Anda di halaman 1dari 92

PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B)

MO184503

“Perencanaan Dermaga Daerah Singaraja, Bali”

Disusun oleh Kelompok 2 :

Muhammad FajarismanNRP.5020201076

Yehezkiel BinsarmataniariNRP. 5020201059

Luthfan Taufiqul HafizhNRP. 5020201074

Dosen Pengampu :

Dr. Ir. Wahyudi M.Sc.

DEPARTEMEN TEKNIK KELAUTAN

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2022

i
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

2 LEMBAR PENGESAHAN

Di bawah ini, kami mahasiswa Teknik Kelautan :

1. Nama : Muhammad Fajarisman

NRP : 5020201076

2. Nama : Yehezkiel Binsarmataniari

NRP : 5020201059

3. Nama : -

NRP :-

Dengan dosen pembimbing :

Nama : Dr. Ir Wahyudi, M.Sc.

NIP : 19601214 198903 1 001

Telah menyelesaikan Tugas Perancangan Struktur Pantai yang berjudul “Perencanaan Dermaga

Daerah Singaraja, Bali”

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Wahyudi, M.Sc

NIP 19601214 198903 1 001

ii
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

3 KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Perancangan Struktur Pantai ini dengan baik. Kami
juga menyampaikan banyak terima kasih atas bimbingannya kepada dosen mata kuliah perancangan
struktur pantai kami yaitu Bapak Dr. Ir. Wahyudi. M.Sc yang selalu memberikan kami ilmu dan
masukan atas tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang
mendukung dan mendoakan kami dan teman teman kelas perancangan struktur pantai serta seluruh
angkatan 2020 yang juga telah melaksanakan tugas yang sama.

Dalam laporan tugas perancangan struktur pantai daerah singaraja ini, kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari para pembaca kepada kami selaku penulis untuk menjadi lebih baik. Semoga laporan
tugas kami dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pihak lain.

Surabaya, Desember 2022

Penulis

iii
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4 DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL Error! Bookmark not defined.
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Batasan Masalah 2
BAB II 3
DASAR TEORI 3
2.1 Dasar Perencanaan Struktur Perlindungan Pantai 3
2.2 Sedimentasi 4
2.3 Met-Ocean 5
2.3.1 Angin 5
2.3.2 Fetch dan Karakteristik Gelombang 5
2.3.3 Pasang Surut 9
2.4. Perambatan Gelombang 14
2.4.1 Refraksi 14
2.4.2 Difraksi 17
2.4.3 Breaking Wave 18
2.4.4 Wave Set Up dan Set Down 19
2.4.5 Wave Run Up 20
2.4.6 Transpor Sedimen 21
2.5 Perubahan Garis Pantai 22
2.6 Perencanaan Pelabuhan Perikanan 24
2.6.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 24
2.6.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 25
2.6.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan 27
2.7 Kolam Labuh 28

iv
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

BAB III 30
METODOLOGI 30
3.1 Diagram Alur Penelitian 30
3.2 Prosedur Penelitian 31
3.2.1 Studi Literatur 31
3.2.2 Pengumpulan Data 31
3.2.3 Analisis Lingkungan 31
3.2.4 Layout dan Perancangan Breakwater 31
3.2.5 Analisis Breakwater 31
3.2.6 Analisis Tanah 31
3.2.7 Gambar Bangunan 31
3.2.8 Rancangan Anggaran Biaya 32
BAB IV 33
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 33
4.1 Analisis Data Angin 33
4.1.1 Pembuatan Diagram Angin 33
4.1.2 Analisis Fetch Efektif 35
4.1.3 Perhitungan Faktor Tegangan Angin dan Konversi Kecepatan Angin 37
4.2 Analisis Gelombang 39
4.2.1 Refraksi Pias 39
4.2.2 Difraksi Gelombang 42
4.2.3 Breaking Wave 43
4.3 Analisis Transpor Sedimen 45
4.4 Analisis Perubahan Garis Pantai 48
4.4.1 Analisis Tanpa Struktur 48
4.4.2 Analisis Setelah Struktur 49
4.5 Analisis Pasang Surut 51
4.6 Wave Set Up dan Set Down 53
LAMPIRAN 54

v
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

5 BAB I
6 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Kelautan (Ocean Engineering) adalah Program Studi yang menekankan pada
kemampuan dalam merancang, mengembangkan, dan menganalisis struktur bangunan lepas
pantai (Offshore Engineering) dan bangunan pantai (Coastal Engineering). Untuk menunjang
kepahaman mahasiswa dalam merancang bangunan perlindungan pantai maka kami sebagai
mahasiswa Departemen Teknik Kelautan ITS patut menyelesaikan Tugas dari mata kuliah
Perancangan Stuktur Pantai atau Tugas Rancang Besar I (TRB I).

Kota Singaraja berada di Provinsi Bali, terletak diantara 113º30’ - 114º42’ Bujur Timur
dan 07º35’ - 07º44’ Lintang Selatan, dengan wilayah seluas 1669. 87 km2. Dilihat dari letak
geografis, posisi Singaraja sangat strategis, khususnya sebagai penghubung jalur perekonomian
lintas nasional dan regional dari barat ke timur maupun dari timur ke barat.

Kawasan pesisir, seperti pesisir Singaraja, merupakan daerah yang rawan mengalami
erosi dan sedimentasi yang tidak terdistribusi merata sehingga akan berpengaruh terhadap
perubahan garis pantai. Gelombang yang besar akan mencapai pantai dengan energi yang besar
sehingga mengakibatkan kerapuhan pada material pantai. Dengan terjadinya proses ini yang
terakumulasi setiap harinya, maka akan menyebabkan muara sungai tertutup oleh sedimentasi.
Selain itu, material pantai yang rapuh akan sangat mudah tererosi oleh longshore current dan
mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur yang dibangun di sekitar kawasan tersebut. Tentu hal
ini sangat berpengaruh pada aktivitas kehidupan di sekitar pantai tersebut terutama pada fasilitas
umum seperti jalan raya dan pemukiman penduduk. Pemilihan bangunan pelindung pantai yang
tepat sangat dibutuhkan untuk mecegah kondisi seperti yang telah disebutkan diatas.

Untuk melindungi bibir pantai dari pengikisan yang disebabkan oleh erosi pantai maka
diperlukan struktur bangunan pantai breakwater. Breakwater merupakan prarasarana yang
dibangun untuk memecahkan ombak/gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang.
Breakwater digunakan untuk mengendalikan erosi yang terus menggerus garis pantai. Dengan
terkendalinya proses erosi yang akan terjadi karena pembangunan breakwater, diharapkan
masalah perubahan garis pantai di pesisir Singaraja dapat teratasi

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam pembahasan Tugas Perancangan Struktur Pantai ini adalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengolah data oceanografi dari lapangan untuk peramalan gelombang?

2. Bagaimana merencanakan lay-out dan lokasi bangunan dermaga di daerah Singajara?

1
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

3. Bagaimana perencanaan pembangunan dermaga yang tepat?

4. Bagaimana Analisis pengaruh dermaga terhadap kondisi lingkungan sekitar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Tugas Rancang Besar I ini adalah :

1. Mahasiswa mampu mengolah data oceanografi dari lapangan untuk peramalan gelombang,
arus, dan angin, yang akan berpengaruh langsung pada bangunan.
2. Mahasiswa mampu menentukan lokasi yang tepat untuk dibangunnya sebuah struktur pantai
dengan memperhitungkan segala pengaruh yang terjadi.
3. Mahasiswa diharapkan mampu membangun sebuah struktur pantai.
4. Mahasiwa mampu mengAnalisis pengaruh bangunan struktur pantai yang dibangun terhadap
kondisi lingkungan sekitar yang akan terjadi.

1.4 Batasan Masalah


Untuk mempermudah dalam melakukan perencanaan dermaga maka perlu ada batasan
masalah. Batasan masalah untuk perencanaan dermaga di Madura adalah sebagai berikut :

1. Data lokasi dan data angin yang digunakan diperoleh dari data yang diberikan pada Tugas
Rancang Struktur Pantai (TRB I).
2. Ukuran bangunan pelindung pantai disesuaikan dengan perhitungan mahasiswa.

2
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

7 BAB II
8 DASAR TEORI

2.1 Tinjauan Umum


Masalah yang ada di pantai adalah erosi yang menimbulkan kerugian sangat besar dengan
rusaknya kawasan pemukiman dan fasilitas-fasilitas di daerah tersebut. Untuk menanggulangi
erosi pantai langkah pertama yang harus di lakukan adalah mencari penyebab terjadinya erosi.

Cara menanggulangi erosi di pantai (abrasi) adalah membangun bangunan pelindung pantai,
bangunan tersebut digunakan untuk melindungi pantai dari serangan gelombang dan arus,
menurut B.Triatmodjo (1999) terdapat beberapa cara dalam melindungi pantai, yaitu:

1. Memperkuat/melindungi pantai agar mampu menahan serangan gelombang,


2. Mengubah laju transport sediment sepanjang pantai,
3. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai,
4. Reklamasi dengan menambah suplai sediment ke pantai atau dengan cara lain.
Menurut Stuktur Pelindung Pantai (Pratikto,1999) erosi pantai dapat terjadi oleh berbagai
sebab. Secara umum, penyebab erosi tersebut dapat dikelompokan menjadi dua hal, yaitu
sebab alami dan sebab buatan (disebabkan oleh manusia):

1) Sebab-sebab alami erosi pantai meliputi :


 Naiknya muka air laut
Naiknya muka air laut dalam jangka panjang banyak terjadi di banyak tempat
di dunia. Kenaikan muka air laut relatif terjadi karena turunnya muka tanah
(Land Subsidence) atau karena muka air laut yang naik secara absolute.
Akibat dari naiknya muka air laut tersebut, garis pantai dapat mundur secara
perlahan ke arah daratan.
 Perubahan suplai sedimen
Suplai sedimen ke daerah pantai dapat berasal dari daratan (blastic sediment)
ataupun dari laut (biogenic sediment). Berubahnya sumber sediment tersebut bias
disebabkan oleh proses alami pelapukan batuan di daratan ataupun karena
berkurangnya debit sungai yang mengangkut sediment. Berkurangya suplai
sediment dari laut dapat disebabkan karena daerah karang yang rusak ataupun
terhambatnya pertumbuhan karang.

 Gelombang Badai
Gelombang badai dapat menyebabkan erosi pantai, hal ini disebabkan oleh
pada saat badai terjadi arus tegak lurus pantai yang cukup besar
mengangkut material pantai. Umumnya proses erosi yang terjadi akibat
gelombang badai iniberlangsung dalam waktu yang singkat dan bersifat
termporer, karena material yang tererosi akan tertinggal di surf zone dan
akan kembali ke pantai pada saait gelombang tenang (swell). Namun apabila
batimetri pantau tersebut terjal dan memiliki palung-palung pantai maka
sediment yang terbawa tidak bias kembali lagi ke pantai.

