OLAHAN SINGKONG
Kelurahan Ledok, Kota Salatiga
LAPORAN AKHIR
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan Laporan Akhir
penyusunan Masterplan Kawasan Pengolahan Singkong di Kelurahan Ledok
Kota Salatiga. Buku ini merupakan pelaporan tahap akhir dari seluruh
rangkaian pelaksanaan pekerjaan yang disesuaikan dengan Kerangka Acuan
Kerja (KAK).
Akhir kata, tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pelaksanaan pekerjaan penyusunan Masterplan
Kawasan Pengolahan Singkong di Kelurahan Ledok Kota Salatiga tahun 2018.
Semoga, hasil dari pelaksanaan pekerjaan ini dapat memberikan manfaat bagi
pengunjung kawasan kuliner, masyarakat di kawasan Agrowiyoto dan Kota
Salatiga pada umumnya.
Tim Penyusun,
2018
i
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................. i
Daftar Isi ....................................................................... ii
ii
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
iii
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
iv
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
I. PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Kota Salatiga, salah satu kota di Jawa Tengah yang memiliki luas
wilayah kurang lebih 56,78 Km2. Kota ini terletak di kaki gunung Merbabu dan
memiliki ketinggian sekitar 450 meter hingga 800 meter di atas permukaan
laut sehingga kota ini memiliki hawa yang sejuk dan keindahaan alam yang
menarik mata. Selain itu, Kota Salatiga sendiri terletak pada jalur regional
provinsi Jawa Tengah, dimana kota Salatiga ini menghubungkan kota
Semarang sebagai Ibu kota Provinsi Jawa Tengah dan Kota Surakarta.
Dampak dari inilah yang menjadikan kota Salatiga lebih dikenal
dengan kota singgah oleh banyak masyarakat luar kota maupun para
wisatawan. Kesempatan yang besar sebagai kota singgah ini dimanfaatkan
oleh pemerintah kota Salatiga dengan melakukan peningkatan kualitas serta
fasilitas kemasyarakatan di kota Salatiga, serta kesempatan bagi kota Salatiga
untuk meningkatan kepariwisataan kota Salatiga, yang salah satunya adalah
wisata kuliner.
Kelurahan Ledok, merupakan kampung yang menjadi sentra produksi
aneka olahan berbahan singkong, menjelma menjadi destinasi wisata kuliner
di Salatiga. Lokasinya sangat strategis, berada di dekat ruas utama Jalan
Nasional Semarang – Solo sehingga mudah untuk dijangkau wisatawan. Di sini,
singkong yang dulu identik dengan jajanan ndeso atau makanan kelas bawah,
bertransformasi menjadi salah satu oleh-oleh paling digemari di Salatiga.
Salah satu yang menjadi favorit adalah Singkong Keju.
Seiring dengan kemajuan tersebut, muncul permasalahan bahwa
meningkatnya jumlah pengunjung pada kampung singkong tersebut, tidak
disertai dengan ketersediaan fasilitas parkir dan penataan kawasan yang
kurang mewadahi. Oleh itu, Pemerintah Kota Salatiga melalui BAPPEDA
berinisiasi untuk merencanakan kegiatan penataan kawasan olahan Singkong
di Kelurahan Ledok tersebut.
I.3. SASARAN
Sasaran dari penyusunan Masterplan Kawasan Olahan Singkong
Kelurahan Ledok adalah tersusunnya dokumen Masterplan Kawasan yang
didalamnya terdapat Rencana Program pengembangan kawasan guna
mewujudkan penataan kawasan yang lebih terencana dan terarah.
BAB II
LITERATUR &
KEBIJAKAN
II.1. PERKEMBANGAN KAWASAN KULINER DI INDONESIA
II.1.1. Ruang Lingkup Kuliner
LAPORAN AKHIR II - 1
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Sejak saat itu, kata kuliner menjadi semakin populer dan menjadi sesuatu
yang identik dengan mencicipi berbagai jenis makanan dan minuman.
Di Indonesia belum ada sumber resmi yang menyatakan definisi dari
kuliner, baik secara umum maupun dalam konteks ekonomi kreatif. Secara
bahasa, kuliner diserap dari bahasa Inggris: culinary–memiliki arti sebagai
sesuatu yang digunakan dalam memasak atau berkaitan dengan memasak.
