Oleh :
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat izin-Nya resume ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Resume yang
diambil dari perkuliahan Operasi Sistem Tenaga Listrik ini ditujukan sebagai
pegangan ataupun referensi bagi penulis khususny dan bagi semua orang umumnya.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan
dan doa dari pihak lain mustahil makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa mungkin masih terdapat banyak kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, krtik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. 1
REFERENSI ……………………………………………………………………… 43
3
Pemeliharaan
Sebenarnya pemeliharaan bukanlah suatu pekerjaan yang luar biasa, asal
dikelola secara baik dan tepat serta mengikuti petunjuk yang sesuai, peralatan akan
menampilkan keandalan yang tinggi dan dengan biaya yang wajar. Oleh karena itu
masalah pemeliharaan ini perlu mendapat perhatian yang sewajarnya. Menurut
pengertiannya pemeliharaan tersebut adalah suatu, usaha/kegiatan terpadu yang
dilakukan terhadap instalasi dan sarana pendukungnya untuk mencegah kerusakan
atau mengembalikan/memulihkan instalasi dan sarana kepada keadaan yang
normal/keadaan yang layak. Sesuai dengan pengertian di atas keadaan yang ingin
dicapai itu antara lain adalah agar instalasi dan sarana tersebut :
a. Mempunyai umur (masa guna) yang panjang.
b. Selalu menampilkan unjuk kerja seperti keandalan, daya mampu dan efisiensi
yang optimal.
c. Tetap dalam keadaan baik dan selalu dalam keadaan siap pakai.
d. Teratur, rapi dan memberikan suasana yang menyenagkan.
e. Dapat mengembalikan modal/biaya yang sudah dikeluarkan dalam jangka
waktu yang tepat dan memberikan keuntungan.
f. Aman terhadap petugas dan lingkungan.
Peralatan dalam sistem perlu dipelihara secara periodik sesuai dengan buku
petunjuk pemeliharaan yang dikeluarkan oleh pabrik peralatan yang bersangkutan.
Namun di lain pihak pemeliharaan peralatan yang menyebabkan peralatan tersebut
menjadi tidak siap operasi dalam sistem perlu dikoordinir agar penyediaan daya dalam
sistem selalu memenuhi kebutuhan beban + rugi-rugi. Sementara itu cadangan daya
harus cukup tinggi hal ini untuk menjamin tersedianya daya pembangkit yang cukup
tinggi dalam sistem. Cadangan daya ini merupakan ukuran keandalan.
B. PERSOALAN-PERSOALAN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
1. Pengaturan frekuensi
5
Sistem tenaga listrik harus dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga listrik dari
para konsumen dari waktu ke waktu. Untuk ini daya yang dibangkitkan dalam sistem
tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini diamati melalui frekuensi
sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam sistem lebih kecil dari pada sistem maka
frekuensi turun dan sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan lebih besar dari pada
beban maka frekuensi akan naik.
2. Pemeliharaan peralatan
Peralatan yang beroperasi dalm sistem tenaga listrik perlu dipelihara secara
periodic dan juga perlu segera diperbaiki apabila mengalami kerusakan.
3. Biaya operasi
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar adalah biaya yang terbesar dari
suatu sistem perusahaan listrik sehingga perlu dipakai teknik-teknik optimisasi untuk
menekan biaya ini.
4. Perkembangan sistem
Beban selalu berubah-ubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang
seirama dengan perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan
secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui
lengkah pengembangan sistem yang harus dilakukan agar sistem selalu dapat
mengikuti perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga listrik
dalam sistem.
5. Gangguan dalam sistem
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat
sepenuhnya dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah petir, hal ini
sesuai dengan isokeraunic level yang tinggi di tanah air kita.
6. Tegangan dalam sistem
Tegangan merupakan salah satu unsure kualitas penyediaan tenaga listrik
sistem oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengeoperasian sistem.