3
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

 Overwash (limpasan)
Overwash terjadi apabila pasang tinggi yang disertai gelombang tinggi membentur
pantai melimpas diatas lidah pasir (dune). Akibat Overwash tersebut lidah pasir
pantai akan tererosi dan diendapkan di sisi dalam lidah pasir.

 Angkutan sejajar pantai


Pemilihan (sorting) material pantai dapat berubah sesuai dengan gradasi butiran
dan keadaan lingkungan gelombangnya hal ini diakibatkan karena aktivitas
gelombang. Perbubahan tersebut dapat mengakibatkan berubahnya garis pantai
ataupun erosi dan akresi pantai.

 Angkutan oleh angin


Erosi pantai dapat disebabkan karena terangkutnya sedimen oleh angin
darat. Angin berberan dalam mendistribusikan pasir pantai ke arah sejajar
pantai, apabila suplai pasir lebih kecil daripada kapasitas angkutan angin
maka erosi pantai dapat terjadi.
2) Sebab-sebab erosi buatan pantai meliputi :
 Penurunan tanah
Penurunan tanah dapat terjadi karena pengambilan air tanah yang tidak terkendali,
ataupun karena penambangan minyak dan bahan mineral lainnya.

 Penggalian pasir
Salah satu sebab erosi pantai adalah penggalian pasir dan bahan mineral lainnya
dari daerah pesisir dan pantai. Penggalian tersebut akan mengurangi cadangan
pasir di daerah tersebut sehingga garis pantai dapat tererosi.

 Interupsi angkutan sejajar pantai


Hal ini dapat terjadi karena pembuatan bangunan tegak lurus pantai.
Bangunan tegak lurus tersebut dapat menahan laju angkutan angkutan
sedimen dari daerah hulu, sehingga pada bagian hilir kekurangan sediment,
akibatnya akan terjadi di bagian hulu terjadi akresi dan terjadi erosi di bagian
hilir.
 Pengurangan suplai sedimen ke arah pantai
Suplai sediment kea rah pantai dapat terjadi karena aktivitas manusia di darat,
seperti pembuatan bendungan dan pengaturan aliran sungai. Karena suplai
sediment berkurang maka akan terjadi pengangkutan material pantai.

 Pemusatan energi gelombang di pantai


Pembuatan bangunan pantai dapat menyebabkan terjadinya pemusatan
energi gelombang di daerah tersebut, hal ini dapat menyebabkan erosi.
 Perusakan pelindung alam
Pada umumnya pantai memiliki pelindung alami seperti tumbuhan dan
cadangan pasir berupa dune. Perusakan ataupun pada pelindung alam
tersebut dapat mengakibatkan daerah pantai terbuka terhadap gelombang,

4
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

sehingga daerah yang terlindung tersebut tidak memiliki perlindungan


terhadap gempuran ombak.
Untuk melindungi dari gempuran ombak yang berasal dari lautan lepas pantai diperlukan
suatu bangunan pelindung. Salah satu bangunan pelindung pantai tersebut adalah dermaga.
Dermaga adalah suatu bangunan pantai yang bertujuan untuk menahan laju transpor
sedimen.Fungsi dari bangunan ini adalah untuk menahan atau melindungi pantai dari serangan
gelombang. Bangunan tersebut biasanya terbuat dari tumpukan batu, beton ataupun baja
sesuai dengan type dermaganya.

Stabilitas dari dermaga juga dihitung agar tidak terjadi collapse sebelum berjalan sesuai
dengan fungsinya.

Sesuai dengan fungsinya bangunan pantai di klasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Struktur yang di bangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai, yakni dinding
pantai atau revetment, Sea wall, Bulk head;
2. Struktur yang di bangun tegak lurus dengan pantai dan smbung ke pantai yakni
dermaga dan groin;
3. Struktur yang dibangun di lepas pantai paralel dengan pantai yakni breakwater.
Selain itu, permasalahan lain di daerah pantai adalah pengembangan fasilitas di sektor
perikanan. Salah satu permasalahan yang ada adalah tidak adanya tempat yang memadai untuk
tempat menyandarkan kapal. Oleh karena itu, diperlukan dermaga yang tepat untuk tempat
bersandarnya kapal nelayan.

2.2 Struktur Perlindungan Pantai


Erosi pantai merupakan salah satu permasalahan di daerah pantai yang harus mendapatkan
perhatian yang besar dari semua pihak baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun
masyarakat yang tinggal didaerah pantai dan sekitarnya. Untuk menanggulangi erosi pantai,
langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari penyebab terjadinya erosi.

Dengan mengetahui penyebabnya, selanjutnya dapat ditentukan cara penanggulangannya,


yang biasanya adalah dengan membuat bangunan pelindung pantai dan atau menambah suplai
sedimen serta melakukan pengelolaan pantai secara terpadu. Bangunan pantai yang dibangun
dapat digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan
arus maupun untuk kepentingan lainnya seperti fasilitas untuk menarik wisatawan khususnya
untuk daerah pantai wisata.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai, yaitu:

a. Memperkuat / melindungi muka pantai agar mampu menahan serangan


gelombang,
b. Mengubah laju transportasi sedimen pantai,
c. Mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai,
d. Beach nourishment dengan menambah suplai sedimen ke pantai,
e. Melakukan penghijauan (reboisasi) daerah pantai.

5
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Berdasarkan fungsinya bangunan pantai secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok, yaitu:

a. Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai,


b. Konstruksi yang dibangun kira kira tegak lurus pantai dan berhubungan dengan
pantai,
c. Konstruksi yang dibangun dilepas pantai dan kira kira sejajar dengan garis
pantai.

2.3.11 Breakwater
Pemecah gelombang atau breakwater adalah suatu bangunan pantai yang bertujuan
untuk mematahkan/menahan energi gelombang yang datang menuju pantai sehingga
karakteristik gelombang yang dating sesuai dengan yang direncanakan/disyaratkan.
Bangunan breakwater pada umumnya dibuat untuk melindungi konstruksi bangunan
pantai lainnya seperti: pelabuhan, kawasan pantai wisata, dan sebagainya, atau bisa juga
untuk melindungi garis pantai dari bahaya erosi dan sedimentasi. Bangunan breakwater
tersebut biasanya terbuat dari tumpukan batu, beton, ataupun baja sesuai dengan tipe
breakwaternya.

Gambar 1. Breakwater

Breakwater dapat digolongkan kedalam beberapa tipe/macam, antara lain:

A. Slopping Breakwater
Konstruksi breakwater ini dibuat dengan kemiringan/slope tertentu yang terdiri dari
tumpukan batu/beton dimana stabbilitas tumpukan tersebut tergantung pada
kemiringan tumpukannya. Tipe ini dapat digolongkan berdasarkan bahan
konstruksinya, yaitu:

1. Rouble Mound Breakwater


2. Concrete Block Breakwater
Tipe slopping breakwater ini digolongkan menjadi:

 Overtopping Breakwater

6
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

 Non-Overtopping Breakwater
B. Upright Breakwater
Breakwater tipe ini terbuat dari konstruksi beton atau baja yang dibuat tegak
lurus/vertikal yang merupakan suatu struktur yang solid/massif. Tipe ini bisa lebih
“ramping” tetapi perlu pengecekan stabilitas yang lebih teliti, dikarenakan energi
gelombang tidak diserap melainkan dipantulkan/ditahan oleh struktur breakwater
tersebut. Upright breakwater dibagi dalam beberapa jenis, antara lain:

1. Monilit Breakwater
2. Caisson Breakwater
C. Composite Breakwater
Yaitu breakwater yang tersusun dari kombinasi beberapa macam bahan yang
merupakan suatu kesatuan konstruksi.
D. Breakwater Tipe Khusus
Yaitu tipe breakwater yang didesain khusus tergantung kondisi lingkungan yang ada
seperti: floating breakwater, concrete block yang diletakkan di atas pile, dan
sebagainya.

2.3.12 Groin
Groin merupakan suatu bangunan pelindung pantai yang direncanakan untuk
menangkap transportasi sedimen sejajar pantai dan dibangun tegak lurus pantai. Groin
ini dapat memberikan atau memperlebar pantai dengan menahan sedimen sejajar pantai
(littoral drift) atau dapat menstabilkan dan mengendalikan erosi pada adaerah garis
pantai dengan mengurangi kecepatan hilangnya sedimen pantai. Oleh karena itu groin
sangat efektif jika erosi pantai yang terjadi disebabkan oleh akibat transportasi sedimen
sejajar pantai yang terganggu dengan material pantai berupa pasir. Kelemahan groin
adalah terjadinya erosi di bagian hilir (down drift) groin, sehingga untuk melindungi suatu
pantai secara menyeluruh harus dipertimbangkan sejauh mana pantai harus dipasang
groin tersebut. Secara umum material konstruksi groin dapat dibuat dari bahan
permeable ataupun impermeable dengan profil yang tinggi ataupun rendah. Bahan yang
digunakan dalam pembangunan groin meliputi batu, beton, baja dan kayu. Aspal dan
karung yang diisi pasir (sandbag) digunakan untuk membatasi daerah groin. Dari berbagai
jenis bahan – bahan tersebut tentu akan mempengaruhi bentuk konstruksi groin yang
akan dibangun.

7
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 2. Groin

2.3.13 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan Pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan
penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis dan ukuran kapal yang
bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga kapal dapat merapat dan menambat serta melakukan kegiatan di pelabuhan
dengan aman, cepat, dan lancar.

Dermaga dibangun untuk melayani kebutuhan tertentu. Pemilihan tipe dermaga


tergantung pada jenis kapal yang dilayani (kapal penumpang atau barang yang bisa
berupa barang satuan, peti kemas, barang curah padat maupun cair, kapal ikan, kapal
militer, dsb), ukuran kapal, kondisi topografi dan tanah dasar laut, kondisi hidro-
oseanografi (gelombang dan pasang surut). Tipe dermaga dipilih yang paling sesuai
sehingga biaya pembangunannya seekonomis mungkin.

Pembangunan struktur pada dermaga dapat dikelompokkan menjadi dua macam


diantaranya, dermaga konstruksi terbuka dimana lantai dermaga disokong oleh tiang-
tiang pancang dan dermaga konstruksi tertutup, dimana batas antara darat dan perairan
dipisahkan oleh suatu dinding yang berfungsi menahan tanah di belakangnya yang dapat
berupa dinding massa, kaison, turap, dan dinding penahan tanah.

8
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 3. Dermaga

2.3.14 Revetment
Revetment adalah bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang
terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang
(overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang
bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya gelombang dapat
berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal,
sedangkan revetment mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau
hampir sejajar dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari susunan batu, beton, tumpukan
pipa (buis) beton, turap, kayu.

