Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENYAKIT DAN CEDERA AKIBAT KERJA

PENYAKIT AKIBAT GETARAN DAN PENCEGAHANNYA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 11

REZKY IRIANI A K011191065


RISWANDI K011191090
DOKTRIA THAMARISCA S. K011191096
ALFIRA SAFITRI ADIL K011191132
SALSABILA SYARIFUDDIN K011191189
ZEFI PERYANTO K011191246

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
nikmat serta karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga
makalah ini yang berjudul “Penyakit Akibat Getaran dan Pencegahannya”
yang merupakan tugas dari Mata Kuliah Penyakit dan Cedera Akibat Kerja.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
akan segala masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca
sehingga kami dapat melakukan perbaikan makalah, sehingga bisa menjadi
makalah yang lebih baik.

Terakhir harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengalaman


serta pengetahuan bagi para pembacanya. Terima kasih.

Makassar, 1 Oktober 2021

Penyusun

ii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN………..........................................................................
2.1 DefinisI Getaran ............................................................................................
2.2 Sumber Getaran..............................................................................................
2.3 Jenis-Jenis Getaran.........................................................................................
2.4 Nilai Ambang Batas Getaran..............…......................................................
2.5 Jenis Penyakit Akibat Kerja oleh Paparan Getaran......................................
2.6 Upaya Pencegahan PAK oleh Paparan Getaran...........................................
BAB III STUDI KASUS.....................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................................................
4.2 Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang termasuk ke dalam
lima besar negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Mayoritas penduduk
Indonesia bekerja di sektor industri. Perkembangan di sektor industri akibat
kemajuan teknologi yang berpengaruh pada lingkungan dan alat kerja terbukti
membawa dampak positif bagi kehidupan manusia. Akan tetapi, interaksi
antara pekerja dengan alat dan lingkungan kerjanya bisa memberikan dampak
negatif bagi manusia (M. Haikal, S. M. 2018).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang dinyatakan dalam Pasal 86
Ayat 2 angka 31 UU Nomor 13 Tahun 2003 yang menegaskan bahwa setiap
pekerja/ buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja untuk melindungi keselamatan pekerja/
buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal di selenggarakan
upaya keselamatan dan kesehatan kerja” (Cindy Dwi Yuliandi, E. A. 2019).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja dengan cara penerapan teknologi pengendalian
segala aspek yang berpotensi membahayakan para pekerja. Pengendalian
ditujukan kepada sumber yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat
pekerjaan, pencegahan kecelakaan dan penyerasian peralatan kerja baik mesin
dan karakteristik manusia yang menjalankan pekerjaan tersebut. Dengan
menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja
diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja dan
tingkat kesehatan yang tinggi (Rejeki. Sri., 2016).
Kondisi fisik lingkungan tempat kerja di mana para pekerja beraktivitas
sehari-hari mengandung banyak bahaya, langsung maupun tidak langsung
bagi pekerja. Bahaya-bahaya tersebut dapat diklasifikasikan sebagai bahaya
getaran, kimia, radiasi, pencahayaan, dan kebisingan (Rejeki. Sri., 2016).
Kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan pekerja dan juga perusahaan. Bagi pekerja,

1
kecelakaan itu terjadi dapat mengakibatkan penderitaan seperti luka ringan
atau berat, bahkan kematian. Padahal perusahaan harus menanggung biaya
pengobatan dan pengobatan dan biaya rumah sakit atau bahkan menanggung
biaya penguburan jika menjadi korban meninggal, kehilangan waktu kerja
dari karyawan dan rekan kerja yang terkena dampak yang membantu
menghambat kelancaran pekerjaan, merekrut baru karyawan dan memberikan
pelatihan dan juga dapat mengurangi mental atau kondisi psikologis pekerja
lain (Nai’em, M.F. 2021).
Pemegang peranan penting dalam pencapaian produktivitas adalah
sumber daya manusia yang terlibat dalam proses bisnis tersebut (pekerja).
Pekerja yang melakukan kerja berlebihan bahkan sampai mengalami
kelelahan dan kejenuhan kerja akan mengakibatkan berimbasnya penurunan
tingkat produktivitas kerja. Saat ini, keselamatan dan kesehatan kerja sudah
menjadi hal yang mutlak diperhatikan dalam dunia industri (Hastin, P. A.
2020).
Faktor – faktor manusia (human faktor) memegang peranan penting
dalam keselamatan dan kesehatan kerja yang secara langsung serta kaitannya
dengan pencapaian produktivitas kerja yang baik. Produktivitas kerja yang
baik adalah dengan didukung oleh terjaganya kenyamanan, keselamatan, dan
kesehatan manusia selaku pekerja. Potensi bahaya (hazard) adalah
permasalahan yang ada di perusahaan karena merupakan sumber risiko yang
potensial mengakibatkan kerugian material, lingkungan, maupun manusia
(Hastin, P. A. 2020).
Lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat, proses kerja tidak aman
dan sistem kerja yang semakin kompleks dan modern pun dapat menjadi
ancaman penyakit akibat kerja dan atau kecelakaan kerja. Beberapa
kecelakaan kerja biasanya mengakibatkan beberapa kerugian seperti
kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat,
termasuk kematian (Suparmi, F. K. 2018).
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang menimpa para pekerja
dikarenakan adanya faktor Bahaya pada suatu area lingkungan tempat