C. MANAJEMEN OPERASI TENAGA LISTRIK
6
Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek yang luas, khususnya
karena menyangkut biaya yang tidak sedikit serta menyangkut penyediaan tenaga
listrik bagi masyarakat sehingga menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena
itu operasi sistem tenaga listrik memerlukan manajemen yang baik.
1. Perencanaan operasi
Yaitu pemikiran mengenai bagaimana sistem tenaga listrik akan dioperasikan
untuk jangka waktu tertentu. Yang mencakup perkiraan beban, koordinasi
pemeliharaan peralatan, optimisasi, keandalan serta mutu tenag listrik.
2. Pelaksanaan dan pengendalian operasi
Yaitu pelaksanaan dari rencana operasi serta pengendaliannya apabila terjadi
hal-hal yang menyimpang dari rencan operasi
3. Analisa operasi
Yaitu analisa atas hasil-hasil operasi untuk memberikan umpan balik bagi
perencanan operasi maupun bagi pelaksanaan dan pengendalian operasi. Analisa
operasi juga diperlukan untuk memberikan saran-saran bagi pengembangan sistem
serta penyempurnaan pemeliharaan instalasi
D. KARAKTERISTIK PEMBANGKIT
1. Karakteristik Masukan – Keluaran
Masukan pada pembangkit thermal adalah bahan bakar dan dinyatakan dalam
satuan kalori/jam atau BTU/jam. Sedangkan keluarnya adalah besar daya yang
dibangkitkan oleh unit tersebut dan dinyatakan dalam Megawatt (MW). Hubungan
masukan-keluaran suatu unit pembangkit, dapat digambarkan dalam bentuk kurva di
bawah ini.
7
sebesar P1 MW selama 1 jam dibutuhkan energi bahan bakar sebesar HR1 Btu per 1
MW daya yang dibangkitkan.
4. Karakteristik Kenaikan Biaya Produksi
Kenaikan biaya-biaya produksi (incremental production costs) didefinisikan
sebagai perubahan biaya bahan bakar yang terjadi bila terjadi perubahan daya listrik
yang dibangkitkan. Dari gambar Kurva masukan-keluaran, jika daya yang
dibangkitkan oleh unit pembangkit bertambah sebesar Δ P = P2 – P1, maka diperlukan
penambahan pada masukan sebesar ΔF, yaitu F2 – F1 atau dengan perkataan lain, bila
keluaran unit pembangkit berubah, maka biaya bahan bakar turut berubah pula.
Perubahan jumlah bahan bakar yang terjadi karena perubahan keluaran, didefinisikan
sebagai IR (incremental rate), persamaannya:
Δ𝐹
IR =
Δ𝑃
Gambar 5. Grafik IR
11
Gambar 6. Grafik HR
𝐹
Dari definisi HR =
𝑃
12
Membagi data menjadi 2 bagian, lalu menghitung rata-rata kelompok (K1 dan
K2). Perhitungannya adalah: Y = a + bx
(K2 – K1)
b=
(tahun dasar K2 – tahun dasar K1)
14
∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2
Keterangan
p : menggambarkan probabilitas sistem dapat menyediakan daya sebesar b.
t : menggambarkan lamanya garis tersedianya daya sebesar b memotong kurva lama
beban dari sistem.
Grafik 8. Penggambaran LOLP = pxt dalam hari per tahun pada kurva lama beban.
Nilai LOLP biasanya dinyatakan dalam hari per tahun. "Makin kecil nilai
LOLP, makin tinggi keandalan sistem. Sebaliknya, makin besar nilai LOLP, makin
rendah keandalan sistem, karena hal ini berarti probabilitas sistem tidak dapat
melayani beban yang makin besar."
Nilai LOLP dapat diperkecil dengan menambah daya terpasang atau
menurunkan nilai Forced Outage Rate (FOR) unit pembangkit, karena dua langkah ini
dapat memperkecil probabilitas daya tersedia b pada gambar 1 menjadi terlalu rendah
sehingga memotong kurva lama beban dengan nilai t yang lebih lama.
