MO184503
Muhammad FajarismanNRP.5020201076
Dosen Pengampu :
2022
i
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2 LEMBAR PENGESAHAN
NRP : 5020201076
NRP : 5020201059
3. Nama : -
NRP :-
Telah menyelesaikan Tugas Perancangan Struktur Pantai yang berjudul “Perencanaan Dermaga
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
ii
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
3 KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Perancangan Struktur Pantai ini dengan baik. Kami
juga menyampaikan banyak terima kasih atas bimbingannya kepada dosen mata kuliah perancangan
struktur pantai kami yaitu Bapak Dr. Ir. Wahyudi. M.Sc yang selalu memberikan kami ilmu dan
masukan atas tugas ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua kami yang
mendukung dan mendoakan kami dan teman teman kelas perancangan struktur pantai serta seluruh
angkatan 2020 yang juga telah melaksanakan tugas yang sama.
Dalam laporan tugas perancangan struktur pantai daerah singaraja ini, kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran dari para pembaca kepada kami selaku penulis untuk menjadi lebih baik. Semoga laporan
tugas kami dapat bermanfaat bagi pembaca maupun pihak lain.
Penulis
iii
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
4 DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL Error! Bookmark not defined.
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Batasan Masalah 2
BAB II 3
DASAR TEORI 3
2.1 Dasar Perencanaan Struktur Perlindungan Pantai 3
2.2 Sedimentasi 4
2.3 Met-Ocean 5
2.3.1 Angin 5
2.3.2 Fetch dan Karakteristik Gelombang 5
2.3.3 Pasang Surut 9
2.4. Perambatan Gelombang 14
2.4.1 Refraksi 14
2.4.2 Difraksi 17
2.4.3 Breaking Wave 18
2.4.4 Wave Set Up dan Set Down 19
2.4.5 Wave Run Up 20
2.4.6 Transpor Sedimen 21
2.5 Perubahan Garis Pantai 22
2.6 Perencanaan Pelabuhan Perikanan 24
2.6.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 24
2.6.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 25
2.6.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan 27
2.7 Kolam Labuh 28
iv
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
BAB III 30
METODOLOGI 30
3.1 Diagram Alur Penelitian 30
3.2 Prosedur Penelitian 31
3.2.1 Studi Literatur 31
3.2.2 Pengumpulan Data 31
3.2.3 Analisis Lingkungan 31
3.2.4 Layout dan Perancangan Breakwater 31
3.2.5 Analisis Breakwater 31
3.2.6 Analisis Tanah 31
3.2.7 Gambar Bangunan 31
3.2.8 Rancangan Anggaran Biaya 32
BAB IV 33
ANALISIS DAN PEMBAHASAN 33
4.1 Analisis Data Angin 33
4.1.1 Pembuatan Diagram Angin 33
4.1.2 Analisis Fetch Efektif 35
4.1.3 Perhitungan Faktor Tegangan Angin dan Konversi Kecepatan Angin 37
4.2 Analisis Gelombang 39
4.2.1 Refraksi Pias 39
4.2.2 Difraksi Gelombang 42
4.2.3 Breaking Wave 43
4.3 Analisis Transpor Sedimen 45
4.4 Analisis Perubahan Garis Pantai 48
4.4.1 Analisis Tanpa Struktur 48
4.4.2 Analisis Setelah Struktur 49
4.5 Analisis Pasang Surut 51
4.6 Wave Set Up dan Set Down 53
LAMPIRAN 54
v
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
5 BAB I
6 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknik Kelautan (Ocean Engineering) adalah Program Studi yang menekankan pada
kemampuan dalam merancang, mengembangkan, dan menganalisis struktur bangunan lepas
pantai (Offshore Engineering) dan bangunan pantai (Coastal Engineering). Untuk menunjang
kepahaman mahasiswa dalam merancang bangunan perlindungan pantai maka kami sebagai
mahasiswa Departemen Teknik Kelautan ITS patut menyelesaikan Tugas dari mata kuliah
Perancangan Stuktur Pantai atau Tugas Rancang Besar I (TRB I).
Kota Singaraja berada di Provinsi Bali, terletak diantara 113º30’ - 114º42’ Bujur Timur
dan 07º35’ - 07º44’ Lintang Selatan, dengan wilayah seluas 1669. 87 km2. Dilihat dari letak
geografis, posisi Singaraja sangat strategis, khususnya sebagai penghubung jalur perekonomian
lintas nasional dan regional dari barat ke timur maupun dari timur ke barat.
Kawasan pesisir, seperti pesisir Singaraja, merupakan daerah yang rawan mengalami
erosi dan sedimentasi yang tidak terdistribusi merata sehingga akan berpengaruh terhadap
perubahan garis pantai. Gelombang yang besar akan mencapai pantai dengan energi yang besar
sehingga mengakibatkan kerapuhan pada material pantai. Dengan terjadinya proses ini yang
terakumulasi setiap harinya, maka akan menyebabkan muara sungai tertutup oleh sedimentasi.
Selain itu, material pantai yang rapuh akan sangat mudah tererosi oleh longshore current dan
mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur yang dibangun di sekitar kawasan tersebut. Tentu hal
ini sangat berpengaruh pada aktivitas kehidupan di sekitar pantai tersebut terutama pada fasilitas
umum seperti jalan raya dan pemukiman penduduk. Pemilihan bangunan pelindung pantai yang
tepat sangat dibutuhkan untuk mecegah kondisi seperti yang telah disebutkan diatas.
