Anda di halaman 1dari 289

PERENCANAAN JEMBATAN,

dan
PRESERVASI JEMBATAN
PERATURAN-PERATURAN
PERENCANAAN JEMBATAN

 PERSYARATAN UMUM PERENCANAAN


 BEBAN JEMBATAN
 ANALISIS STRUKTUR
 FONDASI
 PERENCANAAN KONSTRUKSI KAYU
 PERENCANAAN KONSTRUKSI BETON
 PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA
 PERLETAKAN & SAMBUNGAN LANTAI
 PENILAIAN BEBAN
PERSYARATAN UMUM

PEMBEBANAN

PERENCANAAN FONDASI

PERENCANAAN BETON

PERENCANAAN BAJA
PERSYARATAN UMUM
PERENCANAAN JEMBATAN
DASAR UMUM PERENCANAAN

 Berdasarkan prosedur yang memberikan


kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterima
untuk mencapai suatu keadaan batas selama umur
rencana

 Faktor yang dipertimbangkan


– Kontinuitas
– Ketahanan semua komponen terhadap kerusakan
dan instabilitas sesuai umur rencana
– Perlindungan eksternal terhadap kemungkinan
adanya beban yang tidak direncanakan atau
beban berlebih
ASUMSI DAN ANGGAPAN PERENCANAAN

 Prosedur dan asumsi dalam perencanaan dan besarnya beban


rencana harus mengikuti ketentuan:
– Struktur direncanakan untuk menahan semua beban yang
mungkin bekerja
– Beban kerja dihitung berdasarkan besarnya aksi rencana
yang bekerja
– Perencanaan beban angin dan gempa direncanakan untuk
struktur yang berupa kesatuan untuk menahan beban
lateral total
– Gaya-gaya lain yang mungkin bekerja seperti gaya
prategang, beban crane, vibrasi, kejut, susut, rangkak,
perubahan suhu, perbedaan penurunan dan beban-beban
khusus lainnya yang mungkin bekerja
PRINSIP-PRINSIP UMUM
PERENCANAAN

 Harus berdasarkan prosedur yang memberikan


kemungkinan-kemungkinan yang dapat diterima
untuk mencapai suatu keadaan batas selama
umur rencana jembatan

 Keadaan batas :
- Keadaaan Batas Ultimit
- Keadaan Batas Layan
PERENCANAAN BERDASARKAN BEBAN DAN
KEKUATAN TERFAKTOR (PBKT)

 HARUS MEMENUHI KRITERIA KEAMANAN UNTUK SEMUA JENIS


GAYA DALAM SEMUA KOMPONEN STRUKTUR JEMBATAN

 Perencanaan PBKT dilakukan untuk mengantisipasi suatu kondisi


batas ultimit yang bisa terjadi:
– Keruntuhan lokal pada satu atau sebagian komponen struktur
jembatan
– Kehilangan keseimbangan statis karena terjadi keruntuhan atau
kegagalan pada sebagian komponen struktur atau keseluruhan
struktur
– Keadaan purna elastis atau purna tekuk dimana satu bagian
komponen jembatan atau lebih mencapai kondisi runtuh
– Kerusakan akibat fatik dan/atau korosi sehingga terjadi
kehancuran
– Kegagalan dari pondasi yang menyebabkan pergeseran yang
berlebihan atau keruntuhan bagian utama jembatan
KEADAAN BATAS ULTIMIT

 Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang menyebabkan


sebuah jembatan menjadi tidak aman

 Keadaan Batas ultimit terdiri dari :


- Kehilangan keseimbangan statis
- Kerusakan sebagian jembatan
- Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu
bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi runtuh
- Kehancuran dari bahan fondasi yang menyebabkan
pergerakan yang berlebihan atau kehancuran bagian
utama jembatan
PERENCANAAN BERDASARKAN BATAS
LAYAN (PBL)

 Untuk mengantisipasi suatu keadaan batas layan antara lain:

– Tegangan kerja dari suatu komponen struktur jembatan, yang


melampaui nilai tegangan yang diijinkan sehingga berpotensi
mengakibatkan kelelehan pada komponen baja
– Deformasi permanen dari komponen struktur jembatan yang
melampaui nilai deformasi ijinnya,
– Hal-hal lain yang menyebabkan jembatan tidak layak pakai pada
kondisi layan atau hal-hal yang menyebabkan kekhawatiran umum
terhadap keamanan jembatan pada kondisi layan akibat beban
kerja
– Vibrasi yang terjadi sehingga menimbulkan instabilitas atau
kekhawatiran struktural terhadpa keamanan jembatan pada
kondisi layan
– Bahaya permanen termasuk korosi dan fatik yang mengurangi
kekuatan struktur dan umur layan jembatan
– Bahaya banjir di daerah sekitar jembatan
KEADAAN BATAS DAYA LAYAN

Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi


jembatan sampai pada suatu nilai, sehingga :

 Tidak layak pakai


 Kekhawatiran umum terhadap keamanan

 Pengurangan kekuatan

 Pengurangan umur pelayanan


KEADAAN BATAS DAYA LAYAN

Keadaan Batas Daya Layan adalah :

 Perubahan bentuk
 Kerusakan permanen

 Getaran

 Penggerusan
UMUR RENCANA

Umur rencana jembatan permanen pada umumnya


diperkirakan 50 tahun, kecuali:

 Jembatan sementara ……… 20 tahun


 Jembatan khusus ………….. 100 tahun
JEMBATAN BALOK PELENGKUNG
JEMBATAN KABEL (CABLE STAYED)
JEMBATAN BETON BERTULANG
JEMBATAN GELAGAR BETON PRATEKAN
Bentangan jembatan
PERSYARATAN PILAR dan
KEPALA JEMBATAN

 Gangguan terhadap jalannya air terbatas


 Menghindarkan tersangkutnya benda hanyutan
 Memperkecil rintangan bagi pelayaran
 Letak diusahakan sedapat mungkin sejajar dengan
aliran arus banjir
JENIS TIPIKAL PILAR

TINGGI TIPIKAL
JENIS PILAR
0 10 20 30

Pilar balok dengan tiang


sederhana

Pilar kolom tunggal


Dianjurkan bentuk bulat pada aliran sungai

Pilar dinding
Ujung dibuat bundar, sesuaikan dengan
alinemen aliran air

Pilar Dua Kolom (ganda)


JENIS TIPIKAL PILAR

TINGGI TIPIKAL
JENIS PILAR
0 10 20 30

Pilar Dua Kolom (ganda)

Pilar portal dua tingkat

Pilar dinding - penampang I


RUANG BEBAS VERTIKAL

Paling sedikit 1,0 m antara titik paling rendah


bangunan atas jembatan dan tinggi muka
air banjir rencana pada keadaan batas
ultimit.
Ruang bebas horisontal & vertikal

Ruang bebas horisontal dan vertikal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan lalu lintas
kapal dengan mengambil free-board minimal 1,0 meter dari muka air banjir.
Ruang bebas vertikal jembatan di atas jalan minimal 5,1 meter.

Horizontal Clearance (Ruang bebas horizontal)


 Ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal
 US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah
 2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
 2 kali lebih besar dari lebar channel

Vertical Clearance (Ruang bebas vertikal)


 Ditentukan berdasarkan tinggi kapal yang lewat dalam kondisi balast dan permukaan
air tinggi
 Tinggi kapal memperhitungkan kondisi kapal yang ada & proyeksi ke depan
Kerusakan jembatan akibat
clearance
PERKIRAAN BANJIR RENCANA

 Tinggi muka air banjir sesuai dengan debit banjir


rencana

 Untuk perhitungan gerusan, muka air harus


merupakan banjir rencana terendah sesuai banjir
rencana

 Untuk perhitungan arus balik, muka air harus


merupakan banjir tertinggi sesuai banjir rencana
PERHITUNGAN DEBIT AIR BANJIR

2 1
R 3 S 2
V
n

V = Kecepatan rata-rata aliran air ( m/detik )


R = Jari-jari hidrolik = A/Wp ( m )
A = Luas penampang melintang aliran ( m2 )
Wp = Keliling basah penampang melintang aliran ( m )
S = Kemiringan dasar aliran
n = Koefisien kekasaran Manning

Debit : Q = A.V (m3/detik)


PERSYARATAN TAHAN GEMPA

Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam


perencanaan tahan gempa :

 Resiko gerakan-gerakan
 Reaksi tanah terhadap gempa di lapangan
 Sifat reaksi dinamis dari seluruh struktur
ANALISIS STRUKTUR UNTUK
BANGUNAN ATAS

Lebar tetap
Kondisi perletakan hampir ekuivalen dengan per-letakan
garis
Jembatan pelat yang dilaksanakan dengan meng-gunakan
perancah, sudut siku tidak boleh melebihi 200
Untuk BA dengan gel.memanjang dan pelat lantai
kantilever, kantilever tidak boleh lebih dari 60% dari jarak
rata-rata antar gelagar memanjang dan juga tidak lebih
dari 1,8 m.
POKOK-POKOK PERENCANAAN

Untuk Bangunan Atas, Bangunan Bawah dan Fondasi

Kriteria umum
 Kekuatan unsur struktural dan stabilitas keseluruhan
 Kelayanan struktural
 Keawetan
 Kemudahan pelaksanaan
 Ekonomis dapat diterima
 Bentuk estetika
 Fasilitas pemeliharaan
TAHAP PERENCANAAN

Tahap 1 Kumpulkan informasi yang diperlukan untuk


menjelaskan fungsi jembatan, geometri dan beban

Tahap 2 Gunakan informasi yang terkumpul dalam tahap


1 untuk menentukan semua hambatan geometrik pada
struktur yang diusulkan

Tahap 3 Dengan kreativitas tentukan daftar rencana


alternatif terbaik. Dalam batas hambatan geometrik yang
ditentukan dalam tahap 2, dipilih 2 atau 3 kombinasi
bang.bawah/pondasi/bang.atas yang memenuhi pokok
perencanaan secara baik
TAHAP PERENCANAAN

Tahap 4 Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk


alternatif terbaik dari tahap 3. Rencana-rencana sementara
tersebut memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai
kekuatan dan tujuan stabilitas

Tahap 5 Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut.