Dalam perencanaan revetmen perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi,
panjang, tinggi, stabillitas bangunan dan pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun
di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya.

Fungsi utama akan menentukan pemilihan bentuk. Permukaan bangunan dapat


berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau bertangga. Bangunan sisi tegak dapat juga
digunakan sebagai dermaga atau tempat penambatan kapal, tetapi sisi tegak kurang
efektif terhadap serangan gelombang, terutama terhadap limpasan dibanding dengan
bentuk lengkung (konkaf). Pemakaian sisi tegak dapat mengakibatkan erosi yang cukup
besar apabila kaki atau dasar bangunan berada di air dangkal.

Gambar 4. Revetment

9
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

2.3.15 Seawall
Struktur seawall berguna untuk melindungi daerah pantai dari erosi karena
gelombang atau arus. Struktur seawall melindungi daerah pantai dengan cara
memisahkan areal daratan terhadap perairan di depannya. Seawall utamanya digunakan
untuk menahan hempasan gelombang.

Struktur ini tidak melindungi area pantai di depannya. Pada kenyataannya di


lapangan, jika struktur ini ditempatkan pada daerah yang gelombangnya cukup signifikan,
seawall malah mempercepat terjadinya erosi pantai. Hal ini karena sebagian banyak
energi gelombang langsung diarahkan ke bawah, pada bagian toe, oleh struktur seawall
ini, dimana gelombang langsung menerpa lapisan pasir atau tanah yang lebih lunak.
Dengan kata lain pantai di daerah dekat struktur seawall, menahan beban gelombang
lebih banyak bila dibandingkan daerah yang tidak terdapat struktur tersebut. Tentu saja
hal ini lebih mempercepat erosi.

Gambar 5. Seawall

2.3.16 Bulkhead
Fungsi utama dari struktur bulkhead adalah untuk menahan tanah di belakang
struktur atau untuk mencegah longsornya tanah di belakang struktur, selain itu juga
menyediakan perlindungan terhadap bagian tanah di belakang struktur karena gaya
gelombang. Diharapkan nantinya daerah “baru” di belakang struktur bulkhead yang
dibangun dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Fungsi lain dari struktur
bulkhead ini adalah menyediakan tempat bagi sarana tambat atau bongkar muat kargo
bagi kapal jika diperlukan.

10
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 6. Bulkhead

2.3 Hidro-Oseanografi

2.3.11 Angin
Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan di
permukaan yaitu dari daerah udara bertekanan tinggi dengan daerah udara bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan disebabkan oleh perbedaan temperatur yang ada di daerah
tersebut. Pengukuran angin dilakukan menggunakan alat yang bernama anemometer
yang dipasang 10 metes di atas permukaan air laut dan recordernya dipasang di darat
sehingga dapat dikonversi menjadi data angin di laut. Data angin ini biasa digunakan
untuk peramalan gelombang yang terjadi pada daerah yang ditinjau. Biasanya data
tersebut dinyatakan dalam satuan knot. Satu knot merupakan Panjang satu menit garis
bujur melalui garis khatulistiwa yang ditempuh dalam satu 1 jam, atau 1 knot = 1.852
km/jam = 0.5 m/s.

Data angin dicatat tiap jamnya selama 1 bulan dan disajikan dalam bentuk tabel.
Pencatatan tersebut akan dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan
durasinya, kecepatan angin maksimum, arah angin, dan dapat dihitung kecepatan harian
dari angin tersebut. Hal itu dapat dilakukan dengan metode windrose diagram. Dengan
metode tersebut data-data akan dipilah berdasarkan statistic distribusi kecepatan dan
arah anginnya beserta persentasenya sehingga didapat karakteristik angin pada tiap
bulannya.

11
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 7. Windrose Diagram

2.3.11 Fetch
Dalam meninjau pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk
daratan yang mengelilingi laut. Di daeerah pembentukan gelombang, gelombang hanya
dibangkitkan sesuai dengan arah angin yang terjadi pada daerah tesebut. Fetch rata rata
efektif dituliskan dalam persamaan berikut. (Triatmodjo, 1999)

F eff =
∑ X i cos a
∑ cos a
Dimana:

Feff = Fetch efektif

Xi = Panjang garis fetch

a = Deviasi pada kedua sisi dari arah angin, dengan menggunakan


o o
pertambahan 6 sampai sudut sebesar 42 pada kedua sisi dari
arah angin.

Pembangkitan Gelombang oleh Angin


Jumlah data angin yang disajikan dalam bentuk tabel biasanya merupakan hasil
pengamatan beberapa tahun dan datanya sangat banyak dan besar sehingga harus diolah
dan disajikan dengan tabel ringkasan agar lebih memudahkan dalam penganalisaan. Data
angin dapat diperoleh dari pencatatan di permukaan laut dengan menggunakan kapal
yang sedang berlayar ataupun pengukuran yang dilakukan di darat yang biasanya
berlokasi di bandara. Data angin yang berasal dari pengukuran dari kapal perlu dikoreksi
dengan menggunakan persamaan berikut. (Triadmodjo, 1999)
7
U =2,16 ( U z ) 9

12
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dimana:

U = Kecepatan angin terkoreksi (knot)

Uz = Kecepatan angin yang diukur oleh kapal (knot)

Biasanya pengukuran angin dilakukan di daratan, padahal di rumus-rumus


pembangkitan gelombang, data angin yang digunakan adalah data angin yang ada di
permukaan laut. Oleh sebab itu, diperlukan transformasi dari data angin di atas daratan
yang terdekat dengan lokasi studi di atas permukaan air laut. Kecepatan angin yang
digunakan untuk peramalan gelombang adalah sebagai berikut. (Yuwono, 1992)

UW
U =R T × R L × ( U 10) L R L=
UL

Dimana:

RT = Koreksi akibat perbedaan temperatur antara udara dan air

RL = Koreksi terhadap pencatatan angin yang dilakukan di


darat

(U10)L = Kecepatan angin pada ketinggian 10 m di atas tanah (land)

Uw = Kecepatan angin diatas permukaan laut (m)

UL = Kecepatan angin diatas daratan (m)

Gambar 8. Koefisien Koreksi Kecepatan terhadap Perbedaan Temperatur

13
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 9. Koefisien Koreksi terhadap Pencatatan Kecepatan di Darat

Untuk menggunakan grafik tersebut yang berasal dari buku Shore Protection Manual
(SPM) (1984), kecepatan angin perlu dirubah menjadi factor tegangan angin U A yang
dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

U A =0,71 ( U W )1,23

Dimana:

UW = Kecepatan angin (m/s)

UA = Faktor tegangan angin (wind stress factor)

Peramalan tinggi gelombang signifikan Hs dan periode gelombang signifikan Ts dapat


dilakukan dengan cara memasukkan nilai UA, Panjang fetch (Feff) pada rumus berikut.
−4 0,5 −2 0,3
Hs=5.112 ×10 ×U A × ( Feff ) Ts=6,238 × 10 ( U A Feff )

2.4 Peramalan Gelombang


Dalam perambatan gelombang menuju pantai, gelombang mengalami proses perubahan
karakteristik gelombang seperti tinggi gelombang dan panjang gelombang (Pratikto 1996). Ini
terjadi karena proses pendangkalan (wave shoaling), proses refraksi, proses difraksi dan proses
refleksi, sebelum gelombang tersebut akhirnya pecah.

2.3.11 Fungsi Distribusi Probabilitas


Dua metode untuk memorediksi gelombang periode ulang tertentu yaitu metode
distribusi Gumbel (Fisher Tippett type 1) dan metode distribusi weibull. Dalam metode ini
prediksi dilakukan untuk memperkirakan tinggi gelombang signifikan dengan berbagai
periode ulang. Tidak ada petunjuk yang jelas untuk memilih salah satu dari kedua metode
tersebut. Biasanya pendekatan yang dilakukan adalah mencoba beberapa metode
tersebut untuk data tersedia dan kemudian dipilih yang memberikan hasil terbaik. Kedua
distribusi tersebut mempunyai bentuk berikut ini:

Distribusi Fisher-Tippett Type I:

14
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

(H s −B)

P (Hs ≤ ^
H s ) =e
A
−e

Distribusi Weibull:
Hs−B
−( )

P (Hs ≤ ^
H s ) =1−e−e
A

Dimana:

P (Hs ≤ Ĥs) = Probabilitas bahwa Ĥs tidak dilampaui

H = Tinggi gelombang representatif

Ĥ = Tinggi gelombang dengan nilai tertentu

A = Parameter skala

B = Parameter lokasi

K = Parameter bentuk

Data masukan disusun dalam urutan dari besar ke kecil. Selanjutnya probabilitas
ditetapkan untuk setiap tinggi gelombang sebagai berikut :

Distribusi Fisher-Tippett Type I:

m−0,44
P (Hs ≤ ^
H s ) =1−
N + 0,12
Distribusi Weibull:

P (Hs ≤ ^
H s ) =1−
m−0,22−
0,27
√k ( )
0,23
N T +0,2+
√k
Dimana:

P (Hs ≤ Ĥsm) = Probabilitas dari gelombang representatif ke m yang tidak


dilampaui

Ĥs = Tinggi gelombang urutan ke m

M = Nomor urut tinggi gelombang signifikan =1,2, 3..N

NT = Jumlah kejadian gelombang selama pencatatan (bisa lebih


besar dari gelombang representatif)

Periode Ulang
Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari fungsi
distribusi probabilitas dengan rumus berikut ini:

H sr = ^
A yr + B

15
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Nilai yr diberikan oleh bentuk berikut:

y r =−ln ¿ ¿

Dimana:

Hsr = Tinggi gelombang signifikan dengan periode ulang (T r)

Tr = Periode ulang (tahun)

K = Panjang data (tahun)

L = Rerata jumlah kejadian per tahun = N T/K

2.3.12 Refraksi Gelombang


Gelombang berjalan dengan panjang gelombang pada laut dalam LO, mendekati
pantai dengan puncak orientasi pada laut dalam yang paralel dengan lokasi garis pantai
rata-rata. Kontur dasar kedalaman untuk memeriksa panjang gelombang laut dalam
sebagai porsi dari puncak gelombang memasuki jenis dimana d/LO < 0,5, Panjang
gelombang. Anggapan-angapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah sebagai
berikut ini.