Untuk melindungi bibir pantai dari pengikisan yang disebabkan oleh erosi pantai maka
diperlukan struktur bangunan pantai breakwater. Breakwater merupakan prarasarana yang
dibangun untuk memecahkan ombak/gelombang, dengan menyerap sebagian energi gelombang.
Breakwater digunakan untuk mengendalikan erosi yang terus menggerus garis pantai. Dengan
terkendalinya proses erosi yang akan terjadi karena pembangunan breakwater, diharapkan
masalah perubahan garis pantai di pesisir Singaraja dapat teratasi
1. Bagaimana cara mengolah data oceanografi dari lapangan untuk peramalan gelombang?
1
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari Tugas Rancang Besar I ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengolah data oceanografi dari lapangan untuk peramalan gelombang,
arus, dan angin, yang akan berpengaruh langsung pada bangunan.
2. Mahasiswa mampu menentukan lokasi yang tepat untuk dibangunnya sebuah struktur pantai
dengan memperhitungkan segala pengaruh yang terjadi.
3. Mahasiswa diharapkan mampu membangun sebuah struktur pantai.
4. Mahasiwa mampu mengAnalisis pengaruh bangunan struktur pantai yang dibangun terhadap
kondisi lingkungan sekitar yang akan terjadi.
1. Data lokasi dan data angin yang digunakan diperoleh dari data yang diberikan pada Tugas
Rancang Struktur Pantai (TRB I).
2. Ukuran bangunan pelindung pantai disesuaikan dengan perhitungan mahasiswa.
2
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
7 BAB II
8 DASAR TEORI
Cara menanggulangi erosi di pantai (abrasi) adalah membangun bangunan pelindung pantai,
bangunan tersebut digunakan untuk melindungi pantai dari serangan gelombang dan arus,
menurut B.Triatmodjo (1999) terdapat beberapa cara dalam melindungi pantai, yaitu:
Gelombang Badai
Gelombang badai dapat menyebabkan erosi pantai, hal ini disebabkan oleh
pada saat badai terjadi arus tegak lurus pantai yang cukup besar
mengangkut material pantai. Umumnya proses erosi yang terjadi akibat
gelombang badai iniberlangsung dalam waktu yang singkat dan bersifat
termporer, karena material yang tererosi akan tertinggal di surf zone dan
akan kembali ke pantai pada saait gelombang tenang (swell). Namun apabila
batimetri pantau tersebut terjal dan memiliki palung-palung pantai maka
sediment yang terbawa tidak bias kembali lagi ke pantai.
3
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Overwash (limpasan)
Overwash terjadi apabila pasang tinggi yang disertai gelombang tinggi membentur
pantai melimpas diatas lidah pasir (dune). Akibat Overwash tersebut lidah pasir
pantai akan tererosi dan diendapkan di sisi dalam lidah pasir.
Penggalian pasir
Salah satu sebab erosi pantai adalah penggalian pasir dan bahan mineral lainnya
dari daerah pesisir dan pantai. Penggalian tersebut akan mengurangi cadangan
pasir di daerah tersebut sehingga garis pantai dapat tererosi.
4
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Stabilitas dari dermaga juga dihitung agar tidak terjadi collapse sebelum berjalan sesuai
dengan fungsinya.
1. Struktur yang di bangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai, yakni dinding
pantai atau revetment, Sea wall, Bulk head;
2. Struktur yang di bangun tegak lurus dengan pantai dan smbung ke pantai yakni
dermaga dan groin;
3. Struktur yang dibangun di lepas pantai paralel dengan pantai yakni breakwater.
Selain itu, permasalahan lain di daerah pantai adalah pengembangan fasilitas di sektor
perikanan. Salah satu permasalahan yang ada adalah tidak adanya tempat yang memadai untuk
tempat menyandarkan kapal. Oleh karena itu, diperlukan dermaga yang tepat untuk tempat
bersandarnya kapal nelayan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai, yaitu:
5
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Berdasarkan fungsinya bangunan pantai secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga
kelompok, yaitu:
2.3.11 Breakwater
Pemecah gelombang atau breakwater adalah suatu bangunan pantai yang bertujuan
untuk mematahkan/menahan energi gelombang yang datang menuju pantai sehingga
karakteristik gelombang yang dating sesuai dengan yang direncanakan/disyaratkan.
Bangunan breakwater pada umumnya dibuat untuk melindungi konstruksi bangunan
pantai lainnya seperti: pelabuhan, kawasan pantai wisata, dan sebagainya, atau bisa juga
untuk melindungi garis pantai dari bahaya erosi dan sedimentasi. Bangunan breakwater
tersebut biasanya terbuat dari tumpukan batu, beton, ataupun baja sesuai dengan tipe
breakwaternya.