Perkiraan biaya tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
(bila ada) yang ekonomis dapat diterima

Tahap 6 Selesaikan rencana sementara yang menghemat


biaya dan buatlah: gambar rencana, laporan perencanaan dan
perkiraan biaya yang baru
TAHAP 1
PENGUMPULAN DATA

Lebar jembatan dan jumlah jalur


Lebar trotoir
Alinyemen jembatan
Geometri sungai
karakteristik aliran sungai
besaran-besaran tanah
perlengkapan umum
beban jembatan
jarak bebas vertikal dan horizontal
Bangunan atas yang tersedia
TAHAP 2
PENENTUAN HAMBATAN GEOMETRIK

 Alinemen jalan yang diusulkan


 Persyaratan aliran keadaan batas
 Potensi gerusan
 Lokasi bahan pondasi dan potensi kelongsoran tebing
 Lokasi dan lebar alur utama sungai
 Persyaratan konstruksi dan pelaksanaan
 Persyaratan pemeliharaan
 Aksi seismik
TAHAP 3
PENENTUAN RENCANA ALTERNATIF

 Rancangan percobaan
 Jenis dan dimensi bangunan atas dan bangunan bawah
tipikal :
* Bangunan atas kayu
* Bangunan atas baja, komposit
* Bangunan atas beton bertulang
* Bangunan atas beton prategang
* Bangunan bawah tanah dengan pondasi langsung,
sumuran dan tiang pancang
 Pilihan alternatif
LEBAR JEMBATAN DAN BEBAN

• Kelas A – 1,00 + 7,00 + 1,00 m


• Kelas B – 0,50 + 6,00 + 0,50 m

• Beban jembatan dibagi 2 yaitu:


– BM 100 – 100 % beban standar
– BM 70 - 70 % beban standar
Tipe bangunan atas jembatan
Gelagar Baja & Balok
Kayu
Lantai Kayu / Baja Cast in Place
Balok Box
Rangka Kayu
Beton
(Truss)
Composite :
Gelagar Baja + Lantai Beton
Baja
Beton Bertulang
Gelagar Pra-Fabrikasi Balok
Biasa
(Girder Bridge)

Superstructure Beton Pratekan Pre-tensioned Plat- Slab Units


Jembatan
Balok
Plat
Beton Biasa Balok
(Slab Bridge)
Kayu Box

Beam Units
Beton
Biasa Plat- Slab Units

Balok
Pelengkung
Beton Pratekan
(Arch)
Balok

Box
Baja
Post-tensioned
Balok

Pasangan Batu Beam Units


43
PEMBEBANAN
PENGELOMPOKAN

Aksi Tetap
Beban Lalu Lintas
Aksi Lingkungan
Aksi-aksi Lainnya
KLASIFIKASI

Aksi tetap
Aksi transient
BEBAN JEMBATAN
Ketahui Aksi Yang Terkait

Tidak Apakah Aksi2 Tercantum


Dalam Peraturan
Hitung aksi dan pilih Ya
faktor beban
Cek Terhadap Beberapa Pengaruh Yang
Sifatnya Mengurangi

Ubah aksi nominal ke dalam aksi rencana


dengan menggunakan faktor beban

Aksi rencana ultimit Aksi rencana daya lainnya

Cek kombinasi

Kombinasi rencana akhir


ISTILAH-ISTILAH

Beban pelaksanaan termasuk beban sementara yang mungkin


bekerja pada bangunan secara menyeluruh atau sebagian
selama pelaksanaan
Beban mati yang dimaksud adalah beban tetap
Aksi rencana adalah aksi nominal yang telah bertambah atau
berkurang karena adanya faktor beban yang diberikan
dalam tata cara ini
Lajur lalu-lintas rencana adalah lajur dengan lebar 2,75 m dari
jalur yang digunakan dimana pembebanan lalu lintas
bekerja
Jangka waktu aksi adalah perkiraan lamanya aksi bekerja
dibandingkan dengan umur rencana jembatan. Ada dua
macam kategori jangka waktu yaitu Aksi tetap dan Aksi
transient
ISTILAH-ISTILAH
Aksi tetap adalah aksi yang bekerja sepanjang waktu dan
bersumber pada sifat bahan jembatan, cara jembatan dibangun
dan bangunan lain yang mungkin menempel pada jembatan

Aksi transient adalah aksi yang bekerja dengan waktu yang


pendek, walaupun mungkin sering terjadi

Aksi lingkungan termasuk pengaruh yang timbul akibat


temperatur, angin, aliran air, gempa dan penyebab-penyebab
alamiah lainnya

Beban hidup yang dimaksud adalah beban transient


ISTILAH-ISTILAH

Faktor beban adalah pengali numerik yang digunakan pada aksi


nominal untuk menghitung aksi rencana. Faktor beban diambil
untuk :
adanya perbedaan yang tidak diinginkan pada beba
Ketidak-tepatan dalam memperkirakan pengaruh
pembebanan
adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam
pelaksanaan

Aksi nominal apabila data statistik tersedia aksi nominal adalah


yang cukup untuk periode ulang 50 tahun, maka harga nominal
diambil kira2 ekivalen periode ulang 50 tahun
ISTILAH-ISTILAH

Faktor Beban Biasa digunakan apabila pengaruh dari aksi


rencana mengurangi keamanan

Faktor beban terkurangi digunakan apabila pengaruh dari aksi


rencana adalah menambah keamanan

Beban Lalu-lintas termasuk seluruh beban hidup, arah vertikal


dan horizontal, akibat aksi kendaraan pada jembatan termasuk
hubungannya dengan pengaruh dinamis, tetapi tidak termasuk
akibat tumbukanA
BEBAN LALU LINTAS

FAKTOR BEBAN
JANGKA
WAKTU
KTDS KTDU

Transient 1,0 1,8


BEBAN TRUK
FAKTOR DISTRIBUSI UNTUK PEMBEBANAN TRUK

Jenis bangunan atas Jembatan jalur tunggal Jembatan jalur majemuk

S/4,2 S/3,4
Pelat lantai beton di atas:
(bila S > 3,0 m lihat Catatan 1) (bila S > 4,3 m lihat Catatan 1)
 balok baja I atau balok
S/4,0 S/3,6
beton pratekan
(bila S > 1,8 m lihat Catatan 1) (bila S > 3,0 m lihat Catatan 1)
 balok beton bertulang T
S/4,8 S/4,2
 balok kayu
(bila S > 3,7 m lihat Catatan 1) (bila S > 4,9 m lihat Catatan 1)

Lantai papan kayu S/2,4 S/2,2

Lantai baja gelombang tebal


S/3,3 S/2,7
50 mm atau lebih

Kisi-kisi baja: S/2,6 S/2,4


 kurang dari tebal 100 S/3,6 S/3,0
mm (bila S > 3,6 m lihat Catatan 1) (bila S > 3,2 m lihat Catatan 1)
 tebal 100 mm atau lebih

CATATAN 1 Dalam hal ini, beban pada tiap balok memanjang adalah reaksi beban roda dengan menganggap lantai antara gelagar
sebagai balok sederhana.
CATATAN 2 Geser balok dihitung untuk beban roda dengan reaksi 2S yang disebarkan oleh S/faktor  0,5.
CATATAN 3 S adalah jarak rata-rata antara balok memanjang (m).
BEBAN TERBAGI RATA

Beban terbagi rata UDL mempunyai intensitas q kP dimana


besarnya q tergantung pada panjang total yang dibebani L
sebagai berikut:

Lm : q = 9,0 kPa


L > 30 m : q = 9,0 (0,5 + 15/L) kPa
BEBAN GARIS

Beban garis : Satu KEL dengan intensitas p kN/m harus


ditempatkan tegak lurus dari arah lalu lintas pada
jembatan.
Besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m
BEBAN LAJUR “D”
PENYEBARAN BEBAN “D”
Beban “D” harus disusun pada arah melintang sedemikian
rupa sehingga menimbulkan momen maksimum. Penyusunan
komponen-komponen UDL pada arah melintang harus sama.

Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan


5,5 m, maka beban “D” harus ditempatkan pada seluruh jalur
dengan intensitas 100%

Untuk lebar jalur kendaraan lebih dari 5,5 m, maka harus


digunakan tabel penentuan lebar lajur, dan penggunaan lebar
beban merata dan garis disesuaikan dengan jumlah lajur yang
telah ditentukan ( n x 2,75)
BEBAN TERBAGI RATA (BTR) vs PANJANG
YANG DIBEBANI

10
9
8
7
6
BTR

5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Panjang dibebani (m)
PENYEBARAN PEMBEBANAN ARAH
MELINTANG

b
nl x 2,75
SUSUNAN
PEMBEBANAN “D”
FAKTOR BEBAN DINAMIS UNTUK BEBAN GARIS
TERPUSAT (BGT)

50

40

30
FBD

20

10

0
0 50 100 150 200
Bentang (m)
Beban Rem

Besaran gaya rem yang digunakan adalah 5% terhadap beban


garis dengan mengikuti ketentuan besaran jumlah lajur yang
digunakan dan letak gaya rem berada 1,8 m di atas lantai
kendaraan

Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang bentang


melebihi 30 m, digunakan rumus 1: q = 9 kPa.

Faktor beban ultimit terkurangi sebesar 40% boleh digunakan


untuk pengaruh beban lalu lintas vertikal

Pembebanan lalu lintas 70% dan faktor pembesaran di atas 100%


BGT dan BTR tidak berlaku untuk gaya rem
GAYA REM PER LAJUR 2,75 M

500

400

300
Gaya rem (kN)

200

100

0
0 50 100 150 200 250
Bentang (m)
Gaya Sentrifugal
Besarnya gaya sentrifugal ditentukan
oleh rumus di bawah ini, dan berlaku
hanya untuk beban merata yang
bekerja pada elevasi 1,8 m di atas
permukaan lantai kendaraan
V2
TTR  0,79 TT
Beban lajur D tidak dikalikan dengan FBD r
dan tidak direduksi untuk bentang >
30 m dengan
q = 9 kPa TTR = gaya sentrifugal
Tt = pembebanan lalu lintas total
Untuk beban 70% dan faktor pembesaran V = kecepatan lalau lintas rencana (km/jam)
di atas 100% BGT dan BTR, gaya
R = jari-jari lengkungan (m)
sentrifugal berlaku
PEMBEBANAN UNTUK PEJALAN KAKI
Pembebanan untuk Pejalan Kaki

 Direncanakan dengan beban nominal 5 kPa

 Berlaku untuk jembatan pejalan kaki dan trotoar

 Trotoar untuk jembatan ringan atau ternak harus


direncanakan untuk memikul beban hidup terpusat
sebesar 20 kN.
GAYA TUMBUKAN

 Untuk jembatan layang, diperhitungkan harus


dapat menahan beban statis ekivalen 100 kN
dengan sudut 100
 Beban ini bekerja 1,8 meter di atas permukaan
jalan
 Untuk jembatan yang melintas di atas jalan KA,
mengikuti persayaratan peraturan PJKA
 Untuk jembatan di atas sungai sebagai lalu lintas
air, harus ditinjau tipe, ukuran, berat dan
kecepatan kapal yang melintas
FAKTOR BEBAN TRANSIENT

