Adopsi dalam proses penyuluhan pertanian pada hakekatnya dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku, baik berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psycho–motoric) pada diri seseorang setelah menerima “inovasi” yang disampaikan penyuluh pada masayarakat sasaran (petani). Penerimaan disini mengandung arti tidak sekedar “tahu” tetapi sampai benar–benar dapat melaksanakan atau menerapkan dengan benar serta menghayatinya dalam kehidupan dan usahataninya. Penerimaan inovasi tersebut biasanya dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung oleh orang lain sebagai cerminan dan adanya perubahan sikap, pengetahuan dan atau keterampilannya (Turindra, 2009). Havelock 1973 dalam Valera, et, al (1987) mengatakan bahwa inovasi merupakan segala perubahan yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh masyarakat yang mengalaminya. Berkaitan dengan pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa boleh jadi seseorang menganggap baru, tetapi belum tentu ide yang sama itu dianggap baru oleh orang lain. Sedangkan Mardikanto (1993) mengemukakan bahwa inovasi adalah suatu ide, perilaku, produk, informasi dan praktek–praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu hidup setiap individu/warga masyarakat yang bersangkutan.Dalam inovasi terdapat tiga unsur yang berkembang di dalamnya yaitu : (1) ide atau gagasan; (2) metode atau praktek; (3) produk (barang atau jasa). Untuk dikatakan sebuah inovasi maka ketiga unsur tersebut harus mengandung sifat “baru”. Sifat baru tersebut tidak mesti dari hasil penelitian mutakhir. Namun pengertian “baru” disini dinilai dari sudut pandang penilaian individu yang menggunakannya yaitu masyarakat / petani sebagai “adopter”. Dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi percepatan adopsi adalah sifat inovasi itu sendiri. Adopsi inovasi mengandung pengertian yang kompleks dan dinamis. Hal ini disebabkan karena proses adopsi inovasi sebenarnya adalah menyangkut proses pengambilan keputusan, dimana dalam proses ini banyak faktor yang mempengaruhinya. Berarti dalam hal ini adalah proses pengambilan keputusan untuk menerima ide–ide baru. Karena dalam proses adopsi inovasi diperlukan informasi yang cukup, maka calon adopter (dalam hal ini petani) biasanya senantiasa mencari informasi dari sumber yang relevan. Ada tiga hal yang diperlukan bagi calon adopter dalam kaitannya dalam proses adopsi inovasi, yaitu (Turindra, 2009) : 1. Adanya pihak yang telah melaksanakan inovasi dan berhasil dengan sukses. Pihak yang tergolong kriteria ini dimaksudkan sebagai sumber informasi yang relevan 2. Adanya suatu proses adopsi inovasi yang berjalan secara sistematis, sehingga dapat diikuti dengan mudah oleh calon adopter. 3. Adanya hasil adopsi inovasi yang sukses dalam artian telah memberikan keuntungan, sehingga dengan demikian informasi seperti ini akan memberikan dorongan kepada calon adopter untuk melaksanakan adopsi inovasi. B.Tahapan Adopsi Ada lima tahapan dalam proses adopsi inovasi, yaitu : 1. Tahap Kesadaran, tahap dimana petani baru belajar tentang sesuatu yang baru. Petani masih menerima informasi mengenai suatu teknologi baru yang masih bersifat umum. 2. Tahapan Menaruh Minat, tahap dimana petani mulai mengembangkan informasi yang diperoleh. Ia mulai mempelajari secara lebih terperinci tentang ide baru tersebut, bahkan tidak puas kalau hanya mengetahui saja tetapi ingin berbuat yang lebih dari itu. Petani mulai mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, apakah itu dari media cetak ataupun media elektronik. 3. Tahapan Evaluasi, tahap dimana petani mulai menentukan apakah ide baru tersebut akan diadopsi atau tidak, setelah mengumpulkan berbagi informasi dari berbagai sumber bahkan telah melihat hasil teknologi tersebut di tempat lain. Sehingga pada tahap ini mulai melakukan suatu penilaian atau evaluasi dengan maksud untuk mempertimbangkan lebih lanjut apakah minat tersebut perlu diteruskan atau tidak 4. Tahapan Mencoba, pada tahapan ini, petani mulai menuangkan buah pikirannya tentang minat dan evaluasi tersebut dalam suatu kenyataan yang sebenarnya, yang dituangkan dalam bentuk praktek yang dapat dilakukan secara dilakukan sendiri atau berkelompok dan dimana melakukan percobaan Disini petani harus belajar mengenai teknik maupun metode yang akan digunakan. 