Anda di halaman 1dari 17

ADOPSI DAN DIFUSI

INOVASI
Pengertian Adopsi dan Difusi Inovasi
Dalam Penyuluhan
Adopsi Inovasi dalam Penyuluhan, diartikan:
proses perubahan perilaku baik yang berupa
pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri
seseorang setelah menerima inovasi yang
disampaikan penyuluh oleh masyarakat
sasarannya.
proses yang terjadi sejak pertama kali
seseorang mendengar hal-hal baru sampai
orang tersebut menerima, menerapkan, dan
menggunakan hal baru tersebut.
Adopsi hasil dari kegiatan penyampaian
pesan penyuluhan yang berupa “inovasi”,
maka proses adopsi itu dapat digambarkan
sebagai suatu proses komunikasi yang
diawali dengan penyampaian inovasi
sampai dengan terjadinya perubahan
perilaku.
Difusi Inovasi dalam Penyuluhan,
diartikan:
“Perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang
telah mengadopsi ke individu yang lain dalam
system sosial masyarakat sasaran yang sama.”
Perubahan sosial yang direncanakan pada proses
penyuluhan sangat rumit, pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga tahap kegiatan, yaitu:
invensi, difusi dan konsekuensi-konsekuensi.
Dalam perubahan sosial perlu diadakan
perencanaan yang terencana, khususnya dalam
pembangunan pertanian karena adanya faktor-
faktor tertentu.
Tahapan Adopsi Inovasi Dalam
Penyuluhan Peternakan
Awareness atau kesadaran
Interest atau adanya minat
Evalution atau penilaian
Trial atau mencoba
Adoption atau mau menerima
Awareness atau kesadaran
Setelah dilakukan penyuluhan dengan daya, gaya dan contoh yang
menarik bagi para peternak, pada tahap ini para peternak baru
mengetahui dan menyadari bahwa ada cara-cara :
 Yang mereka lakukan kurang baik atau mengandung kekeliruan.
  Yang baru serta dapat meningkatkan hasil usaha dan pendapatan.
 Yang baru serta efektif, dan dapat mengatasi kesulitan yang
tengah atau sering dihadapinya.
Cara-cara yang kurang baik atau keliru harus ditingggalkan dan
cara-cara yang baru perlu dilakukan, tetapi benar-benar dapat
membawa hasil atau tidak.
Disini para peternak akan menentukan sikapnya, yaitu menaruh
perhatian atau acuh tak acuh.
Selain itu penyuluh dituntut kemampuan komunikasinya agar dapat
menimbulkan sikap peternak yang kebanyakan akan menaruh
perhatian tarhadap apa yang akan ia suluhkan.
Interest atau adanya minat
Peternak yang telah tertarik dan sadar
akan perlunya teknologi baru yang
berkaitan dengan usaha ternaknya mulai
menaruh minat terhadap cara-cara itu.
Karena sikapnya yang selalu hati-hati
sehingga mereka masih perlu bertanya-
tanya
Evalution atau penilaian
Setelah peternak mendapat penjelaan-penjelasan dari
sesama peternak yang tergolong mudah mengadopsi,
maka ia mengetahui sesuatu hal yang lebih banyak dan
kebimbangannya mulai pudar. 
Mulailah peternak itu melakukan penilaian atau
evaluasi terhadap teknologi baru.
Pada tahap ini peranan penyuluh dengan jalan
memberikan penjelasan yang jelas dan terperinci adalah
sangat penting.
Penyuluh harus dapat menghilangkan segala keraguan
sehingga timbul keinginan peternak untuk mencoba
inovasi tersebut.
Trial atau mencoba
Pada tahap ini penyuluh membimbing dan
memperagakan materi yang telah
disuluhkannya, kemudian penyuluh
menuntun peternak agar bisa
mempraktekkan teknologi secara mandiri.
Penyuluh harus aktif melakukan
pengawasan, karena apabila mengalami
kegagalan maka kepercayaan peternak
selanjutnya akan hilang atau sulit
ditimbulkan kembali
Adoption atau mau menerima
Tahap ini menjelaskan bahwa para
peternak akan menerapkan terus-menerus
teknologi baru itu dalam kegiatan usaha
taninya.
Perlakuan demi perlakuan dan
keberhasilan demi keberhasilan akan lebih
menggairahkan peternak, sehingga setiap
dilakukan penyuluhan peternak tidak
pernah absen (Kartasapoetra, 1987)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kecepatan Adopsi
Sifat inovasinya sendiri
Sifat sasarannya
Cara pengambilan keputusan
Saluran komunikasi yang digunakan
Keadaan penyuluh
Sifat inovasinya sendiri
Keuntungan relative artinya suatu inovsai akan mudah diterima
oleh petani sasaran apabila inovasi tersebut secara ekonomi
menguntungkan.
Kompatibilitas artinya suatu inovasi akan lebih mudah diterima
oleh petani sasaran apabila sesuai dengan norma-norma sosial,
pngalaman petani sebelumnya dan kebutuhan-kebuuhan petani.
Kompleksitas artinya suatu inovsai yang sulit dipahami dan
digunakan petani sasaran relative tidak mudah diadopsi petani
dibandingkan inovasi yang mudah dipahami dan digunakan
petani.
Triabilitas menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk dapat
dicoba dalam skala kecil.
Observabilitas menunjukkan kemampuan suatu inovasi untuk
menghasilkan output yang dapat dilihat oleh orang lain.
Sifat sasarannya
Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karena
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik.
Tingkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usaha tani, peternak dengan
tingkat pendapatan semakin tinggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi
inovasi.
Keberanian mengambil resiko, pada tahap awal biasaya tidak berhasil seprti yang
diharapkan. Karena itu, individu yang memiliki keberanian mengambil resiko
biasanya lebih inovatif.
Umur, semakin tua (diatas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi
inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
Tingkat partisipasinya dalam kelompok/organisasi di luar lingkungannya sendiri.
Warga masyarakat yang suka bergabung dengan orang-orang di luar system
sosialnya sendiri, umumnya lebih inovatif dibanding meraka yang hanya
melakukan kontak pribadi dengan warga masyarakat setempat.
Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru.orang-orang atau masyarakat yang
aktif lebih inoatif daripada orang-orang yang pasif.
 Sumber informasi yang dimanfaatkan. Golongan orang-orang yang inovatif
biasanya banyak memanfaatkan beragam sumber informasi, sedangkan golongan
yang kurang inovatif hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-tokoh setempat.
Cara pengambilan keputusan
Keputusan adopsi dapat dilakukan secara
pribadi relative lebih cepat dbanding
dengan pengambilan keputusan bersama.
Perubahan dapat terjadi apabila terdapat
keputusan untuk melakukan perubahan.
Saluran komunikasi yang digunakan
Melalui media masa seperti TV, koran,
majalah dan sebagainya.
Melalui saluran tatap muka (inter
personal)
Keadaan penyuluh
Kecepatan adopsi juga sangat ditentukan oleh aktivitas yang
dilakukan penyuluh, khususnya tentang upaya yang
dilakukan penyuluh untuk “mempromosikan” inovasinya.
Semakin rajin penyuluhnya menawarkan inovasi, proses
adopsi akan semakin cepat pula.
Jika penyuluh mampu berkomunikasi secara efektif dan
terampil menggunakan saluran komunikasi yang paling
efektif, proses adopsi pasti akan berlangsung lebih cepat
dengan yang lainnya.
Kondisi masyarakat yang akan menerima inovasi yang
disampaikan ikut berpengaruh terhadap kecepatan
diterimanya inovasi tersebut. 
Secara teoritis masyarakat yang mempunyai ciri modern akan
lebih cepat menerima inovasi dibandingkan masyarakat yang
berciri tradisional.
 