FAKTOR BEBAN
GAYA REM KTBS = 1,0 KTBU = 2,0
GAYA SENTRIFUGAL KTRS = 1,0 KTRU = 2,0

PEJALAN KAKI KTPS = 1,0 KTPU = 2,0

TUMBUKAN KTCS = 1,0 KTCU = 1,0

ALIRAN AIR, BENDA


LIHAT
HANYUTAN DAN TUM- KEFS = 1,0
BUKAN BATANG KAYU TABEL
PERIODE ULANG untuk KECEPATAN AIR

PERIODE ULANG FAKTOR


KEADAAN BATAS
BANJIR BEBAN
DAYA LAYAN UNTUK SEMUA
20 TAHUN 1,0
JEMBATAN

ULTIMIT :
Jembatan Besar Dan Penting 100 tahun 2,0

Jembatan Permanen 50 tahun 1,5

Gorong-gorong 50 tahun 1,0

Jembatan Sementara 20 tahun 1,5


GAYA ANGKAT MELINTANG
DALAM ARAH TEGAK LURUS GAYA SERET

TEF  0,5Cd (VS ) AL

Vs = kecepatan air (m/dt)


Cd = koefisien angkat
AL = Luas proyeksi pilar sejajar aliran (m2) dengan tinggi sama dengan kedalaman aliran
KOEFISIEN SERET

 Gaya akibat benda hanyutan


CD = 1,04
AD = luas proyeksi benda hanyutan

 Jika tidak ada data yang tepat, proyeksi benda hanyutan dihitung
dengan cara:

– Anggapan kedalaman minimum benda hanyutan 1,2 m di bawah


muka air banjir dengan panjang ½ panjang bentang yang
berdekatan atau 20 m , diambil yang terkecil
– Jembatan yang bangunan atas terendam, kedalaman benda
hanyutan adalah bangunan atas yang terendam + 1,2 m dan
kedalaman maksimum 3 m, dengan panjang ½ bentang yang
terdekat untuk gaya yang bekerja pada pilar.
KOEFISIEN SERET

M (Va ) 2
 Gaya akibat tumbukan dengan TEF  [kN ]
d
batang kayu
– Dianggap mempunyai
massa minimum 2 ton M = massa batang kayu = 2 ton
hanyut pada kecepatan Va = kecepatan air permukaan (m/dt)
aliran rencana atau 1,4 x kecepatan rata-rata Vs
D = lendutan elastis ekuivalen (m)
BEBAN ANGIN

TEW  0,0006 CW (VW ) 2 AB TEW  0,0012 CW (VW ) 2 Ab [ kN ]

VW = kecepatan angin rencana (m/s) untuk CW = 1,2


keadaan batas yang ditinjau
CW = koefisien seret Kecepatan angin rencana:
Ab = luas koefisien bagian samping (m2) Daya layan – 5 km dari pantai 30 m/s
> 5 km dari pantai 25 m/s
Luas ekuivalen bagian samping Ultimit – 5 km dari pantai 35 m/s
jembatan = luas total bagian yang
masif dalam arah tegak lurus sumbu > 5 km dari pantai 30 m/s
memanjang jembatan. Jembatan
rangka ekuivalen ini dianggap 30%
luas yang dibatasi batang-batang
bagian terluar
PENGARUH GEMPA

Beban horizontal statis



T *
 K h IWT
ekuivalen EQ

K h  CS

T*EQ = gaya geser dasar total dalam arah yang ditinjau (kN)
Kh = koefisien beban gempa horizontal
C = koefisien geser dasar untuk daerah, waktu dan kondisi setempat
I = faktor kepentingan
S = faktor tipe bangunan
WT = berat total nominal bangunan yang mempengaruhi percepatan gempa (
beban mati + beban mati tambahan) kN
AKSI-AKSI LAIN

 Gesekan pada perletakan


– Gaya akibat gesekan pada perletakan dihitung dengan
menggunakan beban tetap dan haga rata-rata dari koefisien
gesekan
– Diizinkan lendutan statis yang relatif besar akibat beban hidup
dengan menjamin syarat kelelahan bahan
 Pengaruh getaran
– Jembatan – dihitung dalam keadaan batas daya layan,
pembebanan “beban lajur D” dengan faktor beban 1,0
– Jembatan penyeberangan
– Jembatan bentang panjang atau bangunan yang lentur
 Beban pelaksanaan
– Beban yang disebabkan oleh aktivitas pelaksanaan
– Aksi lingkungan yang mungkin timbul selama waktu pelaksanaan
JENIS PONDASI

Pondasi dangkal Pondasi langsung


Pondasi sumuran

Pondasi

Baja

Kayu
Tiang pancang
Pondasi dalam
Beton
Tiang Bor

Sumuran
DIMENSI PONDASI TIPIKAL

Tiang Pancang
Pondasi
Uraian Sumuran
langsung Baja Tiang pipa T.P.Beton T.P.beton
Tiang H baja Pracetak Pratekan

Diameter nominal 100X100 to


- 2000
400X400
300-600 300-600 400-600
(mm)

Kedalaman maksi- tidak tidak


5 15 30 60
mum (m) terbatas terbatas

Beban maksimum
ULS (KN) untuk 20.000 + 20.000 + 3.750 3.000 1.300 13.000
keadaan biasa

Variasi optimum
Beban ULS (KN) - - 500-1.500 600-1.500 500-1.000 500-5.000
Dasar Perencanaan Fondasi Dangkal

• Beban dan reaksi yang meliputi aspek perhitungan aksi beban dan reaksi serta
reaksi dari pondasi yang sendirian dan yang berkelompok.
• Momen lentur yang meliputi aspek perhitungan penampang kritis dan distribusi
dari pembesian.
• Gaya geser yang meliputi aspek perhitungan penampang kritis, dan tulangan
geser bila jenis strukturnya memungkinkan.
• Pembesian tulangan yang meliputi aspek penyaluran panjang dan penampang
kritis.
• Transfer gaya pada dasar kolom yang meliputi aspek perhitungan transfer gaya
vertikal dan lateral, perletakan, penulangan, ukuran dowel, penyaluran panjang,
dan splicing.
PONDASI LANGSUNG

PERSYARATAN :

*Cukup kuat daya dukung ada < daya


dukung izin
* Aman terhadap geser n > 1,5
* Aman terhadap guling n > 1,5
* D > kedalaman scouring maksimum h tanah timbunan
* h < tinggi izin timbunan

tanah asli
D
Dasar Perencanaan Fondasi Sumuran

Kapasitas rencana sebuah pondasi sumuran dapat ditentukan dari


kondisi berikut:

• Keseimbangan dalam arah vertikal, horisontal dan rotasi harus


dipenuhi di bawah beban yang bekerja dan reaksi tanah.
• Di bawah pembebanan eksentris atau miring, pondasi dapat
dianggap berputar secara kaku terhadap suatu titik pada dasar
pondasi.
• Tahanan horisontal tanah dapat dianggap terdiri dari tekanan
tanah efektif (pasif dikurangi aktif) yang bekerja pada kedalaman
efektif dari sumuran.
Dasar Perencanaan Fondasi Sumuran

• Reaksi tanah vertikal dapat dianggap bekerja secara eksentris,


terhadap sumbu (as) sumuran, yang mana penting untuk
mendapatkan keseimbangan gaya-gaya yang bekerja.
• Gaya dukung vertikal kemudian didistribusikan secara merata pada
daerah dasar sumuran di mana pusatnya pada eksentrisitas yang
sama dengan reaksi tadi.
• Suatu gaya horisontal dapat dianggap bekerja pada dasar sumuran,
dibatasi pada harga tahanan geser gelincir. Gaya ini dapat bekerja
dalam arah yang dikehendaki untuk mendapatkan keseimbangan
horisontal.
PONDASI SUMURAN

PERSYARATAN:
h •Cukup kuat -
•daya dukung terjadi < Daya
dukung izin
•d > 3 M
•h < h izin timbunan
•D > kedalaman scouring
Max scouring (s)
D
•Bila D < s < D’, maka perlu
protection
D’
d
PERENCANAAN FONDASI TIANG

Kapasitas fondasi > kapasitas beban dengan syarat:

• Kondisi pembebanan A
– Kapasitas fondasi harus proporsional dengan bahan yang digunakan
• Kondisi pembebanan B
– Kapasitas pondasi ditentukan oleh kapasitas daya dukung tanahnya
– Daya dukung berdasarkan hasil penyelidikan tanah
– Digunakan faktor pengali sesuai dengan kondisi batas yang
digunakan
• Kondisi pembebanan C
– Ditentukan oleh kestabilan longsor atau puntir termasuk lingkaran
gelincir
– Faktor dikalikan sesuai dengan faktor kondisi batas yang digunakan
PERENCANAAN KEADAAN BATAS

• Suatu keadaan dimana deformasi/ perubahan


bentuk dalam tanah akan menyebabkan
kerusakan atau kehilangan kemampuan
pelayanan struktur

• Keadaan batas ultimit adalah batas dimana


melibatkan kehilangan keseimbangan statis atau
hancurnya bagian kritis struktur akibat
pergerakan dalam tanah
PERENCANAAN TEGANGAN KERJA

• Metoda perencanaan tegangan kerja dapat


digunakan untuk kondisi pembebanan A, B
tetapi tidak dianjurkan untuk kondisi
pembebanan C

• Faktor keamanan dalam segala hal > 2


PERSYARATAN GEOTEKNIK

• Pondasi dengan kedalaman ≥ 10 m dengan lapisan :


– Tanah kohesif yang sifatnya bervariasi daeri sangat lembek,
lembek, teguh atau kenyal
– Tanah non kohesif yang sifatnya bervariasi sangat lepas, lepas
atau agak padat

• Lapisan tanah keras dengan nilai sondir qc ≥ 15 kPa atau penetrasi


N ≥ 50 dan terletak pada kedalaman ≥ 10 meter
Dasar Perencanaan Fondasi Tiang
Kedalaman tiang harus ditentukan dengan mempertimbangkan :

• Daya dukung atau sifat kompresibilitas tanah atau batuan.


• Penurunan yang diijinkan dari struktur.
• Perkiraan kedalaman gerusan.
• Kemungkinan pergerakan tanah.
• Penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang berdekatan
dengan pondasi.
• Letak dan kedalaman pondasi dari struktur yang berdekatan.
• Muka air tanah.
Perencanaan Fondasi Tiang PBL
• Penurunan
– Penurunan dari satu tiang dapat ditentukan dengan analisis teori dengan menggunakan
data investigasi lapangan, test beban atau kombinasi keduanya.
– Terdapat dua persamaan untuk menghitung penurunan, yang satu untuk tiang gesekan
yang tertanam dalam lapisan tanah yang seragam dan yang satu lagi untuk tiang didukung
dasar yang terletak pada lapisan yang kaku.
– Kriteria pergerakan tiang dalam arah vertikal dan horisontal akan diberikan kemudian
dalam penyusunan peraturan rinci.