Dalam praktiknya dikenal istilah culinary arts, yaitu teknik dalam menyiapkan
makanan sehingga siap dihidangkan.
Bila ditinjau dari sisi ekonomi kreatif, belum banyak kajian yang
memasukkan kuliner ke dalam sektor ini karena pada dasarnya makanan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang sudah ada sejak lama. Produk
kuliner pada umumnya masih masuk ke dalam sektor industri makanan dan
minuman ataupun industri penyediaannya, tanpa adanya penekanan bahwa
produk kuliner merupakan produk kreatif.
Tabel II.1 Klasifikasi Subsektor Kuliner pada Industri Kreatif
Italia Cultural & Creative Washington DC, Amerika Mississipi, Amerika Serikat
Industry Serikat Creative Sector Creative Economy
• Fashion • Museums and heritage • Visual and performing arts
• Industrial Design and Crafts • Building arts Culinary arts • Design Film, video, and
• Food and Wine Industry • Performing arts media
• Computer and Software • Media and Communications • Literary and publishing
• Publishing • Visual arts/Crafts and • Culinary arts
• TV and Radio • Designer products • Museums and heritage
• Advertising
• Film
• Cultural heritage
• Architecture
• Performing arts
• Contemporary arts
LAPORAN AKHIR II - 2
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 3
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
3. Tradisi
Tradisi yang dimaksud adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak
lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat yang berkaitan dengan kebiasaan dalam mengolah
dan mengonsumsi makanan dan minuman. Hal yang paling
mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan
dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena
tanpa adanya proses ini, suatu tradisi dapat punah. Unsur tradisi
ini sangat penting dalam menjaga warisan budaya kuliner
Indonesia.
4. Kearifan Lokal
Kearifan lokal yang dimaksud adalah identitas suatu daerah
berupa kebenaran yang telah tertanam dalam suatu daerah.
Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal
merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi
nilai-nilai, etika, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara
tradisional. Berkaitan dengan kuliner, kearifan lokal akan
membentuk karakter kuliner suatu daerah yang harus mampu
diangkat dan dikenalkan kepada masyarakat luas.
LAPORAN AKHIR II - 4
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 5
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 6
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 7
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 8
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 9
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 10
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 11
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 12
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 13
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
D. Jalur Pedestrian
Pada masa lalu, perancangan pedestrian di kota jarang dilakukan.
Ketika suatu mall dirancang dengan memperhatikan kenyamanan
pejalan kaki, maka mall tersebut berhasil menarik banyak
pengunjung. Jalan pedestrian (jalan pejalan kaki) di samping
mempunyai unsur kenyamanan bagi pejalan kaki juga mempunyai
andil bagi keberhasilan pertokoan dan vitalitas kehidupan ruang kota.
Sistem pedestrian yang baik akan mengurangi ketergantungan pada
kendaraan bermotor di pusat kota, menambah pengunjung ke pusat
kota, meningkatkan atau mempromosikan sistem skala manusia,
menciptakan kegiatanan usaha yang lebih banyak, dan juga membantu
meningkatkan kualitas udara (Shirvani, 1985; hal 31).
Menurut Shirvani (1985, hal 31-36), bahwa jalur pedestrian merupakan
jalur sirkulasi untuk orang/manusia. Keberadaan pedestrian dalam
suatu kota berhubungan erat dengan lingkungan dan pola aktifitas
kotanya, karena pedestrian berfungsi untuk mengurangi konflik antara
orang dan kendaraan (lalu lintas). Kemudian pedestrian juga harus
memiliki akses yang baik dengan tempat-tempat pemberhentian
kendaraan umum, tempat parkir, maupun tempat tinggal. Kegiatan-
kegiatan yang dapat menghidupkan suasana di jalur pedestrian,
seperti: pertunjukan, penjual makanan, dan tempat janji bertemu
(Rendezvous Points).