2
pekerja. Bahaya lingkungan kerja yang ditimbulkan biasanya berupa panas,
cahaya, sinar dari proses pengelasan, kebisingan dan terutama getaran yang
disebabkan proses kerjanya, apalagi jika bekerja tidak sesuai standar akan
menimbulkan kecelakaan yang makin besar (Suparmi, F.K. 2018).
Manusia telah terpapar selama ribuan tahun pada pemuatan berulang atau
siklik yang dihasilkan bukan manusia. Paparan manusia terhadap getaran
dapat menyebabkan kerusakan pada sistem muskuloskeletal, neurologis,
vaskular, atau organ. Standar pemaparan ada untuk mengurangi potensi
bahaya tersebut. Tingkat bahaya yang mungkin terjadi tergantung pada
karakteristik paparan seperti besarnya level, durasi paparan, seberapa erat
hubungan individu dengan sumber getaran, arah getaran, konfigurasi rakitan
sumber getaran manusia, diantara yang lain. Sebagai contoh, mengalami
perjalanan yang kasar saat mengendarai kendaraan sambil mempertahankan
postur duduk yang bungkuk, seiring waktu, dapat menyebabkan cedera
punggung (Wilder, D. G., & McLay, R. W. 2019).
Paparan getaran pada alat genggam seperti contoh alat gerinda yang
digunakan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan berbagai gejala
vaskular dan neuromuskuler yang secara kolektif disebut Hand Arm
Vibration Syndrome (HAVS). Presentasi klinis dari sindrom ini termasuk
paresthesiae atau kesemutan di jari, nyeri atau nyeri di pergelangan tangan
dan tangan, blansia digital, dingin (Chowdhry, R., & Sethi, V. 2017).
Durasi pemaparan yang diperlukan untuk menghasilkan HAVS tidak
dapat langsung ditentukan.Hal ini tidak hanya disebabkan oleh perbedaan
kerentanan individu terhadap getaran, tetapi juga karena perbedaan
karakteristik fisik dari paparan getaran. Ada efek kumulatif getaran pada
komponen vaskular dan sensor neural dari HAVS dan komponen ini muncul
dan berkembang secara independen satu sama lain (Chowdhry, R., & Sethi,
V. 2017).
Cedera akibat getaran juga umum terjadi di banyak industri lain dengan
paparan getaran, seperti pekerjaan konstruksi, pemotongan dan pelapisan
logam, perbaikan mobil, pengelasan dan pekerjaan kelistrikan. Cedera

3
tersebut seringkali berdampak pada populasi usia kerja (laki-laki muda atau
paruh baya) dan konsekuensinya bisa sangat serius. Kerusakan saraf tangan
menyebabkan ketangkasan berkurang dan terganggu (Chowdhry, R., & Sethi,
V. 2017). Oleh karena itu, getaran perlu untuk dikaji lebih lanjut agar dapat
dikendalikan faktor Bahaya dan risiko yang ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan getaran?
1.2.2 Apa saja sumber getaran?
1.2.3 Apa saja jenis-jenis getaran?
1.2.4 Berapa Nilai Ambang Batas (NAB) getaran?
1.2.5 Apa saja jenis penyakit akibat kerja (PAK) yang ditimbulkan oleh
paparan getaran?
1.2.6 Bagaimana upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit
akibat kerja (PAK) yang ditimbulkan oleh paparan getaran?
1.2.7 Bagaimana hasil literatur (studi kasus) tentang getaran?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami mengenai definisi daari getaran
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami mengenai sumber getaran
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami mengenai jenis-jenis getaran
1.3.4 Untuk mengetahui dan memahami mengenai nilai ambang baatas
getaran
1.3.5 Untuk mengetahui dan memahami jenis penyakit akibat kerja oleh
paparan getaran
1.3.6 Untuk mengetahui dan memahami upaya pencegahan penyakit akibat
kerja yang ditimbulkan oleh papaaran getaraaan
1.3.7 Untuk mengetahui dan memahami mengenai studi kasus tentang
kejadian kecelakaan dan PAK dalam proyek konstruksi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Getaran


Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018,
getaran adalah gerakan yang teratur dari sebuah benda atau media dengan
arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Keseimbangan yang
dimaksud adalah keadaan dimana suatu benda berada pada posisi diam atau
tidak bergerak jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Menteri
Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya mencantumkan bahwa
getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang
terhadap suatu titik acuan.
Menurut International Labour Organization (2013) dalam Yantri (2017),
getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating), memantul ke atas
dan ke bawah atau ke belakang dan ke depan. Gerakan tersebut terjadi secara
teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukannya.
Menurut Prabowo dan Rusmana (2019), getaran adalah gerakan bolak-
balik relatif terhadap titik keseimbangan dalam selang waktu tertentu. Pada
dasarnya semua sistem yang memiliki massa dan kekakuan dapat bergetar.
Jika frekuensi getaran dari luar sama dengan frekuensi alaminya maka sistem
akan ikut bergetar sesuai dengan frekuensi gangguannya, fenomena ini
disebut resonansi. Oleh karena itu penentuan frekuensi alami sangat penting
pada suatu sistem yang mengalami getaran. Berdasarkan Romansyah, dkk
(2018), besarnya getaran dinyatakan dalam akar rata-rata kuadrat percepatan
dalam satuan meter/detik (m/detik2 rms). Sedangkan, frekuensi getaran
dinyatakan sebagai putaran per detik (Hz). Vibrasi atau getaran, dapat
disebabkan oleh getaran udara atau getaran mekanis misalnya mesin atau alat-
alat mekanis lainnya.

2.2 Sumber – Sumber Getaran

5
Menurut Sunandar dan Mulyani (2017), getaran bersumber dari adanya
gerakan yang dilakukan oleh suatu sumber getar. Getaran dapat disebabkan
oleh getaran udara atau getaran mekanis misalnya mesin atau alat-alat
mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu
sebagai berikut:
1. Getaran udara
Getaran udara disebabkan oleh benda bergetar dan diteruskan melalui
udara sehingga akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz
tidak akan menyebabkan gangguan vestibulur yaitu gangguan orientasi,
kehilangan keseimbangan, dan mual-mual. Tetapi dapat menimbulkan
nyeri pada telinga, nyeri dada, dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.
2. Getaran mekanis
Getaran menakanis adalah getaran yang mengakibatkan timbulnya
resonansi atau turut bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh terhadap
alat-alat tubuh yang sifatnya mekanis pula. Akibat yang di timbulkan oleh
getaran mekanis terhadap pekerja dipengaruhi oleh efek mekanis getaran
terhadap jaringan tubuh dan rangsangan getaran terhadap reseptor saraf
dalam jaringan tubuh.
Adapun beberapa sumber getaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Alam
Alam merupakan fenomena geologi yang mengakibatkan gelombang
(gerakan bumi) sehingga menimbulkan masalah pencemaran getaran yang
bersumber dari getaran tektonik dan getaran vulkanik.
2. Aktivitas manusia
Getaran berasal dari aktivitas yang dilakukan manusia yaitu gerakan
atau gesekan mesin dan alat-alat kerja lain yang menimbulkan getaran.
Contoh sumbernya adalah mesin-mesin produksi, mesin bor, pneumatic,
pahat, gerinda, gergaji serta aktivitas mesin yang menimbulkan gesekan
dan getaran.
Di tempat kerja terdapat banyak peralatan kerja yang menghasilkan
getaran dan secara luas digunakan dalam proses industri seperti dalam

6
perakitan kapal, otomotif, industri logam, alat angkut (transportasi),
baikgetaran seluruh tubuh (whole body vibration) ataupun getaran lengan-
tangan (hand-arm vibration). Berikut beberapa alat yang menghasilkan
getaran.
Tabel 1. Sumber dan Tipe Getaran berdasarkan Jenis
Industri
Industry Type of vibration Common vibration source
Agriculture Whole body Tractor operation
Boiler making Segmental Pneumatic tools
Construction Whole body / Segmental Heavy equipment vehicles,
pneumatic drills,
jackhammers, etc
Diamond cutting Segmental Vibrating tools
Forestry Whole body / Segmental Tractors operator / Chain
saw
Furniture Segmental Pneumatic chisel
manufacture
Iron & Steel Segmental Vibrating hand tool
Lumber Segmental Chain saw
Machine tools Segmental Brating hand tools
Mining Whole body Vehicle operators rock
drills
Riveting Segmental Hand tools
Rubber Segmental Pneumatic stripping tools
Sheet metal Segmental Stamping tools
Shipyards Segmental Pneumatic hand tools
Stone dressing Segmental Pneumatic hand tools
Textile Segmental Sewing machine looms
Transportation Whole body Vehicle operation

Berdasarkan tabel di atas, sumber dan tipe getaran dibedakan


berdasarkan jenis industrinya seperti industri pertanian (agriculture) lebih
didominasi oleh tipe getaran seluruh tubuh (Whole Body Vibration)
dengan traktor sebagai sumber getaran utamanya (common vibration
source).