• Lendutan lateral dan rotasi


– Lendutan lateral dan rotasi suatu tiang vertikal tunggal dengan memperhatikan kondisi
modulus tanah yang seragam atau yang meningkat secara linier terhadap kedalaman
dapat dihitung dengan rumus-rumus yang tersedia.
– Disini perlu ditinjau kondisi kepala tiang apakah bebas atau terjepit.
Perencanaan Fondasi Tiang PBL

• Gesekan permukaan negatif


– Gesekan permukaan negatif pada tiang dianggap
sama dengan kekuatan tanah tidak terfaktor.
– Gaya tarik gesekan negatif tidak terfaktor harus
ditambahkan pada beban mati vertikal yang bekerja
pada pondasi dalam untuk menghitung penurunan
Perencanaan berdasarkan PBKT

• Kapasitas aksial tiang


• Beban tegak dan beban miring pada kelompok
tiang
• Tahanan lateral tiang
• Gaya angkat
• Tiang-tiang tertekuk
• Gesekan permukaan negatif
Perencanaan berdasarkan PBKT
Ketahanan ultimit dari rencana tiang harus ditentukan dengan salah
satu atau lebih cara seperti tertera di bawah ini :

• Analisis statis dengan menggunakan data investigasi lapangan


dengan melihat dua kondisi yang ada tiang tunggal dan tiang dalam
kelompok / grup.
• Analisis dinamis dengan menggunakan data yang diperoleh
sewaktu tiang dipancang yaitu rumus pemancangan tiang atau
analisis persamaan gelombang atau solusi dinamik bentuk
tertutup.
• Test pembebanan statis
Perencanaan berdasarkan PBKT
Gaya angkat
• Kapasitas angkat tiang-tiang bersisi paralel tidak boleh melebihi 50
% kapasitas gesek permukaan aksial terfaktor dari masing-masing
tiang yang dihitung dengan rumus-rumus geoteknik.
• Pengaruh kelompok dapat diperhitungkan dengan menggunakan
50% blok ekivalen, apabila nilai yang dihitung tidak melebihi 50 %
kapasitas angkat total masing-masing tiang.
• Tiang yang dilapisi maupun tiang yang ujungnya lebih kecil dari
kepala, tidak boleh digunakan untuk menahan gaya angkat.
Perencanaan berdasarkan PBKT
Gesekan permukaan negatif

• Pada keadaan batas ultimit, gesekan permukaan negatif tidak


terfaktor yang disebabkan oleh gaya negatif tiang-tiang telanjang
(tidak dilapisi) dianggap sama dengan 1,25 kali kekuatan tanah
terfaktor
• Gaya tarik gesekan negatif terfaktor harus ditambahkan pada
beban mati vertikal terfaktor yang diaplikasikan pada pondasi
dalam sewaktu menilai kapasitas dukung tiang
KONDISI TANAH DENGAN PERHATIAN KHUSUS

TIPE URAIAN KOMENTAR


Tanah Tanah organik, lempung Kuat geser rendah dan kompresibilitas tinggi
sangat plastis

Lempung sensitif Berpotensi kehilangan kuat geser besar setelah


regangan besar
Tanah mengandung mika Berpotensi mempunyai kompressibilitas tinggi

Lempung/lanau ekspansif Berpotensi mempunyai ekspansi besar dengan


pe,basahan
Tanah berpotensi Kehilangan kuat geser yang sempurna dan mengalami
likuifaksi deformasi tinggi akibat beban dinamis seperti gempa

Tanah labil Berpotensi mengalami deformasi besar dengan


pembasahan
Tanah mengandung prit Berpotensi mengalami ekspansi besar dengan oksidasi

Batuan yang terlaminasi Kuat geser rendah ketika beban horizontal sebagai
anisotropi yang tinggi dan adanya lapisan lemah
KONDISI TANAH DENGAN PERHATIAN KHUSUS

TIPE URAIAN KOMENTAR


Batuan Serpih ekspansif Berpotensi terjadi ekspansi besar ketika basah

Batu mengandung Berkembang ketika terekspos ke air atau udara


prit
Batuan larut Dapat larut dengan pengaliran (limestone, limerock,
gypsum)
Serpih berumur kapur Sebagai indikator adalah merusak air tanah

Batuan lempung Kuat geser rendah dan degradasi terjadi ketika


lulnak terekspos ke air atau udara
Batu gneis dan batu Distorsi yang tinggi dengan kerusakan akibat angin
sekis dan air yang tidak tentu dan kontinuitas yang tinggi

Subsidence Tipikal pada area di bawah tanah pertambangan atau


ekstraksi air tanah
sinkhole Topografi karst, tipikal pada area di bawah garis
dengan batu karbonat
PERSYARATAN UMUM MINIMUM

Persyaratan umum minimum penyelidikan tanah adalah (apabila


memungkinkan):

 Lapisan tanah meliputi:


– Kedalaman, ketebalan dan ragam lapisan
– Identifikasi dan klasifikasi
– Parameter teknis yang terkait (kuat geser, kompresibilitas, kekakuan,
permeabilitas, potensi ekspansif atau potensi runtuh)
 Lapisan batuan
– Kedalaman sampai ke batuan
– Identifikasi dan klasifikasi
– Kualitas ( soundness, kekerasan, jointing dan keberadaan joint filling,
Ketahanan terhadap cuaca jika terkspos dan solutioning)
– Kuat tekan (tekan unaksial, indeks beban titik
 Elevasi air tanah
 Elevasi permukaan tanah
 Kondisi lokal yang memerlukan persyaratan khusus
PERENCANAAN PONDASI TIANG

Kedalaman tiang harus ditentukan dengan mempertimbangkan:

– Daya dukung dan sifat kompresibilitas tanah atau batuan


– Penurunan yang diijinkan dari struktur
– Perkiraan kedalaman gerusan
– Kemungkinan pergerakan tanah
– Penggalian atau pengerukan di kemudian hari yang
berdekatan dengan pondasi
– Letak dan kedalaman pondasi struktur yang berdekatan
– Muka air tanah
PERENCANAAN PONDASI TIANG

Tiang dalam tanah timbunan

– Penetrasi minimum 3 meter kecuali pada batuan


lunak atau lepas
– Bahan timbunan terdiri dari tanah pilihan dan tidak
mengganggu penetrasi tiang yang disyaratkan
– Ukuran maksimum butiran batu yang digunakan <
30 mm
– Pra pengeboran mungkin diperlukan
PERENCANAAN PONDASI TIANG

Jarak tiang dan kedalaman tiang masuk ke dalam cap

– Jarak minimum tiang yang paralel 5,0 d


– Tiang yang tidak paralel mempunyai jarak pada kedalaman
2,5 d + 0,02 y atau 3,5 d
– dimana y=jarak antar tiang minimum pada kedalaman y dan
d = diameter tiang atau lebar terkecil tiang, satuan y dan d
harus sama
– Jarak tiang ke tepi > 250 mm
– Kepala tiang minimum tertanam ke dalam beton > 300 mm
STANDAR PERENCANAAN BETON

 Digunakan untuk perencanaan jembatan jalan raya


dan jembatan pejalan kaki
 Untuk bentang < 100 meter
 Jenis beton normal yang mempunyai kuat tekan
s/d 60 MPa
SIFAT DAN KARAKTERISTIK BETON

 Kuat tekan
– Adalah kuat tekan fc’ 28 hari
– Benda uji silinder diameter 150
mm dan tinggi 300 mm
– Kemungkinan kegagalan 5%
– < 20 MPa tidak digunakan sebagai
beton struktur

 Kuat tarik f ct  0,33 f c'

 Kuat tarik lentur f cf  0 , 6 f c'


TEGANGAN IJIN BETON

 Tegangan ijin tekan pada kondisi batas layan 0,45


fc’
 Tegangan ijin tekan pada kondisi beban sementara
atau kondisi transfer gaya prategang untuk
komponen beton prategang < 0,6 fc’
 Tegangan ijin tarik pada kondisi batas layan untuk
beton prategang 0,5 √fc’
 Tegangan ijin tarik pada kondisi transfer gaya
prategang
– Serat terluar mengalami tarik < 0,25 fc’ kecuali
untuk struktur sederhana dan mengalami tarik
tetapi < 0,5 fc’
MODULUS ELASTISITAS

 Tergantung mutu beton


yang dipengaruhi oleh
material dan proposrsi
campuran beton

 Menggunakan beton normal 


EC  w1c,5 0,043 f c' 
dengan kuat tekan
maksimum 60 MPa

 Untuk massa beton sekitar 4700 f c'


2400 kg/m3 Ec dapat diambil
SUSUT BETON

 Nilai regangan susut  cs.u  780 10 6 cs


rencana beton pada umur t
(hari) adalah

 cs .t  t / 35  t  cs .u
cs  K .K .K .K .K .K
s
h
s
d
s
s
s
f
s
b
s
ac

t= umur beton yang dirawat basah di lokasi pekerjaan, terhitung


cs.t = nilai regangan susut beton pada umur t sejak 7 hari setelah pengecoran [hari]
hari, dan Khs=faktor pengaruh kelembaban relatif udara setempat [H (%)]
cs.u = nilai susut maksimum beton, yang Kds=faktor pengaruh ketebalan komponen beton [d (cm)]
besarnya bisa diambil sebagai: Kss=faktor pengaruh konsistensi (slump) adukan beton [s (cm)]
Kfs=faktor pengaruh kadar agregat halus dalam beton [F (%)]
Kbs=faktor pengaruh jumlah semen dalam beton [C (kg/m3)]
Kacs=faktor pengaruh kadar udara dalam beton [AC (%)].
KEKUATAN BAJA TULANGAN

 Kuat tarik putus ditentukan dari hasil pengujian


 Kuat tarik leleh tulangan tidak lebih dari 550 MPa
 Tegangan ijin pembebanan tetap
– fy = 300 MPa, tidak boleh lebih dari 140 MPa
– fy = 400 MPa, tidak boleh lebih dari 170 MPa
– Tulangan lentur pelat satu arah dengan bentang < 4 m tidak boleh
diambil melebihi 0,50 fy namun tidak lebih dari 200 MPa
 Tegangan ijin pembebanan sementara
– Boleh ditingkatkan 30% dari nilai tegangan ijin pada pembebanan
tetap.
PERSYARATAN SELIMUT BETON
UNTUK PEMADATAN STANDAR
Tebal selimut beton nominal [mm] untuk beton dengan kuat
tekan fc’ yang tidak kurang dari
Klasifikasi
lingkungan
20 MPa 25 MPa 30 MPa 35 MPa 40 MPa

