Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA DEWASA


MUDA DI WILAYAH PUSKESMAS
SIBELA SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

DONNY ADI PRASETYO


J 410 110 072

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA


USIA MUDA DI WILAYAH PUSKESMAS SIBELA SURAKARTA

Donny Adi Prasetyoa, Anisa Catur Wijayantib, dan Estu Kusuma Werdanic

¹Puskesmas Sibela Surakarta


²Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Jl. A. Yani, Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta
³Dinas Kesehatan Surakarta
Jl. Jendral Sudirman No. 2, Surakarta

ABSTRACT
Hypertension is non-communicable diseases, this degenerative diseases so many accured
and has high morality level’s. Its influence quality of live and productivity. The purpose of this
research was to analyze factors related with hypertension at the age of young adul in Puskesmas
Sibela Surakarta. The research method was observational analytic method with case control design.
The population is taken 113 people outpatients hypertension sufferers in January – September
2014. The sample was chosen in case sample is 42 people and for control sample is 42 people with
using purposive sampling. The statistic test uses chi square. The result of research explained that
there was relationship between the food pattern with incident of hypertension (p=0.028; OR=2.667
;95% CI=1.099-6.468), there was no relationship between physical activity with incident of
hypertension (p=0.483) and there was no relationship between economic status with incident
hypertension (p=0.450) in Puskesmas Sibela Surakarta
Keywords : Food Pattern, Physical Activity, and Economic Status

PENDAHULUAN produktifitas seseorang. Hipertensi sering


Penyakit tidak menular (PTM) diberi gelar The Sillent Killer karena
merupakan masalah kesehatan utama di penyakit ini merupakan pembunuh
negara-negara maju. Berdasarkan data tersembunyi. Penyakit tekanan darah atau
WHO (2013), pada tahun 2008 angka hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga
kematian Penyakit Tidak Menular (PTM) di dunia setiap tahunnya. World Health
di Indonesia mencapai 647 per 100.000 Organization (WHO) memperkirakan
penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), jumlah penderita hipertensi akan terus
pada tahun 2008 di Indonesia terdapat meningkat seiring dengan jumlah penduduk
582.300 laki-laki dan 481.700 perempuan yang meningkat. Pada tahun 2025
meninggal karena PTM. Menurut data mendatang, diproyeksikan sekitar 29%
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah warga di dunia terkena hipertensi (WHO,
(2013), PTM di Provinsi Jawa Tengah pada 2013).
tahun 2012 berjumlah 1.212.167 kasus. Menurut Dinkes Provinsi Jawa
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tengah (2013), prevalensi kasus hipertensi
(DKK) Surakarta pada tahun 2012–2013 di Jawa tengah mengalami peningkatan dari
jumlah PTM mencapai 198.465 kasus. 1,87% pada tahun 2007, meningkat
Hipertensi merupakan penyakit menjadi 2,02% pada tahun 2008, dan
tidak menular, penyakit degeneratif ini 3,30% pada tahun 2009, berarti setiap 100
banyak terjadi dan mempunyai tingkat orang terdapat 3 orang yang menderita
mortalitas yang cukup tinggi serta penyakit pada tahun 2009. Pada tahun 2011
mempengaruhi kualitas hidup dan terjadi kenaikan angka kasus hipertensi dari
Fakultas Ilmu Kesehatan 1
Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