Gambar 10. Refraksi Gelombang (Triadmodjo, 1996)

Persamaan cepat rambat gelombang adalah:

gL 2 πd
C 2= tanh
2π L

16
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 11. Refraksi Gelombang pada kontur lurus dan sejajar (Triadmodjo, 1996)

Studi refraksi dilakukan secara analitis dengan anggapan bahwa kontur dasar laut
yang dilintasi oleh setiap garis ortogonal gelombang untuk berbagai arah gelombang
(angin) adalah sejajar. Studi refraksi ini berdasarkan pada persamaan berikut:

C1
sinh α 1= sinh α 0
C0

Dimana:

α0 = Sudut datang gelombang di perairan pantai

α1 = Sudut datang gelombang di laut dalam

C1 = Cepat rambat gelombang di daerah pantai

C2 = Cepat rambat gelombang di laut dalam

Dengan menggunakan perumusan di atas, maka sudut datang gelombang pada setiap
kedalaman di daerah pantai dapat dihitung apabila arah gelombang laut diketahui.
koefisien refraksi (Kr) dapat dihitung dengan persamaan:

Kr=
√ cos α 0
cos α 1

Selanjutnya tinggi gelombang pada kedalaman tertentu dapat dihitung dengan


menggunakan formulasi pada persamaan berikut ini:

H=K s × K r × H 0

Dimana:

H = Tinggi gelombang dititik yang ditinjau

H0 = Tinggi gelombang di laut dalam

17
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Ksh = Koefisien shoaling

Kr = Koefisien refraksi

Selain mempengaruhi cepat rambat gelombang, kontur dasar laut juga


mempengaruhi panjang gelombang. Variasi cepat rambat gelombang terjadi di
sepanjang garis puncak gelombang yang bergerak dengan membentuk suatu sudut
terhadap garis kedalaman laut, karena gelombang di laut dalam bergerak lebih cepat
daripada bagian di laut yang lebih dangkal. Variasi tersebut menyebabkan puncak
gelombang membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut.

Gambar 12. Refraksi sepanjang pantai yang lurus dengan kontur paralel

Gambar 13. Refraksi bentuk pematang bawah laut dan canyon bawah laut

Gambar 14. Refraksi sepanjang pantai yang tidak teratur

Refraksi dan pendangkalan gelombang (wave shoaling) dapat digunakan untuk


menentukan tinggi gelombang di suatu tempat berdasarkan karakteristik gelombang
datang. Refraksi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tinggi dan arah
gelombang serta distribusi energi gelombang di sepanjang pantai. Perubahan arah

18
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

gelombang menghasilkan konvergensi (pengucupan) atau divergensi (penyebaran) energi


gelombang dan mempengaruhi energi gelombang yang terjadi di suatu tempat di daerah
pantai. Anggapan-anggapan yang digunakan dalam studi refraksi adalah sebagai berikut:

1) Energi gelombang antara dua ortogonal adalah konstan.


2) Arah penjalaran gelombang tegak lurus pada puncak gelombang, yaitu
dalam arah ortogonal gelombang.
3) Cepat rambat gelombang yang mempunyai periode tertentu di suatu tempat
hanya tergantung pada kedalaman di tempat tersebut.
4) Perubahan topografi dasar adalah berangsur-angsur.
5) Gelombang mempunyai puncak yang panjang, periode konstan, amplitudo
kecil dan monokhromatik.
6) Pengaruh arus, angin dan refleksi dari pantai dan perubahan topografi dasar
laut diabaikan.
Dalam pembuatan diagram refraksi gelombang, ada dua metode yang dapat kita gunakan,
yaitu:

1) Metode Puncak Gelombang


Metode ini dimulai dari garis puncak gelombang di laut dalam. Kemudian
ditetapkan sejumlah titik disepanjang garis puncak gelombang, selanjutnya
dicari panjang gelombangnya dalam tabel L-1 buku Teknik Pantai karangan
Bambang Triatmojo. Panjang gelombang tersebut kita plot dengan garis
panjang gelombang tegak lurus garis puncak gelombang. Sehingga dapat
kita tarik garis melalui ujung – ujung panjang gelombang tadi, garis tersebut
merupakan garis puncak gelombang berikutnya. Langkah tersebut diulangi
tersebut sampai garis puncak gelombang mendekati pantai, kemudian
dibuat garis ortogonal gelombang dengan menghubungkan titik – titik
potong tadi.
2) Metode Ortogonal Gelombang
Dalam menggunakan metode ini, pertama kali ditetapkan arah penjalaran
gelombang di laut dalam. Kemudian dibuat garis puncak gelombang di laut
dalam yang merupakan garis lurus dan tegak lurus pada garis puncak
gelombang dan sejajar dengan arah gelombang. Dibuat garis – garis
ortogonal gelombang dengan jarak tertentu dan tegak lurus pada garis
puncak gelombang dan sejajar dengan arah gelombang. Jarak antara garis
ortogonal yang pendek akan memberikan hasil yang lebih teliti dibanding
dengan jarak yang panjang. Garis – garis tersebut dibuat sampai pada garis
kontur sama dengan L0/2. Ada dua prosedur didalam pembuatan diagram
refraksi dengan menggunakan metode garis ortogonal gelombang, yaitu
apabila α (sudut datang gelombang) kurang dari 80º dan lebih dari 80º.

2.3.13 Pendangkalan Gelombang (Wave Shoaling)

19
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Apabila gelombang menuju perairan dangkal, maka terjadi perubahan karakteristik


gelombang yang meliputi perubahan tinggi, panjang dan kecepatan gelombang. Dengan
menganggap bahwa kemiringan perairan dapat diabaikan (Pratikto dkk, 1996). Proses
pendangkalan gelombang (shoaling) adalah proses berkurangnya tinggi gelombang akibat
perubahan kedalaman.

Menurut Pratikto (1997), dengan membandingkan besarnya energi gelombang di laut


dangkal dengan energi gelombang di laut dalam, diperoleh angka koefisien
pendangkalan, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:


1

[ ]
Ks=
4 πd
tanh( )
2 πd
1+
L
L
sinh
4 πd
L ( )
Dimana:

d = Kedalaman air

L = Panjang gelombang

Ks = Koefisien shoaling

2.3.14 Gelombang Pecah


Gelombang pecah dipengaruhi oleh kemiringan, yaitu perbandingan antara tinggi
gelombang dan panjang gelombang. Apabila gelombang bergerak menuju laut dangkal,
kemiringan batas tergantung pada kedalaman relatif d/L dan kemiringan dasar laut.
Gelombang laut dalam yang bergerak menuju pantai akan bertambah kemiringannya
sampai akhirnya tidak stabil dan pecah pada kedalaman tertentu. Munk 1949 dalam CERC
1984, memberikan rumus untuk menentukan tinggi dan kedalaman gelombang pecah
sebagai berikut:

Hb 1
=

[ ]
' 1
H H 3
3.3 0
L0

Dimana:

db = 1.28 Hb

Cb = (g x db)0.5

Beberapa penelitian lain membuktikan bahwa indeks tinggi gelombang pecah (H b/H’o)
dan db/Hb tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang yang
ditunjukkan oleh grafik. Bila ditulis dalam bentuk rumus maka akan berbentuk seperti
berikut (Triatmodjo, 1999:95):

20
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

db 1
=
Hb Hb
β−(α 2
)
g

α =43.75(1−е−1 m )
1.56
β= −1 m
(1+ е )

Keterangan:

H’o = Tinggi gelombang pada kedalaman yang ditinjau akibat refraksi

Lo = Panjang gelombang pada kedalaman yang ditinjau akibat refraksi

Hb = Tinggi gelombang pecah

Cb = Cepat rambat gelombang pecah

g = Percepatan gravitasi

db = Kedalaman gelombang pecah

α dan β = Fungsi kemiringan pantai

m = Kemiringan pantai

2.5 Pasang Surut


Pasang surut merupakan fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya
tarik benda-benda di luar angkasa khususnya matahari dan bulan terhadap massa air laut di
bumi. Karena jarak bulan yang lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi akan
lebih besar dibandingkan pengaruh dari gaya tarik matahari.

Pengetahuan pasang surut sangat penting di dalam perencaan bangunan pantai. Elevasi
muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk untuk merencanakan
bangunan pantai contohnya dalam pembangunan dermaga, untuk menentukan elevasi
puncaknya ditentukan oleh muka air pasang sedangkan dalam penentuan kedalaman alur
pelayaran ditentukan oleh muka air surut.

Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara puncak air pasang dan lembah air surut yang
berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka
air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24
jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada muka air naik disebut
pasang sedankan pada air turun disebut surut. Variasi muka air menyebabkan arus pasang surut
yang mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode
pasang dan arus surut pada periode air surut. Bentuk pasang surut di setiap daerah tidaklah
sama. Secara umum , pasang surut dibedakan menjadi 4 tipe yaitu sebagai berikut.

21
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 15. Jenis-Jenis Pasang Surut

a. Pasang Surut Harian Ganda (semidiurnal tide)


Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan tinggi
yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur.
Tipe pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis ini
terdapat di Selat Malaka sampai Laut Andaman.
b. Pasang Surut Harian Tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut dengan
periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe ini terjadi di
perairan Selat Karimata.
c. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Ganda (mixed tide prevelailing
semidiurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi
dan dan periodenya berbeda. Pasang surut jenis ini terdapat di perairan
Indonesia Timur.
d. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian Tunggal (mixed tide prevailing
diurnal tide)
Pada tipe ini, dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut,
tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut dengan ringgi dan periode yang sangat berbeda. Pasang surut jenis ini
terdapat Selat Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Pada umumnya tipe pasang surut di perairan ditentukan dengan menggunakan rumus
Formzahl, yang ditulis seperti berikut.

K 1+O1
F=
M 2 + S2

Dimana:

F = 0.00- ; pasut bertipe ganda (semi diurnal)

22
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

0.25

F = 0.26- ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol (mixed,
1.50 mainly semi diurnal)

F = 1,51- ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol (mixed,
3.00 mainly semi diurnal)

F > 3.00 ; pasut bertipe (diurnal)

O1 = Amplitudo pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

K1 = Amplitudo pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

M2 = Amplitudo pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Jenis pasang surut dapat ditentukan berdasarkan rasio antara konstanta harian tunggal dan
konstanta harian ganda. Konstanta pada pasang surut digunakan untuk membedakan jenis
pasang surut yang terjadi pada daerah tersebut. Nilai perbandingannya adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Nilai-Nilai F untuk Penentuan Jenis Pasang Surut

F Tidal Type
0 < F < 0.25 Semidiurnal
0.25 < F < 1.5 Mixed, mainly semidiurnal
1.5 < F < 3.0 Mixed, mainly diurnal
F > 3.0 Diurnal
Elevasi yang terjadi di laut akan selalu berubah-ubah sehingga diperlukan suatu elevasi yang
ditetapkan berdasarkan data pasang surut pada daerah tersebut. Hal ini dapat menjadi
pedoman untuk perencanaan bangunan pantai. Elevasi-elevasi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Muka air tinggi (high water level, HWL), muka air tertinggi yang dicapai pada
saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level, LWL), kedudukan air terendah yang dicapai
pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka
air tinggi.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka
air rendah.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka
air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai
referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high-water level, HHWL), adalah air tertinggi
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.

23
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher high-water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari,
seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Penentuan tinggi rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumus-rumus berikut.