A 35 30 25 25 25

B1 (65) 45 40 35 25

B2 - (75) 55 40 35

C - - (90) 70 60
PERSYARATAN UMUM PERENCANAAN
STRUKTUR BAJA

 Dasar umum perencanaan


 Asumsi dan anggapan perencanaan
 Perencanaan berdasarkan beban dan kekuatan
terfaktor (PBKT)
 Perencanaan berdasarkan batas layan (PBL)
 Metode analisis
 Metode perencanaan khusus
SIFAT KARAKTERISTIK MATERIAL BAJA

Jenis baja Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan


minimum fu (MPa) minimum, fy minimum (%)
(MPa)
BJ 34 340 210 22

BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
PEKERJAAN BETON
PENGENDALIAN MUTU BETON
Sebelum Pada saat Setelah
pelaksanaan pelaksanaan pelaksanaan

PENAKARAN PERAWATAN
SELEKSI MATERIAL (Berat atau volume) (waktu, cara)

BAHAN DAN PENCAMPURAN


TEMPAT KERJA (homogenitas, kapasitas) Pembongkaran
acuan
TRANSPORTASI
RANCANGAN (cara, alat,
CAMPURAN waktu perjalanan)

PENGECORAN
(jenis konstruksi, waktu
PERALATAN
Setting)
(JUMLAH,
KONDISI)
PEMADATAN, FINISHING

PEMBUATAN BENDA UJI


MUTU BETON

Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi:

• Mutu tinggi 35-65 MPa atau K 400-800 kg/cm2 untuk beton


prategang seperti tiang pancang, gelagar, plat
• Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk
beton bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton,
diafragma, kerb beton pracetak, gorong-gorong
• Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk
struktur beton tanpa tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan
batu kosong
• Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk
lantai kerja, penimbunan kembali dengan beton
Persyaratan Bahan

• Semen
– Jenis semen portland sesuai SNI
– Hanya satu merk dalam satu campuran
• Air
– Bersih, bebas dari bahan organik seperti minyak, garam, asam,
basa, gula
– Lolos pengujian sesuai AASHTO T 26
• Agregat
– Ketentuan gradasi agregat sesuai ketentuan
– Ukuran maksimum agregat kasar ¾ jarak bersih tulangan
– Sifat agregat harus bersih, kuat, keras dan berasal dari
pemecahan batu
– Bebas bahan organik
Persyaratan Kerja
Pengajuan Kesiapan Kerja

– Kontraktor harus
mengirimkan contoh semua
bahan yang akan digunakan
dan dilengkapi dengan data
pengujian seluruh sifat bahan

– Kontraktor harus
mengirimkan rancangan
campuran untuk masing-
masing mutu beton 30 hari
sebelum dilaksanakan untuk
kemudian dilakukan
pembuatan trial mix dalam
langkah membuat job mix.

– Kontraktor menyerahkan
secara tertulis hasil pengujian
pengendalian mutu
Pengajuan Kesiapan Kerja

– Untuk pengujian kuat tekan beton (4 pasang) dengan umur 3


hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran,
hasil trial mix dibandingkan dengan desain mix dari lab. Sesuai
target kekuatan

– Kontraktor mengirim detail gambar dan perhitungan rinci untuk


perancah yang digunakan

– Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan minimal 24


jam sebelum dilakukan pencampuran, pengecoran setiap jenis
beton disertai metode pelaksanaannya, kapasitas alat yang
digunakan, personil, jadwal pelaksanaan untuk mendapat
persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
RANCANGAN CAMPURAN

• Rancangan campuran awal


– didapat dari mix design laboratorium,
– setelah dilakukan pengujian bahan beton (semen, agregat kasar,
agregat halus dan air)

• Rancangan percobaan (trial mix) –


– dilakukan pencampuran di lapangan sesuai dengan hasil mix design
laboratorium,
– apabila terjadi ketidak sesuaian dilakukan penyesuaian campuran,
– Pengambilan benda uji untuk trial mix adalah 4 pasang (pengujian 3
hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari)
– Target yang harus dicapai adalah kuat tekan yang dihasilkan oleh
laboratorium
– Setelah target tercapai maka trial mix dapat digunakan sebagai job
mix
Bahan dan Tempat kerja

• Penyimpanan dan perlindungan bahan


– Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang
terlindung, lantai kayu yang lebih tinggi 30 cm dari permukaan tanah
dan ditutup dengan plastik dan tidak lebih dari 3 bulan sejak tanggal
penyimpanan di lokasi pekerjaan.
– Agregat harus terlindung dan tidak langsung terkena matahari dan
hujan sepanjang waktu pengecoran.

• Kondisi tempat kerja


– Untuk pengecoran bangunan atas jembatan harus terlindung dari sinar
matahari secara langsung
– Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila tingkat penguapan
melampaui 1,0 kg/m2/jam dan selama turun hujan, udara penuh debu
atau tercemar.
Pengaruh suhu beton, suhu
udara, kelembaban relatif dan
kecepatan angin pada laju
penguapan air permukaan beton

Suhu Beton =
0,1 Suhu Pasta semen +
0,3 Suhu air +
0,6 Suhu agregat
Pedoman Awal
Rancangan campuran

Mutu beton Rasio Kadar semen


Ukuran agregat Air/semen
Jenis beton max Minimum
f’c (MPa) ’bk (kg/cm2) (Max-mm)
Thd berat (kg/m3)

Mutu tinggi > 50 > K 600 - - -

45 K 500 19 - 37 0,40 455 - 395

38 K 450 19 - 37 0,425 430 - 370

35 K 400 19 - 37 0,45 405 - 350

Mutu sedang 30 K 350 19 - 35 0,475 385 – 335

25 K 300 19 - 35 0,50 365 – 315

20 K 250 19 - 35 0,55 335 – 290

Mutu rendah 15 K 175 19 - 35 0,60 305 – 265

10 K 125 19 - 35 0,70 260 - 225


Kuat tekan minimum
Benda Uji Silinder
Kuat tekan minimum rata-rata
Jenis Beton Mutu Beton Benda uji silinder (MPa)
3 hari 7 hari 28 hari
Mutu tinggi 50 34 42 60
45 31 39 55
35 25 31 44
Mutu sedang 30 22 27 39
25 17 25 34
20 13 20 27
15 9 15 22
Mutu rendah 10 7 11 17
Kuat tekan minimum
Benda Uji Kubus
Kuat tekan minimum rata-rata
Jenis Beton Mutu Beton Benda uji kubus (kg/cm2)
3 hari 7 hari 28 hari
Mutu tinggi K 600 392 490 670
K 500 336 420 570
K 400 272 340 470
Mutu sedang K 350 244 305 420
K 300 189 281 370
K 250 164 245 320
K 175 103 167 245
Mutu rendah K 125 78 131 195
PROSES PEMADATAN
Sambungan Pelaksanaan
(Construction Joint)

• Lokasi sambungan pelaksanaan harus ditunjukkan dalam gambar rencana, dan


tidak ditenpatkan pada pertemuan elemen struktur
• Tidak boleh ada sambungan konstruksi pada tembok sayap

• Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan


diletakkan pada gaya geser minimum
• Pada sambungan vertikal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
agar struktur tetap monolit

• Untuk pelat, untuk luas pelat minimum 40 m2 boleh diletakkan sambungan


konstruksi dengan dimensi maksimum tidak lebih dari 1,2 x dimensi yang lebih
kecil.
• Boleh digunakan bonding agent untuk pelekatan sambungan konstruksi seiizin
Direksi Pekerjaan

• Tidak diperkenankan adanya sambungan konstruksi pada daerah air asin pada
tempat 75 cm di bawah muka air tertinngi atau 75 cm di atas muka air
terendah
Tujuan perawatan
• Memperbaiki kualitas beton dan menjadikan beton lebih awet terhadap
agresi kimia

• Menjadikan beton lebih tahan terhadap aus karena lau lintas dan lebih
kedap air

• Reaksi kimia pada beton terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton
tergantung pada pengadaan airnya, sehingga perlu adanya jaminan bahwa
air masih tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia

• Penguapan menyebabkan beton kehilangan air sehingga terhenti proses


hidrasi dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan

• Penguapan menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat,


sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang dapat menyebabkan
retak.
CURING
Curing dengan pembasahan air, adalah menutupi beton dengan lapisan
air pada suatu periode tertentu dan menjaga terjadinya penguapan
serta kelembaban permukaan dengan air, idealnya beton harus
tetap dijaga minimal 7 hari dan diharapkan sampai 14 hari
Perbandingan beton yang di curing dan
tanpa curing
PENGUJIAN DI LAPANGAN
• Pengambilan benda uji yang mewakili
• Menggunakan statistik sesuai dengan standar deviasi

• fc’= fcm – ( k.S).r n

 f  f c.m 
2
ci
S 1

n 1

• Nilai k adalah 1,64 untuk jumlah benda uji 30 buah

• Jumlah benda uji 1 set (3 buah) setiap 10 m3 pada setiap jenis struktur.
Benda uji yang diuji adalah 2 buah, apabila dari 2 buah benda uji tersebut
terdapat perbedaan > 5%, maka benda uji ke-3 diuji, dan untuk
perhitungan S digunakan 2 buah benda uji dengan nilai terdekat

• Syarat tidak boleh ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc target ,
yang disyaratkan
FAKTOR PENGALI UNTUK JUMLAH BENDA UJI 30

Jumlah benda uji yang harus diuji adalah 30 benda uji, apabila kurang
dari 30 maka harus dilakukan penyesuaian deviasi dengan faktor
pengali sebagai berikut:
Jumlah benda uji Faktor pengali Jumlah benda uji Faktor pengali
10 1.36 21 1.08
11 1.31 22 1.07
12 1.27 23 1.06
13 1.24 24 1.05
14 1.21 25 1.04
15 1.18
16 1.16 26 1.03
17 1.14 27 1.02
18 1.12 28 1.02
19 1.11 29 1.01
20 1.09 30 1.00
Untuk jumlah benda uji kurang dari
10 buah

Jika jumlah benda uji kurang dari 10 buah atau


jika tidak tersedia data hasil pengujian, maka
nilai kekuatan di lapangan harus dilebihkan
minimal dengan nilai sebagai berikut:

Kuat tekan karakteristik Nilai kekuatan lebih yang


(MPa) ditambahkan (MPa)
< 21 7
21 – 35 8,5
> 35 atau lebih 10
KONDISI JEMBATAN SECARA UMUM

DIBAGI DALAM 6 TINGKATAN :