Gambar 1. Breakwater
A. Slopping Breakwater
Konstruksi breakwater ini dibuat dengan kemiringan/slope tertentu yang terdiri dari
tumpukan batu/beton dimana stabbilitas tumpukan tersebut tergantung pada
kemiringan tumpukannya. Tipe ini dapat digolongkan berdasarkan bahan
konstruksinya, yaitu:
Overtopping Breakwater
6
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Non-Overtopping Breakwater
B. Upright Breakwater
Breakwater tipe ini terbuat dari konstruksi beton atau baja yang dibuat tegak
lurus/vertikal yang merupakan suatu struktur yang solid/massif. Tipe ini bisa lebih
“ramping” tetapi perlu pengecekan stabilitas yang lebih teliti, dikarenakan energi
gelombang tidak diserap melainkan dipantulkan/ditahan oleh struktur breakwater
tersebut. Upright breakwater dibagi dalam beberapa jenis, antara lain:
1. Monilit Breakwater
2. Caisson Breakwater
C. Composite Breakwater
Yaitu breakwater yang tersusun dari kombinasi beberapa macam bahan yang
merupakan suatu kesatuan konstruksi.
D. Breakwater Tipe Khusus
Yaitu tipe breakwater yang didesain khusus tergantung kondisi lingkungan yang ada
seperti: floating breakwater, concrete block yang diletakkan di atas pile, dan
sebagainya.
2.3.12 Groin
Groin merupakan suatu bangunan pelindung pantai yang direncanakan untuk
menangkap transportasi sedimen sejajar pantai dan dibangun tegak lurus pantai. Groin
ini dapat memberikan atau memperlebar pantai dengan menahan sedimen sejajar pantai
(littoral drift) atau dapat menstabilkan dan mengendalikan erosi pada adaerah garis
pantai dengan mengurangi kecepatan hilangnya sedimen pantai. Oleh karena itu groin
sangat efektif jika erosi pantai yang terjadi disebabkan oleh akibat transportasi sedimen
sejajar pantai yang terganggu dengan material pantai berupa pasir. Kelemahan groin
adalah terjadinya erosi di bagian hilir (down drift) groin, sehingga untuk melindungi suatu
pantai secara menyeluruh harus dipertimbangkan sejauh mana pantai harus dipasang
groin tersebut. Secara umum material konstruksi groin dapat dibuat dari bahan
permeable ataupun impermeable dengan profil yang tinggi ataupun rendah. Bahan yang
digunakan dalam pembangunan groin meliputi batu, beton, baja dan kayu. Aspal dan
karung yang diisi pasir (sandbag) digunakan untuk membatasi daerah groin. Dari berbagai
jenis bahan – bahan tersebut tentu akan mempengaruhi bentuk konstruksi groin yang
akan dibangun.
7
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Gambar 2. Groin
2.3.13 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan Pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik turunkan
penumpang. Bentuk dan dimensi dermaga tergantung pada jenis dan ukuran kapal yang
bertambat pada dermaga tersebut. Dermaga harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga kapal dapat merapat dan menambat serta melakukan kegiatan di pelabuhan
dengan aman, cepat, dan lancar.
8
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Gambar 3. Dermaga
2.3.14 Revetment
Revetment adalah bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang
terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang
(overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang
bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya gelombang dapat
berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal,
sedangkan revetment mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau
hampir sejajar dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari susunan batu, beton, tumpukan
pipa (buis) beton, turap, kayu.
Dalam perencanaan revetmen perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi,
panjang, tinggi, stabillitas bangunan dan pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun
di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya.
Gambar 4. Revetment
9
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2.3.15 Seawall
Struktur seawall berguna untuk melindungi daerah pantai dari erosi karena
gelombang atau arus. Struktur seawall melindungi daerah pantai dengan cara
memisahkan areal daratan terhadap perairan di depannya. Seawall utamanya digunakan
untuk menahan hempasan gelombang.
Gambar 5. Seawall
2.3.16 Bulkhead
Fungsi utama dari struktur bulkhead adalah untuk menahan tanah di belakang
struktur atau untuk mencegah longsornya tanah di belakang struktur, selain itu juga
menyediakan perlindungan terhadap bagian tanah di belakang struktur karena gaya
gelombang. Diharapkan nantinya daerah “baru” di belakang struktur bulkhead yang
dibangun dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Fungsi lain dari struktur
bulkhead ini adalah menyediakan tempat bagi sarana tambat atau bongkar muat kargo
bagi kapal jika diperlukan.
10
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Gambar 6. Bulkhead
2.3 Hidro-Oseanografi
2.3.11 Angin
Angin merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan di
permukaan yaitu dari daerah udara bertekanan tinggi dengan daerah udara bertekanan
rendah. Perbedaan tekanan disebabkan oleh perbedaan temperatur yang ada di daerah
tersebut. Pengukuran angin dilakukan menggunakan alat yang bernama anemometer
yang dipasang 10 metes di atas permukaan air laut dan recordernya dipasang di darat
sehingga dapat dikonversi menjadi data angin di laut. Data angin ini biasa digunakan
untuk peramalan gelombang yang terjadi pada daerah yang ditinjau. Biasanya data
tersebut dinyatakan dalam satuan knot. Satu knot merupakan Panjang satu menit garis
bujur melalui garis khatulistiwa yang ditempuh dalam satu 1 jam, atau 1 knot = 1.852
km/jam = 0.5 m/s.
Data angin dicatat tiap jamnya selama 1 bulan dan disajikan dalam bentuk tabel.