Penentuan besarnya nilai LOLP dari suatu sistem harus mempertimbangkan
besarnya peran penyediaan tenaga listrik pada sistem tersebut atau dengan kata lain
18
berapa besar kerugian yang dialami pemakai energi listrik (konsumen) apabila terjadi
interupsi atau gangguan penyediaan pasokan energi listrik.
Misalnya dalam sitem yang berupa sebuah PLTD dengan bebeapa unit
pembangkit yang memasok tenaga listrik kesebuah pabrik. LOLP dari sistem ini
ditentukan dengan mempertimbangkan berapa kerugian yang timbul apabila pabrik
mengalami gangguan pasokan tenaga listrik, yang dinyatakan dalam Rupiah per kWh
terputus.
Pada sistem yang besar seperti sistem tenaga listrik yang dikelola oleh PLN,
penentuan nilai LOLP ini haruslah mempertimbangkan harga Rupiah per kWh terputus
secara nasional. Hal ini disebabkan karena dengan terputusnya pasokan tenaga listrik
dari PLN, berarti menimbulkan kerugian nasional.
Standar PLN mengenai LOLP adalah 3 hari per tahun untuk sistem
interkoneksi Jawa (JAMALI) hari dan 5 hari per tahun untuk sistem di luar Jawa.
LOLP merupakan index risk level dalam mengoperasikan sistem tenaga listrik
jadi juga merupakan tingkat jaminan operasi sistem tenaga listrik. Apabila tingkat
jaminan operasi yang tinggi maka risk level harus rendah atau LOLP harus keil dan ini
berarti investasi harus tinggi untuk keperluan mendapatkan daya terpasang yang tinggi
dan juga untuk mendapatkan unit pembangkit dengan FOR yang rendah.
Sesungguhnya FOR yang rendah juga tergantung kepada pemeliharaan unit-unit
pembangkit, tidak semata-mata kepada harga unit pembangkit.
H. ECONOMIC DISPATCH
Yang dimaksud dengan Economic Dispatch adalah pembagian pembebanan
pada pembangkit-pembangkit yang ada dalam sistem secara optimal ekonomi, pada
harga beban sistem tertentu. Besar beban pada suatu sistem tenaga selalu berubah
setiap periode waktu tertentu, oleh karena itu untuk mensuplai beban secara ekonomis
maka perhitungan economic Dispatch dilakukan pada setiap besar beban tersebut. Ada
beberapa metode dalam economic dispatch, antara lain :
a. Faktor Pengali Langrange (λ)
b. Iterasi lamda
19
transmisi diabaikan maka jumlah output dari setiap pembangkit digunakan untuk
melayani P , jadi :
R
Bilamana hasil P yang diperoleh ada yang keluar dari batasan P dan P nya
i max min
P1 + P2 + P3 = 850 MW ………………………………………………………( 2 )
Substitusikan Pers 1 ke pers 2 sehingga di dapat λ = 9,148
Substitusikan λ ke pers 1 sehingga didapat
P1 = 393,2 MW
P2 = 334,6 MW
P3 = 122,2 MW
Pemeriksaan hasil perhitungan Pi tidak ada yang keluar dari data Pi max dan Pi min
Ditanya :
Pembagian pembebanan pada masing masing unit pembangkit
Jawab :
2
F (P ) = H (P ) X 0,9 = 459 + 6,48 P + 0,00128 P R/h
1 1 1 1 1 1
2
F (P ) = H (P ) X 1= 310 + 7,85 P2+ 0,001194 P R/h
2 2 2 2 2
2
F (P ) = H (P ) X 1= 78 + 7,97 P3+ 0.00482 P R/h
3 3 3 3 3
23
P + P + P = 850 MW ……………….( 2 )
1 2 3
P = 111,8 MW ( memenuhi )
2
Oleh karena itu, P di set pada P max yaitu P = 600 MW, kemudian P dan P dihitung
3 3 3 1 2
P = 62,9 MW ( memenuhi )
3
Jadi,
P = 600 MW
1
P = 187,1 MW
2
P = 62,9 MW
3
24
Untuk P dan P yang memenuhi batasan ketidaksamaan Pi min < Pi < Pi max dengan
2 3
I. UNIT COMMITMENT
Naik turunnya pemakaian energi (beban) listrik mengikuti siklus kegiatan
manusia sehari-hari. Naik turunnya pemakaian energi lisrik selalu diimbangi oleh
pembangkitan energi listrik dalam sistem. Mengikuti siklus pembangkitan energi
listrik tersebut dilakukan penjadwalan unit yang commit (on) dan unit yang off dalam
siklus waktu tertentu. Penjadwalan tersebut memperhatikan kondisi optimal ekonomi
selain itu harus memenuhi batasan-batasan teknis dalam pengoperasian pembangkit
didalam sistem tenaga. Penjadwalan ini dinamakan unit commitment.
