Anda di halaman 1dari 27

BATASAN & RUANG

LINGKUP
K3 KONSTRUKSI
KELOMPOK 3:
Rezky Iriani A. (K011191065)
Riswandi (K011191090)
Doktria Thamarisca S. (K011191096)
Alfira Safitri Adil (K011191132)
Salsabila Syarifuddin (K011191189)
Zefi Peryanto (K011191246)
DESKRIPSI TOPIK
Materi ini disampaikan untuk mengantarkan peserta mata
kuliah untuk mampu menguasai batasan dan ruang lingkup K3
Konstruksi meliputi definisi K3 Konstruksi, tujuan, prinsip kerja,
perlengkapan dan rambu-rambu dalam K3 serta jenis ekerjaan K3
konstruksi.
OUTLINE
DEFINISI
DEFINISI K3
K3
01 KONSTRUKSI
KONSTRUKSI PERLENGKAPAN
PERLENGKAPAN
DAN
DAN RAMBU
RAMBU --
04 RAMBU
RAMBU DALAM
DALAM
TUJUAN
TUJUAN K3
K3 K3
K3 KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
02 KONSTRUKSI
KONSTRUKSI JENIS
JENIS
PEKERJAAN
PEKERJAAN
05 DALAM
DALAM K3
K3
PRINSIP
PRINSIP KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
03 KERJA
KERJA K3
K3
STUDI
STUDI
KONSTRUKSI
KONSTRUKSI
06 KASUS
KASUS
SASARAN

1. 2. 3.

Mampu Mengetahui dan Mampu Mengetahui dan Mampu Mengetahui dan


Memahami Mengenai Memahami Mengenai Tujuan Memahami Mengenai
Definisi K3 Konstruksi K3 Konstruksi Prinsip Kerja K3
Konstruksi

4. 5. 6.
Mampu Mengetahui dan Mampu Mengetahui dan Mampu Mengetahui dan
Memahami Mengenai Memahami Mengenai Memahami Mengenai Studi
Perlengkapan Kerja dan Jenis-Jenis Pekerjaan Kasus tentang Kejadian
Rambu-Rambu dalam K3 dalam K3 konstruksi Kecelakaan dan PAK dalam
Konstruksi Proyek Konstruksi
PENDAHULUAN
Dalam pembangunan proyek konstruksi di Indonesia, penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja masih kurang maksimal. Banyak pekerja
konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja tiap tahunnya, kerusakan
material, kegagalan produksi serta keterlambatan pekerja konstruksi yang
membuat perusahan banyak mengalami kerugian. Kecelakan kerja sering terjad
karena kurangnya perhatian para pelaksana proyek konstruksi akan
persyaratan dan peraturan dan peraturan dalam Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Oleh karena itu, keselamatan kerja merupakan aspek
yang harus dibenahi.
DEFINISI K3
KONSTRUKSI
Menurut Filosofi (Mangkunegara)
Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upayah untuk
menjamin kebutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja
khususnya manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju
masyarakat adil dan makmur.

Menurut Suraji & Bambang (2009)


Keselamatan konstruksi adalah keselamatan untuk orangorang yang bekerja di (dalam)
proyek konstruksi, keselamatan untuk yang masyarakat/publik dari efek pelaksanaan proyek
konstruksi, keselamatan properti yang dipakai untuk pelaksanaan proyek dan keselamatan
lingkungan di mana proyek konstruksi dilaksanakan

Menurut Davies dan Leviit


Menurut Davies (1996), keselamatan konstruksi adalah bebas dari risiko luka suatu kecelakaan
dimana kerusakan kesehata muncul dari suatu akibat langsung maupun dalam jangka panjang.
Menurut Levitt (1993), untuk meniadakan risiko kerugian atau luka-luka akibat suatu kecelakan dan
kerusakan kesehatan yang diakibatkan oleh efek jangka pendek maupun panjang akibat lingkungan
kerja yang tidak sehat.
DEFINISI K3 KONSTRUKSI