Pencatatan tersebut akan dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu dan
durasinya, kecepatan angin maksimum, arah angin, dan dapat dihitung kecepatan harian
dari angin tersebut. Hal itu dapat dilakukan dengan metode windrose diagram. Dengan
metode tersebut data-data akan dipilah berdasarkan statistic distribusi kecepatan dan
arah anginnya beserta persentasenya sehingga didapat karakteristik angin pada tiap
bulannya.
11
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2.3.11 Fetch
Dalam meninjau pembangkitan gelombang di laut, fetch dibatasi oleh bentuk
daratan yang mengelilingi laut. Di daeerah pembentukan gelombang, gelombang hanya
dibangkitkan sesuai dengan arah angin yang terjadi pada daerah tesebut. Fetch rata rata
efektif dituliskan dalam persamaan berikut. (Triatmodjo, 1999)
F eff =
∑ X i cos a
∑ cos a
Dimana:
12
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana:
UW
U =R T × R L × ( U 10) L R L=
UL
Dimana:
13
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Untuk menggunakan grafik tersebut yang berasal dari buku Shore Protection Manual
(SPM) (1984), kecepatan angin perlu dirubah menjadi factor tegangan angin U A yang
dapat dihitung menggunakan rumus berikut.
U A =0,71 ( U W )1,23
Dimana:
14
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
(H s −B)
P (Hs ≤ ^
H s ) =e
A
−e
Distribusi Weibull:
Hs−B
−( )
P (Hs ≤ ^
H s ) =1−e−e
A
Dimana:
A = Parameter skala
B = Parameter lokasi
K = Parameter bentuk
Data masukan disusun dalam urutan dari besar ke kecil. Selanjutnya probabilitas
ditetapkan untuk setiap tinggi gelombang sebagai berikut :
m−0,44
P (Hs ≤ ^
H s ) =1−
N + 0,12
Distribusi Weibull:
P (Hs ≤ ^
H s ) =1−
m−0,22−
0,27
√k ( )
0,23
N T +0,2+
√k
Dimana:
Periode Ulang
Tinggi gelombang signifikan untuk berbagai periode ulang dihitung dari fungsi
distribusi probabilitas dengan rumus berikut ini:
H sr = ^
A yr + B
15
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
y r =−ln ¿ ¿
Dimana:
gL 2 πd
C 2= tanh
2π L
16
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Gambar 11. Refraksi Gelombang pada kontur lurus dan sejajar (Triadmodjo, 1996)
Studi refraksi dilakukan secara analitis dengan anggapan bahwa kontur dasar laut
yang dilintasi oleh setiap garis ortogonal gelombang untuk berbagai arah gelombang
(angin) adalah sejajar. Studi refraksi ini berdasarkan pada persamaan berikut:
C1
sinh α 1= sinh α 0
C0
Dimana:
Dengan menggunakan perumusan di atas, maka sudut datang gelombang pada setiap
kedalaman di daerah pantai dapat dihitung apabila arah gelombang laut diketahui.
koefisien refraksi (Kr) dapat dihitung dengan persamaan:
Kr=
√ cos α 0
cos α 1
H=K s × K r × H 0
Dimana:
17
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Kr = Koefisien refraksi
Gambar 12. Refraksi sepanjang pantai yang lurus dengan kontur paralel
Gambar 13. Refraksi bentuk pematang bawah laut dan canyon bawah laut
18
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
19
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
√
1
[ ]
Ks=
4 πd
tanh( )
2 πd
1+
L
L
sinh
4 πd
L ( )
Dimana:
d = Kedalaman air
L = Panjang gelombang
Ks = Koefisien shoaling
Hb 1
=
[ ]
' 1
H H 3
3.3 0
L0
Dimana:
db = 1.28 Hb
Cb = (g x db)0.5
Beberapa penelitian lain membuktikan bahwa indeks tinggi gelombang pecah (H b/H’o)
dan db/Hb tergantung pada kemiringan pantai dan kemiringan gelombang datang yang
ditunjukkan oleh grafik. Bila ditulis dalam bentuk rumus maka akan berbentuk seperti
berikut (Triatmodjo, 1999:95):
20
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
db 1
=
Hb Hb
β−(α 2
)
g
α =43.75(1−е−1 m )
1.56
β= −1 m
(1+ е )
Keterangan:
g = Percepatan gravitasi
m = Kemiringan pantai
Pengetahuan pasang surut sangat penting di dalam perencaan bangunan pantai. Elevasi
muka air tertinggi (pasang) dan terendah (surut) sangat penting untuk untuk merencanakan
bangunan pantai contohnya dalam pembangunan dermaga, untuk menentukan elevasi
puncaknya ditentukan oleh muka air pasang sedangkan dalam penentuan kedalaman alur
pelayaran ditentukan oleh muka air surut.
Tinggi pasang surut adalah jarak vertikal antara puncak air pasang dan lembah air surut yang
berurutan. Periode pasang surut adalah waktu yang diperlukan dari posisi muka air pada muka
air rerata ke posisi yang sama berikutnya. Periode pasang surut bisa 12 jam 25 menit atau 24
jam 50 menit, yang tergantung pada tipe pasang surut. Periode pada muka air naik disebut
pasang sedankan pada air turun disebut surut. Variasi muka air menyebabkan arus pasang surut
yang mengangkut massa air dalam jumlah sangat besar. Arus pasang terjadi pada waktu periode
pasang dan arus surut pada periode air surut. Bentuk pasang surut di setiap daerah tidaklah
sama. Secara umum , pasang surut dibedakan menjadi 4 tipe yaitu sebagai berikut.