Macam bangunan atau fasilitas (termasuk pula: perabotan jalan)
sepanjang jalan pedestrian juga mempengaruhi hidup-matinya jalan
pedestrian, misal; bila hanya ada kantor dan bank maka jalan
pedestrian sepi; maka perlu ada toko-toko kecil atau department
LAPORAN AKHIR II - 14
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 15
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 16
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 17
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 18
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 19
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 20
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 21
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 22
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR II - 23
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
III. METODOLOGI
BAB III
METODOLOGI
III.1. PENDEKATAN PELAKSANAAN
Olahan Singkong Keju yang saat ini terpusat di Jl. Argowiyoto
Kelurahan Ledok, Argomulyo Kota Salatiga ini, mulai berkembang antara
tahun 2009 hingga tahun 2010. Bisnis Olahan Singkong ini, digawangi oleh
pengusaha yang saat ini memiliki merk dagang Singkong D-9. Perjalanan
Singkong keju dimulai dari berjualan di Lapangan Pancasila Kendal dengan
menggunakan Gerobak. Peningkatan omzet penjualan yang signifikan, pada
akhirnya berpindah tempat di Jl. Argowiyoto. Meningkatnya jumlah pembeli
dan menjadi peluang bisnis menjanjikan, memicu warga disekitar Jl.
Argowiyoto untuk menggeluti bisnis yang sama. Inilah yang pada akhirnya,
kawasan Argowiyoto berkembang menjadi pusat kuliner olahan singkong, dan
Singkong Keju menjadi yang terfavorit diantaranya.
Kawasan ini, berada ditengah-tengah permukiman di Ledok dengan
kepadatan bangunan tingkat sedang-tinggi. Ruas jalan Argowiyoto (pusat
kawasan) notabennya merupakan jalan lingkungan dengan lebar 3-3.5 meter.
Tentu dengan perkembangan kuliner olahan singkong ini, berbagai
permasalahan terkait sirkulasi dan ketersediaan parkir semakin menguat.
Ketika jumlah pengunjung mencapai puncaknya pada saat akhir pekan,
kawasan ini akan sangat padat dipenuhi dengan penjung dan kendaraan yang
digunakan.
Untuk itulah, penyusunan Masterplan Kawasan Olahan Singkong ini
disusun oleh inisiasi Pemerintah Kota Salatiga melalui BAPPEDA. Pada
masterplan tersebut, tidak hanya penataan kawasan saja, melainkan
pengaturan sirkulasi, penataan saluran drainase, hingga kebutuhan penataan
saluran pembuangan limbah (IPAL) sisa Olahan singkong akan terakomodir
didalamnya.
Pelaksanaan pekerjaan Masterplan Kawasan Olahan Singkong
Kelurahan Ledok didasarkan pada Kondisi dan Permasalahan Eksisting kawasan
Ruang
Sirkulasi Limbah Peningkatan Kesejahteraan
Parkir
Warga Sekitar
FEEDBACK
PENATAAN KAWASAN
PENYUSUNAN MASTERPLAN KAWASAN PENGOLAHAN SINGKONG
(Ledok, Kota Salatiga)
Identifikasi Penyusunan
Awal Masterplan
Analisis
Metodologi
Kebutuhan
Rencana Analisis
Penaatan Permasalahan
2. Persiapan Survei
Tahap persiapan survei baik primer maupun sekunder yang meliputi
kegiatan sebagai berikut:
a. Persiapan survei primer yang meliputi penyusunan desain survei,
penyusunan persiapan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan observasi lapangan.
b. Persiapan survei sekunder, yaitu penyiapan instrumen
(daftar/tabel) untuk pengumpulan data yang dibutuhkan baik
dari instansi pemerintah, organisasi kemasyarakatan dan tokoh
masyarakat yang terkait Penyusunan Masterplan Kawasan Industri
Kota Salatiga.
2. Survei Sekunder
a. Pengumpulan data sekunder berkaitan langsung dengan masalah
lokasi perencanaan, meliputi kebijakan wilayah yang berkaitan
dengan keadaan fisik, sosial, perekonomian dan lainnya.
b. Melakukan wawancara dengan nara sumber di instansi
pemerintah, lembaga, ahli, organisasi kemasyarakatan, tokoh
masyarakat yang terkait dalam Penyusunan Masterplan Kawasan
Olahan Singkong Ledok Kota Salatiga.
Adapun aspek data yang dimaksud dalam survei sekunder antara lain:
a. Aspek fisik dasar antara lain topografi, hidrologi, geologi,
klimatologi, jenis tanah dan lainnya
b. Aspek tata guna tanah
c. Aspek kependudukan dan sumber daya manusia
d. Aspek sosial budaya masyarakat
e. Aspek fasilitas pelayanan umum
f. Aspek transportasi darat, laut dan udara
g. Aspek jaringan listrik, telekomunikasi dan air bersih
h. Aspek perekonomian wilayah
i. Aspek pengelolaan pembangunan
METODE
ANALISA DESKRIPSI
ANALISA
sejalan dengan tuntutan kemajuan.