Unit commitment atau biasa disingkat dengan UC merupakan suatu bentuk
penjadwalan produksi daya yang dihasilkan oleh suatu unit pembangkit pada periode
harian atau mingguan yang akan datang dengan tujuan untuk mendapatkan biaya
operasional yang ekonomis dari pembangkitan.
UC merupakan masalah yang dirasa penting dalam suatu perencanaan operasi
jangka pendek dari sistem tenaga listrik. Oleh karena itu, diperlukan kombinasi unit-
unit pembangkit (on/off) yang bekerja dan tidak perlu bekerja pada suatu periode untuk
memenuhi kebutuhan beban sistem pada periode tersebut dengan biaya se-ekonomis
mungkin. Untuk mengetahui jumlah kombinasi unit pembangkit bisa menggunakan
rumus:
2n – 1 (buah) dengan n adalah jumlah pembangkit.
Dalam menentukan kombinasi unit pembangkit memerlukan evaluasi
pemilihan dengan menghitung biaya optimum atau economic dispatch untuk setiap
25
kombinasi sehingga bisa ditentukan kombinasi unit pembangkit mana yang memiliki
biaya optimum yang terendah dari kombinasi-kombinasi yang ada pada beban tertentu.
Contoh:
Data input/ output pembangkit:
F1 = 561 + 7,92 P1 + 0,001562 P12
F2 = 310 + 785 P2 + 0,001940 P22
F3 = 93,6 + 9,564 P3 + 0,005794 P32
150 MW < P1 < 600 MW
100 MW < P2 < 400 MW
50 MW < P3 < 200 MW
Pada beban Pr = 550 MW, diperiksa kondisi optimum untuk setiap kombinasi
on/off unit pembangkit. Dari hasil perhitungan optimum ditabelkan sbb:
Dari table tersebut biaya total pada kondisi optimum yang termurah adalah unit
1 on, unit 2 dan 3 off dengan biaya total Ft = 5389 R/h.
a. Constraint pada unit commitment
Merupakan pembatasan didalam pengambilan keputusan untuk menentukan
pilihan kombinasi on-off unit pembangkit yang akan dijadwalkan. Pembatasan ini
26
diperlukan agar pilihan kombinasi on/off pembangkit yang akan dijadwalkan dapat
menjaga sistem selalu berada pada kondisi normal dan ekonomis dalam
pengopersiannya.
a. Spinning reserve
Merupakan cadangan daya yang harus diperhitungkan dari unit-unit yang
beroperasi (yang commit), di mana apabila ada salah satu unit yang mengalami
kegagalan operasi (jatuh/trip) maka daya yang berkurang akibat kegagalan operasi dari
unit tersebut dapat diganti/ditanggulangi oleh cadangan daya tersebut. umumnya
cadangan daya yang ada diperhitungkan untuk mampu menggantikan apabila unit yang
terbesar mengalami kegagalan operasi.
b. Thermal unit constraint
1) Minimum up time
Adalah interval waktu minimum dimana suatu unit yang baru ON (terhubung
ke sistem) tidak boleh dilepas (OFF) kembali sebelum melewati batas up time-nya.
