Anda di halaman 1dari 22

RENCANA EVAKUASI DAYA PLTA TAMBOLI 4x6 MW

KE SMELTER FERRONICKEL (FeNi) KOLAKA


KOLAKA-SULTRA

PT. TAMBOLI ENERGY


1 INTRODUCTION
1. Pendahuluan
1
Nikel merupakan komoditas utama sektor pertambangan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Potensi sumber daya
mineral nikel di Sulawesi tenggara cukup besar yaitu 97,4 Miliar Ton yang tersebar dalam luas 480 ribu Ha. Sejalan
dengan hal tersebut PT Tamboli Energi akan membangun pabrik Smelter Feronickel dengan kapasitas output 52.000
Tons/Tahun.
Rencana pembangunan smelter ferronikel tersebut membutukan energy listeik sebesar 33 MW yang akan disuplai
dari PLTA Tamboli (24 MW) dan kekuranganya akan disuplai dari PLN, sehingga perlu interkoneksi antara PT.
TAMBOLI dengan PLN. Interkoneksi ini, tentunya akan mempengaruhi kestabilan pada system tenaga listrik pada
system kelistrikan PLN maupun pada PLTA Tamboli sendiri. Oleh kerena itu, perlu dilakukan Beberapa Studi
kelistrikan untuk mengtahui dampak dari penyambungan PLTA Tamboli ke system kelistrikan PLN.

1.
Tujuan
2
1. Menganaliasis aliran daya pada system kelistrikan Smelter FeNi Tamboli
2. Menganalisis kestabilan tegangan maupun frekuensi sebelum terhubungnya PLTA tamboli pada system
kelistrikan Smelter
3. Menganalisis kestabilan tegangan maupun frekuensi akibat terhubungnya PLTA tamboli pada kapasitas
minimum
4. Menganalisis kestabilan tegangan maupun frekuensi akibat terhubungnya PLTA tamboli pada kapasitas
maksimum
1.
Data Kebutuhan Energi Listrik pada Smelter FeNi dan Produksi Listrik PLTA Tamboli
3
PRODUKSI PLTA TAMBOLI VS KEBUTUHAN SMELTER
PLTA Tamboli Kebutuhan Smelter

35,000

33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000

30,000

25,000 25,000 25,000 25,000

23,000
22,000 22,000 22,000

20,000 20,000

17,000

15,000 15,000

12,000

10,000 10,000

5,000

-
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC

Gambar 1
1.
Penambahan EnergI Listrik PLN
4
PRODUKSI PLTA TAMBOLI VS KEBUTUHAN SMELTER VS DAYA PLN
PLTA TAMBOLI KEBUTUHAN SMELTER KEKURANGAN (DARI PLN)

35,000

33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000 33,000

30,000

25,000 25,000 25,000 25,000

23,000 23,000
22,000 22,000 22,000
21,000
20,000 20,000

18,000
17,000
16,000
15,000 15,000

13,000
12,000
11,000 11,000 11,000
10,000 10,000 10,000

8,000 8,000 8,000

5,000

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gambar 2
1.
Skema penyambungan PLTA Tamboli
5
Pada skenario 2 direncanakan baban G 2 PLTA

ARC Furnace (24 MVA) pada smelter G 1 PLTA

tamboli di suplai dari Grid PLN , beban


auxiliary (10 MVA) disuplai dari 2 unit PLTA
serta 2 unit PLTA lainya akan di jual ke PLN
sebagai pembangkit Eksis Power.
Produksi energy listrik untuk
pembangkit eksis power dari PLTA Tamboli
selalu berubah setiap waktu, sehingga
pengoperasian secara terus menerus
memungkinkan stabilitas system tenaga
listrik PLN akan terganggu.
Untuk menetukan operasi terbaik
PLTA Tamboli, maka pada laporan ini
dibuat studi aliran daya (load flow stady),
Studi gangguan hubung singkat (short
circuit stady), dan studi stabilitas tegangan
dan ferkuensi (transient stability stady).
Gambar 3. Single Line Diagram Smelter Tamboli
2 LOAD FLOW STUDY
2.1 Load Flow Study Skenario 1

