima
sesuatu yang "baru" yang ditawarkan dan diupayakan oleh pihak lain (penyuluh).
Tahapan-tahapan Adopsi
Dalam proses adopsi atau penerimaan, kita dapat melihat adanya lima
tahap, yaitu :
1. Tahap kesadaran atau penghayatan (awareness stage
Pada tahap ini sasaran sudah maklum atau menghayati sesuatu hal yang
baru yang aneh tidak biasa (kebiasaan atau cara yang mereka lakukan kurang baik
atau mengandung kekeliruan, cara baru dapat meningkatkan hasil usaha dan
pendapatannya, cara baru dapat mengatasi kesulitan yang sering dihadapi
2. Tahap Minat atau tertarik (interest stage). [ Mencari informasi lebih lanjut ]
Pada tahap ini sasaran mulai ingin mengetahui lebih banyak perihal yang
baru tersebut. Ia menginginkan keterangan-keterangan yang lebih terinci
lagi. Sasaran mulai bertanya-tanya.
3. Tahap Penilaian (Evaluation stage). [ Menimbang manfaat dan kekurangan
penggunaan inovasi ]
Pada tahap ini sasaran mulai berpikir-pikir dan menilai keterangan-keterangan
perihal yang baru itu. Juga ia menghubungkan hal baru itu dengan keadaan
sendiri (kesanggupan, resiko, modal, dll.).
4. Tahap Percobaan ( Trial stage) [ Menguji sendiri inovasi pada skala kecil ]
Sasaran sudah mulai mencoba-coba dalam luas dan jumlah yang sedikit
saja. Sering juga terjadi bahwa usaha mencoba ini tidak dilakukan sendiri, tetapi
sasaran mengikuti (dalam pikiran dan percakapan-percakapan), sepak terjang
tetangga atau instansi mencoba hal baru itu (dalam pertanaman percobaan atau
demosntrasi).
5. Tahap Penerimaan (Adoption)
[ Menerapkan inovasi pada skala besar setelah membandingkannya dengan
metoda lama ]
Sasaran sudah yakin akan kebenaran atau keunggulan hal baru itu, maka ia
mengetrapkan anjuran secara luas dan kontinu. Ia juga akan mengajurkannya
kepada tetangga atau teman-temannya.
Kategori Adopter
1. inovator (innovators),
2. pengadopsi awal (early adopters),
3. mayoritas awal (early majority),
4. mayoritas lambat (late majority), dan
5. kelompok lamban (laggars).
1. Inovator (innovators)
Inovator merupakan individu-individu yang selalu ingin mencoba sesuatu
yang baru. Kemampuan finansialnya harus cukup mendukung keinginan tersebut,
karena belum tentu inovasi yang dicobanya menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan secara finansial.
2. Pengadopsi awal (early adopters)
Pengadopsi awal dengan demikian harus mampu menerima resiko
ketidakpastian, dan sekaligus evaluasi subyektifnya mengenai suatu inovasi
kepada mereka di lingkungannya.
3. Mayoritas awal
Mayoritas awal mengadopsi suatu ide baru lebih awal dari pada
kebanyakan anggota suatu sistem sosial. Mereka sering berhubungan dengan
lingkungannya, tetapi jarang dipandang sebagai pembentuk opini. Kehati-hatian
merupakan kata kunci bagi mereka sehingga jarang diangkat sebagai pemimpin.
mayoritas akhir memandang inovasi dengan skeptisme yang berlebihan,
mereka baru mengadopsi suatu inovasi setelah sebagian besar anggota sistem
sosial mengadopsi.
4. Kelompok lamban (laggars)
Kelompok akhir adalah kelompok yang paling bersifat lokalit di dalam
memandang suatu inovasi. Kebanyakan mereka terisolasi dari lingkungannya,
sementara orientasi mereka kebanyakan adalah pada masa lalu. Keputusan-
keputusan diwarnai dengan pertimbangan apa yang telah dilakukan pada masa
lampau, sedangkan interaksi mereka kebanyakan hanya dengan sesamanya yang
mempercayainya tradisi lebih dari yang lain.