1. Muka Surutan (Z0)


Muka surutan (Z0) merupakan sebuah bidang khayal yang diletakkan serendah
mungkin.
2. Mean Sea Level (MSL)
MSL=Z 0 +1,1(M 2 +S 2)
3. Pasut Tertinggi Rata-Rata
Datum pasang surut lainnya biasa digunakan untuk keperluan hidrografi yaitu air
tertinggi rata-rata (mean higher high water) yang didefinisikan seperti persamaan
berikut.
MHWL=Z 0 + ( M 2+ S 2 ) HHWL=Z 0 + ( M 2 +S 2 ) +(O1 + K 1 )
4. Pasang Terendah Rata-Rata

MLWL=Z 0−( M 2 +S 2 ) LLWL=Z 0 −( M 2+ S 2) −(O 1 + K 1 )

2.6 Kolam Labuh


Pengertian kolam labuh menurut Menteri Perhubungan RI (2015) pasal 1 ayat 18 adalah
perairan di depan dermaga yang digunakan untuk kepentingan operasional sandar dan olah
gerak 15 kapal. Kriteria desain kolam labuh harus memenuhi syarat menurut Triatmodjo (2010)
yaitu:

 Cukup luas, supaya dapat menanmpung semua kapal yang datang berlabuh dan
masih tersedia cukup ruang bebas suapaya kapal masih dapat bergerak dengan
bebas.
 Cukup lebar, supaya kapal dapat melakukan maneuver dengan bebas,
sebaiknya merupakan lintasan memutar yang tidak terputus.
 Cukup dalam, supaya kapal terbesar masih dapat masuk pada saat air surut
terendah.
 Harus tenang, sehingga memungkingkan kapal berlabuh dengan aman dan
memudahkan untuk bongkar muat barang.
a. Kondisi Alam
Pada perencanaan kolam labuh ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi di lapangan, antara lain ( Dirjen
perhubungan laut, 1984):
1) Batimetri

24
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

2) Situasi Angin
3) Pasang surut
4) Gelombang dan arus
5) Sedimentasi
6) Karakteristik kapal yang bersandar pada dermaga
b. Tinjauan Karakteristik Kapal
Dalam merencanakan kolam labuh, maka perlu kita ketahui berbagai sifat dan
fungsi kapal, karena dari data ini diketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal yang
berguna bagi perencana untuk menetapkan ukuran-ukuran teknis kolam labuh.

Gambar 16. Dimensi Kapal

Tabel 2. Tinjauan Karakteristik Kapal (OCDI,2002)

DWT : Deathweight Tonnage (total berat dari kapasitas kapal (ton))


LOA : Length Overall (m)
B : Beam (m)
D : Draft (m)
Pengukuran Desain Kolam Labuh
Pengukuran desain kolam labuh meliputi: pengukuran kedalaman kolam labuh, lebar
kolam labuh, dan panjang kolam labuh. Pengukuran didasarkan pada beberapa peraturan
dan panduan yang memenuhi standar Dirjen perhubungan laut (1984), OCDI (2002),
Kramadibrata (2002), Mentri Perhubungan (2004) untuk menjadi acuan mendesain kolam
labuh. Berikut adalah uraian dari pengukuran desain kolam labuh:

A. Kedalaman Kolam Labuh


 Pada umumnya kedalaman dasar kolam pelabuhan ditetapkan
berdasarkan sarat maksimum (draft) kapal yang bertambat ditambah
dengan jarak aman (clearance) sebesar (0,8-1,0) m (Kramadibrata,
2002).

25
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 17. Ukuran Dasar Kolam di Depan Dermaga (Kramadibrata, 2002)

 Kedalaman kolam labuh harus 1.05 – 1.15 kali berdasarkan sarat


maksimum draft desain kapal. Dan juga mempertimbangkan gerak
oksilasi kapal karena kondisi alam seperti gelombang, angin, dan arus
pasang surut. (Dirjen perhubungan laut, 1984)
 Kedalaman air kolam pelabuhan ditentukan dengan menambahkan
minimal sebesar 1,0 m sebagai kelonggaran kedalaman ke beban
muatan penuh (full load draft). (Menteri Perhubungan, 2004)
 Draft kapal ditentukan oleh karakteristik kapal terbesar yang
menggunakan pelabuhan, muatan yang diangkut, dan juga sifat-sifat
air seperti berat jenis, salinitas dan temperatur (Dirjen perhubungan
laut, 1984).
B. Lebar Kolam Labuh
Lebar kolam labuh dapat diukur dengan menggunakan perhitungan
sebagai berikut (Kramadibrata,2002):
Lebar Kolam ( b ) =2 B+ ( 30 40 )
Dimana:
b = Lebar kolam labuh
B = Molded Breadth (Lebar kapal)
C. Panjang Kolam Labuh
Ukuran panjang kolam labuh dapat diukur dari panjang dermaga pada
pelabuhan tersebut (Kramadibrata, 2002):
L=nLoa+(n−1)+15+(2,25)
Dimana:
L = Panjang Kolam Labuh
Loa = Panjang Kapal
n = Jumlah kapal maksimal yang berlabuh n ≤ 5

26
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar 18. Dermaga Memanjang pada Dermaga Petikemas

Ketenangan di pelabuhan Kolam pelabuhan harus cukup tenang baik dalam kondisi
biasa maupun badai. Kolam di depan dermaga harus tenang untuk memungkinkan
penambatan selama 95% - 97,5% dari perhari atau lebih dalam satu tahun. Tinggi
gelombang kritis untuk bongkar muat barang di kolam di depan fasilitas tambatan
ditentukan berdasarkan jenis kapal, ukuran dan kondisi bongkar muat, yang dapat
diberikan dalam tabel di bawah ini. (Triatmodjo, 2010)
Tabel 3. Tinggi Gelomang Kritis di Pelabuhan (Triatmodjo,2010)

Catatan:

1. Kapal kecil: kapal kurang dari 500 GRT yang selalu menggunakan kolam
untuk kapal kecil
2. Kapal sedang dan besar: kapal selain kapal kecil dan sangat besar
3. Kapal sangat besar: kapal lebih dari 500.000 GRT yang menggunakan
dolphin besar dan tambatan di laut

2.7 Perancangan Breakwater


Pemecah gelombang (breakwater) merupakan pelindung utama bagi pelabuhan utama. Tujuan
utama mengembangkan breakwater adalah melindungi daerah pedalaman perairan pelabuhan,
yaitu memperkecil tinggi gelombang laut, sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang guna
dapat melakukan bongkar muat. Untuk memperkecil gelombang pada perairan dalam,
tergantung pada tinggi gelombang (H), lebar muara (b), lebar perairan pelabuhan (B), dan
panjang perairan pelabuhan (L), mengikuti rumus empiris Thomas Stevenson. Breakwater
sendiri dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

1) Breakwater Sisi Miring


Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan – 1999, breakwater
sisi miring memiliki bentuk trapesium (dilihat dari potongan melintang). Biasanya
breakwater tipe ini terbuat dari tumpukan batu atau blok beton yang dibuat
khusus untuk menggantikan batu alam seperti tetrapod, quadripods, tripod,

27
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

dolos, dll. Tipe ini dipilih jika kondisi daya dukung tananh seperti ini harus dipilih
konstruksi dengan dimensi yang kecil atau alternatif lainnya adalah memperlebar
bagian dasar bangunan dengan tujuan agar tekanan yang dibuat oleh berat
bangunan kecil.
2) Breakwater Sisi Tegak
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan – 1999, breakwater
sisi tegak dapat digunakan pada lokasi perencanaan yang memiliki daya dukung
yang besar sehingga mampu menahan berat bangunan yang besar. Selain itu,
jika kedalaman perencanaan cukup besar, maka pembangunan breakwater tipe
miring akan memakan biaya yang sangat besar sehingga digunakan breakwater
sisi tegak. Biasanya breakwater tipe ini dibuat dari kaison, sel-sel turap baja,
atau blok beton massa yang disusun secara vertikal.
3) Breakwater Sisi Campuran
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan – 1999, breakwater
campuran adalah breakwater yang terdiri dari breakwater sisi tegak yang berdiri
diatas breakwater sisi miring. Bangunan ini digunakan jika kedalaman rencana
cukup besar, namun, kondisi tanah tidak dapat menahan beban bangunan
breakwater sisi tegak. Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai
breakwater sisi miring sedangkan jika air sedang pasang, maka bangunan
tersebut berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi tegak.
2.3.11 Elevasi
Elevasi puncak breakwater dihitung berdasarkan kenaikan (run-up) gelombang yang
tergantung pada karakteristik gelombang. Elevasi puncak breakwater dapat dihitung
dengan rumus (Triatmodjo: 1999):

Elevasi puncak=DWL+ RunUp +Tinggi Kebebasan


Dimana:

DWL : Elevasi rencana

Run Up : tinggi limpasan air pada bangunan

Kebebasan : diasumsikan 0,5 m

2.3.12 Berat Unit Lapisan Breakwater


Berat unir Armour dapat dihitung dengan rumus berikut.
3
γr H
w= 3
γr
KD ( −1) cot θ
air laut
Dimana:

W : berat armor (ton)

H : tinggi gelombang rencana (meter)

γr : berat jenis armor

γ air laut : berat jenis air laut

28
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

cot θ : kemiringan struktur breakwater

KD : koefisien stabilitas armor yang digunakan

2.3.13 Diameter
Diameter dapat dihitung dengan rumus berikut.

W 1 /3
D=( )
γr

Dimana

D = diameter breakwater

γr = berat jenis batu pelindung

W = berat butir batu pelindung

2.3.14 Lebar
Lebar puncak breakwater dapat dihitung dengan rumus berikut (Triatmodjo: 1999).

W 1 /3
B=n . K ∆ .( )
γr

Dimana:

B = lebar puncak

n = jumlah butir batu (lapisan)

K∆ = koefisien lapis

W = kerat armor (ton)

2.3.15 Tebal
Penentuan tebal lapisan ditentukan dengan menggunakan persamaan seperti untuk
perhitungan ebar mercu sebagai berikut:

W 1 /3
t=n . K ∆ .( )
γ
t = tebal lapisan pelindung (m)

n = jumlah lapis batu dalam lapis pelindung (n minimal 2)

K∆ = koefisien lapis

W = berat beton (ton)

γr = berat jenis beton

2.3.16 Jumlah Butir


Jumlah batu pelindung dihitung tiap satuan luas (kita ambil tiap luasan lari A=10 m 2).