2.3 Jenis -Jenis Getaran

1) Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration)


Getaran seluruh tubuh adalah osilasi energi mekanis yang ditransfer

7
ke tubuh secara keseluruhan (bukan daerah tubuh tertentu), biasanya
melalui sistem pendukung seperti tempat duduk atau platform. Contohnya
pengemudi kendaraan yang memiliki getaran tinggi seperti traktor,
mobil reli, helicopter, forklift truck, lokomotif kereta api, bus, serta
kendaraan militer, dilaporkan mengalami Whole Body Vibration
(Winata, dkk, 2021). Kejadian getaran seluruh tubuh tergantung pada
jaringan manusia, seperti:
a. 3-6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut)
b. 20-30-Hz untuk bagian kepala
c. 100-150 Hz untuk rahang
Selain rasa ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh goyangan organ
seperti ini, menurut beberapa penelitian, telah dilaporkan efek jangka lama
yang menimbulkan orteoartritis tulang belakang. Getaran seluruh badan
terutama terjadi pada alat angkutan. Alat angkutan penyebab getaran
seluruh tubuh bukan pada mobil yang pembuatannya sempurna ditinjau
dari sudut halusnya mesin atau efektifitasnya fungsi peredam getaran.
Melainkan pada truk, alat angkut yang digunakan dalam kegiatan industri,
traktor pertanian dan perlengkapan untuk mengerjakan tanah. Selain
getaran seluruh badan oleh alat angkut tersebut, seluruh badan dapat ikut
bergetar oleh beroperasinya alat-alat berat yang memindahkan getaran
mekanis dari alat berat dimaksud keseluruh badan tenaga kerja lewat
getaran lantai melalui kaki.
Vibrasi pada seluruh tubuh umumnya disebabkan oleh mesin
industri/konstruksi, pertanian, atau peralatan transportasi, dapat dibagi
menjadi:
1. Vibrasi frekuensi rendah, misalnya peralatan transportasi darat (bis,
truk, kereta api).
2. Vibrasi frekuensi tinggi, misalnya mesin industri, alat-alat berat
(forklift, traktor, traktor roda gigi, derek, sekop elektrik, motor gandeng,
bulldozer), peralatan transportasi udara/laut (helicopter, kapal laut).
3. Syok, peralatan transportasi darat yang berjalan dijalanan yang tidak

8
rata/berlubang (Annisa, 2018).
2) Getaran Lengan Tangan (Hand Arm Vibration)
Getaran lengan tangan merupakan paparan getaran yang menegani
lengan dan tangan pekerja dalam kurun waktu tertentu yang tidak
diperbolehkan untuk dilampaui. Getaran setempat yaitu getaran yang
merambat melalui tangan akibat pemakaian alat yang bergetar,
frekuensinya biasanya 20-500 Hz. Frekuensi yang paling berbahaya adalah
pada 128 Hz, Contohnya ialah ketika seorang operator menggunakan alat
seperti gergaji atau bor listrik dimana getaran mempengaruhi tangan.
Efek getaran pada tangan lengan ini lebih mudah dijelaskan daripada
menguraikan patofisiologinya. Efek ini disebut sebagai sindroma getaran
lengan tangan (Hand Vibration Arm Syndrome = HVAS ) yang terdiri atas:
a. Efek vaskuler-pemucatan episodic pada buku jari ujung yang bertambah
parah pada suhu dingin (Fenomena Raynaud).
b. Efek neurologic-buku jari ujung mengalami kesemutan total dan baal
(Annisa, 2018).
2.4 Nilai Ambang Batas Getaran

1) Standar Internasional
Rekomendasi Internasional Organization for Standarization (ISO)
dalam nilai ambang batas getaran, diatur dalam ISO 2631-1. ISO 2631-1
merupakan standar yang menunjukkan tingkat risiko paparan getaran
berdasarkan nilai percepatan getaran dan nilai Value Dose
Vibration (VDV). Nilai percepatan getaran dihitung dengan metode root
mean square, dan digunakan sebagai kriteria untuk mengukur tingkat
risiko yang disebabkan oleh getaran yang bersifat stabil dan terus menerus.
Sedangkan, nilai Value Dose Vibration (VDV) digunakan sebagai ukuran
untuk mengukur getaran yang bersifat benturan seketika. NAB dalam ISO
2631-1 dengan klasifikasi sebagai berikut (Cambodiana, 2018):
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Getaran Standar Internasional
Tingkat Nilai Total Value Dose Keterangan
Resiko percepatan Vibration (VDV)