Contoh sebuah unit mempunyai minimum up time 2 jam yang artinya bila unit ini baru
terhubung (ON) ke sistem belum ada 2 jam (kurang dari 2 jam), unit ini tidak boleh
dilepas (OFF).
2) Minimum down time
Adalah interval minimum di mana suatu unit dalam keadaan decommit (OFF)
tidak boleh dihubungkan ke sistem (ON) sebelum melewati batas down time-nya.
c. Hidro constraint
Akibat karakteristik yang berbeda antara pembangkit hidro dan pembangkit
thermal, juga pengoperasiaannya yang tergantung dari tataguna air.
d. Must run unit
Must run unit dikarenakan:
1) Untuk mensupport teganagn pada jaringan
2) Penggunaan steam tidak hanya untuk pembangkitan tenaga listrik tetapi juga
untuk keperluan lain
e. Fuel constraint
27
Pada metode ini kombinasi on/off unit pembangkit didasarkan pada urutan
prioritas. Untuk menentukan urutan prioritas diperoleh dari biaya produksi rata-rata
persatuan output yang didasarkan pada Pmax.
𝐹(𝑃𝑚𝑎𝑥)
Biaya produksi rata-rata =
𝑃𝑚𝑎𝑥
Dari data pembangkit contoh diatas, biaya produksi rata-rata dan urutan
prioritas adalah:
Unit Biaya produksi rata-rata (R/MWh)
1 9,7922
2 9,4010
3 11,1908
unit commitment, berikut ini sebuah model persoalan yang dapat digunakan untuk
memahami metode DP. Di dalam DP terdapat:
1) State yaitu terminal-terminal dengan kondisi tertentu
2) Stage yaitu kumpulan dari state pada level tertentu
J. PENGATURAN FREKUENSI
Salah satu karakteristik pada sistem tenaga listrik yang sangat penting untuk
dijaga kestabilannya adalah frekuensi. Pentingnya menjaga frekuensi berkaitan erat
dengan upaya untuk menyediakan sumber energi yang berkualitas bagi konsumen.
Pasokan energi dengan frekuensi yang berkualitas baik akan menhindarkan peralatan
34
konsumen dari kerusakan (umumnya alat hanya dirancang untuk dapat bekerja secara
optimal pada batasan frekuensi tertentu saja – 50 s.d 60 Hz).
Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listrik bagi para
pelanggan dengan frekuensi yang praktis konstan. Penyimpangan frekuensi dari nilai
nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif mempunyai
hubungan erat dengan nilai frekuensi dalam sistem, sedangkan beban sistem yang
berupa daya aktif maupun daya reaktif selalu berubah sepanjang waktu. Sehubungan
dengan hal ini harus ada penyesuaian antara daya aktif yang dihasilkan dalam sistem
pembangkitan harus disesuaikan dengan beban daya aktif. Penyesuaian daya aktif ini
dilakukan dengan mengatur besarnya kopel penggerak generator.