29
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

2/ 3
P γr
N= An K ∆(1− )( )
100 W
Dimana:

N = jumlah butir batu

K∆ = koefisien lapis

P = porositas

W = berat batu armour layer

γr = berat jenis batu

30
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

9 BAB III
10 METODOLOGI

3.1 Diagram Alur Penelitian


Berikut merupakan gambar diagram alir dari metodologi penelitian :

Mulai Pengumpulan Data


Studi Literatur

Pengolahan Data Kondisi


Lingkungan

Hasil

NO

YES

Lay Out dan Perancangan Breakwater

Analisa Bangunan Breakwater

Analisa Tanah

Hasil
NO

YES

Gambar Bangunan

Rancangan Anggaran Biaya

Kesimpulan

Finish

31
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

3.2 Prosedur Penelitian


3.2.1 Studi Literatur
Penggunaan studi literatur seperti buku, internet, dan referensi lainnya sangat dibutuhkan
dalam laporan ini. Terutama buku terkait teknik pantai.

3.2.2 Pengumpulan Data


Data pada laporan ini didapat dari dosen pengampu Tugas Rancang Bangungan. Data-
data yang dibutuhkan pada laporan ini adalah data angin, peta batimetri, data tanah, data pasang
surut.

3.2.3 Analisis Lingkungan


Analisis kondisi lingkungan dilakukan agar dapat merancang bangunan sesuai dengan
kondisi sebenarnya. Analisis kondisi lingkungan meliputi Analisis data angin, fetch effektif,
Analisis gelombang, Analisis periode ulang gelombang, Analisis pasang surut, Analisis refraksi
dan shoaling, Analisis gelombang pecah, dan Analisis wave set up dan wave set down.

3.2.4 Layout dan Perancangan Breakwater


Layout untuk mengetahui letak pastinya bangunan akan dibangun. Lebih tepatnya berada
di kedalaman berapa. Lay out dibuat setelah dilakukannya Analisis kondisi lingkungan. Selain
itu perancangan bangunan dibuat setelah mengetahui kondisi lingkungan dari daerah yang akan
dibangun bangunan tersebut. Selain itu perancangan bangunan dibuat untuk mengetahui
kestabilan bangunan dengan mengAnalisis bangunan dan tanah. Dimana jika ketika hal tersebut
dihitung maka kita akan mengetahui seberapa aman rancangan bangunan yang dibuat.

3.2.5 Analisis Breakwater


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa setelah merancang bangunan maka akan
mengAnalisis bangunan. Analisis bangunan terdiri dari Analisis overtunning dan Analisis
sliding. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan microsoft excel.

3.2.6 Analisis Tanah


Analisis tanah dilakukan dengan memasukkan data tanah yang didapat dari dosen
pengampu dan mengolahnya dengan menggunakan microsoft excel. Analisis tanah terdiri dari
Analisis settlement, daya dukung pondasi, dan sliding tanah

3.2.7 Gambar Bangunan


Setelah dianalisis, maka saatnya menggambar bangunan pada autocad. Bila hasil dari
Analisis bangunan dan Analisis tanah menunjukkan bahwa bangunan tidak stabil, maka akan
dilakukan perancangan ulang. Kemudian baru menggambar bangunan kembali.

32
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

3.2.8 Rancangan Anggaran Biaya


Merencanakan anggaran biaya yang di butuhkan untuk projek ini. Mulai dari biaya
pekerjaan persiapan, pekerjaan lapangan, biaya sewa alat, biaya pembelian bahan dan juga
biaya tenaga kerja. Semuanya di hitung sedetil mungkin.

33
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

11 BAB IV
12 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Fisik

Secara administrasi lokasi daerah pembahasan pada laporan ini adalah Pantai
singaraka yang terletak pada.
 Kota : Singaraja
 Provinsi : Bali

4.2 Analisis Data Angin

Data angin yang digunakan pada TRB 1 ini adalah data angin Kota Singaraja pada bulan
Oktober 2004 hingga September 2009. Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang
adalah data di permukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut dapat diperoleh dari
pengukuran langsung diatas permukaan laut atau pengukuran di darat di dekat lokasi pengukuran.
Pencatatan data angin dilakukan setiap jam dan dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu
dan durasinya, kecepatan angin maksimum dan arah angin. Kemudian jumlah data angin disajikan
dalam bentuk tabel

34
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.2.1 Pembuatan Diagram Angin


Data angin harus diolah dan disajikan dalam bentuk tabel ringkasan yang juga dikenal
dengan diagram windrose atau diagram mawar angin, sehingga karakteristik angin mudah
dibaca. Dalam pengerjaan Tugas Rancang Besar I ini, pembuatan windrose dibantu dengan
software Microsoft Excel.

Gambar 19 Tampilan Layar Software Microsoft Excel

Adapun langkah langkah pengerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Memasukkan (import) data angin dari excel pada menu tools.

2. Mengisi data fields pada masing-masing kolom yang sudah ditentukan sesuai arah mata
angin, kecepatan angin, dan frekuensinya, per tahunnya, pada kasus ini ada 5 tahun.

3. Membuat chart windrose untuk setiap tahunnya.

4. Menggabungkan kolom dan chart windrose menjadi satu yang keseluruhan.

35
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar Tabel dan Diagram Windrose per Tahun dan Gabungan


Dari hasil perhitungan data angin selama 5 tahun di Pantai Singaraja didapatkan arah
angin dominan adalah berasal dari Selatan (S) dan Tenggara (SE).

4.2.2 Analisis Fetch Efektif


Dalam menganalisis fetch efektif, arah angin yang digunakan adalah Selatan, karena
disesuaikan dengan lokasi daerah studi yaitu Singaraja, Bali. Lalu karena arah angin dominan
ke selatan, kami merefleksikan arah fetch ke utara. Langkah-langkah untuk menghitung
besarnya fetch efektif adalah sebagai berikut :

1. Membuka peta lokasi dengan google earth.

2. Siapkan sebuah peta yang lengkap dengan skala, lalu lokasikan Singaraja. Buat garis lurus
dari titik tertentu, di mana titik tadi adalah bibir pantai di lokasi, ke arah Setiap arah angin.
Tarik garis lurus hingga berhenti pada daratan terdekat dalam arah tersebut.

3. Dari garis ini, kita buat lagi garis dari titik yang sama, dengan cara yang sama dan
ketentuan yang sama, namun dengan sudut dari garis sebelumnya sebesar 6 derajat
sebanyak 7 kali, hingga sudut dari garis terakhir dengan garis yang paling pertama adalah

36
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

42derajat . Lakukan ini untuk sudut searah dan berlawanan arah putaran jarum jam. Hingga
akhirnya kita punya 15 garis.

4. Menghitung panjang setiap garis kemudian dikalikan dengan skala untuk mendapatkan
panjang fetch (Xi dalam km). Kemudian plot seluruh panjang garis tersebut ke dalam table .
Kita ukur cosinus dari sudut – sudut antar garis – garis tadi (6 derajat ), dan kalikan dengan
jarak sesungguhnya dari garis – garis tadi.

5. Lalu jumlahkan seluruh hasil cosinus, dan jumlahkan pula hasil perkalian cosinus sudut
dengan jarak sesungguhnya.

Dalam buku Teknik Pantai karangan Bambang Triadmodjo didapat rumus :

Dimana :

Xi : panjang fetch / jarak sesungguhnya (km)

α : sudut deviasi pada kedua sisi dari arah mata angin dominan (6 s/d 42 )

Berikut ini adalah hasil perhitungan fetch efektif pada arah mata angin selatan dan gambar
fetchnya :

37
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Perhitungan Fetch Efektif North

Gambar Gambar Fetch Arah North

38
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.2.3 Perhitungan Faktor Tegangan Angin dan Konversi Kecepatan Angin


Berikut cara-cara menentukan faktor tegangan angin :

1. Mengambil nilai paling banyak kecepatan angin di sudut tersebut pada setiap bulannya..

2. Data angin tersebut merupakan data angin hasil pengukuran di darat sehingga perlu
dikonversikan menjadi data angin dari laut. Konversi dari kecepatan angin di darat UL
(knot) menjadi m/s dengan cara mengkalikan 0,51444.

3. Jika terjadi perbedaan temperatur angin di laut mendekati 0, maka boundary laye
mempunyai stabilitas yang netral dan tidak diperlukan koreksi kecepatan angin karena
suhu. Sehingga dapat diasumsikan RT = 1,1

4. Mencari nilai RL (kecepatan angin di darat dan di laut), didapat dari grafik hubungan UL
dan UW

Gambar 19 Hubungan RL dan UL (Coastal Engineering 2002)

Setelah UL dan RL ditentukan, maka UW (kecepatan angin di atas permukaan laut) dapat
dihitung dengan mengalikan UL dan RL

Nilai UW yang didapat selanjutnya digunakan untuk mencari UA (faktor tegangan angin)

UA = 0.71 x UW1,23

39
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dimana :

RT : Koreksi akibat perbedaan temperature antara udara dan air

RL : Koreksi terhadap pencatatan angin yang dilakukan di darat

Uw : Kecepatan angin di atas permukaan laut (m)

UL : Kecepatan angin di atas daratan (m)

Uw : Kecepatan angin dalam m/det.

UA : Faktor tegangan angin (wind stress factor)

Setelah itu dengan menggunakan grafik RL kita mencari UW dan UA. Setelah itu menghitung
Ho (m) dan To (s) sesuai dengan rumus pada persamaan :

𝐻𝑚𝑜 = 0,024821 𝑈𝐴2

𝑇𝑚 = 0,830 𝑈𝐴

𝑇𝑠 = 0,95 𝑇𝑝

Dimana :

Ho : tinggi gelombang laut (m)

To : periode gelombang laut (s)

Hs : tinggi gelombang signifikan (m)

Ts : periode gelombang signifikan (s)

Hmo : tinggi gelombang signifian yang berdasarkan pada energi spektral (m)

Tm : periode gelombang puncak pada spektral (detik)

Tp ; periode puncak spektrum gelombang

40
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dari rumus persamaan diatas, maka di dapatkan hasil perhitungan pada tabel berikut :

Ta
bel Perhitungan Faktor Tegangan dan Konversi Angin South

Dengan menggunakan grafik nomogram di atas arah angin yaitu pada South sehingga
didapatkan H0 sebesar 1,89 m dan T sebesar 7,1 s.

4.3 Analisis Gelombang


4.3.1 Refraksi Pias
Pada pembuatan diagram refraksi, kami menggunakan metode puncak gelombang dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari sudut datang gelombang dari perpotongan puncak gelombang datang dengan
kontur batimetri pada kedalaman tertentu.

2. Panjang gelombang pada laut yang lebih dangkal, mencari harga d/L dan koefisien
shoaling (Ks) sesuai dengan d/Lo dengan menggunakan tabel L-1 pada bagian lampiran
pada buku Teknik Pantai (Triatmodjo, 1999).

