KETENTUAN JALAN
Gambar 1.1 Rumaja, rumija, dan ruwasja di lingkungan jalan antar kota.
(PP No. 034, 2006).
a. Rumaja (Ruang manfaat jalan)
Rumaja merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi dan
kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh menteri. Ruang manfaat jalan meliputi
badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman.
b. Rumija (Ruang milik jalan)
Ruang milik jalan merupakan ruang milik jalan terdiri dari ruang manfaat jalan
dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang diperuntukkan bagi
ruang manfaat jalan, peleberan jalan, penambahan jalur lalu lintas di masa datang
serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan dan dibatasi oleh lebar ,
kedalaman, dan tinggi tertentu.
c. Ruwasja (Ruang pengawasan jalan)
Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan
yang penggunaanya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak mengganggu
pandangan bebas pengemudi konstruksi jalan dan fungsi jalan.
d. Bahu jalan
Bagian jalan yang berdampingan dan sama tinggi dengan perkerasan jalan.
Bahu jalan berfungsi menahan perkerasan terhadap gerakan ke samping, sebagai
jalur darurat pada waktu kendaraan mendahului dan berhenti dan untuk
menyediakan ruang pejalan kaki.
e. Saluran samping jalan
Bagian jalan yang berdampingan dengan bahu, yang berfungsi sebagai saluran
drainase.
f. Badan jalan
Bagian jalan dimana jalur lalulintas, bahu dan saluran samping dibangun.
1.1.2 Fungsi Hirarki dan Kelas Jalan
Fungsi dan peranan jalan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu jalan arteri, jalan
kolektor, dan lokal. Ketiga jenis jalan tersebut masing-masing dibagi menjadi dua
bagian yaitu jalan primer dan sekunder. Jalan primer adalah untuk jalan luar kota dan
jalan sekunder adalah untuk jalan yang berada di dalam kota. Berikut adalah penjelasan
tentang klasifikasi jalan menurut fungsi hirarki jalan pada Peraturan Bina Marga No
038/TBM/1997 tentang Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota dan PP Nomor 34
Tahun 2006.
a. Berdasarkan fungsi jalan
1) Jalan arteri, Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
2) Jalan kolektor, jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
3) Jalan lokal, Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak
dibatasi.
4) Jalan lingkungan, menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan
perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
b. Berdasarkan administrasi jalan
1) Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol.
2) Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3) Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota
kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4) Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5) Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
c. Berdasarkan kelas jalan
1) Kelas I, merupakan jalan yang dilewati oleh kendaraan yang memiliki dimensi
lebar < 2500 mm, panjang < 18000 mm, tinggi < 4200 mm dan muatan sumbu
terberat 10 ton.
2) Kelas II, merupakan jalan yang dilewati oleh kendaraan yang memiliki dimensi
lebar < 2500 mm, panjang < 12000 mm, tinggi < 4200 mm dan muatan sumbu
terberat 8 ton.
3) Kelas III, merupakan jalan yang dilewati oleh kendaraan yang memiliki
dimensi lebar < 2100 mm, panjang < 9000 mm, tinggi < 3500 mm dan muatan
sumbu terberat <8 ton.
4) Khusus, merupakan jalan yang dilewati oleh kendaraan yang memiliki dimensi
lebar < 2500 mm, panjang < 18000 mm, tinggi < 4200 mm dan muatan sumbu
terberat > 10 ton. Serta kecepatan rata-rata 60 kpj.
Adapun maksud dari pengeompokkan jalan menurut kelas jalan dari Peraturan
Bina Marga No 038/TBM/1997 tentang Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota yaitu
sebagai berikut:
a. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam
satuan ton.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1.1 Klasifikasi jalan menurut kelas jalan (Bina Marga 1997)
Fungsi Kelas Muatan Sumbu Terberat
MST (ton)
I >10
Arteri II 10
III A 8
III A
Kolektor 8
III B
1.2 Bagan Alir
Mulai
1. Peta kontur
2. Kriteria penilaian trase
3. Derajat azimuth
Menggambar trase
NO
Analisis
Multikriteri
YES
Trase Terpilih
Selesai
Kemudahan
3 4 3 3 4 5% 0.20 0.15 0.15 0.20
pelaksanaan
Dampak terhadap
4 4 3 3 4 5% 0.20 0.15 0.15 0.20
lalu lintas
20%
B. Ekonomis
30%
C. Non-Teknis
Konflik sosial dan
1 4 3 3 4 5% 0.20 0.15 0.15 0.20
masyarakat
Lanjutan tabel 1.6
Lingkungan dan
2 4 3 3 4 5% 0.20 0.15 0.15 0.20
fisik
Keamanan dan
3 4 3 4 3 5% 0.20 0.15 0.20 0.15
vandalisme
20%
D. Tata Ruang
Dampak
2 perkembangan 4 4 4 4 15% 0.60 0.60 0.60 0.60
terhadap wilayah lain
30%