21
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
K 1+O1
F=
M 2 + S2
Dimana:
22
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
0.25
F = 0.26- ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol (mixed,
1.50 mainly semi diurnal)
F = 1,51- ; pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol (mixed,
3.00 mainly semi diurnal)
O1 = Amplitudo pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
M2 = Amplitudo pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Jenis pasang surut dapat ditentukan berdasarkan rasio antara konstanta harian tunggal dan
konstanta harian ganda. Konstanta pada pasang surut digunakan untuk membedakan jenis
pasang surut yang terjadi pada daerah tersebut. Nilai perbandingannya adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Nilai-Nilai F untuk Penentuan Jenis Pasang Surut
F Tidal Type
0 < F < 0.25 Semidiurnal
0.25 < F < 1.5 Mixed, mainly semidiurnal
1.5 < F < 3.0 Mixed, mainly diurnal
F > 3.0 Diurnal
Elevasi yang terjadi di laut akan selalu berubah-ubah sehingga diperlukan suatu elevasi yang
ditetapkan berdasarkan data pasang surut pada daerah tersebut. Hal ini dapat menjadi
pedoman untuk perencanaan bangunan pantai. Elevasi-elevasi tersebut adalah sebagai berikut.
1. Muka air tinggi (high water level, HWL), muka air tertinggi yang dicapai pada
saat air pasang dalam satu siklus pasang surut.
2. Muka air rendah (low water level, LWL), kedudukan air terendah yang dicapai
pada saat air surut dalam satu siklus pasang surut.
3. Muka air tinggi rerata (mean high water level, MHWL), adalah rerata dari muka
air tinggi.
4. Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka
air rendah.
5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah muka air rerata antara muka
air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini digunakan sebagai
referensi untuk elevasi di daratan.
6. Muka air tinggi tertinggi (highest high-water level, HHWL), adalah air tertinggi
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
23
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL), adalah air terendah
pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
8. Higher high-water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari,
seperti dalam pasang surut tipe campuran.
9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air rendah dalam satu hari.
Penentuan tinggi rendahnya pasang surut ditentukan dengan rumus-rumus berikut.
Cukup luas, supaya dapat menanmpung semua kapal yang datang berlabuh dan
masih tersedia cukup ruang bebas suapaya kapal masih dapat bergerak dengan
bebas.
Cukup lebar, supaya kapal dapat melakukan maneuver dengan bebas,
sebaiknya merupakan lintasan memutar yang tidak terputus.
Cukup dalam, supaya kapal terbesar masih dapat masuk pada saat air surut
terendah.
Harus tenang, sehingga memungkingkan kapal berlabuh dengan aman dan
memudahkan untuk bongkar muat barang.
a. Kondisi Alam
Pada perencanaan kolam labuh ada beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan sehubungan dengan kondisi di lapangan, antara lain ( Dirjen
perhubungan laut, 1984):
1) Batimetri
24
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2) Situasi Angin
3) Pasang surut
4) Gelombang dan arus
5) Sedimentasi
6) Karakteristik kapal yang bersandar pada dermaga
b. Tinjauan Karakteristik Kapal
Dalam merencanakan kolam labuh, maka perlu kita ketahui berbagai sifat dan
fungsi kapal, karena dari data ini diketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal yang
berguna bagi perencana untuk menetapkan ukuran-ukuran teknis kolam labuh.
25
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
26
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Ketenangan di pelabuhan Kolam pelabuhan harus cukup tenang baik dalam kondisi
biasa maupun badai. Kolam di depan dermaga harus tenang untuk memungkinkan
penambatan selama 95% - 97,5% dari perhari atau lebih dalam satu tahun. Tinggi
gelombang kritis untuk bongkar muat barang di kolam di depan fasilitas tambatan
ditentukan berdasarkan jenis kapal, ukuran dan kondisi bongkar muat, yang dapat
diberikan dalam tabel di bawah ini. (Triatmodjo, 2010)
Tabel 3. Tinggi Gelomang Kritis di Pelabuhan (Triatmodjo,2010)
Catatan:
1. Kapal kecil: kapal kurang dari 500 GRT yang selalu menggunakan kolam
untuk kapal kecil
2. Kapal sedang dan besar: kapal selain kapal kecil dan sangat besar
3. Kapal sangat besar: kapal lebih dari 500.000 GRT yang menggunakan
dolphin besar dan tambatan di laut
27
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
dolos, dll. Tipe ini dipilih jika kondisi daya dukung tananh seperti ini harus dipilih
konstruksi dengan dimensi yang kecil atau alternatif lainnya adalah memperlebar
bagian dasar bangunan dengan tujuan agar tekanan yang dibuat oleh berat
bangunan kecil.
2) Breakwater Sisi Tegak
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan – 1999, breakwater
sisi tegak dapat digunakan pada lokasi perencanaan yang memiliki daya dukung
yang besar sehingga mampu menahan berat bangunan yang besar. Selain itu,
jika kedalaman perencanaan cukup besar, maka pembangunan breakwater tipe
miring akan memakan biaya yang sangat besar sehingga digunakan breakwater
sisi tegak. Biasanya breakwater tipe ini dibuat dari kaison, sel-sel turap baja,
atau blok beton massa yang disusun secara vertikal.