0: BAIK SEKALI
1: BAIK
2: RUSAK RINGAN
3: RUSAK
4: RUSAK KRITIS
5: RUNTUH / TIDAK BERFUNGSI
3. Kriteria Kondisi Jembatan
NILAI KRITERIA KONDISI JEMBATAN
Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan cukup jelas, elemen jembatan berada dalam
0 kondisi baik.
Kerusakan sedikit (Kerusakan dapat diperbaiki melalui pemeliharaan rutin, dan tidak berdampak
1 pada keamanan atau fungsi jembatan).
Contoh : scouring sedikit, karat pada permukaan, papan kayu yang longgar.
Kerusakan yang memerlukan pemantauan atau pemeliharaan pada masa yang akan datang.
Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu pada elemen pasangan batu,
2 penumpukan sampah atau tanah di sekitar perletakan – kesemuanya merupakan tanda-tanda
yang membutuhkan penggantian.
Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang mungkin menjadi serius dalam 12
bulan).
Contoh : Struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang membusuk, lubang pada
3 permukaan lantai kendaraan, adanya gundukan aspal pada permukaan lantai kendaraan dan
pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan, rangka baja
berkarat.
Kondisi Kritis (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera).
4 Contoh : Kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai beton, pondasi yang terkikis,
kerangka beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran.
Elemen runtuh atau tidak berfungsi.
5 Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut.
Jembatan Tipe Beton Prategang

Jembatan Tipe Komposit


Jembatan Tipe Beton
Bertulang

Jembatan Calender Hamilton


Beberapa Penyebab Kerusakan :

• Lemahnya pemeliharaan
• Kurang Sempurnanya mutu pelaksanaan
• Pengaruh lingkungan
• Beban berlebih/ Dimensi tidak standar
• Perubahan fungsi Jalan
MST 10 ton
Volume Lalulintas

MST 8 ton Antisipasi kapasitas


Beban Kendaraan
Jembatan
BM 100

BM 70
PERMASALAHAN Fenomena Beban berlebih

Fenomena Kurangnya
Pemeliharaan

Sumber : Koran KOMPAS


Lemahnya pemeliharaan :

Akibat kebocoran pada bagian atas lantai

Tumbuhan pada jembatan


Lemahnya pemeliharaan :
Lemahnya pemeliharaan :
Lemahnya pemeliharaan :
Landasan logam berkarat

Landasan karet deformasi dan sobek


Korosi tulangan kepala pilar

Korosi tulangan abutment


Korosi pada tulangan gelagar

Korosi pada tulangan lantai


Kebakaran akibat sampah menumpuk
Kurang sempurnanya pelaksanaan :

Beton keropos

Karat pada baja tulangan


Kurang sempurnanya pelaksanaan :

Pelaksanaan beton yang sangat jelek


1. Jembatan Th. 1970 – 1986 didesain BM-70%
2. Beban muatan Truk berlebih
3. Dimensi kendaraan yang tidak standar
4. Adanya perubahan status jalan
5. Tidak adanya sanksi terhadap pelanggar
6. Kurangnya pengawasan terhadap pengguna jalan
7. Peningkatan perekonomian
1,60 M ~ 2,30 M
25-30 M3
REALITA
Δd=1,8ton/M3
45-54 M3 + Ked
Truk Truk berat lewat pada saat musim hujan
16 cm
Kegagalan pada pelat lantai
Lantai jembatan rangka baja
Dengan CSP hancur
• Beban yang ada ~ 337 ton yang diizinkan
(sesuai kir) 174 ton  terjadi adanya
kelebihan muatan yang sangat berarti.
Pengaruh Faktor Lingkungan

Akibat gerusan

Akibat kebakaran
KERUNTUHAN
JEMBATAN CIPUNEGARA
KERUNTUHAN
JEMBATAN LINGSING
PENURUNAN KONDISI JEMBATAN
FUNGSI DARI WAKTU

PEMELIHARAAN PENGGANTIAN

1 PEMELIHARAAN
RUTIN

2
KONDISI

REHABILITASI
3

4
REHABILITASI

5 PENGGANTIAN

50 TAHUN
Dalam masa pelayanannya, jembatan akan
mengalami penurunan nilai kondisi
PEMERIKSAAN
JEMBATAN

NILAI KONDISI

Nilai Kondisi Nilai Kondisi Nilai Kondisi


0-1 2-3 4-5

Pemeliharaan berkala,
Pemeliharaan Penggantian
rehabilitasi dan
rutin jembatan
perkuatan

Pemeliharaan Pemeriksaan
berkala dan khusus
Perkuatan
perbaikan/
rehabilitasi
Perencanaan
Perkuatan
PEMERIKSAAN JEMBATAN

• INVENTARISASI
• RUTIN
• DETAIL
• KHUSUS (TAMBAHAN)
• PEMERIKSAAN SEWAKTU-WAKTU
PEMERIKSAAN INVENTARISASI
(1 KALI SEUMUR JEMBATAN)

 Pendataan jembatan, terutama jembatan baru atau


jembatan setelah dilakukan rehabilitasi besar

Maksud :
• Data administrasi jembatan (no & lokasi)
• Data geometri jembatan
• Jenis / tipe jembatan, tgl/th konstruksi
• Kondisi elemen jembatan
• Data lalu-lintas
• Data kapasitas jembatan
PEMERIKSAAN INVENTARISASI
PEMERIKSAAN RUTIN
Tujuan :
• Pemeriksaan rutin kondisi jembatan

Maksud :
• Mengecek/pemutakhiran data kondisi jembatan
• Mencatat dan melaporkan pekerjaan darurat
• Melaporkan hasil pemeliharaan rutin
PEMERIKSAAN RUTIN
PEMERIKSAAN RUTIN
PEMERIKSAAN DETAIL
Tujuan :
• Mengetahui kondisi jembatan secara detail

Maksud :
• Mendata kerusakan elemen jembatan
• Penilaian ulang kondisi jembatan
• Tindakan darurat yang diperlukan
• Melaporkan hasil pemeliharaan rutin
• Foto-foto kerusakan jembatan
URUTAN PEMERIKSAAN

Arah air sungai


Awal

Akhir
Atas jembatan
Arah Jalan
Arah Jalan
Atas jembatan

Bawah
Bawah
jembatan
jembatan

Arah air sungai


PEMERIKSAAN DETAIL
PEMERIKSAAN DETAIL
PEMERIKSAAN DETAIL
PEMERIKSAAN KHUSUS
Tujuan :
• Kondisi jembatan secara lebih spesifik
• Lanjutan dari pemeriksaan detail sesuai kondisi yg
dibutuhkan dgn alat khusus
– UPV (PUNDIT), IMPACT ECHO, WINSOR PROBE,
VIBRO CORDER, CORE DRILL, COVER METER,
LOADING TEST, KETEBALAN PELAT BAJA,
RESISTIVITY, KARBONASI dll.
PEMERIKSAAN KHUSUS
PEMERIKSAAN KHUSUS
KONDISI JEMBATAN SECARA UMUM

DIBAGI DALAM 6 TINGKATAN :

0 : BAIK SEKALI
1 : BAIK
2 : RUSAK
3 : RUSAK BERAT
4 : RUSAK KRITIS
5 : RUNTUH / TIDAK BERFUNGSI
PENOMORAN atau IDENTIFIKASI
JEMBATAN
NOMOR JEMBATAN

No. Jembatan

A B C D E F

A Empat angka menunjukkan kabupaten kota


(sesuai dengan penomoran BPS)

B Satu angka menunjukkan status jalan

C Tiga angka menunjukkan nomor ruas jalan


(sesuai dengan nomor ruas jalan pada sistem jaringan jalan)

D Tiga angka menunjukkan Nomor Ururt Jembatan


(sesuai urutan jembatan pada ruas jalan dari mulai km kecil ke km besar)

E Dua angka/huruf menunjukkan nomor tambahan jembatan


(untuk yang sdg dibangun, atau jembatan yang sebelumnya belum terdaftar)
Status Ruas Jalan
Kode Status Ruas Jalan
1 Nasional
2 Propinsi
3 Kabupaten/Kota
4 Desa
5 Khusus (transmigrasi, perkebunan, TNI, Irigasi)

0 Non Status
PENOMORAN KOMPONEN DAN
ELEMEN JEMBATAN

• PENOMORAN KOMPONEN UTAMA


• PENOMORAN ELEMEN
• URUTAN PEMERIKSAAN
AKHIRAN RUAS JALAN
PENOMORAN JEMBATAN
NOMOR TAMBAHAN ABJAD
JEMBATAN
LOKASI JEMBATAN

Tiang Km

KOTA ASAL

Jarak dari ruas asal


dalam Km
PENOMORAN KOMPONEN UTAMA
PENOMORAN ELEMEN

ARAH RUAS
PENOMORAN ELEMEN
(arah memanjang)
PENOMORAN ELEMEN
(arah melintang)

Gelagar ke-1 B2

T.Pancang ke-1 A1
Kolom ke-1 P2
T.Pancang ke-2 A1
T.Pancang ke-3 A1 -
Kolom ke-2 P2
T.Pancang ke-4 A1
Gelagar ke-4 B2
PENOMORAN ELEMEN
(arah vertikal)
Penghubung
B3.5.2.2
Penghubung
B3.5.2.2

Arah
Jalur
Bentang no.3
Penghubung
B3.4.2.3
HIERARKI ELEMEN
DAN
JENIS-JENIS KERUSAKAN
Hirarki dan Elemen Jembatan
UMUM

• Jembatan terdiri dari beberapa elemen


• Elemen dibagi menjadi 5 level
Level Hirarki Jembatan

Level 1 Jembatan

Level 2 Bagian Jembatan

Level 3 Kumpulan Komponen Jembatan

Level 4 Komponen Jembatan

Level 5 Komponen Individual (Lokal)


Level 1 : Jembatan

• 1.000 Jembatan
Level 2 : Bagian Jembatan

• 2.200 Aliran Sungai / Tanah Timbunan


• 2.300 Bangunan Bawah
• 2.400 Bangunan Atas
• 2.800 Gorong-gorong
• 2.900 Lintasan Basah
Level 3 : Kumpulan Komponen
Jembatan
Dari kode 2.200 (Aliran sungai/Tanah timbunan)
• 3.210 Aliran Sungai
• 3.220 Bangunan Pengaman
• 3.230 Tanah Timbunan

Dari kode 2.300 (Bangunan Bawah)


• 3.310 Pondasi
• 3.320 Kepala Jembatan / Pilar
Level 3 : Kumpulan Komponen Jembatan
Dari kode 2.400 (Bangunan Atas)