562.117 kasus menjadi 634.860 kasus, LANDASAN TEORI


selain itu angka prevalensi untuk kasus
penyakit lain seperti stroke juga cukup A. Hipertensi
tinggi yaitu 0,03% untuk stroke hemorogik Hipertensi adalah faktor
dan 0,09% untuk stroke non hemorogik. penyebab timbulnya penyakit berat
Begitu juga diabetes melitus yang seperti serangan jantung, gagal ginjal
mengalami kenaikan prevalensi pada tahun dan stoke. Tekanan darah orang
2011 sebesar 0,08%. dikatakan hipertensi apabila 140/90
mmHg dan 139/89 mmHg disebut
Menurut Dinas Kesehatan Kota prahipertensi sedangkan tekanan darah
(DKK) Surakarta (2014), jumlah kasus normal 120/80 mmHg (Susilo dan
hipertensi dalam tiga tahun terakhir (2011- Wulandari, 2011).
2013) di Surakarta mencapai 143.365.
Peneliti melakukan survei pendahuluan B. Dewasa muda
dengan bertanya kepada petugas Dinas Dewasa muda merupakan
Kesehatan Surakarta, diperoleh informasi tahapan dalam perkembangan
bahwa ada beberapa puskesmas yang kehidupan manusia yang harus dijalani.
memiliki jumlah penderita hipertensi cukup Masa muda seseorang diawali dengan
tinggi, yaitu Puskesmas Sibela sejumlah masa transisi dari masa remaja menuju
4014 orang, Puskesmas Gajahan 3.421 dewasa muda yang melibatkan
orang dan Puskesmas Sangkrah 2.543 eksperimentasi dan eksplorasi yang
orang. Data tersebut menunjukkan bahwa disebut emerging adulthood.
Puskesmas Sibela memiliki jumlah Perkembangan dewasa dibagi menjadi 3
penderita hipertensi paling tinggi se- yaitu Dewasa Muda (young adulthood)
puskesmas Surakarta pada tahun 2014. dengan usia berkisar antara 20 sampai
40 tahun, dewasa menengah (middle
Gaya hidup merupakan faktor risiko adulthood) dengan usia berkisar antara
penting timbulnya hipertensi pada 40 sampai 65 tahun, dan dewasa akhir
seseorang di usia dewasa muda. (late adulthood) dengan usia mulai 65
Meningkatnya hipertensi pada seseorang di tahun ke atas (Papalia dkk, 2008).
usia dewasa muda dipengaruhi oleh gaya
hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang C. Pola Makan
termasuk gaya hidup tidak sehat antara lain
kebiasaan merokok, kurang olahraga, Semakin tidak sehat pola makan
mengkonsumsi makanan yang kurang seseorang maka peluang untuk
bergizi dan stres (Nisa, 2012). terjadinya kejadian hipertensi semakin
tinggi. Ini terbukti dengan banyaknya
Berdasarkan uraian di atas penyakit responden mengatakan bahwa pernah
tidak menular (PTM) masih menjadi mengkonsumsi dan ada juga yang
masalah di negara-negara maju. Di mengatakan masih tetap mengkonsumsi
Indonesia sendiri penyakit hipertensi makanan yang banyak mengandung
jumlahnya masih cukup tinggi dan masih kadar lemak jenuh tinggi, garam
menjadi masalah. Maka peneliti tertarik natrium tinggi, makanan dan minuman
untuk melakukan penelitian tentang faktor- dalam kaleng, makanan yang diawetkan
faktor yang berhubungan dengan kejadian dan makanan yang banyak mengandung
hipertensi pada usia dewasa muda di alkohol dimana dari pola makan yang
Puskesmas Sibela Surakarta. Adapun tidak sehat tersebut dapat menyebabkan
faktor yang ingin diteliti diantaranya pola terjadinya hipertensi (Jufri dkk, 2012).
makan, aktivitas fisik dan status ekonomi.