3) Breakwater Sisi Campuran
Menurut Bambang Triatmodjo dalam bukunya Pelabuhan – 1999, breakwater
campuran adalah breakwater yang terdiri dari breakwater sisi tegak yang berdiri
diatas breakwater sisi miring. Bangunan ini digunakan jika kedalaman rencana
cukup besar, namun, kondisi tanah tidak dapat menahan beban bangunan
breakwater sisi tegak. Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai
breakwater sisi miring sedangkan jika air sedang pasang, maka bangunan
tersebut berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi tegak.
2.3.11 Elevasi
Elevasi puncak breakwater dihitung berdasarkan kenaikan (run-up) gelombang yang
tergantung pada karakteristik gelombang. Elevasi puncak breakwater dapat dihitung
dengan rumus (Triatmodjo: 1999):
28
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2.3.13 Diameter
Diameter dapat dihitung dengan rumus berikut.
W 1 /3
D=( )
γr
Dimana
D = diameter breakwater
2.3.14 Lebar
Lebar puncak breakwater dapat dihitung dengan rumus berikut (Triatmodjo: 1999).
W 1 /3
B=n . K ∆ .( )
γr
Dimana:
B = lebar puncak
K∆ = koefisien lapis
2.3.15 Tebal
Penentuan tebal lapisan ditentukan dengan menggunakan persamaan seperti untuk
perhitungan ebar mercu sebagai berikut:
W 1 /3
t=n . K ∆ .( )
γ
t = tebal lapisan pelindung (m)
K∆ = koefisien lapis
29
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2/ 3
P γr
N= An K ∆(1− )( )
100 W
Dimana:
K∆ = koefisien lapis
P = porositas
30
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
9 BAB III
10 METODOLOGI
Hasil
NO
YES
Analisa Tanah
Hasil
NO
YES
Gambar Bangunan
Kesimpulan
Finish
31
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
32
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
33
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
11 BAB IV
12 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Secara administrasi lokasi daerah pembahasan pada laporan ini adalah Pantai
singaraka yang terletak pada.
Kota : Singaraja
Provinsi : Bali
Data angin yang digunakan pada TRB 1 ini adalah data angin Kota Singaraja pada bulan
Oktober 2004 hingga September 2009. Data angin yang digunakan untuk peramalan gelombang
adalah data di permukaan laut pada lokasi pembangkitan. Data tersebut dapat diperoleh dari
pengukuran langsung diatas permukaan laut atau pengukuran di darat di dekat lokasi pengukuran.
Pencatatan data angin dilakukan setiap jam dan dapat diketahui angin dengan kecepatan tertentu
dan durasinya, kecepatan angin maksimum dan arah angin. Kemudian jumlah data angin disajikan
dalam bentuk tabel
34
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2. Mengisi data fields pada masing-masing kolom yang sudah ditentukan sesuai arah mata
angin, kecepatan angin, dan frekuensinya, per tahunnya, pada kasus ini ada 5 tahun.
35
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
2. Siapkan sebuah peta yang lengkap dengan skala, lalu lokasikan Singaraja. Buat garis lurus
dari titik tertentu, di mana titik tadi adalah bibir pantai di lokasi, ke arah Setiap arah angin.
Tarik garis lurus hingga berhenti pada daratan terdekat dalam arah tersebut.
3. Dari garis ini, kita buat lagi garis dari titik yang sama, dengan cara yang sama dan
ketentuan yang sama, namun dengan sudut dari garis sebelumnya sebesar 6 derajat
sebanyak 7 kali, hingga sudut dari garis terakhir dengan garis yang paling pertama adalah
36
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
42derajat . Lakukan ini untuk sudut searah dan berlawanan arah putaran jarum jam. Hingga
akhirnya kita punya 15 garis.
4. Menghitung panjang setiap garis kemudian dikalikan dengan skala untuk mendapatkan
panjang fetch (Xi dalam km). Kemudian plot seluruh panjang garis tersebut ke dalam table .
Kita ukur cosinus dari sudut – sudut antar garis – garis tadi (6 derajat ), dan kalikan dengan
jarak sesungguhnya dari garis – garis tadi.
5. Lalu jumlahkan seluruh hasil cosinus, dan jumlahkan pula hasil perkalian cosinus sudut
dengan jarak sesungguhnya.
Dimana :
α : sudut deviasi pada kedua sisi dari arah mata angin dominan (6 s/d 42 )
Berikut ini adalah hasil perhitungan fetch efektif pada arah mata angin selatan dan gambar
fetchnya :
37
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
38
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
1. Mengambil nilai paling banyak kecepatan angin di sudut tersebut pada setiap bulannya..
2. Data angin tersebut merupakan data angin hasil pengukuran di darat sehingga perlu
dikonversikan menjadi data angin dari laut. Konversi dari kecepatan angin di darat UL
(knot) menjadi m/s dengan cara mengkalikan 0,51444.