Dengan pengetahuan tentang kategorisasi adopter ini dapatlah kemudian
disusun strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima kategori adopter,
sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan keadaan
masingmasing kelompok adopter. Hal ini penting untuk menghindari pemborosan
sumberdaya hanya karena strategi difusi yang tidak tepat. Strategi untuk
menghadapi adopter awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi bagi
mayoritas akhir, mengingat gambaran ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers,
1983)
Cepat lambatnya adopsi inovasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
a. Sifat sifat atau karekteristik inovasi
b. Sifat-sifat atau karekteristik calon pengguna
c. Pengambilan keputusan adopsi
d. Saluran media yang digunakan
e. Kualitas Penyuluh.
KELOMPOK 2
TEORI DIFUSI DALAM PENYULUHAN PERTANIAN
Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan Pertanian :
Proses Difusi Inovasi adalah pembesaran adopsi inovasi dari satu individu
yang telah mengadopsi ke individu lain dalam sistem social masyarakat sasaran
yang sama. Seperti yang telah dikemukakan, kecepatan adopsi dan difusi juga
tergantung kepada aktivitas yang dilakukan oleh penyuluhnya sendiri.
Sehubungan dengan hal itu, percakapan tentang kekuatan – kekuatan yang
mendorong penyuluhan dan percakapan tentang peran penyuluh, setiap penyuluh
diharapkan dapat mempercepat proses adopsi dan difusi inovasi, melalui :
1. Melakukan diagnose terhadap masalah masyarakatnya, serta kebutuhan –
kebutuhan nyata (real need) yang belum dirasakan masyarakatnya.
2. Adanya kebutuhan baru yang mendorong masyarakat untuk siap melakukan
perubahan – perubahan sedemikian rupa sehingga dengan kesadarannya sendiri
mereka termotivasi untuk melakukan perubhan – perubahan.
3. Menjalin hubungan erat dengan masyarakat sasaran, membuat mereka yakin
bahwa mereka mampu memecahkan masalahnya serta mewujudkan
terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan yang baru.
4. Mendukung dan membantu masyarakat sasaran, agar keinginannya dapat
menjadi nyata untuk melakukan perubahan.
5. Memantabkan hubungan dengan masyarakat sasaran, pada akhirnya
melepaskan mereka untuk berswakarsa dan berswadaya melakukan perubahan
tanpa harus selalu menggantungkan bantuan guna melakukan perubahan yang
dapat mereka laksanakan sendiri.
Berkaitan dengan proses adopsi dan difusi inovasi, perlu dicermati tentang
peran kelompok perintis dan pelopor serta pemuka – pendapat (opinion
leader).Disamping itu, kelompok pemuka – pendapat yang sering dinilai
memegang peran penting dalam proses “Komunikasi dua tahap” ternyata juga
tidak selalu dapat dijadikn panutan atau acuan masyarakatnya. Hal itu disebabkan
karena seringkali mereka hanya menyalurkan pendapatnya atau inovasinya yang
lebih menguntungkan statusnya sebagai “Pemuka” masyarakatnya.sedangkan
inovasi yang berupa ide – ide yang akan “membahayakan” kedudukan atau
bisnisnya tidak akan disampaikan kepada masyarakatnya.
KELOMPOK 3
KEDUDUKAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN DALAM
PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN
KELOMPOK 4.
PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN DALAM
PENBANGUNAN PERTANIAN DAN PETERNAKAN
Yang dimaksud peranan disini adalah peranan penyuluh selain tugas pokoknya
melaksanakan penyuluhan. Mengapa demikian, karena dalam melaksanakan tugas
pokoknya (menyuluh) tidak akan berhasil dengan baik bila penyuluh tidak mampu
memerankan peran-peran tambahan/lainnya yang akan diuraikan ini.
3. Penyuluh sebagai motivator, penyuluh senantiasa membuat petani tahu, mau dan
mampu.
Musyafak A. da. Tatang M. Ibrahim, 2005. Strategi Percepatan Adopsi dan Difusi
Inovasi Pertanian Mendukung Prima Tani. Analisis Kebijakan Pertanian.
Vol. 3 No.1, Maret 2005. Pontianak
Timmer, W.J. 1983. The Human Side of Agriculture. New York: Vantage Press.