Menurut hukum Newton ada hubungan antara kopel mekanis penggerak
generator dengan perputaran generator
TG – TB = H x dw/dt … (1)
Dimana :
TG = Kopel penggerak generator
TB = Kopel beban yang membebani generator
H = Momen inersia dari generator beserta mesin penggeraknya
w = kecepatan sudut perputaran generator ,
dimana f = w/2pi …(2)
secara mekanis dengan melihat persaman (1) dan (2) maka :
TG – TB = ∆T < 0 , maka w< 0 frekeunsi turun
TG – TB = ∆T> 0 , maka w> 0 frekeunsi naik
Dari persamaan di atas terlihat bahwa besarnya frekeunsi tergantung dari besarnya
selisih antara kopel generator dengan kopel yg membebani generator, sehingga untuk
mengatur frekeunsi dalam sistem tenaga listrik dapat diatur dari dua sisi yaitu sisi
generator maupun sisi beban
Cara pengaturan frekeunsi
1. Pengaturan daya aktif (sisi generator)
35
Frekuensi pada sistem tenaga listrik dapat diatur dengan melakukan pengaturan
daya aktif yang dihasilkan generator. Pengaturan daya aktif ini erat kaitannya dengan
kenaikan jumlah bahan bakar yang digunakan untuk menaikkan daya aktif. Pada
PLTU adalah berapa laju batu bara yang ditambah untuk dibakar sedangkan pada
PLTA adalah berapa besar debit air yang dinaikkan untuk menggerakkan turbin
sehingga menghasilkan kenaikan daya aktif. Pengaturan bahan bakar ini dilakukan
dengan menggunakan governor. Sehingga pada pengaturan daya aktif ini erat
kaitannya dengan kerja governor pada sistem pembangkit thermal maupun air.
2. Load shedding (pelepasan beban)
Jika terdapat gangguan dalam sistem yang menyebabkan daya tersedia tidak
dapat melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (trip),
maka untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed perlu dilakukan pelepasan
beban. Keadaan yang kritis dalam sistem karena jatuhnya unit pembangkit dapat
dideteksi melalui frekuensi sistem yang menurun dengan cepat.
Pada sistem tenaga listrik yang mengalami gangguan karena lepasnya (trip)
unit generator yang besar dapat mengurangi aliran daya aktif yang mengalir ke beban,
sehingga menyebabkan generator-generator yang lain dipaksa bekerja. Jika hal ini
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan kerusakan mekanis pada batang kopel
generator karena dipaksa bekerja. Untuk itu diperlukan relay under frequency yang
berfungsi untuk mendeteksi penurunan frekeunsi sistem secara tiba-tiba akibat adanya
unit pembangkit besar yang lepas dari sistem. Salah satu cara untuk menaikkan
frekeunsi tersebut adalah dengan melepas beban.
36
Gambar 13. Grafik perubahan frekuensi sebagai fungsi waktu dengan adanya
pelepasan beban
Turunnya frekeunsi dapat menurut garis 1 , garis 2, atau garis 3. Makin besar
unit pembangkit yang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin cepat
frekeunsi menurun. Kecepatan menurunnya frekuensi juga bergantung pada besar
kecilnya inersia sistem. Semakin besar inersia sistem, makin kokoh sistemnya, makin
lambat turunnya frekuensi.
Dalam grafik 1 dimisalkan bahwa frekuensi menurun menurut garis 2. Setelah
mencapai titik B dilakukan pelepasan beban tingkat pertama oleh under frequency
control relay (UFR) yang bekerja setelah mendeteksi frekuensi sebesar Fb dengan
adanya pelepasan beban tingkat pertama maka penurunan frekuensi berkurang
kecepatannya. Sampai di titik C UFR mendeteksi frekeunsi sebesar Fc dan akan
melakukan pelepasan beban tingkat kedua dst sampai frekeunsi sistem kembali normal
ke frekeunsi Fo.
37
Gambar 14. Grafk turunnya frekuensi sebagai akibat gangguan unit pembangkit
terutama bertujuan untuk mencapai biaya bahan bakar minimum di mana dalam
praktiknya harus pula memperhitungkan kendala-kendala operasi sehingga seringkali
perlu dilakukan "kompromi" untuk mengatasi kendala operasi tersebut.