Fakultas Ilmu Kesehatan 2


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

Hal ini sesuai dengan teori yang diakibatkan oleh adanya faktor risiko di
mengatakan bahwa konsumsi lemak masa lalu (Notoatmodjo, 2010).
dan garam natrium yang berlebih
mempunyai pengaruh kuat pada risiko A. Waktu dan Tempat
penyakit kardiovaskular seperti
Penelitian ini dilakukan pada
penyakit jantung koroner dan stroke,
bulan Agustus 2015, di wilayah kerja
efek lain pada lipid darah, thrombosis,
Puskesmas Sibela Surakarta.
tekanan darah tinggi (WHO, 2003).
B. Populasi dan Sampel
D. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat di Populasi dalam penelitian ini
definisikan sebagai pergerakan otot adalah seluruh pasien hipertensi rawat
yang menggunakan energi. Olahraga jalan di Puskesmas Sibela Surakarta
adalah salah satu jenis aktivitas fisik selama Bulan Januari–September 2014
yang didefinisikan sebagai aktivitas yang berusia antara 20-40 tahun
yang direncanakan dan diberi struktur berjumlah 113 orang.
dimana gerakan bagian tubuh diulang
untuk memperoleh kebugaran, misalnya Sampel dalam penelitian ini
jalan kaki, jogging, berenang dan menggunakan rumus Sastroasmoro S
aerobik. Secara substansial kegiatan dan Ismael S (2008), dan diperoleh
olahraga dengan intensitas sedang jumlah sampel sejumlah 42 responden.
lebih baik daripada olahraga dengan Pada kelompok kotrol berjumlah 42 dan
intensitas berat. Hal tersebut pada kelompok kasus berjumlah 42
dikarenakan dapat meningkatkan sehingga total seluruh responden
cardiac output dengan sedikit kenaikan menjadi berjumlah 84 responden.
tekanan darah. Pada dasarnya setiap
orang dewasa harus melakukan paling C. Teknik Pengambilan Sampel
sedikit 30 menit aktivitas fisik dengan
intensitas sedang setiap hari (Soeharto, Cara pengambilan sampel pada
2004). penelitian ini menggunakan teknik
Simple Random Sampling untuk
E. Status Ekonomi kelompok kasus. Sedangkan pada
kelompok kontrol diambil dari tetangga
Status ekonomi adalah terdekat dari rumah kelompok kasus.
kedudukan seseorang atau keluarga di
masyarakat berdasarkan pendapatan per Kriteria inklusi pada teknik
bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pengambilan sampel ini hanya berlaku
pendapatan yang disesuaikan dengan pada kelompok kontrol. Adapun kriteria
harga barang pokok (Kartono, 2006). inklusi tersebut antara lain :

METODE PENELITIAN 1) Tidak menderita penyakit hipertensi


berdasarkan rekam medik di
Jenis penelitian ini adalah penelitian Puskesmas Sibela maupun instansi
observasional dengan pendekatan kasus kesehatan lainnya.
kontrol (case control). Variabel yang 2) Berusia antara 20-40 tahun.
diteliti, yaitu aktivitas fisik, pola makan dan 3) Bertempat tinggal tetap di
status ekonomi terhadap kejadian hipertensi wilayahkerja Puskesmas Sibela
dengan pendekatan retrospektif. Atau dapat Surakarta.
juga dikatakan bahwa adanya masalah
kesehatan seseorang pada saat ini yang

Fakultas Ilmu Kesehatan 3


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

4) Bersedia menjadi subjek penelitian Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden


atau menjadi responden penelitian Menurut Umur
hingga penelitian selesai.
Kasus Kontrol Kasus Kontrol
Umur
Std. Std. Mean
(n) (%) (n) (%) Mean
Dev Dev
D. Analisis Data 20-25 4 9,5 12 28,6
26-30 10 23,8 7 16,7 30,74
Adapun analisis data yang 5,6 33,26 6,4
31-35 9 21,4 11 26,2
digunakan adalah analisis univariat dan 36-40 19 45,2 12 28,6
Jumla
analisis bivariat. Analisis univariat h
42 100 42 100
digunakan untuk melakukan analisis
pada setiap variabel yang diteliti 2. Jenis Kelamin Responden
dengan tujuan untuk mengetahui Distribusi karakteristik
distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan jenis
setiap variabel serta nilai-nilai statistik kelamin untuk kelompok kasus
meliputi mean, median, standard terbanyak pada perempuan
deviation, nilai minimum dan berjumlah 29 orang (69%).
maksimum yang kemudian disajikan Sedangkan pada kelompok kontrol
dalam bentuk tabel atau grafik dan jumlah terbanyak pada laki-laki
diinterpretasikan. Analisis bivariat berjumlah 23 orang (54,8%).
digunakan untuk mengetahui hubungan
antara masing-masing variabel bebas Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
(Independent) yakni pola makan, Menurut Jenis Kelamin
aktivitas fisik dan status ekonomi,
Jenis Kasus Kontrol
variabel terikat (Dependent) kejadian Kelamin (n) (%) (n) (%)
hipertensi dan untuk mengetahui hasil Laki-laki 13 31 23 54,8
OR dengan uji statistik Chi-Square. Perempuan 29 69 19 45,2
Jumlah 42 100 42 100
Analisis data dilakukan dengan
perangkat lunak komputer dengan
tingkat signifikan α=0,05 (taraf 3. Pendidikan Responden
kepercayaan 95%). Sebagian besar responden
merupakan tamat SMA (Sekolah
HASIL Menengah Atas) baik pada
A. Karakteristik Responden kelompok kasus maupun kelompok
1. Umur Responden kontrol. Pada kelompok kasus
Distribusi umur responden sebanyak 22 orang (52,4%) dan
untuk kelompok kasus terbanyak pada kelompok kontrol sebanyak 28
terdapat pada umur 36-40 tahun orang (66,7%). Sedangkan tingkat
dengan jumlah 19 orang (45,2%) pendidikan dengan jumlah
dan kelompok kontrol terbanyak responden paling sedikit yaitu tidak
terdapat pada umur 20-25 dan 36-40 sekolah dan tamat SD. Pada
sejumlah 12 orang (28,6%). kelompok kasus jumlah tidak
Sedangkan distribusi umur diketahui (0%), sedangkan pada
responden pada kelompok kasus kelompok kontrol tidak sekolah dan
terendah terdapat pada umur 20-25 tamat SD masing-masing berjumlah
tahun sebanyak 4 orang (9,5%) dan 1 orang (2,4%).
pada kelompok kontrol terendah
pada umur 26-30 tahun dengan
jumlah 7 orang (16,7%).

Fakultas Ilmu Kesehatan 4


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden memiliki jumlah pola makan yang


Menurut Jenis Kelamin buruk sebanyak 24 orang (57,1%).
Tabel 5. Distribusi Responden
Kasus Kontrol
Pendidikan Berdasarkan Pola Makan
(n) (%) (n) (%)
Tidak Sekolah 0 0 1 2,4 Kasus Kontrol
Tamat SD 0 0 1 2,4 Pola Makan
(n) (%) (n) (%)
Tamat SMP 5 11,9 8 19
Buruk 24 57,1 14 33,3
Tamat SMA 22 52,4 28 66,7
Perguruan Tinggi 15 35,7 4 9,5 Baik 18 42,9 28 66,7
Jumlah 42 100 42 100 Jumlah 42 100 42 100

4. Pekerjaan Responden 2. Aktivita Fisik


Pada kelompok kasus Berdasarkan Tabel 6 dapat
sebagian besar responden bekerja diketahui bahwa sebagian besar
sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) responden memiliki aktivitas tinggi
sebanyak 11 orang (26,2%), baik pada kelompok kasus 36 orang
sedangkan pada kelompok kontrol (85,7%) maupun pada kelompok
sebagian besar responden bekerja kontrol 39 orang (92,9%).
sebagai wiraswasta yaitu sebanyak Sedangkan untuk aktivitas dengan
14 orang (33,3%). Sedangkan intensitas sedang, jumlah responden
pekerjaan paling sedikit pada terbanyak terdapat pada kelompok
kelompok kasus yaitu lain-lain kasus yaitu sebanyak 6 orang
berjumlah 5 orang (11,9%), dan (14,3%). Dan untuk intensitas
pada kelompok kontrol yaitu aktivitas rendah masing-masing
PNS/BUMN berjumlah 3 orang kelompok tidak ada atau (0%)
(7,1%).
Tabel 6. Distribusi Frekuensi
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Responden Berdasarkan
Menurut Pekerjaan
Kasus Kontrol AktivitasFisik
Pekerjaan
(n) (%) (n) (%)
PNS/BUMN 9 21,4 3 7,1
Aktivitas Kasus Kontrol
Pegawai Swasta 8 19 8 19 Fisik (n) (%) (n) (%)
IRT 11 26,2 10 23,8 Rendah 0 0 0 0
Wiraswasta 9 21,4 14 33,3
Sedang 6 14,3 3 7,1
Lain-lain 5 11,9 7 16,7
Tinggi 36 85,7 39 92,9
Jumlah 42 100 42 100
Jumlah 42 100 42 100