9
getaran r.m.s
(m/s1.75)
(m/s2)
Paparan getaran masih di bawah
zona ‘‘Health Guidance Caution
Zone (HGCV)’’. Kasus penyakit
Low < 0,45 <0,85
akibat kerja belum pernah
ditemui pada nilai percepatan
getaran ini.
Paparan getaran berada di zona
Moderat
0,45 – 0,90 8,5 – 17 HGCV. Terdapat potensi risiko
e
kesehatan kerja.
Paparan getaran berada di atas
zona HGCV. Risiko kesehatan
High > 0,90 > 17
kerja sering terjadi pada tingkat
ini.
Sumber: ISO 2631-1
2) Standar Nasional
Standar nasional nilai ambang batas getaran berdasarkan Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5 Tahun 2018 pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Nilai Ambang Batas Getaran untuk Pemaparan Lengan dan
Tangan
Nilai percepatan pada frekuensi
dominan
Jumlah waktu pemaparan per hari kerja
Meter/detik kuadrat (m/det2)

6 jam dan kurang dari 8 jam 5


4 jam dan kurang dari 6 jam 6
2 jam dan kurang dari 4 jam 7
1 jam dan kurang dari 2 jam 10
0,5 jam dan kurang dari 1 jam 14
Kurang dari 0,5 jam 20
Sumber: Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, 2018

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018


nilai ambang batas (NAB) pemaparan getaran untuk pemaparan lengan dan

10
tangan selama maksimal 8 jam (standar waktu kerja) yaitu 5 m/det 2 dalam
waktu 6 jam sampai dengan < 8 jam dan paling maksimal 20 m/s2 dalam
waktu < 0,5 jam (Dwinaffebri dkk, 2021).
Tabel 4. Nilai Ambang Batas Getaran untuk
Pemaparan Seluruh Badan
Jumlah waktu pajanan per Nilai Ambang Batas (m/
hari kerja (jam) det2)
0 3,4644
,
5
1 2,4497
2 1,7322
4 1,2249
8 0,8661
Sumber: Peraturan Menteri Ketenagakerjaan, 2018

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No.


5 Tahun 2018 menyatakan bahwa nilai ambang batas (NAB) getaran alat kerja
yang dapat terpapar langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh
(Whole Body Vibration) tenaga kerja yaitu minimal 3,4644 m/det2 dalam
waktu < 0,5 jam dan maksimal 0,8661 m/det2 dalam waktu 8 jam.

2.5 Jenis Penyakit Akibat Kerja (PAK) oleh Paparan Getaran


2.5.1 Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS)
Getaran dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang dapat
muncul dalam waktu yangmberbeda sejak pekerja mulai terpapar
getaran. Gangguan ini dapat muncul dalam beberapa bulan setelah
terpapar. Hand Arm Vibration adalah bentuk getaran yang
ditransmisikan ke lengan dan tangan yang biasanya disebabkan dari
aktivitas kerja yang menggunakan alat getar dan dipegang tangan. Hand
Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah kondisi serius yang
menyebabkan kerusakan permanen yang mempengaruhi kemampuan
bekerja serta mengganggu kenyamanan bekerja. Lamanya pekerja yang
menggunakan alat getar diiringi dengan percepatan getaram yang tinggi

11
menyebabkan pekerja beresiko tinggi terkena HAVS. Hand arm
vibration syndrome disebabkan oleh getaran, penyakit ini merupakan
suatu kumpulan gejala vaskuler, neurologik dan muskuloskeletal yang
mengenai jari, tangan dan lengan yang diakibatkan karena penggunaan
alat-alat yang dapat menggetarkan tangan secara berlebihan atau diatas
ambang batas. Menurut Pakasi, dengan bertambahnya usia seseorang,
maka akan memperbesar risiko terjadinya HAVS dimana usia berkisar
antara 29-61 tahun rentan terkena penyakit ini. Pertambahan usia juga
menyebabkan seseorang lebih rentan terkena gangguan atau keluhan
kesehatan karena kemampuan elastisitas tulang, ototmataupun urat
semakin berkurang sebagai peredam dari getaran yang dirambatkan ke
tubuh
Hand arm vibration syndrome memiliki gejala yang hampir sama
dengan carpal tunnel syndrome (CTS) sehingga sulit untuk
membedakan keduanya. Gejala HAVS dibedakan berdasarkan gejala
vaskuler dan gejala sensorineural. Gejala yang paling sering yaitu rasa
baal atau rasa kesemutan pada bagian tubuh tertentu terutama jari,
tangan dan lengan selain itu juga ada keluhan berupa Raynaud’s disease
atau vibration white finger. Dalam mendiagnosis HAVS dapat
dilakukan berbagai macam tes seperti tes Allen, tes Adson, pemeriksaan
diskriminasi 2 titik, tes tinel dan phalen.
2.5.2 Fenomena Raynaud (Raynaud Phenomenon)
Terpapar alat-alat dengan getaran mekanik yang lama dapat
mengakibatkan munculnya beberapa dampak negatif bagi kesehatan,
baik gangguan neurologis, muskuloskeletal dan vaskular. Contohnya
adalah munculnya gejala atau manifestasi “White fingers” yang
merupakan manifestasi dari Raynaud Phenomenon. Pada saat
anamnesis juga didapatkan manifestasi mulai muncul setelah adanya
paparan dengan alat yang mempunyai getaran mekanik. Fenomena
Raynaud (Raynaud Phenomenon) merupakan vasospasme berulang
pada jari tangan dan kaki yang biasanya timbul sebagai respon pada