Kendala-kendala operasi ini terutama adalah:
1. Beban maksimum dan minimum unit pembangkit
Setiap unit pembangkit mempunyai kemampuan maksimum dalam
membangkitkan tenaga listrik, baik karena desain maupun karena masalah
pemeliharaan. Sedangkan beban minimum unit pembangkit lebih banyak ditentukan
oleh desain. Pada PLTA, beban yang terlalu rendah menimbulkan kavitasi yang
berlebihan. Oleh karena itu, tidak dikehendaki pembebanan kurang dari 25%.
Pada PLTU beban yang kurang dari 25% menimbulkan kesulitan pada alat-
alat kontrol sehingga unit pembangkit PLTU harus dioperasikan secara manual pada
beban kurang dari 25% dan hal ini tidak dikehendaki.
Pada PLTP, beban rendah menimbulkan kesulitan pada instalasi penyedia uap
dari bumi, mungkin terpaksa ada uap yang harus dibuang ke udara di mana hal ini
tidak dikehendaki.
Pada PLTD, beban yang kurang dari 25% akan menyebabkan pembakaran
yang kurang sempurna sehingga pengotoran ruang pembakaran (silinder) akan
meningkat dan selang waktu pemeliharaannya harus dipercepat sehingga pembebanan
kurang dari 25% tidak dikehendaki.
Pada PLTG, pembebanan kurang dari 25% seperti halnya pada PLTD juga
menyebabkan pembakaran yang kurang sempurna dan menyebabkan turunnya
efisiensi. Mengingat unit pembangkit PLTG tergolong unit pembangkit yang
mempunyai efisiensi rendah, maka pembebanan di bawah 25% yang menyebabkan
penurunan efisiensi tidaklah dikehendaki.
2. Kecepatan perubahan beban unit pembangkit
Dalam melakukan perubahan beban unit pembangkit terutama dalam kaitannya
dengan pengaturan frekuensi sistem, perlu diperhatikan kemampuan unit pembangkit
untuk mengikuti perubahan beban, dalam bahasa Inggris disebut ramping rate.
39
Ramping rate unit PLTA adalah yang tertinggi, sedangkan unit PLTU adalah yang
terendah, hal ini disebabkan adanya masalah pemuaian bagian bagian unit pembangkit
dan juga berkaitan dengan panjangnya proses kontrol.
3. Aliran daya dan profil tegangan dalam sistem
Alokasi beban unit pembangkit yang optimum dengan tujuan mencapai biaya
bahan bakar yang minimum dalam praktik perlu dikaji pelaksanaannya, apakah
menimbulkan aliran daya yang melampaui batas kemampuan saluran transmisi atau
batas kemampuan peralatan lainnya, seperti transformator daya atau transformator arus
yang ada dalam sistem bersangkutan. Perlu juga diperhatikan profil tegangan yang
terjadi dalam sistem, apakah masih dalam batas-batas yang diijinkan.
4. Jadwal start-stop Unit pembangkit
Jadwal operasi unit pembangkit dengan tujuan mencapai biaya bahan bakar
yang minimum, yang dibuat atas dasar program unit commitment, memberikan jadwal
start-stop unit pembangkit yang mungkin terlalu berdekatan. Hal ini perlu dikaji
terlebih dahulu dengan kondisi pusat listrik yang bersangkutan apakah dapat
dilaksanakan atau tidak.
5. Tingkat arus hubung singkat (Fault Level)
Masalah tingkat arus hubung singkat yang terlalu tinggi bagi peralatan yang
ada dalam sistem bisa menjadi kendala bagi operasi sistem yang optimum, karena hal
ini bisa merusak peralatan. Sebaliknya tingkat arus hubung singkat yang terIalu rendah
memberi risiko tidak bekerjanya relai.
6. Batas stabilitas sistem
Batas stabilitas sistem, khususnya yang menyangkut penyaluran daya melalui
saluran transmisi yang panjang, baik batas stabilitas statis, maupun batas stabilitas
dinamis, bisa menjadi kendala operasi yang optimum. Kendala-kendala operasi,
tersebut dalam butir b, d, dan e, dapat dihilangkan melalui pengembangan sistem atas
dasar analisi dan perhitungan serta perencanaan yang baik.