Bahan yang Dianalisis:
1. Listrik
2. Drainase, limbah, penghijauan, air bersih
3. Perhubungan
4. Pengairan sawah
5. Telepon
6. SDM, SDA, aktifitas (peran dan fungsi kota),
kebijakan
Hasil Analisis:
1. Kinerja prasarana
2. Skala pelayanan prasarana
3. Potensi prasarana
4. Permasalahan prasarana
Analisa Pengertian: Metode
Prioritas Analisa ini merupakan kelanjutan dari analisa deskriptif
Pengembangan sebelumnya, yang akan memprioritaskan kuantitatif
Prasarana pengembangan prasarana berdasarkan potensi dan kualitatif
dan permasalahan yang ada.
Tujuan:
Mengetahui prasarana yang perlu mendapat
prioritas untuk pengembangan selanjutnya dan
dalam rangka mendukung pengembangan
kawasan.
Bahan yang Dianalisa:
1. Kinerja prasarana
2. Skala pelayanan prasarana
3. Potensi prasarana
4. Permasalahan prasarana
5. Proyeksi dan distribusi penduduk
6. Proyeksi ekonomi
Hasil Analisa:
Memberi masukan terhadap skenario
pengembangan prasarana
Sumber: Tim Penyusun, 2018
C1=harga koefisien
pengaliran pada bagian
daerah yang sesuai
dengan tata guna
lahannya
A1=luas masing-masing
bagian daerah
BAB IV
KONDISI EKSISTING
KAWASAN
LAPORAN AKHIR IV - 1
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 2
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 3
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Jenis tanah di Kelurahan Ledok terdiri dari latosol cokelat dan asosiasi
andosol. Jenis tanah latosol cokelat berada di seluruh RW yang ada di
Kelurahan Ledok.
LAPORAN AKHIR IV - 4
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
JumlahPendudukLaki − Laki
SexRatio = X 100 %
JumlahPendudukPerempuan
LAPORAN AKHIR IV - 5
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Ledok 4 2 5 0 1 0 1 0
Sumber: Kecamatan Argomulyo dalam Angka, 2018
B. Sarana Kesehatan
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan
bidang sosial. Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat salah satunya adalah menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai
sangat diperlukan dalam upaya peningkatan status kesehatan dan gizi
masyarakat. Hal ini akan terwujud bila adanya dukungan pemerintah
dan swasta sekaligus.
Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia di Kelurahan Ledok
antara lain puskesmas, pustu, balai pengobatan, rumah sakit, apotik,
dan posyandu.
LAPORAN AKHIR IV - 6
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Ledok 0 2 0 0 9 0 3 1 1 32
Sumber: Puskesmas Cebongan dan Puskesmas Tegalrejo, Dinas Kesehatan Kota Salatiga
C. Sarana Peribadatan
Kehidupan beragama yang harmonis sangat didambakan masyarakat.
Hal ini terlihat dari tempat-tempat peribadatan yang ada di sekitar
warga, seperti masjid, gereja, dan pesantren.
Karena Kelurahan Ledok didominasi oleh agama Islam. Sarana
peribadatan lainnya yang merupakan terbanyak kedua adalah gereja,
mengingat umat beragama Kristen juga menjadi jumlah penduduk
terbanyak kedua di Kecamatan Argomulyo.
Pura/Vihara
Keluarahan Masjid Surau Gereja
DLL
Ledok 13 10 3 1
Sumber: BPS, Kota Salatiga 2018
LAPORAN AKHIR IV - 7
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 8
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
ditaburi atau dilengkapi dengan topping parutan keju dan susu kental. Plus
taburan meses untuk versi komplitnya.
Jajanan istimewa ini bisa didapatkan di Singkong Keju D-9. Sebuah
kafe besar yang ada di Jalan Argowiyoto No.8A, Ledok, Argomulyo, menjadi
tempat utama didapatkannya olahan ini. Tak hanya Singkong Keju yang
renyah dan creamy yang bisa didapatkan di kafe ini.