3. Didapat nilai sudut puncak gelombang pada laut yang lebih dangkal dengan
menggunakan hukum Snellius:

sin ℎ 𝛼1 = sin ℎ 𝛼𝑜

Dimana : 𝛼1 = Sudut datang gelombang di perairan pantai

41
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

𝛼2 = Sudut datang gelombang di laut dalam

C1 = Cepat rambat gelombang di daerah pantai

C2 = Cepat rambat gelombang di laut dalam

4. Mencari koefisien refraksi, koefisien shoaling untuk mendapatkan pendangkalan


gelombang

Dimana :

Ho = Tinggi gelombang dititik yang ditinjau

H0’ = Tinggi gelombang di laut dalam

Ksh = Koefisien shoaling

Kr = Koefisien refraksi

5. Membuat garis orthogonal yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan
mengulangi cara ini hingga sampai pada garis pantai. Untuk perhitungan refraksi
sebagai berikut :

Dimana :

d : kedalaman (m)

H : tinggi gelombang pada kedalaman yang ditinjau (m)

L : panjang gelombang pada kedalaman yang ditinjau (m)

C : cepat rambat gelombang pada kedalaman yang ditinjau (m/s)

H0 : tinggi gelombang laut dalam (m)

L0 : panjang gelombang laut dalam (m)

42
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

C0 : cepat rambat gelombang laut dalam (m/s)

Kr : koefisien refraksi

Ks : koefisien shoaling (pendangkalan)

𝛼o : sudut datang gelombang laut dalam terhadap garis pantai

𝛼 : sudut datang gelombang pada kedalaman yang ditinjau

Berikut adalah salah satu tabel refraksi. Untuk refraksi lainnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4 Perhitungan Refraksi 1

43
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.3.2 Difraksi Gelombang


Tabel Data Difraksi

Dimana :
d : kedalaman air dibelakang breakwater
r : Jarak titik yang ditinjau ke breakwater
T : periode gelombang menuju breakwater
L0 : Panjang gelomabng datang
Hp : Tinggi gelombang di ujung breakwater

K = Koefisien difraksi
% = (HA - HP)/HP * 100

Maka didapatkan perhitungan pada tabel berikut :


Tabel 5 Tabel Perhitungan Difraksi Gelombang

44
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.3.3 Breaking Wave


Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju laut dangkal hingga pantai mengalami
perubahan bentuk dikarenakan perubahan kedalaman. Pada laut dalam gelombang yang
terbentuk adalah gelombang sinusoidal, hingga semakin ke arah pantai berubah bentuk menjadi
semakin besar nilai tinggi gelombangnya dan semakin berkurang panjang gelombangnya yang
pada akhirnya gelombang menjadi pecah.

Gelombang pecah tidak hanya terjadi pada perairan dangkal, juga dapat terjadi di perairan
dalam dengan limit batas puncak gelombang 120 , jika melebihi maka akan terjadi gelombang
pecah di laut dalam. Dikarenakan besarnya nilai slope pantai tidak terdapat pada grafik yang
diberikan oleh Galvin (1969 dalam CERC,1984) pada buku Teknik Pantai (Bambang
Triatmodjo) hal.232-233, maka untuk mencari nilai db/Hb digunakan rumus yang diberikan
oleh Munk (1949,dalam CERC 1984) pada buku Teknik Pantai (Bambang Triatmodjo) hal. 94-
95, yaitu :

Dimana :

db : kedalaman gelombang pecah (m)

m : kemiringan dasar laut

a : fungsi kemiringan pantai m

b : fungsi kemiringan pantai m

Cb : cepat rambat gelombang pecah (m/s)

db max : kedalaman gelombang pecah maksimum (m)

Hb : tinggi gelombang pecah (m)

Kemudian didapatkan hasil perhitungan breaking wave tiap refraksi seperti tabel berikut ini
mewakili refraksi 1. Untuk refraksi lainnya dapat dilihat pada lampiran.

45
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Perhitungan Breaking Wave Refraksi 1

46
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.4 Analisis Transpor Sedimen


Dengan melakukan perhitungan sedimentasi yang terjadi dengan memasukkan nilai
hitungan yang diperoleh dari perhitungan bab sebelumnya maka dapat diperkirakan transport
massa sedimen sepanjang pantai dengan pendekatan secara numerik.dengan adanya
perpindahan/transpor sedimen maka menyebabkan perubahan garis pantai yang disebabkan
adanya pola arus (longshore current) atau karena gelombang yang membawa sedimen menuju
atau meninggalkan pantai. Proses ini dapat dikenali sebagai proses sedimentasi jika ada
penambahan massa sedimen dalam pias garis pantai atau terjadi erosi jika ada pengurangan
massa sedimen dalam pias.

Perhitungan transpor sedimen sangat penting untuk mengetahui transport sedimen


dominan dari arah mana. Untuk menghitung transpor sedimen (Qs) digunakan metode CERC
dengan rumus sebagai berikut :

Tabel Tabel Data Transpor Sedimen

Melalui data diatas, kemudian di dapatkan hasil perhitungan transport sedimen sebagai
berikut

47
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Perhitungan Transpor Sedimen Tanpa Struktur

48
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Perhitungan Transpor Sedimen Setelah Struktur

49
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.5 Analisis Perubahan Garis Pantai


4.5.1 Analisis Tanpa Struktur
Analisis perhitungan garis pantai tanpa struktur dilakukan dengan menggunakan
perhitungan garis pantai metode CERC, di dapatkan pada tabel berikut :

Tabel Analisis Perubahan Garis Pantai Tanpa Struktur

50
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar Grafik Analisis Perubahan Garis Pantai Tanpa Struktur

4.5.2 Analisis Setelah Struktur


Analisis setelah struktur dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur terhadap
perubahan garis pantai. Dilakukan dengan cara menggambar struktur breakwater pada grafik
kemudian memindahkan garis 0 pantai ke struktur tersebut.
Berikut ini merupakan gambaran grafik ketika ada stuktur :

Gambar Grafik Perubahan Garis Pantai Setelah Struktuur

51
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Analisis Perubahan Garis Pantai Setelah Struktur

52
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.6 Analisis Pasang Surut


Data pasang surut pada Daerah Singaraja diperoleh melalui website big.go.ig yang dapat
dilihat pada lampiran. Kemudian, dilakukan perhitungan dengan metode pasut admiralty,
sehingga diperoleh konstanta berikut ini :

Tabel Konstanta Pasang Surut Singaraja

Dimana,

O1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

K1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

M2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan

S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

Z0 = elevasi muka air

Menghitung Formzahl Number :

𝐹 = ( 𝐾1 + 𝑂1 ) / ( 𝑀2 + 𝑆2 )

𝐹 = 25,8535

F Tidal Type
0 > F < 0.25 Semidiurnal
0.25 > F < 1.5 Mixed, mainly semidiurnal
1.5 > F < 3.0 Mixed, mainly diurnal
F > 3.0 Diurnal

53
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dari rumus Formzahl diatas, maka dapat diketahui bila tipe pasang surut daerah Singaraja
adalah pasang surut harian ganda.
- MLWL dan
- Muka surutan     LLWL      
MLWL
Z0 = 104 cm = Z0-(M2+S2)  
= 1.04 m = 60 cm  

  = 0.6 m  
- Tinggi muka air laut rata-rata (MSL)  
LLWL Z0-(M2+S2)-
MSL = (MHWL + MLWL)/2 = (O1+K1)  
= 0 cm = 20 cm  
= 0 m = 0.2 m  
   
- MHWL dan
HHWL - HAT (Tinggi pasang surut)  
MHW HAT
L = Z0 + (M2+S2) = Z0 + åAi  
Z0 +(M2 + S2 + N2 + P1 + O1
= 150 cm = + K1)
= 1.5 m = 218.914 cm  
  = 2.18914 m  
HHWL
= Z0+(M2+S2)+(O1+K1)  
= 190 cm - LAT (Rendah Pasang Surut)  
LAT
= 1.9 m = Z0 - åAi  
Z0 -(M2 + S2 + N2 + P1 + O1
  = + K1)
2.67891
  = 7 cm  
0.02678
  = 9 m  
Keterangan :
HWL : Muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dlm 1 siklus pasut.

LWL : Kedudukan muka air terendah yang dicapai pada saat air surut dlm 1 siklus pasut.

MHWL : Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.

MLWL : Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.

MSL : Muka air rerata antara muka air tinggi dan muka air rendah rerata.

HHWL : Air tertinggi pada saat pasut purnama atau bulan mati.

LLWL : Air terendah pada saat pasut purnama atau bulan mati.

54
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

4.6 Wave Set Up dan Set Down


Didapatkan hasil berikut :
Tabel 6 Perhitungan Wave Set Up dan Set Down

Keterangan

Hb : Tinggi gelombang pecah (m)

T : Periode gelombang (s)

g : Percepatan gravitasi (m/s2)

Sb : Set-down di daerah gelombang pecah (m)

Sw : Set-up di daerah gelombang pecah (m)

Tabel Perhitungan Design Water Level

55
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

BAB V
PERANCANGAN DERMAGA
5.1 Data Pelabuhan
5.1.1 Data Karakteristik Kapal
Tipe dan bentuk pelabuhan tergantung pada jenis dan karakteristik kapal yang akan
berlabuh. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus meninjau pengembangan pelabuhan di
masa mendatang, dengan memperhatikan daerah perairan untuk alur pelayaran, kolam putar,
dermaga, tempat pembuangan, daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan,
penyimpanan, maupun lokasi untuk pengangkutan barang-barang. Kedalaman dan lebar alur
pelayaran juga bergantung pada kapal terbesar yang bersandar di pelabuhan. Luas kolam
pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang akan
berlabuh. Untuk keperluan perencanan pelabuhan tersebut, berikut ini terdapat kriteria
dimensi dan ukuran kapal yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 29 Karakteristik Kapal


5.1.2 Perkiraan Jumlah Kapal
Menurut data Badan Pusat Statistik Transportasi Laut Situbondo, didapatkan jumlah kapal yang
berlabuh di daerah Situbondo beserta durasi tripnya sebagai berikut :

Tabel Perkiraan Jumlah Kapal

56
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dari data BPS tersebut, kemudian dilakukan perhitungan perkiraan jumlah kapal yang berlabuh dalam
sebuah pelabuhan untuk mengetahui lebar pelabuhan yang diperlukan, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :

Dimana :

Dt : durasi trip jenis/bobot kapal (hari)

T : jumlah trip tiap jenis/bobot kapal per tahun

N : jumlah kapal tiap jenis/bobot kapal

Tabel Jumlah Kapal Berlabuh Per Hari


5.1.3 Perkiraan Tipe Pelabuhan
Pelabuhan memiliki beberapa tipe berdasarkan bobot rata-rata kapal bersandar yang dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel Kriteria Pelabuhan Perikanan

57
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Lalu dilakukan perhitungan bobot rata-rata kapal untuk menentukan jenis tipe pelabuhan yang akan
digunakan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan bobot rata-rata kapal adalah sebagai berikut :

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙 = ((𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 x 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 x
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 x 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟))

Tabel Kapasitas Menampung Kapal


Dari perhitungan bobot rerata kapal didapatkan nilai sebesar 2657 GT, dimana pada kapasitas
penampungan kapal termasuk kriteria tipe pelabuhan yang diperlukan yaitu Tipe Pelabuhan B (PPN)
dikarenakan fasilitas penampungan kapal di pelabuhan tipe B ini memuat sekitar >2250GT.