B. Analisis Univariat
1. Pola makan 3. Status Ekonomi
Berdasarkan Tabel 5 dapat Berdasarkan Tabel 7 dapat
diketahui bahwa jumlah responden diketahui bahwa sebagian besar
dengan pola makan kategori baik responden memiliki Status ekonomi
terdapat pada kelompok kontrol, yang tinggi pada kelompok kasus
dimana pada kelompok kontrol 33 orang (78,6%) maupun pada
sebanyak 28 orang (66,7%). kelompok kontrol 30 orang
Sedangkan pada kelompok kasus (71,4%). Sedangkan untuk status
ekonomi rendah jumlah responden

Fakultas Ilmu Kesehatan 5


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

terbanyak terdapat pada kelompok Tabel 8. Analisis Hubungan antara Pola


kontrol yaitu sebanyak 12 orang Makan dengan Kejadian
(28,6%). Hipertensi
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Kasus Kontrol P
95%CI
Responden Berdasarkan Pola Makan Valu OR
(n) (%) (n) (%) e
Status Ekonomi
57,
Buruk 24 14 33,3 1,099-
1 0,02
Kasus Kontrol 2,667 6,468
Status 42, 8
Baik 18 28 66,7
Ekonomi 9
(n) (%) (n) (%)
Jumlah 42 100 42 100
Rendah 9 21,4 12 28,6
Tinggi 33 78,6 30 71,4
Jumlah 42 100 42 100 2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Hipertensi

C. Analisis Bivariat Berdasarkan hasil uji


1. Hubungan antara Pola Makan Fisher’s Exact Test diketahui bahwa
dengan Kejadian Hipertensi tidak ada hubungan antara aktivitas
Berdasarkan hasil uji Chi fisik dengan kejadian hipertensi
Square diketahui bahwa ada (nilai p=0,483). Responden pada
hubungan antara pola makan kedua kelompok yang mempunyai
dengan kejadian hipertensi (nilai aktivitas fisik intensitas tinggi lebih
p=0,028). Responden dengan pola banyak dibandingkan dengan
makan yang baik lebih banyak aktivitas intensitas rendah. Selain
terdapat pada kelompok kontrol, itu, responden yang memiliki
sedangkan responden dengan pola aktivitas fisik intensitas rendah pada
makan yang buruk lebih banyak kedua kelompok mempunyai
pada kelompok kasus. Nilai OR jumlah yang sama
yang diperoleh yaitu sebesar 2,667
(95% CI: 1,099-6,468) sehingga Tabel 9. Analisis Hubungan Aktivitas
dapat diartikan bahwa seseorang Fisik dengan Kejadian
yang memiliki pola makan buruk Hipertensi
berisiko sebesar 2,6 kali untuk
mengalami kenaikan tekanan darah. Aktivitas Kasus Kontrol P
Fisik Value
(n) (%) (n) (%)
Rendah 0 0 0 0
Sedang 6 14,3 3 7,1 0,483