5. Tahapan Adopsi, pada tahap ini, petani atau individu telah memutuskan bahwa ide baru yang dipelajari adalah cukup baik untuk diterapkan di lahannya dalam skala yang agak luas. Tahapan adopsi ini barangkali yang paling menentukan dalam proses kelanjutan pengambilan keputusan lebih lanjut. C.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi Dinyatakan oleh Mardikanto (1993) bahwa kecepatan adopsi dipengaruhi oleh banyak faktor, berikut ini : 1.Sifat Inovasi Sifat inovasinya sendiri, baik intrinsik (yang melekat pada inovasinya sendiri) maupun sifat ekstrinsik (menurut/dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya.Sifat-sifat instrinsik inovasi itu mencakup berikut ini : (1) Informasi ilmiah yang melekat/dilekatkan pada inovasinya, (2) Nilai-nilai atau keunggulan-keunggulan (teknis, ekonomis, sosial budaya, dan politis) yang melekat pada inovasinya, (3) Tingkat kerumitan (kompleksitas) inovasi, (4) Mudah/tidaknya dikomunikasikan inovasi (5) Mudah/tidaknya inovasi tersebut dicoba (trial-ability), (6) Mudah/tidaknya inovasi tersebut diamati (observability). Sedangkan sifat ekstrinsik inovasi meliputi sebagai berikut : (1) Kesesuaian (compatibilty) inovasi dengan lingkungan setempat(baik lingkungan fisik, sosial budaya, politik, dan kemampuan ekonomi masyarakatnya). (2) Tingkat keunggulan relatif dari inovasi yang ditawarkan, atau keunggulan lain yang dimiliki oleh inovasi dibanding dengan teknologi yang sudah ada yang akan diperbaharui/digantikannya, baik keunggulan teknis, ekonomis (besarnyabiaya), manfaat non ekonomi, maupun dampak sosial budaya dan politis yang ditimbulkannya (relative advantage). 2.Sifat sasarannya Dilihat dari karakteristik sasarannya, dikemukakan oleh Rogers and Shoemaker (1971) bahw dalam setiap kelompok masyarakat terbagi menjadi 5 (lima) kelompok individu berdasarkan tingkat kecepatannya mengadopsi sebagai berikut : (1) Kelompok perintis (innovator)Pelopor/ orang-orang yang pertama dalamsuatu wilayah tertentu yang paling cepat mengadopsi suatu inovasi, memiliki rasa ingin tahu tinggi/curiousity, cenderung indualis. (2) Kelompok pelopor (early adopter),Orang yang cukup aktif dalam pembangunan desa, umur relatif muda, pendidikan cukup tinggi,status sosial agak tinggi dan disegani oleh anggota masyarakat. (3) Kelompok penganut dini (early mayority),Golongan yang mudah terpengaruh bila hal baru telah disadari dan diyakini keunggulannya. (4) Kelompok penganut lambat (late mayorty),Orang yang lambat menerima inovasi, kedudukan ekonominya rendah, dan kurang bersemangat dalam usahataninya. (5) Kelompok orang-orang kolot/naluri (laggard)Kaum kolot/penolak, usia tua, statis dan pasif terhadap perubahan, dan kurang rasional. 3.Cara pengambilan keputusan Terlepas dari ragam karakteristik individu dan masyarakat, cara pengambilan keputusan yang dilakukan untuk mengadopsi sesuatu inovasi juga akan mempengaruhi kecepatan adopsi. Tentang hal ini, jika keputusan adopsi dapat dilakukan secara pribadi relatif lebih cepat dibandingkan pengambilan keputusan berdasarkan keputusan bersama warga masyarakat yang lain, apalagi jika harus menunggu peraturan-peraturan tertentu seperti: rekomendasi pemerintah. 4.Saluran komunikasi yang digunakan Inovasi dapat dengan mudah dan jelas dapat disampaikan lewat media masa, atau sebaliknya jika kelompok sasarannya dapat dengan mudah menerima inovasi yang disampaikan melalui media masa, maka proses adopsi akan berlangsung relatif lebih cepat dibandingkan dengan inovasi yang harus disampaikan lewat media antar pribadi. 