LAPORAN AKHIR IV - 9
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Menurut Hardadi, pemilik Singkong Keju D-9 Salatiga, usaha yang telah
ditekuninya sejak 2009 ini terus berkembang dan diminati. Awalnya, tempat
berjualan dengan gerobak di Lapangan Pancasila. Mulai pertengahan 2011
berpindah jualan ke rumah. Hingga saat itu, pembeli terus mencari oleh-oleh
khas ini. Saat Liburan Lebaran pengunjung meningkat dan omset penjualan
pun naik. Pada lebaran kali ini (2018) bahkan naik hingga 100%. Pada mulanya
D-9 memproduksi sekitar 5 kilogram singkong, kini bisa mencapai antara 2 ton
hingga 3 ton per hari.
Pada kawasan pengolahan singkong ini, tidak hanya D-9 saja, masih
banyak outlet-outlet lainnya yang menjual hasil olahan singkong lainnya
seperti Argotelo Singkong Keju, Singkong Keju Cassava, Ubay Singkong Keju,
Gethuk Satriyo Salatiga, Gethuk Ketel Satu Rasa dan lain-lainnya.
LAPORAN AKHIR IV - 10
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 11
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 12
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 13
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 14
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 15
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 16
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
E. Kebun Pamelo
Pada kawasan ini rencananya akan di bangun gazebo yang melengkapi
tanaman pertanian (pemandangan gunung).
LAPORAN AKHIR IV - 17
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 18
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 19
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR IV - 20
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
6. Limbah Cair
Berdasarkan hasil survei pada saluran drainase yang ada pada
kawasanm terdapat aktivitas pembuangan limbah cair hasil olahan
singkong langsung menuju saluran drainase utama tanpa melewati
penyaringan (tidak ada IPAL).
LAPORAN AKHIR IV - 21
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
BAB V
ANALISIS SITE
V.1. TAUTAN WILAYAH
Analisis tautan wilayah digunakan untuk mengetahui keterkaitan atau
hubungan kawasan yang satu dengan lainnya pada site kawasan sehingga
dapat mengetahui keberadaan site tersebut termasuk didalamnya bentuk
aktivitas. Kawasan Olahan Singkong dan Agrowisata ini terletak di Kelurahan
Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga. Pada kawasan tersebut,
terdapat beberapa titik wisata kuliner dan potensi wisata taman dan
perkebunan, diantaranya yaitu:
1. Wisata Kuliner Olahan Singkong
2. Agrowisata Krasak, meliputi:
a. Kampung Organik/ Hidroponik/ Green House;
b. Taman Edukasi Alaskra;
c. Perkebunan Pamelo;
3. Kampung Pelangi;
Kawasan potensi wisata tersebut, memiliki aksesibilitas yang
terhubung langsung dengan jalan nasional dan jalan utama Kota Salatiga.
Akses Utama
Dari/Ke SEMARANG
1 2
Kawasan Permukiman
Akses Utama Kepadatan Sedang-Tinggi
3
Jalan Nasional
Kawasan Industri
Dari/Ke BOYOLALI
Keterangan:
Gambar V.3 Topografi Pada Saluran Drainase Dekat TPS (Jl. Argotunggal)
Respon:
1. Perlu adanya rekayasa geometrik jalan pada titik Topografi
Landai/Curam yang berdekatan dengan sungai di sisi barat dan timur,
yaitu pelebaran geometrik jalan;
2. Pada titik tersebut, tidak diperbolehkan adanya kendaraan yang
berhenti atau parkir;
3. Perbedaan topografi dapat dimanfaatkan untuk desain saluran
drainase dan IPAL limbah cair dari kawasan olahan singkong.
