Anda di halaman 1dari 6

Jenis Jenis Kerusakan Beton

Nama : Deden Firmansyah


NIM : 1870121022
Fakultas : Teknik
Jurusan : Arsitektur
Dosen : Estika Ellizer, ST. MT.
Mata Kuliah : Teknologi Bahan
Pendahuluan
 Di Indonesia penggunaan beton polimer sebagai bahan konstruksi masih belum banyak digunakan mengingat harganya yang
masih relatif mahal, akan tetapi jika melihat pemakaian beton polimer yang dapat di aplikasikan untuk pemakaian anti
korosif lantai misalnya perlu dipikirkan tanpa mempertimbangkan harga yang dikeluarkan. Barangkali suatu saat kita dapat
menggunakan beton polimer sebagai beton massal. Penggunaan polimer sebagai bahan konstruksi umumnya masih terbatas
sebagai bahan untuk perbaikan material. Dalam tulisan ini dilakukan dengan studi literatur terhadap artikel, leaflet,
materi short course maupun majalah serta penelitian terkait yang telah dilakukan. Adapun tulisan ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran mengenai jenis-jenis kerusakan yang sering terjadi pada beton bertulang serta metode
perbaikannya dengan menggunakan bahan polimer khususnya.
 Kerusakan pada beton dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu :
 
 Kondisi  beton yang memburuk atau berkurangnya mutu kekuatan beton.
Berkurangnya kekuatan beton dapat diakibatkan oleh material pembentuk yang tidak awet, proses beku-cair cs, reaksi
agregat alkali dan lain-lain. Kerusakan beton juga bisa diakibatkan oleh melengkung atau tidak tepatnya kelurusan batang
ruji (dowel) dan tegangan-tegangan yang timbul akibat ekspansi dan penyusutan.
 
 Kerusakan yang diakibatkan oleh lemahnya struktur beton, lapis pondasi bawah (subbase), dan tanah-dasar.

Beton rusak oleh akibat beban yang berlebihan, pemompaan  (pumping), pecahnya bagian pojok pelat, rusaknya
sambungan dan lain-lain.