1 Aliran Daya Pada Kondisi PLTA Tamboli Tidak Beroperasi

Simulasi yang dilakuan pada kondisi PLTA Tamboli


tidak beroperasi, menunjukan bahwa seluruh
kebutuhan smelter disuplai dari sumber PLN
dengan daya aktif 30.8 MW dan daya reaktif
sebesar 21.6 Mvar, serta tegangan pada Bus
smelter sebesar 18.3 kv, voltage drop 8.4 % dari
tegangan bus 20 kV (voltage drop masih sesuai
satandar SPLN, nilai level tegangan yang
diperbolehkan adalah -10% dan +5%).

Dari kondisi tersebut diperlukan penabahan


Static Var Compensator (SVC) pada bas smelter
untuk memeprebaiki voltage dorop pada bus
tersebut. Hasil dari penambahan SVC kan di
tampilkan pada table di silde 13 pada laporan ini.

Gambar. 2.1 Aliran Daya Pada Kondisi PLTA Tamboli Tidak Beroperasi
2 Aliran Daya pada kondisi Unit 1 & 2 PLTA Tamboli Beroperasi

Simulasi yang dilakuan setelah unit 1 & 2 PLTA


Tamboli beroperasi, PLTA Tamboli dapat
menyuplai kebutuhan smelter dengan daya aktif
9.5 MW dan daya reaktif sebesar 5.3 Mvar, dari
sumber PLN dengan daya aktif 21.4 MW dan daya
reaktif sebesar 13.1 Mvar, serta tegangan pada
Bus smelter sebesar 18.95 kv, voltage drop 5.3 %
dari tegangan normal 20 kV (voltage drop masih
sesuai satandar SPLN)

Gambar. 2.2 Aliran Daya Pada Kondisi Unit 1 & 2 PLTA Tamboli
Beroperasi
3 Aliran Daya pada Kondisi Unit 1, 2, & 3 PLTA Tamboli Beroperasi
Simulasi yang dilakuan setelah Unit 1, 2, & 3 PLTA
Tamboli beropersi, PLTA Tamboli dapat menyuplai
kebutuhan smelter dengan daya aktif 17.5 MW
dan daya reaktif sebesar 9.5 Mvar, dari sumber
PLN dengan daya aktif 13.6 MW dan daya reaktif
sebesar 7.3 Mvar, serta tegangan pada Bus
smelter sebesar 19.4 kv, voltage drop 3.0 % dari
tegangan normal 20 kV (voltage drop masih
sesuai satandar SPLN).

Gambar. 2.3 Aliran Daya Pada Kondisi Unit 1, 2, & 3 PLTA Tamboli
Beroperasi
4 Aliran Daya 4 Unit PLTA Tamboli dapat Beroperasi

Simulasi yang dilakuan setelah 4 Unit PLTA


Tamboli beroperasi, PLTA Tamboli dapat
menyuplai kebutuhan smelter dengan daya aktif
23.4 MW dan daya reaktif sebesar 12.7 Mvar, dari
sumber PLN dengan daya aktif 7.9 MW dan daya
reaktif sebesar 3.5 Mvar, serta tegangan pada Bus
smelter sebesar 19.7 kv, voltage drop 1.5 % dari
tegangan normal 20 kV (voltage drop masih
sesuai satandar SPLN).