12
saat dingin. Salah satu manifestasi pada Raynaud Phenomenon adalah
White Fingers Syndrome yaitu gangguan berupa penyempitan
pembuluh darah, gangguan saraf perifer, gangguan tulang sendi dan
otot dengan manifestasi yang ditimbulkan berupa jari-jari yang pucat
dan kaku, mati rasa terhadap suhu atau sentuhan. Raynaud Phenomenon
atau Fenomena Raynaud merupakan salah satu gangguan pada
pembuluh darah berupa vasokontriksi dari pembuluh darah di jari
tangan, jari kaki dan hidung dengan khasnya berupa serangan secara
episodik dan biasanya terstimulasi akibat cuaca dingin atau stress
emosional.
Raynaud’s Phenomenon (RP) dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yakni:
a. Primary Raynaud’s Phenomenon (Raynaud’s Disease)
Tidak ada penyakit penyerta atau idiopatik dan biasanya dianggap
sebagai suatu hal fisiologis akibat lingkungan
b. Secondary Raynaud’s Phenomenon (Raynaud’s Syndrome)
Diikuti oleh penyakit penyerta seperti Lupus Eritematosus
Sistemik, skleroderma, sindrom karpal tunel, penyakit pada
jaringan ikat atau adanya konsumsi obat-obatan yang membuat
vasokontriksi pembuluh darah. Gejala Perubahan warna secara
episodik dan berulang (minimal 2 dari warna putih, biru atau
kemerahan) pada keadaan dingin atau tidak. Perubahan warna
secara episodik dan berulang (minimal 2 dari warna putih, biru atau
kemerahan) dan kesemutan atau mati rasa pada keadaan dingin atau
normal (Gejala Parah).

2.6 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) oleh Paparan Getaran
2.6.1 Upaya Pencegahan HAVS
Upaya utama yang dapat dilakukan untuk untuk mencegah
terjadinya penyakit ini yaitu dengan memodifikasi pekerjaan,
mengurangi paparan getaran, edukasi pekerja dan penggunaan alat

13
pelindung diri. Selain itu, Untuk mencegah timbulnya hand-arm
vibration syndrome dan penyakit akibat kerja lainnya maka ada
beberapa langkah yang bisa dilakukan:
a. Lakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, terutama untuk
pekerja yang beresiko tinggi.
b. Melakukan perawatan pada mesin yang digunakan.
c. Gunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan.
d. Bekerja sesuai standar operasional prosedur dan jika diperlukan
dapat melakukan modifikasi lingkungan dan sistem kerja untuk
mengurangi resiko penyakit akibat kerja.
2.6.2 Upaya Pencegahan Raynaud’s Phenomenon
a. Gunakan sarung tangan, topi, jaket atau pakaian tebal, dan sepatu
bot ketika akan bepergian ke tempat bersuhu dingin.
b. Gunakan penutup telinga dan masker wajah, jika ujung hidung dan
telinga sensitif terhadap dingin.
c. Gunakan kaus kaki meskipun di dalam ruangan atau ketika tidur,
terutama jika Anda bertempat tinggal di area yang memiliki musim
dingin.
d. Hindari perubahan suhu secara mendadak, misalnya dari udara
hangat ke ruangan ber-AC.
e. Gunakan pelindung atau penutup tangan ketika mengambil sesuatu
dari freezer.
f. Hindari stres berat dengan meditasi atau yoga.
g. Hindari terlalu banyak mengonsumsi minuman berkafein.
h. Hindari merokok atau berada di area yang dikelilingi oleh perokok.
i. Hindari konsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah, misalnya obat dekongestan.
j. Hindari menggunakan alat yang menghasilkan banyak getaran,
seperti mixer atau alat listrik lainnya. Getaran dapat memicu gejala
sindrom Raynaud.

14
2.7 Gangguan Fisiologis Akibat Getaran
a. Angioneurosis Jari-jari tangan
Fenomena Raynaud (jari-jari putih) adalah “syndrome akibat
vibrasi yang paling sering di wiayah-wilayah dunia yang dingin”.
Gejala-gejala nonspesifik seperti akroparestesia pada tangan dan
perasaan kebal di jari – jari tangan pada waktu kerja atau sebentar
setelah dilakukan pekerjaan.
b. Gangguan tulang, sendi, dan otot
Perubahan radiogram yang paling khas pada atrosis sendi
karpal, radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terutama pada tulang-
tulang karpal, yang dapat memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik
lain seperti trabekula yang menebal dan menjadi jarang). Otot dan
tendon di sekitar sendi tersebut biasanya juga terlibat, gejala subjektif
(nyeri) yang disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan
radiogram.
c. Neuropati
Kerusakan saraf disebabkan getaran meliputi persyarafan
otonom perifer (pada angionurosis). Terkenanya serat-serat sensoris
menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan serat-serat
motorik, gangguan ketangkasan dan akhirnya atrofi.