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


Menurut OHSAS 18001
No.: 05/PRT/M/2014
Menurut OHSAS (18001:2007), K3
adalah semua kondisi dan faktorfaktor K3 Konstruksi adalah segala kegiatan untuk
yang berdampak, atau dapat menjamin dan melindungi keselamatan dan
berdampak, pada kesehatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
keselamatan karyawan atau pekerja lain pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
(termasuk pekerja kontrak dan personel akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
kontraktor, atau orang lain di tempat
kerja).
DEFINISI K3
KONSTRUKSI
Secara Keselamatan
Secara Umum,
Umum, dan Kesehatan Kerja
Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan
konstruksi.
TUJUAN K3 KONSTRUKSI
Tujuan K3 Konstruksi secara umum adalah mewujudkan keselamatan dan kesehatan
kerja, terutama manusia atau tenaga kerja yang terlibat tidak, terjadinya kecelakaan kerja,
tidak ada pencemaran lingkungan, minimalisasi kerugian terhadap aset, dan hasil kerja
dengan mutu terbaik.
Adapun tujuan dari pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja menurut Syah M.S.
(2004), antara lain:

1 Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam


melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup.

2
Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada
ditempat kerja.

3 Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan


secara aman dan efisien.
PRINSIP KERJA K3
KONSTRUKSI

01 02 03 04
Kelengkapan Penyusunan Pelaksanaan & Perlengkapan &
Administrasi K3 Safety Plan Pelatihan Kajian Peralatan K3
K3
PERLENGKAPAN K3 DALAM
KONSTRUKSI

Safety Helmet
berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang mengenai kepala secara langsung.
PERLENGKAPAN K3 DALAM KONSTRUKSI
Safety Belt
berfungsi sebagai pelindung diri ketika pekerja bekerja berada di atas ketinggian.

Safety Shoes
berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda tajam
atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

Sepatu Karet
sepatu yang didesain khusus untuk pekerja yang berada di area basah (becek atau
berlumpur). Kebanyakan sepatu karet di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari
benda tajam atau berat, benda panus, cairan kimia, dsb.

Sarung
Sarung Tangan
Tangan
berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang
dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan disesuaikan
dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
PERLENGKAPAN K3 DALAM
KONSTRUKSI
Masker
Masker
berfungsi sebagai pelindung hidung dan penyaring udara yang dihirup saat bekerja
di tempat yang memiliki kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb.)

Tali
Tali Pengaman
Pengaman
alat pelindung diri ini digunakan jika bekerja pada ketinggian lebih dari 1,8 meter. Hal
ini akan melindungi pekerjaan agar terhibur dari potensi jatuh dari ketinggian.

Kacamata
pada pekerjaan pengelasan maupun pekerjaan permesinan perlu menggunakan
pelindung mata. Hal ini untuk melindungi mata dari percikan api ataupun serpihan dari
besi yang mengalami proses pengerjaan pemersinan.

Pelindung
Pelindung Wajah
Wajah
berfungsi sebagai pelindung wajah dari perikan benda asing saat bekerja (misal
pekerjaan menggerinda).
RAMBU-RAMBU DALAM
K3 KONSTRUKSI
Sumber bahaya yang berisiko
menimbulkan kecelakaan dapat dianalisis
kemudian dirumuskan tindakan
pencegahan yang tepat. Upaya
pencegahan kecelakaan kerja terdiri dari
berbagai cara, salah satunya dengan
menerapkan safety sign sesuai standar di
tempat kerja.
Safety sign adalah peralatan berupa
rambu-rambu, simbol atau tanda yang
berfungsi untuk mengurangi risiko dari
sumber bahaya yang terdapat di lingkungan
kerja.
RAMBU - RAMBU DALAM K3
KONSTRUKSI
Safety sign dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasarkan warnanya.
RAMBU – RAMBU DALAM K3 KONSTRUKSI

1. 2.
Merah Kuning
(Danger/Bahaya) (Caution/Waspada)
3.
Oranye
(Warning/Awas/Peringatan)
4. 5.
Hijau Biru
(Safety/Emergency) (Notice/Perhatian
RAMBU – RAMBU DALAM K3
KONSTRUKSI Larangan
Berisikan larangan

Lingkaran
Tanda instruksi atau
mandatory sign
Segitiga/Diamond
Penunjuk Bahaya

Kotak/Persegi Panjang
Jalan keluar, tempat
penyimpanan P3K, dan
Berdasarkan (ISO 7010 & ISO 3864-1 edition 2002) peralatan keselamatan
RAMBU - RAMBU DALAM K3 KONSTRUKSI
Warning Sign Mandatory Sign