3. Jika terjadi perbedaan temperatur angin di laut mendekati 0, maka boundary laye
mempunyai stabilitas yang netral dan tidak diperlukan koreksi kecepatan angin karena
suhu. Sehingga dapat diasumsikan RT = 1,1
4. Mencari nilai RL (kecepatan angin di darat dan di laut), didapat dari grafik hubungan UL
dan UW
Setelah UL dan RL ditentukan, maka UW (kecepatan angin di atas permukaan laut) dapat
dihitung dengan mengalikan UL dan RL
Nilai UW yang didapat selanjutnya digunakan untuk mencari UA (faktor tegangan angin)
UA = 0.71 x UW1,23
39
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana :
Setelah itu dengan menggunakan grafik RL kita mencari UW dan UA. Setelah itu menghitung
Ho (m) dan To (s) sesuai dengan rumus pada persamaan :
𝑇𝑚 = 0,830 𝑈𝐴
𝑇𝑠 = 0,95 𝑇𝑝
Dimana :
Hmo : tinggi gelombang signifian yang berdasarkan pada energi spektral (m)
40
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dari rumus persamaan diatas, maka di dapatkan hasil perhitungan pada tabel berikut :
Ta
bel Perhitungan Faktor Tegangan dan Konversi Angin South
Dengan menggunakan grafik nomogram di atas arah angin yaitu pada South sehingga
didapatkan H0 sebesar 1,89 m dan T sebesar 7,1 s.
1. Mencari sudut datang gelombang dari perpotongan puncak gelombang datang dengan
kontur batimetri pada kedalaman tertentu.
2. Panjang gelombang pada laut yang lebih dangkal, mencari harga d/L dan koefisien
shoaling (Ks) sesuai dengan d/Lo dengan menggunakan tabel L-1 pada bagian lampiran
pada buku Teknik Pantai (Triatmodjo, 1999).
3. Didapat nilai sudut puncak gelombang pada laut yang lebih dangkal dengan
menggunakan hukum Snellius:
sin ℎ 𝛼1 = sin ℎ 𝛼𝑜
41
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana :
Kr = Koefisien refraksi
5. Membuat garis orthogonal yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang dan
mengulangi cara ini hingga sampai pada garis pantai. Untuk perhitungan refraksi
sebagai berikut :
Dimana :
d : kedalaman (m)
42
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Kr : koefisien refraksi
Berikut adalah salah satu tabel refraksi. Untuk refraksi lainnya dapat dilihat pada lampiran.
43
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana :
d : kedalaman air dibelakang breakwater
r : Jarak titik yang ditinjau ke breakwater
T : periode gelombang menuju breakwater
L0 : Panjang gelomabng datang
Hp : Tinggi gelombang di ujung breakwater
K = Koefisien difraksi
% = (HA - HP)/HP * 100
44
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Gelombang pecah tidak hanya terjadi pada perairan dangkal, juga dapat terjadi di perairan
dalam dengan limit batas puncak gelombang 120 , jika melebihi maka akan terjadi gelombang
pecah di laut dalam. Dikarenakan besarnya nilai slope pantai tidak terdapat pada grafik yang
diberikan oleh Galvin (1969 dalam CERC,1984) pada buku Teknik Pantai (Bambang
Triatmodjo) hal.232-233, maka untuk mencari nilai db/Hb digunakan rumus yang diberikan
oleh Munk (1949,dalam CERC 1984) pada buku Teknik Pantai (Bambang Triatmodjo) hal. 94-
95, yaitu :
Dimana :
Kemudian didapatkan hasil perhitungan breaking wave tiap refraksi seperti tabel berikut ini
mewakili refraksi 1. Untuk refraksi lainnya dapat dilihat pada lampiran.
45
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
46
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Melalui data diatas, kemudian di dapatkan hasil perhitungan transport sedimen sebagai
berikut
47
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
48
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
49
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
50
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
51
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
52
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana,
O1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
M2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
S2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
𝐹 = ( 𝐾1 + 𝑂1 ) / ( 𝑀2 + 𝑆2 )
𝐹 = 25,8535
F Tidal Type
0 > F < 0.25 Semidiurnal
0.25 > F < 1.5 Mixed, mainly semidiurnal
1.5 > F < 3.0 Mixed, mainly diurnal
F > 3.0 Diurnal
53
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dari rumus Formzahl diatas, maka dapat diketahui bila tipe pasang surut daerah Singaraja
adalah pasang surut harian ganda.
- MLWL dan
- Muka surutan LLWL
MLWL
Z0 = 104 cm = Z0-(M2+S2)
= 1.04 m = 60 cm
= 0.6 m
- Tinggi muka air laut rata-rata (MSL)
LLWL Z0-(M2+S2)-
MSL = (MHWL + MLWL)/2 = (O1+K1)
= 0 cm = 20 cm
= 0 m = 0.2 m
- MHWL dan
HHWL - HAT (Tinggi pasang surut)
MHW HAT
L = Z0 + (M2+S2) = Z0 + åAi
Z0 +(M2 + S2 + N2 + P1 + O1
= 150 cm = + K1)
= 1.5 m = 218.914 cm
= 2.18914 m
HHWL
= Z0+(M2+S2)+(O1+K1)
= 190 cm - LAT (Rendah Pasang Surut)
LAT
= 1.9 m = Z0 - åAi
Z0 -(M2 + S2 + N2 + P1 + O1
= + K1)
2.67891
= 7 cm
0.02678
= 9 m
Keterangan :
HWL : Muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dlm 1 siklus pasut.