Gambar. 2.4 Aliran Daya Pada Kondisi 4 Unit PLTA Tamboli


Beroperasi
Tabel 1. Studi Aliran Daya dan provil Tegangan pada Bus PLN, Bus PLTA, dan Bus Smelter
yeng Terhubung Berdasarkan Skenaro 1

Daya Aktif Daya Reaktif Voltage Voltage Drop


Pemasangan (MW) (Mvar) (kV) (%)
No Studi Aliran Daya
SVC
Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus
PLN PLTA Smelter PLN PLTA Smelter PLN PLTA Smelter PLN PLTA Smelter

Sebelum 30.8 0 30.6 21.6 0 15.7 150 0 18.3 0 0 8.4


Kondisi PLTA Tamboli Tidak
1.
beroperasi
Setelah 31.0 0 30.8 7.7 0 15.7 150 0 19.5 0 0 2.7

Sebelum 21.4 9.5 30.7 13.1 5.3 15.7 150 19.1 18.9 0 4.5 5.3
Kondisi unit 1 & 2 PLTA
2.
Tamboli beroperasi
Setelah 21.5 9.5 31.0 4.5 5.3 15.7 150 19.8 19.6 0 1.0 1.7

Sebelum 13.6 17.5 30.8 7.3 9.5 15.7 150 19.6 19.4 0 1.7 3
Kondisi unit 1, 2, & 3 PLTA
3.
Tamboli beroperasi
Setelah 13.6 17.5 31.0 2.4 9.6 15.7 150 20 19.8 0 0 1

Sebelum 7.9 23.4 31.0 3.5 12.7 15.7 150 20 19.7 0 0 1.5
Kondisi 4 unit PLTA Tamboli
4.
beroperasi
Setelah 8 23.4 31.0 0.6 12.8 15.7 150 20 19.9 0 0 0.3
2.2 Load Flow Study Skenario 2

1 Aliran Daya pada Kondis PLTA Tamboli Tidak Beroperasi


Simulasi yang dilakuan pada kondisi PLTA Tamboli
tidak beroperasi, sehingga seluruh kebutuhan
smelter disuplai dari sumber PLN dengan daya
aktif 30.8 MW dan daya reaktif sebesar 21.6
Mvar, serta tegangan pada Bus 20 kV PLN sebesar
18.3 kV, voltage drop 8.4 % dari tegangan bus 20
kV (voltage drop masih sesuai satandar SPLN)

Gambar. 2.5 Aliran Daya Pada Kondisi PLTA Tamboli tidak Beroperasi
2 Aliran Daya pada kondisi Unit 1 & 2 PLTA Tamboli Beroperasi

Simulasi yang dilakuan setelah unit 1 & 2 PLTA


Tamboli beroperasi, PLTA Tamboli dapat
menyuplai kebutuhan Auxiliary dengan daya aktif
9.4 MW dan daya reaktif sebesar 5.3 Mvar, serta
tegangan pada Bus Auxsiliary sebesar 19.1 kV,
voltage drop 4.35 % dari tegangan normal 20 kV
(voltage drop masih sesuai satandar SPLN)

Sementara beben Arc Furnace disuplai dari


sumber PLN dengan daya aktif 21.7 MW dan daya
reaktif sebesar 13.1 Mvar, serta tegangan pada
Bus 20 kV PLN sebesar 18.94 kv, voltage drop 5.3
% dari tegangan normal 20 kV (voltage drop
masih sesuai satandar SPLN).

Gambar. 2.6 Aliran Daya Pada Kondisi Unit 1 & 2 PLTA Tamboli
Beroperasi
3 Aliran Daya pada kondisi Unit 1 , 2, & 3 PLTA Tamboli Beroperasi

Simulasi yang dilakuan setelah unit 1, 2, & 3 PLTA


Tamboli beroperasi, Unit 1 & 2 PLTA Tamboli
dapat menyuplai kebutuhan Auxiliary dengan
daya aktif 9.4 MW dan daya reaktif sebesar 5.3
Mvar, serta tegangan pada Bus Auxsiliary sebesar
19.1 kV, voltage drop 4.35 % dari tegangan
normal 20 kV (voltage drop masih sesuai
satandar SPLN).