15
BAB III
STUDI KASUS

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 di CV.

Mulya Abadi Sukoharjo yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

industri yaitu bidang mebel dimana salah satu bahan utamanya yaitu

menggunakan kayu serta menggunakan alat-alat yang dapat menimbulkan getaran

mekanis dalam proses pemotongan kayu. Dimana alat yang digunakan yaitu

mesin bansaw, mesin planner, mesin cros cute, mesin jointer, dan mesin

spindel.Getaran mekanis timbul karena aktivitas mesin-mesin dan alat kerja

dimana mesin kerja tersebut memiliki nilai getaran mekanis sebesar 4,7 m/det2-

28,5 m/det2. Nilai tersebut termasuk melebihi NAB. Berdasarkan hasil

wawancara yang telah dilakukan terhadap pekerja yang mempunyai karakteristik

lama bekerja < 5 tahun, 5-10 tahun, dan >10 tahun, terkait paparan getaran

terhadap kesehatan diperoleh hasil bahwa 2 dari 3 pekerja merasakan adanya

sedikit gangguan yang di sebabkan karena terpapar getaran yang timbul pada

mesin kerja yang digunakan, dimana pekerja yang merasakan gangguan kesehatan

yaitu pekerja yang sudah bekerja selama 8 tahun dan 20 tahun, sedangkan 1 orang

pekerja yang sudah bekerja selama 3 tahun belum pernah merasakan adanya

gangguan kesehatan yang disebabkan karena adanya paparan getaran mekanis.

Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari pekerja yang terpapar getaran

mekanis, pada awal bekerja para tenaga kerja memang tidak merasakan adanya

gangguan kondisi kesehatan yang disebabkan karena terpapar getaran mekanis,

tetapi setelah pekerja sudah bertahun-tahun bekerja dengan menggunakan mesin

yang menimbulkan getaran, rata-rata pekerja mengeluhkan adanya gangguan

16
kesehatan seperti merasakan kesemutan pada tangan, nyeri-nyeri pada pinggang

atau bagian tubuh yang lainnya, selain itu pekerja juga merasakan pegal-pegal

pada pinggang karena posisi kerja rata-rata berdiri dalam jangka waktu yang lama.

Oleh karena itu, perusahaan diharapkan melakukan pemeriksaan terhadap

kondisi mesin secara berkala, menyediakan APD (alat pelindung diri) sesuai

kebutuhan para pekerja, memberikan fasilitas kesehatan yang menjamin untuk

pekerja apabila terdapat kecelakaan kerja atau gangguan kesehatan para pekerja,

serta melakukan pemeriksaan kesehatan pada pekerja secara berkala. Untuk

karyawan diharapkan dapat menjaga keseharan dengan mengkonsumsi makanan

yang bergizi, selalu menggunakan APD pada saat melakukan pekerjaan, dan

melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala atas prakarsa

perusahaan.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melihat pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat
menarik kesimpulan, yaitu:
4.1. 1 Secara umum, Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat
(reciprocating), memantul ke atas dan ke bawah atau ke belakang dan ke
depan. Gerakan tersebut terjadi secara teratur dari benda atau media
dengan arah bolak balik dari kedudukannya.
4.1. 2 Getaran bersumber dari adanya gerakan yang dilakukan oleh suatu
sumber getar. Getaran dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Adapun sumber
getaran dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu alam dan aktivitas
manusia.
4.1. 3 Jenis – jenis getaran dapat terbagi atas, Getaran Seluruh Tubuh
(Whole Body Vibration dan Getaran Lengan Tangan (Hand Arm
Vibration).
4.1. 4 Terdapat dua NAB untuk getaran yakni Standar Internasional
berdasarkan Internasional Organization for Standarization (ISO) 2631-1
dan Standar nasional nilai berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
RI Nomor 5 Tahun 2018.
4.1. 5 Jenis Penyakit Akibat Kerja (PAK) oleh Paparan Getaran terbagi
atas, Hand Arm Vibration Syndrome (HAVS) dan Fenomena Raynaud
(Raynaud Phenomenon).
4.1. 6 Upaya Pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK) oleh Paparan
Getaran terbagi atas, Upaya Pencegahan HAVS dan Upaya Pencegahan
Raynaud’s Phenomenon.
4.2 Saran
Bagi penulis yang ingin menulis makalah dengan tema yang sama
sebaiknya mencari referensi yang lebih banyak dan relevan dengan penyakit
akibat getaran dan pencegahannya. Bagi pembaca yang membaca makalah