LWL : Kedudukan muka air terendah yang dicapai pada saat air surut dlm 1 siklus pasut.
MSL : Muka air rerata antara muka air tinggi dan muka air rendah rerata.
HHWL : Air tertinggi pada saat pasut purnama atau bulan mati.
LLWL : Air terendah pada saat pasut purnama atau bulan mati.
54
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Keterangan
55
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
BAB V
PERANCANGAN DERMAGA
5.1 Data Pelabuhan
5.1.1 Data Karakteristik Kapal
Tipe dan bentuk pelabuhan tergantung pada jenis dan karakteristik kapal yang akan
berlabuh. Perencanaan pembangunan pelabuhan harus meninjau pengembangan pelabuhan di
masa mendatang, dengan memperhatikan daerah perairan untuk alur pelayaran, kolam putar,
dermaga, tempat pembuangan, daerah daratan yang diperlukan untuk penempatan,
penyimpanan, maupun lokasi untuk pengangkutan barang-barang. Kedalaman dan lebar alur
pelayaran juga bergantung pada kapal terbesar yang bersandar di pelabuhan. Luas kolam
pelabuhan dan panjang dermaga sangat dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran kapal yang akan
berlabuh. Untuk keperluan perencanan pelabuhan tersebut, berikut ini terdapat kriteria
dimensi dan ukuran kapal yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
56
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dari data BPS tersebut, kemudian dilakukan perhitungan perkiraan jumlah kapal yang berlabuh dalam
sebuah pelabuhan untuk mengetahui lebar pelabuhan yang diperlukan, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Dimana :
57
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Lalu dilakukan perhitungan bobot rata-rata kapal untuk menentukan jenis tipe pelabuhan yang akan
digunakan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan bobot rata-rata kapal adalah sebagai berikut :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑅𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑙 = ((𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 x 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔 x
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑑𝑎𝑛𝑔) + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 x 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟))
A. Dermaga Pendaratan
58
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana :
ɣ : perbandingan antara waktu operasional pelabuhan dan waktu bongkar muatan ikan
L : panjang kapal
B. Dermaga Perlengkapan
C. Dermaga Tambat
Dimana :
B : lebar kapal
59
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
A. Kolam Pendaratan
Dimana :
L : panjang kapal
B : lebar kapal
B. Kolam Perbekalan
C. Kolam Tambat
60
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dengan :
B2 = 1.5 B
L2 = 1.1 Loa
D. Area Manuver
Dimana :
E. Kolam Putar
61
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dimana :
L : panjang kapal
Dimana :
Dimana :
62
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
5.2 Dredging
Pembangunan pelabuhan berada pada 1 meter daratan sehingga membutuhkan
dredging atau pengerukan sedalam 4 meter.
5.3 Struktur Breakwater
5.3.1 Perhitungan Breakwater
Perancangan breakwater menggunakan kemiringan atau slope sebesar 1 : 2
5.3.2 Elevasi Puncak Breakwater
Dilakukan perhitungan menggunakan bilangan irribaren
Dimana :
Ir : bilangan irribaren
63
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
5.3.3 Perhitungan Lebar Breakwater, Tebal Lapis Pelindung Utama & Lapis Bawah Serta
Jumlah Unit Lapis Pelindung Utama.
64
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
65
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
D. Toe Design
5.4 Settlement
66
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Dari data di atas kita dapat menghitung besar settlement yang terjadi di tempat dibangunnya
breakwater. Dengan rumus berikut maka besar settlement yang akan terjadi dapat dihitung.
Kemudian, kami mendapatkan data tanah di daerah Situbondo melalui jurnal sebagai berikut :
Perhitungan tegangan efektif menggunakan over consolidated karena tanah berada dibawah
pemukaan air dimana tanah pernah mendapatkan tegangan (adanya tegangan prakonsolidasi).
67
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
Pc : 𝛾 lempung x H lempung
W Breakwater : V Breakwater x 𝛾a
Δp : Wbreakwater / Abreakwater
CS : 1/5 x CC
U : 90%
t = [TV x Heff2] / CV
Dimana :
CC : indeks penyusutan
e0 : angka pori
Tv : faktor waktu
Cv : koefisien konsolidasi
Heff : tinggi tanah pada kedalaman efektif (pada tegangan efektif bekerja)
68
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
5.5 Sliding
69
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
BAB VI
70
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
71
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
6.2 Saran
Dalam proses perancangan bangunan, penulis hanya memahami perancangan struktur berdasarkan
teori dan formula, sehingga alangkah baiknya apabila penulis mendapatkan kesempatan untuk
mengunjungi contoh bangunan pantai secara nyata. Namun dengan keterbatasan keadaan, penulis
menyadari sepenuhnya jika Laporan Perencanaan Struktur Pantai ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis menerima kritik
yang membangun dari para pembaca.
72
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
13 LAMPIRAN
Tabel Data Angin Oktober 2004 – Oktober 2005
73
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
74
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
75
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
76
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
77
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
78
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
79
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
80
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
81
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
82
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
83
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
84
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
85
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
86
PERANCANGAN STRUKTUR PANTAI (B) MO184503
87