40
L. PENGATURAN TEGANGAN
Langkah pengaturan operasi agar saluran transmisi dapat dioperasikan secara
optimum adalah pengaturan sumber-sumber daya aktif maupun daya reaktifnya.
Dalam penyediaan tenaga listrik bagi para pelanggan, tegangan yang konstan seperti
halnya frekuensi yang konstan, merupakan salah satu syarat utama yang harus
dipenuhi. Oleh karenanya masalah pengaturan tegangan merupakan salah satu masalah
operasi sistem tenaga listrik yang perlu mendapat penanganan tersendiri. Pengaturan
tegangan erat kaitannya dengan pengaturan daya reaktif dalam sistem.
Sistem tenaga listrik terdiri dari banyak Gi dan Pusat Listrik yang terdapat
simpul-simpul (bus). Tegangan-tegangan dari simpul di GI dan Pusat Listrik bersama-
sama membentuk profil tegangan sistem. Berbeda dengan pengaturan frekuensi yang
sama dalam semua bagian, sistem tegangan tidak sama dalam setiap bagian sistem,
sehingga pengaturan tegangan adalah lebih sulit dibandingkan dengan pengaturan
frekuensi. Pengaturan tegangan dipengaruhi oleh:
1. Arus penguat generator
2. Daya reaktif beban
3. Daya reaktif yang didapat dalam sistem (selain generator), misalnya dari
kondensator dan reaktor
4. Posisi tap transformator
Mengatur tegangan pada suatu titik simpul dalam sistem akan lebih mudah
apabila di titik tersebut ada sumber daya reaktif yang bisa diatur, hal ini juga
merupakan hal yang berbeda dengan pengaturan frekuensi, karena frekuensi dapat
diatur dengan mengatur sumber daya nyata yang ada di mana saja dalam sistem. Dalam
sistem tenaga listrik ada dua variabel yang dapat diatur secara bebas, disebut variabel
pengatur, yaitu daya nyata (MW) dan daya reaktif (MVAR). Pengatur daya nyata akan
mempengaruhi frekuensi, sedangkan pengaturan daya reaktif akan mempengaruhi
tegangan. Butir 1 sampai 4 tersebut adalah cara untuk mengatur daya reaktif yang
harus disediakan dalam sistem. Pengaturan daya reaktif terutama akan mempengaruhi
tegangan sistem.
41
Reactor yang terpasang di GITET pada periode beban puncak dalam posisi
dikeluarkan. Semua kapasitor yang terpasang di sisi jaringan 150 kV, 70 kV dan 20
kV pada periode beban puncak dimasukan.
b. Pengaturan daya reaktif unit pembangkit
Semua unit pembangkit terutama yang berskala besar pada periode beban
puncak beroperasi member daya reaktif untuk mengantisipasi tegangan rendah yang
terjadi di sistem.
43
REFERENSI
Agus H., Handi. (2011). Perkiraan Daya Tersambung Pada Tahun 2012 Dengan
Menggunakan Metode Trend Kuadratis. JPTE FPTK UPI
Marsudi, Ir. Djiteng. (2006). Operasi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Muslim, dkk, Supari. (2008). Teknik Pembnagkit Tenaga Listrik Jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Perkuliahan Operasi Sistem Tenaga Listrik semester ganjil tahun akademik 2011-2012
Pend. Teknik Elektro FPTK UPI
http://budi54n.wordpress.com/2008/03/26/pengaturan-frekuensi-sistem-tenaga-
listrik/
http://dunia-listrik.blogspot.com/2009/05/keandalan-pembangkit.html
http://scadaitb.wordpress.com/2009/11/19/pengaturan-frekuensi-pd-sistem-tenaga-
listrik/