Sementara beben Arc Furnace disuplai dari


sumber PLN dengan daya aktif 15.9 MW dan daya
reaktif sebesar 8.7 Mvar, dan Unit 3 PLTA Tamboli
dengan daya aktif 5.8 MW dan daya reaktif
sebesar 3.2 Mvar. serta tegangan pada Bus 20 KV
PLN sebesar 19.3 kv, voltage drop 3.55 % dari
tegangan normal 20 kV (sesuai satandar voltage
drop yang di izinkan dibawah 5%).
Gambar. 2.7 Aliran Daya Pada Kondisi Unit 1, 2, & 3 PLTA Tamboli
Beroperasi
4 Aliran Daya 4 Unit PLTA Tamboli dapat Beroperasi

Simulasi yang dilakuan setelah 4 unit PLTA


Tamboli beroperasi, Unit 1 & 2 PLTA Tamboli
dapat menyuplai kebutuhan Auxiliary dengan
daya aktif 9.4 MW dan daya reaktif sebesar 5.3
Mvar, serta tegangan pada Bus Auxsiliary sebesar
19.1 kV, voltage drop 4.35 % dari tegangan
normal 20 kV (voltage drop masih sesuai
satandar SPLN)

Sementara beben Arc Furnace disuplai dari


sumber PLN dengan daya aktif 10.1 MW dan daya
reaktif sebesar 4.7 Mvar, dan Unit 3 PLTA Tamboli
dengan daya aktif 11.7 MW dan daya reaktif
sebesar 6.4 Mvar. serta tegangan pada Bus 20 KV
PLN sebesar 19.9 kv, voltage drop 2.0 % dari
tegangan normal 20 kV (voltage drop masih
Gambar. 2.4 Aliran Daya Pada Kondisi 4 Unit PLTA Tamboli sesuai satandar SPLN).
Beroperasi
Tabel 2. Studi Aliran Daya dan provil Tegangan pada Bus PLTA, Bus PLN, dan Bus Smelter
yeng Terhubung Berdasarkan Skenaro 2

Daya Aktif Daya Reaktif Voltage Voltage Drop


(MW) (Mvar) (kV) (%)
No Studi Aliran Daya
Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus
Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus Bus PLN Bus
PLTA PLTA PLN PLTA U. PLTA PLN PLN PLTA PLTA PLN PLTA PLTA PLN ARC
PLN 20 ARC F. Aux. ARC F. Aux PLN 20 ARC F. Aux 20 Aux
U. 1&2 U.3&4 150 1&2 U.3&4 150 20 U. 1&2 U.3&4 150 U. 1&2 U.3&4 150 F.

Kondisi PLTA
1. Tamboli Tidak 0 0 30.8 30.7 21.6 9.0 0 0 21.6 15.7 10.5 5.2 0 0 150 18.3 18.3 18.3 0 0 0 8.4 8.5 8.5
beroperasi
Kondisi unit 1 & 2
2. PLTA Tamboli 9.4 0 21.7 21.6 21.6 9.3 5.3 0 13.1 10.5 10.5 5.2 19.3 0 150 18.9 18.9 19.1 3.2 0 0 5.3 5.4 4.6
beroperasi
Kondisi unit 1, 2, &
3. 3 PLTA Tamboli 9.4 5.8 15.9 21.6 21.6 9.2 5.3 3.2 8.7 10.5 10.5 5.2 19.3 19.4 150 19.3 19.3 19.1 3.1 2.7 0 3.5 3.6 4.6
beroperasi

Kondisi 4 unit PLTA


4. 9.4 11.7 10.1 21.6 21.6 9.2 5.3 6.4 4.7 10.5 10.5 5.2 19.3 19.9 150 19.6 19.5 19.1 3.1 0.3 0 2 2.1 4.6
Tamboli beroperasi
3 SHORT CIRCUIT STUDY
3.1 Short Circuit Study Skenario 1