• 3.410 Sistem Gelagar


• 3.420 Jembatan Pelat
• 3.430 Pelengkung
• 3.440 Balok Pelengkung
• 3.450 Rangka
• 3.480 Jembatan Gantung
• 3.500 Sistem Lantai
• 3.600 Expansion Joint / Sambungan Siar Muai
• 3.610 Landasan / perletakan
• 3.620 Sandaran
• 3.700 Perlengkapan
Level 3 : Kumpulan Komponen
Jembatan

Dari kode 2.800 (Gorong-gorong)


• 3.801 Gorong-gorong persegi
• 3.802 Gorong-gorong pipa
• 3.803 Gorong-gorong pelengkung

Dari kode 2.900 (Lintasan Basah)


• 3.901 Lintasan dengan perkerasan
• 3.902 Lintasan alam
Level 4 : Komponen Jembatan

Dari kode 3.210 (Aliran Sungai)


• 4.211 Tebing Sungai
• 4.212 Aliran Air Utama
• 4.213 Daerah Genangan Banjir
• Dan seterusnya
4.461 Batang tepi atas
3.600 Expansion Join

4.231 Jalan pendekat 3.620 Sandaran


4.509 Lapis permukaan
4.313 Pelat injak
2.400 Bang Atas 3.410 Gelagar

3.610 Perletakan 4.321 Kepala Pilar

4.322 PilarDinding/Kolom 4.324 Tembok sayap

2.300 Bang Bawah


4.211 Tebing Sungai
4.321 Balok pondasi
3.320 Kepala Jemb

4.311 Pondasi
(Tiang Pancang) 4.212 Aliran Air Utama
4.465 Ikatan angin atas

4.461 Buhul atas

4.622 Horizontal horizontal 4.463 Batang Diagonal


4.502 Pelat Lantai
4.621 Tiang sandaran 4.506 Trotoar/kerb
4.501 Gel.memanjang
lantai

4.462 Buhul bawah

4.612 Perletakan karet


4.325 Balok kepala

4.323 Dinding penahan tanah


(kepala jembatan)
4.227 Dinding penahan tanah
4.468 Gelagar melintang
4.721 Lampu

4.722 Tiang Lampu

3.620 Sandaran
3.620 Sandaran
4.506 Trotoar/Kerb 4.505 Lapis Permukaan
4.502 Lantai
4.731 Utilitas

4.411 Gelagar utama 4.413 Diapragma

3.610 Perletakan
4.507 Pipa cucuran
4.325 Balok kepala

4.322 Dinding pilar/kolomn

4.321 Balok fondasi

4.312 Fondasi sumuran


4.313 Fondasi langsung

4.311 Tiang pancang


4.622 Sandaran horizontal
4.621 Tiang sandaran

4.505 Lapis permukaan


4.506 Trotoar/kerb

4.502 Lantai
4.411 Gelagar utama
4.411 Gelagar utama
4.331 Balok tiang

4.327 Ikatan angin

4.226 Sistem fender

4.311 Tiang pancang

4.328 Penopang sementara


1. Anker 4.314
2. Kabel Pemikkul 4.481
3. Batang Penggantung 4.482
4. Kolom Pylon 4.484
5. Balok Melintang 4.487
6. Kabel Penahan Ayun 4.483
7. Sadel Pylon 4.486
8. Rangka Pengaku 3.450
9. Gelagar Memanjang Lantai 4.501
Tipikal Elemen Sandaran

Ref : XI – 37
JENIS-JENIS KERUSAKAN
Faktor yang Mempengaruhi pada
Jembatan Selama Pelayanan

Radiasi Benda-benda yang jatuh


matahari Air + SO2 + CO2 dari atmosfer

Drainase yang
Kecelakaan
tidak efektif
kendaraan Angin
Lalu-lintas normal

Kegagalan sambungan Limpasan es yang melayang

siar-muai

Variasi ketinggian
air
Kegagalan dari
lereng
Penurunan pilar
jembatan Air +
variasi bahan kimia
Beban hidup Tidak menerus

Menerus

Beban hidup
A. Faktor dari dalam
A.I. Objektif
A.I.1. Umur struktur jembatan
A.II. Subjektif
A.II.1. Kualitas penelitian
A.II.2. Sistem struktural - sensitif terhadap kerusakan
A.II.10. Ketercukupan perancangan untuk kondisi-kondisi layan yang nyata (termasuk parameter geometris)
A.II.4. Kualitas pekerjaan konstruksi pada setiap tahap pelaksanaan
A.II.5. Kualitas elemen bahan struktural dan peralatan jembatan (sebagai contoh, penyekatan, sambungan siar muai. elemen sistem drainase, dll.)

B. Faktor pembebanan Lalu lintas


B.II. Subjektif
B.II.1. Frekuensi, kecepatan dan konsentrasi beban lalu lintas (terutama kendaraan berat)

B.II.2. Efek dinamik (termasuk kerusakan fatik, kebanyakan di jembatan baja)


B.II.10. Kecelakaan mobil atau yang lain di atas jembatan
B.II.4. Muatan lebih kendaraan berat
B.II.5. Tumbukan yang dihasilkan oleh kendaraan yang dengan ukuran berlebih
C. Cuaca dan faktor lingkungan
C.I. Objektif
C.I.1. Benda-benda yang turun dari atmosfer ( sebagai contoh, hujan, salju)
C.I.2. Variasi permukaan air sungai, selat, teluk, dan lain lain
C.I.10. Limpasan es yang melayang dan tekanannya pada di atas pilar jembatan
C.I.4. Tekanan angin dan efeknya di atas elemen struktural dan sekunder jembatan
C.I.5. Pergerakan bumi (termasuk efek gempa)
C.I.6. Variasi harian dan musiman suhu lingkungan yang mengarah pada perubahan bentuk yang berkenaan dengan panas yang seragam dari
struktur jembatan
C.I.7. Radiasi matahari langsung pada jembatan dan efek termal lain yang mengarah pada distribusi panas yang tidak seragam di dalam struktur
jembatan

C.I.8. Serangan klorida yang dimulai dari aksi air laut


C. Cuaca dan faktor lingkungan
C.II. Subjektif
C.II.1. Serangan klorida yang dimulai dari penggunaan pencair es (sebagian besar menggunakan garam) pada jalan di bawah jembatan (lihat
Gambar 10.1)
C.II.2. Kehancuran akibat pembekuan di dalam beton
C.II.10. Benda-benda yang jatuh dari atmosfer yang mengandung bahan-kimia agresif ( sebagai contoh, " hujan asam")

C.II.4. , dari atmosfer (karbonasi mempengaruhi beton)


C.II.5. Bahan kimia agresif di air sungai dan air bawah tanah
C.II.6. Kebakaran
D. Faktor Pemeliharaan
D.II. Subjektif
D.II.1. Penerapan struktural, bahan dan peralatan jembatan untuk
pekerjaan pemeliharaan jembatan.
D.II.2. Kualitas semua jenis pemeriksaan ( sebagai contoh pemeriksaan
sepintas, detail, khusus)
D.II.10. Kualitas pekerjaan pemeliharaan rutin (sebagai contoh,
pembersihan, perbaikan, penggantian beberapa elemen-elemen
peralatan jembatan, dll.)
D.II.4. Pembaharuan perlindungan anti-korosi struktural dan elemen baja
lain
D.II.5. Penggunaan garam pencair es pada jalan raya di atas jembatan
(lihat Gambar 10-10)

D.II.6. Kualitas sistem drainase dan efisiensinya


D.II.7. Kualitas perkerasan di atas jalur jalan (sebagai contoh, kekasaran,
permeabilitas, dll.)

D.II.8. Keadaan semua tipe saluran pipa dan instalasi lain yang berada
pada jembatan
Kode kerusakan
• Kode 10x - Batu bata
• Kode 20x - Beton
• Kode 30x - Baja
• Kode 40x - Kayu
• Kode 50x - Aliran Sungai – 3.210
• Kode 51x - Bangunan Pengaman – 3.220
• Kode 52x - Timbunan – 3.230
• Kode 53x - Tanah bertulang – 4.235
• Kode 54x - Angkur Jembatan berkabel – 4.314
Kode kerusakan
• Kode 55x - Kepala jembatan dan pilar – 3.220
• Kode 56x - Landasan penahan gempa
• Kode 60x - Landasan perletakan – 3.610
• Kode 70x - Pelat dan Lantai – 4.421, 4.502
• Kode 71x - Pipa drainase dinding, cucuran dan lantai – 4.329, 4.507, 4.508
• Kode 72x - Lapis permukaan – 4.505
• Kode 73x - Trotoar/kerb – 4.506
• Kode 80x - Expansion joint – 3.600
• Kode 90x – Pembatas/portal – 4.701
• Kode 91x – Rambu-rambu lalu-lintas & marka jalan – 4.711, 4.712
• Kode 92x – Lampu, tiang lampu dan kabel listrik – 4.721, 4.722, 4.723
• Kode 93x – Utilitas – 4.731
Sistem Penilaian Elemen
Kode Kerusakan
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan material adalah :

Kerontokan pada beton (Kode 201)


Pengaratan dalam baja (Kode 302)
Pembusukan dalam kayu (Kode 401)

Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah :

Gerusan dalam aliran sungai (Kode 503)


Gerusan dalam timbunan tanah (Kode 515)
Pergerakan dalam kepala jembatan (Kode 601)
Sistem Penilaian Elemen

Struktur- apakah suatu struktur dalam keadaan berbahaya atau tidak


Kerusakan - sampai manakah tingkat kerusakan (parah atau ringan)
Perkembangan (Volume) - apakah kerusakan tersebut sudah atau belum
Fungsi - apakah elemen tersebut masih berfungsi
Pengaruh - apakah elemen yang rusak mempunyai dampak yang serius
terhadap elemen yang lain atau arus lalu lintas

Ref : VIII - 6
Kriteria Penentuan Nilai Kondisi
Nilai Kriteria Nilai
Struktur (S) Berbahya 1
Tidak berbahaya 0

Kerusakan (R) Dicapai sampai kerusakan parah 1


Dicapai sampai kerusakan ringan 0

Perkembangan (K) meluas - 50 % atau lebih mempengaruhi kerusakan 1


Tidak meluas-kurang dari 50 % atau lebih mempenga- 0
ruhi kerusakan
Fungsi (F) Elemen tidak berfungsi 1
Elemen berfungsi 0

Pengaruh (P) Dipengaruhi elemen lain 1


Tidak dipengaruhi elemen lain 0

NILAI KONDISI (NK) NK = S + R + K + F + P 0-5


Nilai Kondisi Level 3
Nilai Kondisi
LEVEL 3 ( harus lengkap )
Code Elemen S R K F P NK
3.210 Aliran Sungai
3.220 Bangunan Pengaman
3.230 Tanah Timbunan
3.310 Fundasi
3.320 Kepala Jembatanb/Pilar
3.410 Sistem Gelagar
3.420 Pelat
3.430 Pelengkung
3.440 Balok Pelengkung
3.450 Rangka 1 1 0 0 0 2
3.480 Sistem Gantung
3.500 Sistem Lantai 1 1 0 0 1 3
3.600 Sambungan Lantai
3.610 Perletakan/Landasan 1 1 1 0 0 3
3.620 Sandaran 1 1 0 0 0 2
3.700 Perlengkapan
3.80 Gorong-gorong
3.90 Lintasan basah
Daftar Elemen yang Rusak
Contoh Daftar Elemen yang Rusak

