Anda di halaman 1dari 5

Inovasi, Difusi dan Adopsi

A Review by: Mas Nur Mukmin

Innovation needs to be encouraged so that land managers can seize opportunities related to
climate change of mitigation and adoption. (Margaret Beckett, 1943)

LEAD TIME: waktu tertentu yang dimulai dari pencarian ide baru sampai dengan
merealisasikannya menjadi produk baru sehingga siap dipasarkan.

Upaya yang dilakukan dalam pengembangan produk baru diantaranya: Mengendalikan budaya
pasar, mengidentifikasi potensi diri, mengitegrasikan sumber daya dan meningkatkan kolaborasi.

Proses yang diperlukan dalam “lead time” dapat dianalogikan seperti seorang ibu yang sedang
hamil, melahirkan seorang anak dan membesarkannya (perlu proses, pemeliharaan, perhatian
khusus, perawatan, penguatan) hal-hal tersebut semata dilakukan untuk memastikan keselamatan
bayi dan terhindar dari hal-hal yang membahayakannya.

Proses dalam melahirkan inovasi, tidak jarang memakan dana investasi yang tidak sedikit. Tidak
hanya itu, proses pengenalan produk kepada masyarakat pun sering kali menghadapi kendala
yang tidaklah mudah (promosi, sosialisasi, media pengenalan produk dan lainnya). Berprosesnya
sebuah pertimbangan di masyarakat dalam waktu tertentu untuk menerima atau menolak produk
baru disebut dengan difusi. Penerimaan masyarakat atas produk baru sebagai kebutuhan hingga
akhirnya menggunakan produk tersebut, disebut dengan adipsi.

Setelah proses adopsi dilalui, sebuah produk inovasi belum tentu bisa betahan lama. Ada yang
terus diadopsi, ada yang ditinggalkan, karena factor yang bermacam-macam. Yang jelas
kebutuhan masyarakat akan semakin berkembang. Ingatlah konsep: Mudah, Murah, Cepat,
Evisien, Gaya Hidup.

HAKIKAT DIFUSI

Studi mengenai divusi inovasi banyak ditemui pada kajian tentang divusi budaya dan perilaku.
Seiring perkembangan yang terjadi, para pakar juga menerapkan srudi tentang sebiah difusi pada
bisnis dan pruduk. Tujuannya sesuai dengan definisinya, yaitu untuk melihat apakah produk
inovasi yang diciptakan, diterima atau ditolak oleh masyarakat.

Sebelum masyarakat memutuskan, berikut beberapa factor yang dipertimbangkan: Sosial,


psikologi, mental, ekonomi, politik, dan factor teknis lainnya.

Hasil penelitian yang dilakukan Everett M. Rogers (1995) terhadap 1.500 kasus difusi, ia
menyimpulkan bahwa “ the process by which an innovation is communicated through certain
channels aver time among the members of a social system”. Kata Kunci: Inovasi, Saluran
Komunikasi, Waktu Tertentu, dan Sistem Sosial.

Inovasi:
1. Relative Advantage
2. Compatibility
3. Complexity
4. Triability
5. Observability

Saluran Komunikasi:
1. Frekuensi Interaksi
2. Perubahan Persepsi dan Nilai

Waktu:
1. Rentang waktu yang diperlukan bergantung pada keterbukaan masyarakat dalam
menerima inovasi
2. Banyaknya masyarakat yang mengadopsi sebuah invasi dalam kurun waktu tertentu

Sistem Sosial:
1. Nilai
2. Norma
3. Struktur Kerja
4. Kepemimpinan
5. Agen Pembaharu (Agent of Change)
Gambar 1. Life cycle of Innovation

PROSES DIFUSI INOVASI

Beberapa hal yang mempengaruhi kecepatan proses difusi inovasi:

- Produk Inovasi (Incremental/ Abstrak) contoh: Trend Smartphone dan Sistem


Pendidikan.
- Kondisi Masyarakat (Terbuka/Tertutup) contoh: Inovasi di era 50 tahun lalu dan era
globalisasi seperti hari ini; persaingan semakin kompleks, daur kehidupan produk
semakin pendek (Product life cycle)
- Kecepatan dalam mengenalkan pengetahuan (eksplisit dan tacit/pengetahuan yang
tersembunyi) tentang produk, untuk dapat depat mendapatkan keputusan masyarakat
(diterima/ditolak)
- Keberadaan Influencers dan Imitators
“the structural properties of network of agents’ relationships are at the same time producing the
best overall performance in terms of how much knowledge diffuses through the system, and the
worst overall performance when homogeneity of the allocation is considered” (C&J, 1999: 11).
This pattern is generated by the fact that “in a small world, agents with direct connection to
experts relatively rapidly become expert themselves, thus forming new (possibly distant) high-
knowledge clusters. The high cliquishness of the small world ensures that agents near experts,
and new second-generation experts also have high knowledge levels. This keeps them distinct
from regions that are not closely connected with experts” (C&J, 1999: 12).

Yang terjadi pada proses ini adalah:

1. Pertukaran Informasi Pokok (Knowledge exchange)


2. Pertukaran Informasi Tambahan (Knowledge Trade)

Proses pertukaran tersebut, dapat dilalui dengan berbagai cara berikut:

1. Formal (Knowledge Transfer)


2. Informal (Knowledge Spill Over)
3. Random sehingga penyerapan pengetahuan terintergrasi secara utuh (Knowledge
Integration)
Pada proses lead time, focus pada pengetahuan produk adalah pengelolaan inovasi/manajemen
inovasi yang utama. Dengan demikian adposi akan terjadi dengan cepat dan terukur. Hal ini
berguna sebagai tolak ukur terhadap penciptaan inovasi-inovasi selanjutnya.

ADOPSI

Dalam proses ini, adopsi didefinisikan sebagai keputusan untuk menerima atau menolak sebuah
produk Inovasi. Tingkap keberterimaan setiap individu berbeda-beda. Everett M Rogers (1995)
membagi lima kelompok individu dimasyarakat dalam menyikapi sebuah inovasi produk,
diantaranya dalah:

1. Innovators (2,5%): Pada umumnya ciri dari kelompok ini adalah memiliki pemikiran
rasional, mengikuti perkembangan, kekinian, berani mengambil risiko, menggunakan
produk secara nyata, memberikan review dan masukan. Kelpom masyarakan ini berperan
penting dalam menyebarkan informasi tentang produk baru. Meskipun jumlahnya kecil
(2,5%) dari total kelompok masyarakat, namum cukup berpengaruh.
2. Early Adopters (13,5%): Beberapa ciri kelompok ini, mirip dengan kelompok innovators.
Hanya saja mereka bukan merupakan pengguna produk. Keputusannya terhadap
penggunaan produk, sebagian besar masih dipengaruhi oleh para innovators.
3. Early Majority (34%): Kelompok ini adalah pangsa pasar produk pada umumnya.
Kelompok ini selalu mengikutio perkembangan jaman dan teknologi, hanya saja
pertimbangan penggunaan produk, selanjutnya bergantung pada kebutuhan dan
kebermaanfaatan produk bagi kehidupan mereka. Jika dirasa membawa manfaat, maka
kelompok ini akan mengadopsi produk inovasi tersebut.
4. Late Majority (34%): Ciri dari kelompok ini adalah pengikut tren, namun penuh
pertimbangan dalam mengadopsi produk baru. Hal tersebut disebabkan factor finansial
yang terbatas sehingga mempengaruhi keputusan dalam menerima atau menolak produk
inovasi. Meskipun dirasa membawa manfaat, namun terbentur pada factor finansial dan
kebutuhan lainnya, kelompok ini tetap akan menolak produk inovasi.
5. Laggards (16%): Ciri kelompok ini cenderung berpandangan skeptic terhadap keberadaan
produk inovasi. Kurang mendapat informasi mengenai fitur produk, sehingga
kecenderungannya adalah memberi produk inovasi jika sudah turun harga, atau membeli
yang bekas.

Anda mungkin juga menyukai