Tinggi 36 85,7 39 92,9


Jumlah 42 100 42 100

Fakultas Ilmu Kesehatan 6


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

dapat diartikan bahwa seseorang yang


3. Hubungan antara Status memiliki pola makan buruk berisiko
Ekonomi dengan Kejadian sebesar 3 kali untuk mengalami
Hipertensi hipertensi. Pada kelompok kasus
Berdasarkan hasil uji Chi diketahui mempunyai kecenderungan
Square diketahui bahwa tidak ada yang tinggi dalam mengkonsumsi ikan
hubungan antara status ekonomi asin, makanan awetan, mie instan,
dengan kejadian hipertensi (nilai penggunaan bumbu penyedap dan tidak
p=0,450). Responden pada kedua membaca label kandungan gizi pada
kelompok yang mempunyai makanan kemasan. Sedangkan pada
pendapatan yang tinggi lebih kelompok kontrol mempunyai
banyak dibandingkan dengan kecenderungan yang tinggi dalam
pendapatan yang rendah. Selain itu, mengkonsumsi makanan asin,
responden yang memiliki mengkonsumsi sayur-sayuran dan
pendapatan yang rendah pada kedua konsumsi buah pisang.
kelompok mempunyai jumlah
hampir sama. Natrium memiliki hubungan
dengan timbulnya hipertensi Semakin
Tabel 10. Hubungan antara Status banyak jumlah natrium dalam tubuh,
Ekonomi dengan Kejadian maka akan terjadi peningkatan volume
Hipertensi plasma, curah jantung, dan tekanan
Status Kasus Kontrol P darah. Namun respon seseorang
Value terhadap kadar natrium di dalam tubuh
Ekonomi (n) (%) (n) (%)
berbeda-beda (Kartikasari, 2012).
Buruk 33 78,6 30 75,0 Beberapa bukti studi epidemologi telah
0,450
Baik 9 21,4 12 25,0 menggambarkan hubungan antara
konsumsi kalium dengan tekanan darah,
Jumlah 42 100 42 100 dan hubungan langsung antara rasio
natrium/kalium pada urin dengan
PEMBAHASAN tekanan darah, peningkatan konsumsi
A. Hubungan antara Pola Makan kalium berhubungan dengan efek
dengan Kejadian Hipertensi natriuretik dan kemungkinan efek
dierutik. Pengurangan konsumsi kalium
Berdasarkan hasil analisis meningkatkan kehilangan kalsium di
statistik disimpulkan bahwa ada urin, yang merupakan kation penting
hubungan antara pola makan dengan yang mengatur tekanan darah. Pada
kejadian hipertensi pada usia dewasa di situasi ini kehilangan kalsium dapat
wilayah Puskesmas Sibela Surakarta mempercepat stimulasi hormon
nilai p= 0,028<0,05. Hal tersebut dapat paratiroid, yang dapat mengkontribusi
dilihat dengan pola makan yang baik peningkatan tekanan darah.
pada responden kelompok kontrol Peningkatan konsentrasi kalium dalam
lebih banyak dibandingkan dengan tubuh dapat mengurangi produksi
kelompok kontrol, sedangkan radikal bebas pada sel endhotel, yang
responden dengan pola makan yang dapat membantu menjaga tekanan darah
buruk lebih banyak terdapat pada (Cowin, 2009).
kelompok kasus. Nilai estimasi faktor
risiko pola makan dengan penurunan
tekanan darah diperoleh OR sebesar
2,667 (95% CI=1,099-6,468) sehingga