Respon:
1. Kondisi lingkungan berupa kawasan permukiman, menjadi acuan
dalam rencana penataan kawasan;
2. Adanya kawasan olahan singkong dengan aktivitas pengunjung yang
cukup besar, memerlukan penataan berupa sirkulasi dan rencana
ruang parkir agar tidak menggangu lalu lintas lingkungan sekitar;
Perhatian utama fokus pada pintu akses ruas Jl. Argotunggal karena
berada pada persimpangan “ABC” yang lalu lintasnya tergolong cukup
padat. Permasalahan utama yang terjadi yaitu:
a. Geometrik Persimpangan terlalu kecil, sehingga mempengaruhi
arah pandangan kendaraan keluar kawasan menuju ruas utama;
LAPORAN AKHIR V - 10
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Respon:
Diperlukan peningkatan ruas jalan utama kawasan olahan singkong dan
agrowisata krasak, diantaranya:
1. Pelebaran Badan Jalan Agrowiyoto;
2. Pelebaran Geometrik Gerbang Utama Kawasan (Sp. ABC)
3. Pengaturan Sirkulasi pada Kawasan untuk mengurangi titik
konflik pada dalam kawasan maupun diluar kawasan;
4. Diperlukan pengaktifan Traffic Light (Perbaikan);
5. Dapat diperlakukan rekayasa lalu lintas berupa arah pergerakan
(Misal, Sistem Satu Arah);
LAPORAN AKHIR V - 11
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
Respon:
1. Untuk saluran drainase di ruas Jl. Argowiyoto diarahkan ke
saluran yang berdekatan dengan TPS Ledok (Barat)
2. Sedangkan aliran pembuangan IPAL diarahkan ke saliuran primer
pada sungai di sisi timur kawasan (menuju Krasak).
LAPORAN AKHIR V - 12
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
BAB VI
KONSEP PENATAAN
KAWASAN
VI.1. KONSEP PENATAAN KAWASAN
VI.1.1. Konsep Penataan
LAPORAN AKHIR VI - 1
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
1. Aktivitas Utama
Aktivitas utama adalah yang dilakukan oleh wisatawan (pengunjung)
dan mendapat perhatian utama kawasan oleh pengunjung dan
pengelola, diantaranya:
a. Kuliner Olahan Singkong
Kuliner olahan singkong ini terdiri dari 2 aktivitas, yaitu:
1) Olahan Singkong makan ditempat;
2) Olahan Singkong sebagai buah tangan (Oleh-oleh);
b. Taman Alaskra
Beberapa aktivitas didalamnya berupa taman-taman permainan
bertemakan alam.
c. Kampung Hidroponik
d. Perkebunan Palemo
1) Memetik Hasil Perkebunan
2) Menanam Bibit Buah Dll.
2. Aktivitas Pendukung
Aktivitas pendukung/service lebih banyak untuk kegiatan pelayanan
dan penunjang seperti parkir, ibadah, dan kebersihan.
LAPORAN AKHIR VI - 2
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR VI - 1
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR VI - 1
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
LAPORAN AKHIR VI - 2
MASTERPLAN KAWASAN OLAHAN SINGKONG
BAB VII
KESIMPULAN DA
REKOMENDASI
VII.1. KESIMPULAN
1. Kawasan Olahan Singkong dan Agrowisata Krasak yang akan
dikembangkan di Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo
diarahkan pada Konsep Kawasan Wisata yang Terintegrasi.
Integrasi disini yaitu menghubungkan antara kawasan kuliner
olahan singkong dengan kawasan Agrowisata Krasak yang terdiri
dari Taman Alaskra, Perkebunan Palemo, dan Kampung
Hidroponik (Green House).
2. Tujuan dari konsep ini, adalah penawaran paket wisata di
Kelurahan Krasak yang terdiri dari Kawasan Kuliner Olahan
Singkong dan Agrowisata Krasak. Aktivitas utama saat ini yaitu
Kawasan Kuliner Olahan Singkong. Dipertahankan menjadi
magnet bagi kawasan wisata di Kelurahan Ledok. Harapannya,
perlahan kawasan Agrowisata menjadi semakin ramai kunjungan
wisatawan baik lokal maupun kawasan hinterland Kota Salatiga.
VII.2. REKOMENDASI
Beberapa tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk mendukung
hal konsep pengembangan wisata tersebut di atas diantaranya:
1. Mempersiapkan lahan atau tempat, yang dapat dipergunakan sebagai
ruang parkir bagi kendaraan pengunjung, mengingat permasalahan
utama kawasan ini adalah kekurangan lahan untuk parkir kendaraan
pengunjung;
2. Memperbaiki saluran drainase pada ruas Jl. Argowiyoto agar dapat
dimanfaatkan sebagai ruang parkir kendaraan (on Street Parking);
Contents
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................................................................1
VII.1. KESIMPULAN ............................................................................................................1
VII.2. REKOMENDASI .........................................................................................................1