Model Difusi Inovasi Dalam Penyuluhan
Model Top Down  model penyuluhan pertanian konvensional sebagai mana
halnya proses komunikasi yang melibatkan tenaga teknis dan administrasi
penyuluhan, yang diwakili peneliti yang menghasilkan teknologi yang
ditransmisikan melalui penyuluhan kepada petani produsen atau sasaran yang
diharapkan. (A.H. Bunting, 1979)
Model Feedback  Model feedback ini dikenal sebagai training dan visit
system atau di Indonesia disebut system latihan kunjungan (system LAKU).
Model ini dianggap sebagai perbaikan model Top-Down, yaitu dengan
mempertimbangkan mekanisme umpan balik antara peneliti- penyuluh
pertanian. Dalam model ini, peneliti bekerja di laboratrium dapat memahami
dengan baik reaksi petani terhadap teknologi yang dihasilkan peneliti, sehingga
terjadi komunikasi langsung antara pakar agronomi, pakar ilmu-ilmu sosial dan
penyuluh yang bekerja dengan petani di lapang (Benor dan Horison, 1977).
Model Farmer Back To Farmer  mengasumsikan bahwa penelitian
harus dimulai dan diakhiri dari petani. Dengan demikian dalam model difusi ini
terdapat informasi yang lengkap dan akurat mengenai realitas usaha tani.
Model juga mengasumsikan bahwa petani memiliki masalah teknologi dan
berusaha untuk memecahkanya. Kunci perbedaan dengan model difusi lainnya
adalah fleksibilitas dan penelitian ditingkat petani untuk mengidenfikasi
sumber daya yang ada ditingkat usaha tani (Rhoades dan Booth , 1982)

Anda mungkin juga menyukai