Fakultas Ilmu Kesehatan 7


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

B. Hubungan Antara Aktivitas Fisik tubuh. Garam akan keluar dri dalam
dengan Kejadian Hipertensi tubuh bersama keringat
Berdasarkan hasil analisis (Dalimartha, 2008). Melalui
statistik disimpulkan bahwa tidak olahraga raga yang teratur (aktivitas
ada hubungan antara aktivitas fisik fisik aerobik selama 30-45
dengan kejadian hipertensi pada menit/hari) dapat menurunkan
usia dewasa muda di wilayah tahanan perifer yang akan
Puskesmas Sibela Surakarta nilai mencegah terjadinya hipertensi
p=0,483>0,05. Penelitian ini sejalan (Sihombing, 2010).
dengan penelitian Prabaningrum
(2014), yang mengungkapkan C. Hubungan Antara Status
bahwa aktivitas fisik tidak Ekonomi dengan Kejadian
berhubungan dengan tekanan darah Hipertensi
(nilai p=0,794>0,05. Selain itu hasil Berdasarkan hasil analisis
penelitian Stefhani (2012) juga statistik disimpulkan bahwa tidak
menunjukkan hasil yang serupa, ada hubungan antara status ekonomi
bahwa tidak terdapat hubungan dengan kejadian hipertensi pada
antara aktivitas fisik dengan usia dewasa muda di wilayah
kejadian hipertensi. Puskesmas Sibela Surakarta nilai
Tidak adanya hubungan p=0,450>0,05.
antara aktivitas fisik dengan Tidak adanya hubungan
kejadian hipertensi dapat dilihat dari antara status ekonomi dengan
hasil analisis univariat distribusi kejadian hipertensi dapat dilihat dari
frekuensi aktivitas fisik, dimana hasil analisis univariat distribusi
sebagian besar responden sudah frekuensi status ekonomi, dimana
mempunyai aktivitas fisik yang sebagian besar responden sudah
tinggi baik pada kelompok kasus mempunyai status ekonomi yang
maupun kelompok kontrol. Tingkat tinggi baik pada kelompok kasus
aktivitas fisik yang tinggi atau maupun kelompok kontrol. Hal ini
latihan fisik yang teratur berkaitan berarti orang yang mempunyai
dengan menurunnya angka status ekonomi yang tinggi maupun
mortalitas dan risiko kematian status ekonomi rendah memiliki
akibat penyakit kardiovaskuler. risiko yang sama untuk tidak
Aktivitas fisik yang tinggi dapat terkena penyakit hipertensi
mencegah atau memperlambat onset (Sulistiyowati, 2010).
tekanan darah tinggi dan
menurunkan tekanan darah pada SIMPULAN DAN SARAN
pasien hipertensi (Gibney, 2009). A. Simpulan
Orang yang rajin melakukan 1. Sebagian besar kelompok kontrol
olahraga seperti bersepeda, jogging memiliki pola makan yang baik,
dan aerobik secara teratur dapat yaitu 28 orang (66,7%). Sedangkan
memperlancar peredaran darah pada kedua kelompok memiliki
sehingga dapat menurunkan tekanan aktifitas yang tinggi, baik pada
darah. Orang yang kurang aktif kelompok kontrol 39 orang (92,9%)
olahraga pada umumnya cenderung maupun pada kelompok kasus 36
mengalami kegemukan. Olahraga orang (85,7%). Juga memiliki status
juga dapat mengurangi atau ekonomi yang tinggi, baik pada
mencegah obesitas serta kelompok kontrol 30 orang (71,4%)
mengurangi asupan garamke dalam

Fakultas Ilmu Kesehatan 8


Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

maupun pada kelompok kasus 33 3. Bagi Masyarakat


orang (78,6%).
2. Ada hubungan antara pola makan Bagi masyarakat secara
dengan kejadian hipertensi pada umum hendaknya juga mengetahui
dewasa muda di wilayah Puskesmas pentingnya pengendalian penyakit
Sibela Surakarta (p=0,028; hipertensi agar dapat memberikan
OR=2,667;95% CI=1,099-6,468). motivasi bagi penderita hipertensi di
3. Tidak ada hubungan antara aktifitas lingkungan sekitarnya untuk
fisik dengan kejadian hipertensi melakukan pengendalian hipertensi
pada usia dewasa muda di wilayah melalui pengaturan pola makan
Puskesmas Sibela Surakarta dengan mengurangi konsumsi
(p=0,290). makanan asin, makanan awetan,
4. Tidak ada hubungan antara status konsumsi cemilan, mengurangi
ekonomi dengan kejadian hipertensi penggunaan bumbu penyedap
pada usia dewasa muda di wilayah masakan, meningkatkan konsumsi
Puskesmas Sibela Surakarta sayuran serta buah terutama pisang.
(p=0,450).
4. Bagi Peneliti Lain
B. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian lebih lanjut
Bagi Dinas Kesehatan untuk
mengenai faktor-faktor lain yang
lebih memberikan informasi-
mempengaruhi tekanan darah,
informasi kesehatan, bisa lewat
misalnya kebiasaan merokok,
poster atau media layanan
indeks massa tubuh, konsumsi
masyarakat yang berkaitan dengan
makanan berlemak, dan konsumsi
hipertensi sehingga dapat
alkohol dan konsumsi kafein.
mengurangi jumlah penderita
Diharapkan juga memperbanyak
hipertensi di Kota Surakarta. sampel dan memperluas wilayah
2. Bagi Puskesmas Sibela penelitian.