Kerusakan beton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


 Spalling
 Deformasi (deformation)
 Retak (cracks)
 Disintegrasi (disintegration).
Contoh Kerusakan Beton
1. SPALLING
 Spalling adalah retak, pecah atau chipping pada joint atau pula retak pinggir. Biasanya terjadi 0,6 meter dari joint/retak pinggir. Spalling dapat
menyebabkan lepas berpuing pada beton, roughness, yang umumnya merupakan indikator kelanjutan kerusakan joint/retak. Biasanya spalling
disebabkan oleh terlampauinya tegangan pada joint/retak yang disebabkan infiltrasi incompressible material dan kelanjutan dari proses expansi.
Disintergrasi beton dari freeze-thaw atau retak “d”. Lemahnya beton pada joint kerena kurang  padat. Missalignment atau dowel berkarat dan
juga beban lalu lintas yg berat atau berlebihan.
 Metode perbaikan pada kerusakan spalling, tergantung pada besar dan dalamnya spalling yang terjadi. Ada 4 metode spalling, yaitu :
  Patching
Untuk spalling yang tidak terlalu dalam (kurang dari selimut beton) dan area yang tidak luas, dapat digunakan metode patching. Metode
perbaikan ini adalah metode perbaikan manual, dengan melakukan penempelan mortar secara manual. Pada saat pelaksanaan yang harus
diperhatikan adalah penekanan pada saat mortar ditempelkan, sehingga benar-benar didapatkan hasil yang padat.
Material yang digunakan harus memiliki sifat mudah dikerjakan, tidak susut dan tidak jatuh setelah terpasang (lihat maksimum ketebalan yang
dapat dipasang tiap lapis), terutama untuk pekerjaan perbaikan overhead. Umumnya yang dipakai adalah monomer mortar, polymer mortar dan
epoxy mortar.
  Grouting
Sedang pada spalling yang melebihi selimut beton, dapat digunakan metode grouting, yaitu metode perbaikan dengan melakukan pengecoran
memakai bahan non-shrink mortar. Metode ini dapat dilakukan secara manual (gravitasi) atau menggunakan pompa.
Pada metode perbaikan ini yang perlu diperhatikan adalah bekesting yang terpasang harus benar-benar kedap, agar tidak ada kebocoran spesi
yang mengakibatkan terjadinya keropos dan harus kuat agar mampu menahan tekanan dari bahan grouting. Material yang digunakan harus
memiliki sifat mengalir dan tidak susut. Umumnya digunakan bahan dasar semen atau epoxy.
 Shotcrete (Beton Tembak)
Shotcrete merupakan metode ketiga, yaitu metode yang sebaiknya dilakukan apabila spalling terjadi pada area yang sangat luas. Pada metode
ini tidak diperlukan bekesting lagi seperti halnya pengecoran pada umumnya. Metode shotcrete ada dua sistim yaitu dry-mix dan wet-mix.
Pada sistem dry-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran kering dan akan tercampur dengan air di ujung selang. Sehingga
mutu dari beton yang ditembakkan sangat tergantung pada keahlian tenaga yang memegang selang yang mengatur jumlah air. Tapi sistim ini
sangat mudah dalam perawatan mesin shotcrete-nya, karena tidak pernah terjadi ‘blocking’.
Pada sistem wet-mix, campuran yang dimasukkan dalam mesin berupa campuran basah, sehingga mutu beton yang ditembakkan lebih seragam.
Tapi sistim ini memerlukan perawatan mesin yang tinggi, apalagi bila sampai terjadi ‘blocking’.
Pada metode shotcrete, umumnya digunakan additive untuk mempercepat pengeringan (accelerator), dengan tujuan mempercepat pengerasan
dan mengurangi terjadinya banyaknya bahan yang terpantul dan jatuh (rebound).
 Grout Preplaced Aggregat (Beton Prepack)
Metode perbaikan lainnya untuk memperbaiki kerusakan berupa spalling yang cukup dalam adalah dengan metode Grout Preplaced Aggregat.
Pada metode ini beton yang dihasilkan adalah dengan cara menempatkan sejumlah agregat (umumnya 40% dari volume kerusakan) kedalam
bekesting, setelah itu dilakukan pemompaan bahan grout, kedalam bekesting.
Material grout yang umumnya digunakan adalah polymer
Contoh Kerusakan Beton
2. DEFORMASI
 Deformasi   adalah   sembarang   perubahan   permukaan beton dan bentuk aslinya. Penyebab dari deformasinya beton adalah :
 Beban lalu lintas.
 Pengaruh lingkungan, atau pengaruh lain seperti : tanah pondasi mudah mengembang, mudah membeku atau penurunan tanah
pondasi yang berlebihan.
Retakan pelat beton atau gerakan relatif diantara pelat-pelat. Deformasi mengurangi kualitas kenyamanan kendaraan dan dapat
menimbulkan genangan air yang menambah kemungkinan air masuk ke celah beton. Genangan air ini juga dapat
mengakibatkan kecelakaan.
Berikut adalah kerusakan beton yang merupakan bagian dari deformasi :
  Pemompaan (Pumping)
 Pemompaan   adalah   peristiwa terangkatnya campuran air, pasir, lempung di sepanjang sambungan transversal atau
longitudinal. Tahap awal dari pemompaan lapis pondasi dari material granuler sama dengan pemompaan pada tanah berbutir
halus. Suatu rongga terbentuk oleh beban yang berulang-ulang pada material pondasi. Rongga-rongga ini awalnya adalah akibat
dari pemadatan lapis pondasi atau tanah dasar yang tidak baik, atau dapat pula rongga berasal dari butiran halus yang terkumpul
di dalam lapis pondasi akibat deformasi permanen yang berlebihan pada bagian lapis pondasi sebelah atas. Kemudian air masuk
ke dalam rongga. Jika material granuler gradasinya padat, maka material akan tetap di bawah pelat sampai terangkut oleh
pengaruh defleksi pelat akibat beban berulang dari lalu lintas. Retak transversal dapat terjadi oleh akibat pemompaan. Retak ini
diakibatkan oleh material berbutir halus yang terangkut ke atas dari tanah dasar, sehingga mengurangi cukungan tanah dasar
pada pelat beton. Tipe kerusakan semacam ini tidak mudah untuk di identifikasi. Kemungkinan  kerusakan dapat dikenali dengan
sambungan atau retakan yang di sampingnya terdapat endapan material berbutir halus 
yang terpompa.
 Faktor penyebab kerusakan :
 Seperti yang telah dijelaskan diatas adalah akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah-dasar atau lapis pondasi,
ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara berulang-ulang, sehingga mengurangi dukungan tanah
dasar pada pelat beton.
 