5.Keadaan penyuluh Kecepatan adopsi ditentukan oleh aktivitas yang dilakukan oleh penyuluh, khususnya tentang upaya yang dilakukan penyuluh untuk “mempromosikan” inovasinya. Semakin rajin penyuluhnya menawarkan inovasi, proses adopsi semakin cepat pula. 6.Ragam sumber informasi Kecepatan adopsi inovasi yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok sasaran penyuluhan pada tiap tahapan adopsi sangat dipengaruhi oleh ragam sumber informasi yang menyampaikannya. Dikemukakan oleh Lionberger dalam Mardikanto (1993) beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan mengadopsi inovasi ditinjau dari ragam golongan masyarakat yang meliputi: a) luas usahatani, b) tingkat pendapatan, c) keberanian mengambil resiko, d) umur, e) tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri, f) aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru, g) sumber informasi yang dimanfaatkan. D.Golongan Adopter Menurut Soekartawi (2005), pembagian kelompok sosial kedalam golongan kelompok adopter (penerima inovasi) didasarkan pada cepat lambatnya seseorang mengadopsi inovasi dibanding dengan kelompok lain. Berdasarkan waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengadopsi adopter dibagi atas 5 golongan yaitu: 1. Golongan perintis atau inovators, merupakan golongan yang paling cepat melewati proses adopsi. Dalam waktu tidak terlalu lama, mereka yang termasuk golongan ini akan menerima dan menggunakan hal-hal baru yang disuluhkan. Golongan ini sudah begitu terbuka hubungannya dengan dunia luar, sehingga mereka banyak berhubungan keluar daripada berhubungan dengan petani kebanyakan sekitarnya. Untuk kegiatan penyuluhan, golongan ini tidak begitu banyak peranannya. Mereka tidak begitu dekat hubungannya dengan petani-petani kebanyakan. Tidak aktif dalam membantu menyebarkan hal-hal baru kepada tetangganya. Apa yang telah diterima atau diketahui hanya dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri, atau terbatas disebarkan kepada teman dekatnya saja. 2. Golongan penerap dini atau early adopter, orang yang termasuk golongan ini lebih banyak jumlahnya daripada golongan pertama. Dalam hal umur rata-rata lebih muda, pendidikan cukup tinggi dan aktif dalam kegiatan desa. Golongan ini disebut pula penerap dini, karena sifat mereka dalam hal penerapan suatu hal yang baru lebih cepat dibandingkan dengan golongan ketiga,keempat dan kelima. Bagi mereka penyuluh kesempatan untuk mendekati golongan ini kebanyakan muncul tokoh-tokoh tani seperti halnya kontak tani. 3. Golongan penerap awal atau early majority, golongan ini lebih banyak dari golongan dari golongan pelopor. Disebut penganut awal karena mereka dalam hal menerima suatu hal yang baru selalu didahului oleh golongan penerap dini. Mereka selalu melihat dahulu bagaimana respon golongan diatasnya. Pendidikan dan pengalamannya sedang atau cukup, tetapi mereka dihormati dalam masyarakat. Dari golongan ini muncul petani maju. Mereka cukup berpengaruh terhadap petani kebanyakan, aktif dalam membantu usaha pemerintah dalam pembangunan masyarakat desa dan hubungan dengan para petani lainnya cukup akrab. Dengan demikian orang yang termasuk dalam golongan ini perlu didekati dan diminta bantuannya oleh seorang penyuluh. 4. Golongan penerap akhir atau late majority, golongan ini merupakan kumpulan orang yang paling lambat menerima sesuatu hal yang baru. Mereka juga bisa disebut golongan penerap akhir. Dalam hal umur kebanyakan rata-rata sudah agak tua dan hubungan dengan dunia luar sangat kurang. Mereka tidak aktif dalam kegiatan organisasi, apalagi membantu kegiatan penyuluhan pertanian. Selalu mau menerima segala sesuatu sebagaimana umumnya dengan yang lain, sesudah melihat kebaikan dan keuntungannya. Mereka sangat takut dengan resiko yang sifatnya coba-coba, sehingga membawa sifat mereka yang selalu serba meniru. 5. Golongan penolak atau laggard, adalah mereka yang pada umumnya termasuk ”tradisional” sehingga enggan untuk melakukan adopsi inovasi. Masyarakat yang mempunyaui corak demikian memang seringkali agak sulit untuk mengubah dirinya dengan hal-hal yang baru. Seringkali mereka tergolong sudah lanjut usia, status sosialnya rendah dan usahataninya sangat subsisten. Karena ciri yang dimiliki tersebut, maka mereka umumnya petani kecil yang peluangnya sedikit sekali sebagai opinion leader.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu