KELAS A
Dibuat oleh :
Nabil Amirul Haq (03311640000087)
Dosen :
Khomsin, S.T., M.T.
Tanggal Pengumpulan :
5 September 2019
Beberapa garis pantai mengalami dua pasang tinggi hampir sama dan dua pasang
surut setiap hari, yang disebut gelombang semi- diurnal . Beberapa lokasi mengalami
hanya satu tinggi dan satu surut setiap hari , disebut pasang diurnal . Beberapa lokasi
mengalami dua pasang yang merata dalam sehari , atau kadang-kadang satu tinggi dan
satu rendah setiap hari, ini disebut pasang campuran. Waktu dan amplitudo pasang surut
dipengaruhi oleh keselarasan Matahari dan Bulan bergantung pada pola pasang surut di
laut dalam,sistem amphidromi lautan, dan dengan bentuk garis pantai dan juga pada profil
batimetri (Haristyana,2012).
Pasang surut bervariasi pada rentang waktu mulai dari beberapa jam hingga dalam
hitungan tahun karena berbagai pengaruh/factor eksternal. Untuk membuat catatan yang
akurat , tide gauge di stasiun harus tetap mengukur tingkat air dari waktu ke waktu.
Pengukuran boleh mengabaikan variasi yang disebabkan oleh gelombang dengan periode
yang lebih pendek dalam hitungan menit. Kemudian data dapat dibandingkan dengan
referensi ( atau datum ) permukaan laut (Hasibuan,2009).
Pasang biasanya bersumber dari fluktuasi permukaan laut dalam jangka pendek,
permukaan air laut juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dan gaya gaya luar seperti
angin dan perubahan/gradien tekanan udara sehingga bisa saja terjadi lonjakan terutama
di laut dangkal dan laut yang dekat dengan pantai. Fenomena pasang surut tidak hanya
terbatas pada lautan , tetapi dapat terjadi pada tempat lain setiap kali medan gravitasi
terjadi pada tempat tersebut (Rahayu, 2011).
Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi secara
berulang dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu
rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan
mengelilingi matahari. Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan
terhadap bumi, dimana gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali
lebih besar daripada gaya tarik matahari. Secara statistik, Bulan menyebabkan hampir
70% efek pasang surut. Sedangkan matahari memiliki pengaruh sebesar 30%
(Triatmodjo, 1999).
(AO1+AK1)
F= ___________
(AM2+AS2)
Komponen pasang surut merupakan uraian dari resultan gaya penggerak pasang
surut. Resultan gaya pasut adalah resultan dari gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan
matahari. Komponen pasut dapat dianalisa dengan metode harmonik, dengan dasar bahwa
pasut yang terjadi adalah superposisi atau penjumlahan dari berbagai komponen pasut.
Berikut adalah komponen-komponen yang dimaksut.
Tabel 1. Komponen Pasang Surut
Komponen Simbol Keterangan
Utama bulan M2 Pasut semi diurnal
Utama matahari S2
Bulan akibat variasi N2
bulanan jarak bumi - bulan
Matahari – bulan akibat K2
perubahan sudut deklinasi
matahari - bulan
Matahari - bulan K1
Utama - bulan O1 Pasut Diurnal
Utama - matahari P1
Utama - bulan M4 Perairan dangkal
Matahari - bulan MS4
Dalam pengamatan pasang surut air laut akan didapatkan beberapa referensi
ketinggian. Referensi ketinggian ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
referensi ketinggian pada peta, serta sebagai pedoman dalam pembuatan atau
perencanaan pembangunan pesisir. Setidaknya terdapat tujuh referensi ketinggian yang
didapat, yaitu :
Muka air tinggi ( High Water Level ), muka air tertinggi yang dicapai pada saat
air
pasang dalam satu siklus pasang surut.
Muka air rendah ( Low Water Level ), kedudukan air terendah yang dicapai pada
saat
air surut dalam satu siklus pasang surut.
Muka air tinggi rerata ( Mean High Water Level, MHWL ), adalah rerata dari
muka
air tinggi pada periode tertentu.
Muka air rendah rerata ( Mean Low Water Level, MLWL ), adalah rerata dari
muka
air rendah selama periode tertentu.
Muka air laut rerata ( Mean Sea Level, MSL ), adalah muka air rerata antara muka
air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
VI. INSTRUMEN PENGUKUR PASANG SURUT AIR LAUT
A. Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk
mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan
biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).
B. Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan
otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut
yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui
melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak
dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang
dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa
sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali
dipakai untuk pengamatan pasang surut (Sahala dan Steward, 2008).
C. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem
satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif
ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari
lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip
Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi
tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan
balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu
pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan
laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi
muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai
selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus
dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret
waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat
variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008).
Gambar 9. Nelayan
Kegiatan tambak produksi garam