2019

Prohibition Sign
RAMBU - RAMBU DALAM K3 KONSTRUKSI
Fire Sign Emergency & Direction
Sign

Berdasarkan gambar-gambar tersebut, desain atau


format rambu K3, terdiri dari:
 One Panel Sign
 Two Panel Sign
 Three Panel Sign
PROYEK
KONSTRUKSI
Perumahan/Pemukiman Gedung
Proyek pembangunan perumahan
pemukiman didasarkan pada
01 02 Tipe konstruksi ini menekankan
pada pertimbangan konstruksi dan
tahapan pembangunan yang secara teknologi praktis, dan pertimbangan
serempak dengan penyediaan pada peraturan bangunan
prasarana penunjang. setempat.

Industri Teknik Sipil


Bagian yang relatif kecil dari industri
konstruksi, namun merupakan suatu
04 03 Suatu proses penambahan
infrastruktur pada suatu lingkungan
komponen yang penting terbangun (built environment).
Contohnya, proyek pembangkit
listrik, jalan raya, jalan kereta api,
bendungan, pertambangan, dan
lainnya.
LINGKUP PEKERJAAN
KONSTRUKSI
ARSITEKTUR SIPIL
AL Pembangunan pelabuhan,
Pengolahan bentuk dan massa bandar udara, jalan kereta api,
bangunan gedung berdasarkan pengamanan pantai, saluran
fungsi serta persyaratan yang irigasi atau kanal, bendungan,
diperlukan setiap pekerjaan terowongan, struktural gedung,
konstruksi. jalan, jembatan, reklamasi rawa,
pekerjaan pemasangan
TATA perpipaan, pekerjaan pemboran,
LINGKUNGA dan pembukaan lahan.
N
Pekerjaan pengolahan dan penataan MEKANIKAL
akhir bangunan maupun
lingkungannya. Bagaimana mengelola
DAN ELEKTRIKAL
dampak dari pembangunan terhadap a. Mekanikal
lingkungan di sekitarnya merupakan b. Elektrikal
tugas dari tata lingkungan.
STUDI KASUS
Proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang mempunyai risiko kecelakaan kerja
tinggi dengan kemungkinan akibat kecelakaan kerja yang serius. Risiko kecelakaan kerja ini
semakin tinggi pada negara-negara berkembang dimana tenaga kerja yang digunakan
berlatar belakang pendidikan relatif rendah. Terkait dengan kondisi ini, King dan Hudson
(1985) menyatakan bahwa tingkat kematian pada proyek konstruksi di negara-negara
berkembang tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian di negara-negara maju.

Berdasarkan kenyataan ini maka manajemen keselamatan kerja


menjadi bagian penting yang perlu diperhatikan pada industri konstruksi
termasuk di Indonesia. Manajemen keselamatan kerja merupakan salah
bagian dari manajemen yang berfungsi mencegah terjadinya kecelakaan
kerja. Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan cara
mengontrol terjadinya kecelakaan kerja yang mempunyai risiko tinggi baik
dalam hal akibatnya, kemungkinan terjadinya dan kemudahan
pendeteksiannya.
STUDI
` Berdasarkan
KASUS
keadaan yang telah diuraikan di atas, Apriyan J., et al
melakukan penelitian yang bertujuan menenerapkan metode FMEA untuk
mengidentifikasi bahaya kecelakaan kerja pada proyek bangunan gedung dan
selanjutnya menilai tingkat risiko bahaya kecelakaan tersebut. Penerapan program
FMEA ini dilakukan pada proyek pembangunan gedung di Yogyakarta. Penelitian
dilakukan selama Juni hingga September 2016 dimana pekerjaan pada proyek tersebut
pada tahap pekerjaan struktur lantai dasar hingga lantai satu dari total empat lantai.