Petugas kesehatan
diharapkan dapat tetap memberikan
DAFTAR PUSTAKA
upaya promotif dan preventif terkait
pentingnya melakukan Corwin E J. 2009. Patofisiologi: Buku
pengendalian hipertensi khususnya Saku. Jakarta : EGC.
dengan mengatur pola makan yang
baik melalui pemberian informasi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
baik kepada pasien ataupun 2013. Buku Profil Kesehatan
masyarakat pada umumnya agar Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
tekanan darah dapat terkendali. Semarang: Dinas Kesehatan
Selain itu, petugas kesehatan perlu Provinsi Jawa Tengah.
memberikan motivasi kepada pasien
agar tetap melakukan pola makan DKK Surakarta. 2014. Profil Kesehatan
yang baik untuk mencegah Kota Surakarta 2013. Surakarta :
terjadinya kenaikan tekanan darah Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
ataupun komplikasi.
Jufri Z., Tasak H dan Sukriyadi. 2012.
Hubungan antara Gaya Hidup
Dengan Kejadian Hipertensi pada
Fakultas Ilmu Kesehatan 9
Universitas Muhammadiya Surakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Usia Muda di Wilayah
ARTIKEL PENELITIAN Puskesmas Sibela Surakarta

Pasien Rawat Jalan di Puskesmas


Panaikan Kecamatan Sinjai Timur Sulistiyowati. 2010. Faktor-Faktor yang
Kecamatan Sinjai. e-Jurnal Berhubungan dengan Kejadian
Kesehatan. Volume 1, Nomor 5, Hipertensi di Kampung Botton
Tahun 2012. Kelurahan Magelang Tengah Kota
Magelang 2009. [Skripsi Ilmiah].
Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta: Semarang: FIK: UNNES.
ISBN.
WHO. 2013. World Health Statistic 2013.
Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Geneva : WHO Press
Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI

Nisa I. 2012. Ajaibnya Terapi Hipertensi


Tumpas Penyakit Hipertensi.
Jakarta: Dunia Sehat.

Notoadmojo S. 2010. Metode Penelitian


Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Papalia D.E., Old S.W dan Feldman R.D.


2008. Human Development
(terjemahan). Jakarta : Kencana.

Sastroasmoro S dan Ismail S. 2011. Dasar-


Dasar Metodelogi Penelitian Klinis.
Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sihombing M. 2010. Hubungan Perilaku


merokok, Konsumsi
Makanan/Minuman, dan Aktifitas
Fisik dengan Penyakit Hipertensi
pada Responden Obes Usia Dewasa
di Indonesia. e-Jurnal Kedokteran
Indonesia. Vol 60 n0 9 406-412.

Soeharto I. 2004. Serangan Jantung dan


Stroke Hubungannya dengan Lemak
dan Kolesterol Edisi Kedua. Jakarta
: Gramedia.

Stefhany E. 2012. Hubungan Pola Makan,


Dan Indeks Massa Tubuh dengan
Hipertensi Pada Pra Lansia Dan
Lansia Di Posbindu Kelurahan
Depok Jaya Tahun 2012. [Skripsi
Ilmiah]. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Fakultas Ilmu Kesehatan 10
Universitas Muhammadiya Surakarta

Anda mungkin juga menyukai