Tabel. 3. Short Circuit Studi Skenario 1


Short Circuit (kA) Simulasi gangguan hubung Singkat yang dianalisa pada
No Bus Fault Base (kV) Type Of Fault
Base line Case laporan ini adalah nilai arus hubung singkat yang terjadi
3-Phase Fault 4.25 4.35 sebelum dan setelah PLTA Tamboli beroperasi.
1 GI Smelter (PLN) 150 2-Phase Fault 3.68 3.77
Line To Ground Fault 4.99 5.09 Dari hasil simulasi hubung singkat pada Tabel 3, dapat
3-Phase Fault 10.86 13.94 disimpulkan bahwa ketika PLTA Tamboli 24 MW beroperasi,
2 Bus Smelter 20 2-Phase Fault 9.40 12.11 arus hubung singkat pada system kelistrikan smelter akan
Line To Ground Fault 9.13 10.44
meningkat. Tetapi peningkatan arus hubung singkat tersebut
3-Phase Fault - 12.79
3 Bus PLTA 20 2-Phase Fault - 11.13
tidak signifikan dan masih di bawah batas kapasitas peralatan
Line To Ground Fault - 9.21 pemutus yang akan di desain sebesar 25 kA pada tegangan
3-Phase Fault - 10.56 tinggi dan 36 kA~ 50 kA pada tegangan rendah.
Bus PLTA
4 (Unit 1,2,3,&4) 6.3 2-Phase Fault - 9.23
Line To Ground Fault - 12.31
3-Phase Fault 10.86 13.94
5 Arc Furnace Bus 20 2-Phase Fault 9.40 12.11
Line To Ground Fault 9.13 10.44
3-Phase Fault 8.01 8.42
6 Auxliari Bus 11 2-Phase Fault 6.94 7.29
Line To Ground Fault 7.85 8.11
3-Phase Fault 24.56 21.73
7 Recindance Bus 0.4 2-Phase Fault 21.27 21.41
Line To Ground Fault 23.92 24.03
3.2 Short Circuit Study Skenario 2

Tabel. 4. Short Circuit Studi Skenario 2


Short Circuit (kA) Simulasi gangguan hubung Singkat yang dianalisa pada
No Bus Fault Base (kV) Type Of Fault
Base line Case laporan ini adalah nilai arus hubung singkat yang terjadi
3-Phase Fault 4.25 4.35 sebelum dan setelah PLTA Tamboli beroperasi.
1 GI Smelter (PLN) 150 2-Phase Fault 3.68 3.77
Line To Ground Fault 4.99 5.09 Dari hasil simulasi hubung singkat pada Tabel 4, dapat
3-Phase Fault 10.86 13.94 disimpulkan bahwa ketika PLTA Tamboli 24 MW beroperasi,
2 Bus Smelter 20 2-Phase Fault 9.40 12.11 arus hubung singkat pada system kelistrikan smelter akan
Line To Ground Fault 9.13 10.44
meningkat. Tetapi peningkatan arus hubung singkat tersebut
3-Phase Fault - 12.79
3 Bus PLTA 20 2-Phase Fault - 11.13
tidak signifikan dan masih di bawah batas kapasitas peralatan
Line To Ground Fault - 9.21 pemutus yang akan di desain sebesar 25 kA pada tegangan
3-Phase Fault - 10.56 tinggi dan 36 kA~ 50 kA pada tegangan rendah.
Bus PLTA
4 6.3 2-Phase Fault - 9.23
(Unit 1,2,3,&4)
Line To Ground Fault - 12.31
3-Phase Fault 10.86 13.94
5 Arc Furnace Bus 20 2-Phase Fault 9.40 12.11
Line To Ground Fault 9.13 10.44
3-Phase Fault 8.01 8.42
6 Auxliari Bus 11 2-Phase Fault 6.94 7.29
Line To Ground Fault 7.85 8.11
3-Phase Fault 24.56 21.73
7 Recindance Bus 0.4 2-Phase Fault 21.27 21.41
Line To Ground Fault 23.92 24.03
4 TRANSIENT STABILITY STUDY

Anda mungkin juga menyukai