Elemen Kerusakan Level 5 Level 3 - 4


Uraian Uraian Lokasi Kondisi Kondisi
Kode Kode
(pilihan) (pilihan) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK
4.462 BATANG TEPI BAWAH 302 KARAT
4.461 BATANG TEPI ATAS 302 KARAT

4.463 BATANG DIAGONAL 302 KARAT


4.612 PERLETAKAN 712 ELEMEN HILANG
3.210 ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN
Lokasi Elemen yang Rusak
Contoh Lokasi Elemen yang Rusak

Elemen Kerusakan
Lokasi
Uraian
Kode Kode Uraian (pilihan)
(pilihan) A/P/B X Y Z

Bentang 5, Semua batang


4.462 BATANG TEPI BAWAH 302 KARAT B5 2
tepi bawah, batang kiri.

Bentang 5, Batang tepi


4.461 BATANG TEPI ATAS 302 KARAT B5 1 1
atas pertama, batang kiri
Batang diagonal ke 7,
4.463 BATANG DIAGONAL 302 KARAT B5 7 1
batang kiri
4.463 BATANG DIAGONAL 303 ELEMEN HILANG B5 7 1 Diagonal ke 7, batang kiri

4.622 SANDARAN 302 KARAT B5 1 1 Bentang 3, kiri, bawah

Abutmen 1, semua
4.612 PERLETAKAN 604 PERUBAHAN BENTUK A1
perletakan

3.210 ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN Aliran sungai seluruhnya

Lantai permukaan
4.505 LANTAI PERMUKAAN 903 BERGELOMBANG
seluruhnya
Pemberian Nilai Kondisi
Contoh Pemberian Nilai pada Level 5 dan Level 3-4

Elemen Kerusakan Level 5 Level 3 – 4


Lokasi
Uraian Uraian Kondisi Kondisi
Kode Kode
(pilihan) (pilihan) A/P/B X Y Z S R K F P NK S R K F P NK
4.462 BATANG TEPI BAWAH 302 KARAT B5 2 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2
4.461 BATANG TEPI ATAS 302 KARAT B5 1 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2
4.463 BATANG DIAGONAL 302 KARAT B5 7 1 1 1 1 0 0 3 1 1 0 0 0 2
4.463 BATANG DIAGONAL 303 PERUBAHAN B5 7 1 1 0 1 0 0 2
BENTUK

4.622 SANDARAN 302 KARAT B5 1 1 1 1 0 0 0 2 1 1 0 0 0 2


4.612 PERLETAKAN 712 ELEMEN HILANG A1 1 1 1 1 0 0 3 1 1 1 0 0 3
712 ELEMEN HILANG A1 1 1 1 1 0 0 3
3.210 ALIRAN SUNGAI 503 PENGIKISAN 1 1 1 0 1 4
4.505 LANTAI PERMUKAAN 303 BERGELOMBANG 1 1 1 0 1 4
PEMERIKSAAN KHUSUS
Contoh Kasus

Metoda yang digunakan


• Pemeriksaan Visual
• Uji pembebanan statis – Kapasitas
beban
• Uji beban dinamis – Getaran
Hal yang dilakukan

Uji beban statis


1. Pengukuran defleksi
2. Pengukuran regangan pada gelagar
3. Pergerakan lateral pada gelagar

Uji beban dinamis


Getaran yang terjadi pada jembatan
Data yang diambil

Uji beban statis


1. Pengukuran lendutan --- Batasan lendutan izin
2. Regangan pada gelagar --- tegangan yang terjadi pada
gelagar
3. Pergerakan lateral pada gelagar– kekakuan diafragma

Uji beban dinamis


Getaran pada jembatan – Frekuensi alami jembatan
(teoritis) dibandingkan dengan frekuensi aktual
Pelaksanaan
Metoda Pembebanan

Dua buah truk pada satu sisi


Pelaksanaan

n
4 Truck with payload only to the Port direction
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Metoda Pembebanan

2 buah truk pada 2 sisi tengah bentang


Pelaksanaan
Static loading sequence – Owner requirement

n
4 Truck with payload only to the Port direction
Pelaksanaan
Penempatan Sensor Regangan
Pemasangan sensor regangan
Strain gauge

Vibrating
wire

Steel
welded
Strain gauge
Penempatan sensor lendutan
Deflectometer

Kabel

Houston Scientific - Houston, Texas, USA


Model : 1050 – 010
SN : 10115 – 010
PN : #03703 – 0000 – 00
Spec max disp : 10 inches
Deflectometer
Data Acquisition System (DAS)

Screen display

Data lendutan direkam / diamati melalui


komputer
Data Acquisition System (DAS)
Alat untuk membaca regangan pada elemen yang
dipasang sensor
Vibrocorder
Sensor getaran
Vibrocorder
Pengukuran lendutan jembatan
Penempatan sensor lendutan

= deflection position

5 deflectometer position 5 deflectometer position


Teodolit

Teodolit
Manufacture : Wild Heerbrugg, Switzerland
TO - 226678
Total Station
Pengukuran torsi
Rekomendasi teknis dari pemeriksaan
khusus

1. Kapasitas jembatan untuk kombinasi


beban yang dipakai
2. Getaran yang terjadi pada jembatan
3. Kondisi elemen jembatan
PERBAIKAN KERUSAKAN

REHABILITASI JEMBATAN
BEBERAPA TEKNIK
PERBAIKAN JEMBATAN
PENILAIAN KERUSAKAN
Penyelidikan kerusakan

• Survai secara visual


• Pengambilan contoh
• Pengujian
• Dokumentasi
PENILAIAN KERUSAKAN BETON

Untuk
• Beton bertulang
• Beton prategang
• Lantai gelagar komposit
• Lantai jembatan rangka baja
• Gelagar balok pelengkung
• dll
Survai secara visual

Dampak Penyebab

• Retak • Perencanaan
• Keropos • Material
• Pelaksanaan
• Korosi
• Kondisi penggunaan
• Spalling (pecah) – Kimia
• Bocor (rembes) – Beban
• Settlement
• Defleksi
Terjadinya retak

• Settlement plastis • Crazing


– Terjadi umumnya sekitar
10” – 3 jam – Terjadi sekitar 1 – 7
• Susut plastis hari
– Terjadi sekitar 30” – 6
jam • Korosi tulangan
• Temperatur – Tahunan
– Terjadi sekitar 1 hari – 2
atau 3 minggu • Alkali agregat
• Pengeringan – > 5 tahun
jangka panjang
– Terjadi setelah beberapa
bulan
Pola Retak
Tabel retak
Settlement plastis

• Penyebab
– Bleeding pada beton yang berlebihan
– Kurangnya pemadatan

• Pencegahan – hindari bleeding dan


perlunya pemadatan yang baik
Settlement crack
Retak
• Susut plastis
– Karena penguapan terlalu cepat
– Dicegah dengan curing yang lebih awal

• Early thermal
– Karena panas yang berlebihan
– Dicegah dengan mengurangi terjadinya panas
pada beton
Retak Struktural

• Akibat Momen
– Umumnya di tengah
bentang
– Disebabkan karena
kurangnya tulangan
– Mutu beton yang rendah

• Akibat Gaya lintang


– Kurangnya penulangan
geser
– Mutu rendah
Keropos

• Karena tulangan terlalu rapat


• Dimensi yang sempit
• Acuan bocor
• Kurangnya agregat halus
• Segregasi
• Slump terlalu rendah
• Agregat terlalu besar
• TInggi jatuh terlalu besar
• Kurangnya pemadatan
Pengujian

• Uji tekan
• Uji kelekatan antara tulangan dan beton
• Uji retak – voids
• Lokasi tulangan
• Kedalaman karbonasi
• Chloride content
• Korosi
• Pergerakan
EVALUASI

Umur rencana
Do nothing
Tingkat
Pencegahan
kepentingan
tanpa
Analisa Keamanan perbaikan
Kebutuhan Do repair
struktur
Demolition
Harga
Aestetika
Strategi perbaikan

Kekuatan
Metode
Lingkungan
Analisa Dapat
perbaikan dilaksanakan
Waktu Bahan
Biaya
Keawetan
Metoda perbaikan

• Concreting
• Patching
• Grouting
• Shotcrete
• Injection
• Coating
Perbaikan Karat Pada Tulangan
Rangka Baja

• Lantai retak
• Lantai Pecah
• Rangka baja kurang
kaku
Teknik Perbaikan

• Ganti lantai
• Perbaikan retak
lantai
• Perkuatan lantai
• Peningkatan kekakuan
rangka baja
Peningkatan kapasitas
• Gelagar beton

• Gelagar komposit

• Rangka baja
Kerusakan gorong-gorong baja gelombang
Pengembungan di bagian bawah atau turun di bagian atas

• Tidak bertindak apa-apa (amati)


• Gali dan dongkrak kembali sampai bentuknya kembali
kemudian bagian bawah dilapisi kembali dan timbunan
yang tepat
• Diganti

Penyebab:
• Tidak dengan tepat diberi lapisan dasar atau timbunan
• Aliran air di bawah gorong-gorong
• Pengembungan
bagian bawah

 Gerusan di bagian
bawah yang serius

 Gerusan di bagian
bawah yang serius
• Gerusan pada
bagian bawah

 Footers armored with


rock
 Corrosion at water
line
Pelat Jalan pendekat: Potholes

• Dibiarkan saja
• Potong sekitarnya dan tambal dengan fast setting
concrete
• Tambal dengan aspal

Penyebab
• Korosi baja tulangan
• Selimut beton tidak memadai, dan baja tulangan
terlaklu dekat dengan permukaan
 Potholes
 Cek dengan
mendengarkan
kepadatan beton

 potong 1" + kedalaman sekitar


kerusakan

 Jackhammering untuk membuang


beton yang tidak padat

Patching dengan beton


 Campur fast setting
concrete

 Bersihkan lubang sebelum di


patching

 Cor bahan beton dalam lubang


hole
Patching dengan beton
 Padatkan dan leveling
dengan vibrator screed

 Penambalan selesai

Patching dengan beton


 Hot mix asphalt
untuk perbaikan
sementara

 Penambalan
aspal selesai

Penambalan dengan aspal

Anda mungkin juga menyukai