5.1.4 Perencanaan Dermaga

Dalam melakukan perencanaan dermaga, perlu dilakukan perhitungan untuk menentukan


dermaga pendaratan, dermaga perlengkapan dan dermaga tambatnya.

A. Dermaga Pendaratan

Gambar Dermaga Pendaratan

58
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dimana :

Ld : panjang dermaga pendaratan

N : jumlah kapal yang berlabuh tiap hari

ɣ : perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu bongkar muatan ikan

L : panjang kapal

Didapatkan Panjang dermaga pendaratan (Ld) sebesar : 158.652 m

B. Dermaga Perlengkapan

Dermaga Perlengkapan = Dermaga Pendaratan = 158.652 m

C. Dermaga Tambat

Gambar Dermaga Tambat

Dimana :

Lt : Panjang dermaga tambat

n : jumlah kapal yang berlabuh tiap hari

B : lebar kapal

Didapatkan Panjang dermaga tambat (Lt) sebesar : 1125 m

59
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

5.1.5 Kolam Pelabuhan


Dalam melakukan perencanaan kolam pelabuhan, perlu dilakukan perhitungan untuk
menentukan kolam pendaratan, kolam perbekalan, kolam tambatnya, perairan manuver,
kolam putar, luas kolam pelabuhan, lebar alur pelayaran, dan kedalam alur pelayaran.

A. Kolam Pendaratan

Gambar Kolam Pendaratan

Dimana :

A1 : luas kolam pendaratan (m2 )

L1 : panjang dermaga pendaratan (1.15 L)

B1 : lebar perairan untuk pendaratan (1.5 B)

L : panjang kapal

B : lebar kapal

Didapatkan luas kolam pendaratan (A1) sebesar : 185.438 m2

B. Kolam Perbekalan

Kolam perbekalan = kolam pendaratan = 185.438 m2

C. Kolam Tambat

Gambar Kolam Tambat

60
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dengan :

B2 = 1.5 B

L2 = 1.1 Loa

Didapatkan panjang kolam tambat (A2) sebesar : 177.375 m2.

D. Area Manuver

Gambar Area Manuver

Dimana :

A3 = luas perairan untuk manuver kapal

W = lebar untuk maneuver


L2 = panjang dermaga
Didapatkan area manuver sebesar :

Tabel Perhitungan Area Manuver

E. Kolam Putar

61
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dimana :

L : panjang kapal

Didapatkan kolam putar (AP) sebesar : 5805.86 m2

F. Luas Kolam Pelabuhan

Didapatkan luas kolam Pelabuhan : 68373.2 m2 atau 6.9 ha.

G. Lebar Alur Pelayaran

Dimana :

W = Lebar alur pelayaran

BC = Ruang aman sisi kapal = 1.5 B

ML = Manuevering Lane (1 ½ x Lebar Kapal) = (1.2-1.5)B

SC = Ship Clearance (Ruang aman antar kapal) minimal 0.5 m

Didapatkan lebar alur pelayaran (W) sebesar : 30.5 m.

H. Kedalaman Alur Pelayaran

Dimana :

62
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

5.2 Dredging
Pembangunan pelabuhan berada pada 1 meter daratan sehingga membutuhkan
dredging atau pengerukan sedalam 4 meter.
5.3 Struktur Breakwater
5.3.1 Perhitungan Breakwater
Perancangan breakwater menggunakan kemiringan atau slope sebesar 1 : 2
5.3.2 Elevasi Puncak Breakwater
Dilakukan perhitungan menggunakan bilangan irribaren

Dimana :

Ir : bilangan irribaren

θ : Sudut kemiringan sisi pecah gelombang = 1 : 2

H’0 : Tinggi gelombang desain = 1.81 m

L0 : Panjang gelombang di laut dalam = 32.154 m

Didapatkan Ir sebesar : 2.10

Mencari nilai Ru/H menggunakan grafik sebagai berikut :

63
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Gambar Grafik Ru/H

Dari grafik diatas didapatkan Ru/H sebesar 0.875

Sehingga Ru sebesar : 1.59 m.

Maka elevasi Puncak Breakwater dapat ditentukan sebagai berikut:

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 (𝑚) = DWL + 𝑅𝑈 + 𝐻𝑈


Dimana :

Nilai tinggi kebebasan (Hu) ditetapkan 0.5

Ru didapatkan 1.66 m, maka :

𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝐵𝑟𝑒𝑎𝑘𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 (𝑚) = 3.90 m.

5.3.3 Perhitungan Lebar Breakwater, Tebal Lapis Pelindung Utama & Lapis Bawah Serta
Jumlah Unit Lapis Pelindung Utama.

64
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

A. Armor Unit Design (Quarry Rough)

B. First Layer Design

C. Second Layer Design

65
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

C. Core Layer Design

D. Toe Design

5.4 Settlement

66
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Dari data di atas kita dapat menghitung besar settlement yang terjadi di tempat dibangunnya
breakwater. Dengan rumus berikut maka besar settlement yang akan terjadi dapat dihitung.
Kemudian, kami mendapatkan data tanah di daerah Situbondo melalui jurnal sebagai berikut :

Perhitungan tegangan efektif menggunakan over consolidated karena tanah berada dibawah
pemukaan air dimana tanah pernah mendapatkan tegangan (adanya tegangan prakonsolidasi).

Rumus yang digunakan :

67
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Pc : 𝛾 lempung x H lempung

P0 : (𝛾 Pasir * H pasir) + 𝛾 lempung *( 0.5 H lempung)

W Breakwater : V Breakwater x 𝛾a

Δp : Wbreakwater / Abreakwater

S : {CC x Heff / (1+e0)} x {log{(P0 + Δp)/PC}

CS : 1/5 x CC

Tv : 1.781 - 0.933 log (100-U)

U : 90%

t = [TV x Heff2] / CV

Dimana :

S : settlement yang terjadi (m)

H lempung : tebal lapis lempung (m)

CS : swelling indeks (indeks pemuaian)

CC : indeks penyusutan

e0 : angka pori

Pc : tegangan yang telah bekerja

Tv : faktor waktu

Cv : koefisien konsolidasi

t : waktu konsolidasi (s)

Heff : tinggi tanah pada kedalaman efektif (pada tegangan efektif bekerja)

𝛾a : berat jenis air laut

Didapatkan hasil perhitungan seperti tabel berikut :

68
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

5.5 Sliding

69
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

BAB VI

70
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
1. Kecepatan angin yang paling dominan berhembus dari NORTH WEST
2. Panjang fetch efektif yang dominan terdapat pada arah NORTH WEST adalah
70687.61652 m
3. Tinggi gelombang signifikan berasal dari konversi angin sebesar 0,84 m
4. Periode gelombang signifikan berasal dari konversi angin sebesar 4,54 sekon
5. Tinggi gelombang pecah adalah 0,86 m
6. Kedalaman gelombang pecah pada 1,09 m
7. Elevasi muka air pasang surut :
− MSL (Mean Sea Level) = 1,10 m
− MHWL (Mean High Water Level) = 1,38 m
− HHWL (Highest High Water Level) = 2,02 m
− MLWL (Mean Low Water Level) = 0,83 m
− LLWL (Lowest Low Water Level) = 0,18 m
− HAT (High Astronomical Tide) = 2,18 m
− LAT (Low Astronomical Tide) = 0,02 m
8. Perhitungan analisis transpor sedimen menggunakan metode CERC, didapatkan hasil
trasnpor sediment per harinya mencapai 0,15 m3 per hari.
9. Desain breakwater didapatkan :
− Elevasi Puncak sebesar 3,90 m
− Untuk Trunk breakwater
a) Tinggi struktur breakwater = 5 meter
b) Lebar puncak = 2,10 meter
c) Diameter batu pada lapisan terluar = 0.81 meter
d) Berat lapisan breakwater

- Armor Layer = 0,92 ton


- First Layer = 0,1 ton
- Second Layer = 0,005 ton
- Core Layer = 0,0002 ton
− Untuk Head breakwater
a) Tinggi struktur breakwater = 5 meter
b) Lebar puncak = 2,26 meter
c) Berat lapisan breakwater

- Armor Layer = 1,15 ton

- First Layer = 0,1 ton

71
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

- Second Layer = 0,004 ton


- Core Layer = 0,0002 ton
10. Hasil analisis stabilitas struktur adalah sebagai berikut :
− Settlement = Mengalami penurunan sebesar 1,11 m dengan laju 0.98199254
cm/tahun dalam jangka waktu selama 113 tahun
− Sliding memberikan hasil struktur mempunyai SF > 1 sehingga struktur akan tetap
stabil dari bahaya kelongsoran akibat gempuran ombak.

6.2 Saran
Dalam proses perancangan bangunan, penulis hanya memahami perancangan struktur berdasarkan
teori dan formula, sehingga alangkah baiknya apabila penulis mendapatkan kesempatan untuk
mengunjungi contoh bangunan pantai secara nyata. Namun dengan keterbatasan keadaan, penulis
menyadari sepenuhnya jika Laporan Perencanaan Struktur Pantai ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis menerima kritik
yang membangun dari para pembaca.

72
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

13 LAMPIRAN
Tabel Data Angin Oktober 2004 – Oktober 2005

Gambar Diagram Windrose (Blowing To) Tahun 2004 - 2005

73
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Data Angin Oktober 2005 – Oktober 2006

Gambar Diagram Windrose (Blowing To) Tahun 2005 - 2006

74
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Data Angin Oktober 2006 – Oktober 2007

Gambar Diagram Windrose (Blowing To) Tahun 2006 - 2007

75
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Data Angin Oktober 2007 – Oktober 2008

Gambar Diagram Windrose (Blowing To) Tahun 2007 - 2008

76
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Data Angin Oktober 2008 – Oktober 2009

Gambar Diagram Windrose (Blowing To) Tahun 2008 - 2009

77
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel Data Angin Keseluruhan

Gambar Diagram Windrose (Blowing To) Keseluruhan

78
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 7 Perhitungan Refraksi 2

Tabel 8 Perhitungan Refraksi 3

79
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 9 Perhitungan Refraksi 4

Tabel 10 Perhitungan Refraksi 5

80
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 11 Perhitungan Refraksi 6

81
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 12 Perhituungan Breaking Wave Refraksi 2

82
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 13 Perhitungan Breaking Wave Refraksi 3

83
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 14 Perhitungan Breaking Wave Refraksi 4

84
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 15 Perhitungan Breaking Wave Refraksi 5

85
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

Tabel 16 Perhitungan Breaking Wave Refraksi 6

86
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503

87

Anda mungkin juga menyukai