 Cara perbaikan :
 Menutup retakan atau celah sambungan dengan material pengisi (joint sealing).
 Menyuntikkan (grouting) material pengisi ke dalam rongga di bawah pelat yang retak (under seal).
Contoh Kerusakan Beton
3. RETAK
 Retak yang terjadi pada beton disebabkan oleh beberapa faktor dengan pola retak yang berbeda-beda. Penyebab perbedaan pola ini juga bermacam-
macam.
 Retak susut terjadi akibat dari penyusutan betonnya sendiri. Retak ini sering terjadi selama masa pengeringan. Bentuk retakan biasanya pendek-pendek
dengan jarak yang acak, baik dalam arah memanjang dan melintang. Semua beton dengan semen portland akan mengalami retak susut, tapi bila
perancangan baik, retak ini bisa dikendalikan. Sehingga tidak merusak beton.
 Secara umum, retak pada beton dapat di akibatkan oleh banyak hal, seperti:
 Kekuatan (mutu bahan) dan tebal beton kurang.
 Beban kendaraan berlebihan (overload).
 Kehilangan dukungan tanah-dasar yang diakibatkan oleh pemompaan (pumping).
 Pasti lebar pelat beton terhadap panjang tidak benar (sambungan terlalu jauh).
 Tegangan tekuk yang berlebihan oleh akibat perubahan temperatur.
 Tidak sempurnanya transfer beban pada sambungan sambungan.
 Sambungan tidak cukup dalam atau buruknya sambungan.
  
 Pada prinsipnya, bila tegangan pada beton terlalu tinggi, maka akan mengakibatkan beton retak. Pecahnya struktur beton yang disebabkan oleh kelelahan
atau beban yang berlebihan terjadi dalam bentuk pecahan di sudut, pecah ke arah memanjang, atau melintang. Retak yang banyak terjadi di dekat
sambungan mungkin akibat pecah struktural, sedang pecah yang terjadi di pusat pelat beton adalah akibat tekukan atau kontraksi.
  
 Retaknya pelat beton bisa berakibat pada:
 Hilangnya kenyamanan dalam berkendaraan (kegagalan fungsional).
 Hilangnya kemampuan pelat beton dalam menyebarkan began ke lapisan di bawahnya.
 Hilangnya keindahan permukaan jalan.
 Korosi pada tulangan beton.
 Masuknya air ke lapisan lebih bawah, sehingga dukungan terbaclap pelat melemah.
  
 Untuk membuat retakan terlihat rapih, maka di permukaan beton dibarut atau dibuat alur yang lurus pada interval tertentu. Retak tambahan dapat terjadi
akibat tegangan-tegangan yang disebabkan olek kontraksi atau melengkungnya pelat beton.
 Bila beton timbul retak, maka segera dibersihkan dan ditutup. Jika terdapat problem struktural, maka harus ditambal pada seluruh kedalamannya. Jika
terdapat rongga di bawah pelat, maka rongga harus ditutup dengan aspal atau bahan lain. Seluruh sambungan dan retakan harus ditutup dengan bahan
perekat supaya masuknya air dan bahan asing yang lain dapat dicegah. Jika sambungan atau retakan tidak ditutup, maka kemungkinan besar akan terjadi
kerusakan beton secara menyeluruh.
Contoh Kerusakan Beton
4. DISINTEGRASI
Disitegrasi adalah terurainya pelat beton kedalam bagian kecil-kecil. Kerusakan ini apabila tidak dicegah secepatnya maka
harus dilakukan perbaikan total.

 Scaling/Map Cracking/Crazing
 Map  cracking  atau  crazing  menunjukkan  suatu  bentuk jaringan retak dangkal, halus atau retak rambut yang
berkembang hanya di permukaan beton. Retakan cenderung bersudut 1200. Map cracking atau crazing biasanya
disebabkan oleh pekerjaan akhir beton yang berlebihan (overfinishing) dan mungkin berakibat scaling yang memecahkan
permukaan beton pada kedalaman sampai 1/4 - 1/2  in (6--13 mm). Scaling merupakan pengelupasan permukaan beton
semen portland secara berangsur-angsur akibat hilangnya mortar yang diikuti dengan hilangnya agregat, atau hilangnya
agregat oleh akibat gangguan, yang diikuti dengan hilangnya mortar. Dalam kerusakan yang sudah parah, pengelupasan
permukaan beton bisa berlanjut sampai kedalaman yang dalam. Scaling mudah sekali dikenali dan merupakan kerusakan
yang umum terjadi pada beton. Ditinjau dari kekuatan struktur, kerusakan semacam ini tidak berakibat serius.
  
 Faktor penyebab kerusakan :
 Pencampuran adukan beton buruk.
 Agregate kotor yang menyebabkan lumpur dan lempung mengalir ke permukaan saat proses penyelesaian.
 Perawatan/pengeringan beton kurang baik.
 Siklus beku-cair, hilangnya lapisan es.
  
 Cara perbaikan :
 Pelat diganti.
 Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman
 Pada area rusak dengan kedalaman sekitar  10 mm atau kurang, perbaikan sementara dapat dilakukan dengan
menggunakan penutup larutan emulsi aspal.
 Jika  kerusakan beton dalam, beton hares (hull) dengan beton aspal sebagai lapisan tambahan (overlay)

Anda mungkin juga menyukai