Penelitian ini mengidentifikasi 191 kecelakaan kerja yang potensial terjadi pada
proyek bangunan gedung. Setelah dikonfirmasi oleh tujuh responden dari tiga kontraktor,
jumlah ini tereduksi menjadi 81 kecelakaan kerja. Selanjutnya 81 kecelakaan kerja ini
dijadikan dasar untuk mengidentifikasi kecelakaan kerja yang telah terjadi pada pekerjaan
yang sudah dilaksanakan di proyek yang menjadi obyek penelitian ini.
STUDI
KASUS
Berdasarkan informasi langsung dari staf manajemen HSE dan
memperhatikan laporan-laporan yang ada, didapat 10 kecelakaan kerja telah
terjadi pada pekerjaan yang sudah dilaksanakan pada proyek tersebut mulai dari
pekerjaan di lantai dasar hingga lantai satu. Sepuluh kecelakaan kerja ini terjadi
pada sepuluh kegiatan yang dikelompokkan dalam dua pekerjaan, yaitu
pekerjaan pembesian balok dan pekerjaan pengecoran plat lantai. Diantara 10
kegiatan ini, kegiatan pemotongan besi (fabrikasi) pada pekerjaan pembesian
balok merupakan kegiatan yang mempunyai risiko kecelakaan kerja paling tinggi.
Dengan demikian kegiatan ini perlu mendapat perhatian kontraktor agar risiko
kecelakaan kerjanya dapat diminimalkan. Kesepuluh kecelakaan kerja ini terjadi
pada pekerja yang mengenakan helm, sarung tangan karet/kulit, masker, pakaian
kerja, dan sepatu kerja. Selain itu kecelakaan kerja ini juga terjadi pada proyek
yang telah dilengkapi dengan rambu-rambu keselamatan dan jaring pengaman.
KESIMPULAN
Bidang konstruksi merupakan salah satu bidang yang
kompleks karena melibatkan begitu banyak tenaga kerja,
alat, dan bahan sehingga sangat berisiko timbulnya
kecelakaan kerja. Perlu diingat kembali bahwa, kecelakaan
kerja yang terjadi dalam lingkup konstruksi sebenarnya tidak
mungkin untuk dihindari, namun sangat mungkin itu
diminimalisir.
Hadirnya regulasi dan kebijakan yang
mengatur terkait K3 konstruksi, seperti
rambu-rambu, pengunaan APD dan lain
sebagainya merupakan contoh dari upaya
yang dapat dilakukan dalam meminimalisir
kecelakaan kerja.
THANKS!
DAFTAR
• PUSTAKA
Apriyan, J., Setiawan, H. and Ervianto, W.I., 2017. Analisis Risiko Kecelakaan Kerja pada Proyek Bangunan Gedung
dengan Metode FMEA. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 1(1), pp.115-123.
• Ariestadi, Dian. 2008. Teknik Struktur Bangunan Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan.
• Endroyo, B. & Suraji, A. 2014. Model Penilaian untuk Kematangan Perencanaan Keselamatan dalam Tahap Pra
Konstruksi, Jurnal MKTS, Vol. 20, No. 2.
• Hutagaol, A. 2018. Jenis Rambu-Rambu K3 dan Fungsinya. Media K3 Indonesia, Media Informasi Seputar Dunia
K3LH.
• Joko, P. 2018. Rambu K3 : Lengkap Jenis-jenis Rambu K3 yang Sering digunakan. HSE Pedia.
• Nugroho, R. S., & Fahreza, A. 2021. Laporan Hasil Peninjauan K3 di Proyek Pembangunan Drainase Kecamatan
Tomoni Timur Kabupaten Luwu Timur, Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Andi Djemma.
• Rahmawati, N.A.F., Martono, M., Sugiharto, S., Setyono, K.J. and Parhadi, P., 2019. Peningkatan Produktivitas Kerja
Melalui Penerapan Program K3 Di Lingkungan Konstruksi. Bangun Rekaprima: Majalah Ilmiah Pengembangan
Rekayasa, Sosial dan Humaniora, 5(1, April), pp.1-12.
• RI. 2014. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Jakarta: Menteri Pekerjaan Umum
Republik Indonesia.
• Trisiana, A. et al. 2019, Assessment Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Menurut Variabel OHSAS Dengan
Menggunakan Metode HIRA, HAZID dan HAZOP (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Ciputra World Phase 3,
Surabaya), Jurnal Rekayasa Sipil dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1.
• Saputra, Febry Eka. (2016). Analisis Kesesuaian Penerapan Safety Sign di PT. Terminal Petikemas Surabaya, The
Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 5, No.2, pp. 121–131.

Anda mungkin juga menyukai