18
ini, penulis berharap pembaca memberikan saran yang membangun agar
makalah yang penulis buat bisa lebih baik kedepannya.
4.3

19
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, R, S,. (2018) ‘Hubungan Paparan Getaran Seluruh Tubuh Dengan


Keluhan Kesehatan Pada Supir Angkutan Kota Trayek 99 PU’, Gajah Mada
di Kota Medan Tahun 2018, Universitas Sumatera Utara.
Cambodiana. (2018) ‘Hubungan antara Getaran Bus dengan Keluhan Low Back
Pain Sopir Bus di Terminal Tirtonadi Surakarta’, Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Chani, F. Y. & Kurniawan, B. 2018, Hand Arm Vibration Syndrome: Ancaman
Bagi Pekerja Sektor Industri, Jurnal Agromedicine, Vol 5(1), Hh. 482-488.
Chowdhry, R., & Sethi, V. (2017). Hand Arm Vibration Syndrome In Dentistry:
A Review. Current Medicine Research and Practice, 7(6), 235–239.
doi:10.1016/J.Cmrp.2017.11.001
Cindy Dwi Yuliandi, E. A. (2019). Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Di Lingkungan Kerja Balai Inseminasi Buatan (Bib) Lingkungan Kerja
Balai Inseminasi Buatan (Bib). Jurnal Upi , 18(2).
Dwinaffebri, T. Et All. 2021, Kajian Pustaka: Faktor Terjadinya Hand Arm
Vibration Syndrome Pada Pekerja, Jurnal Kesehatam Masyarakat, Vol. 9(1),
Issn: 2715-5617.
Hariza, S. And Mustofa, S. 2018, Fenomena Raynaud (Raynaud Phenomenon)
Dan Pekerja Dengan Paparan Getaran Mekanik, Jurnal Agromedicine, Vol.
5(1), Hh. 489-493.
Hastin, P. A. (2020). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan
Subjektif Fotokeratitis Pada Pekerja Pengelasan di Kota Kendari Tahun
2020. Jurnal Kesehatan Dan Keselamatan Kerja , 1(3), 117-124.
Heriziana HZ, M. U. (2018). Analisis Faktor Lingkungan Fisik Terhadap Risiko
Stress Kerja Di CV. Natural
M. Haikal, S. M. (2018). Risiko Low Back Pain (LBP) Pada Pekerja Dengan
Paparan Whole Body Vibration (WBV). Jurnal Agromedicine , 5(1).

20
Nai’em, M.F., Darwis, A.M. And Maksun, S.S., 2021. Trend Analysis and
Projection of Work Accidents Cases Based on Work Shifts, Workers Age,
And Accident Types. Gaceta Sanitaria, 35, pp. S94-S97
Palembang Tahun 2017. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) Kesmas Respati, 3(2).
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018.
Prabowo & Rusmana (2019). Efek Getaran dengan Frekuensi Alami pada
Komposit Unsaturated Polyester-Fiberglass Metode Hand Layup terhadap
Sifat Mekanik Bending. Jurnal Inovasi dan Teknologi Material, vol. 1, no. 2,
hh. 7-10.
Rejeki. Sri., 2016, Kesehatan Dan Keselamatan Kerja, Pusdik SDM Kesehatan:
Jakarta Selatan.
Romansyah, et al. (2018). ‘Analisis Ergonomi Tingkat Kebisingan dan Getaran
Mekanis Mesin Pengupas Kacang Tanah terhadap Keamanan Operator’.
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, vol. 6, no. 2, hh. 141- 147.
Sunandar & Mulyani. (2017). ‘Evaluasi Pengaruh Getaran Kendaraan Truk dan
Variasi Jarak terhadap Kerusakan Bangunan’, Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil,
vol. 14, no. 2, hh. 11-19.
Suparmi, F. K. (2018). Faktor Yang Beresiko Terhadap Terjadinya Kecelakaan
Kerja Pada Pekerja Bengkel Las di Kecamatan Jelutung. Jurnal Bahan
Kesehatan Masyarakat, 2(1).
Wilder, D. G., & Mclay, R. W. (2019). Standards In Human Vibration Litigation.
Engineering Standards for Forensic Application, 451–478.
Doi:10.1016/B978-0-12-813240-1.00025-X
Winata & Susanti. (2021) ‘Plant Survey di Pabrik Kimia PT X, Cilegon.
Departemen Ilmu Kedokteran Kerja’, Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta
Yantri. (2017). Getaran Seluruh Tubuh (Whole Body Vibration) dan Keluhan
Nyeri Punggung Bawah Pada Operator Alat Berat di Instansi Pemerintah
Kabupaten Jember. Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, Jawa Timur.

21
22

Anda mungkin juga menyukai