Anda di halaman 1dari 12

TUGAS 1 PASANG SURUT AIR LAUT

KELAS A

TEORI PASANG SURUT AIR LAUT DAN APLIKASINYA

Dibuat oleh :
Nabil Amirul Haq (03311640000087)

Dosen :
Khomsin, S.T., M.T.

Tanggal Pengumpulan :
5 September 2019

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
I. PENDAHULUAN

Gambar 1. Gelombang Pasang Surut


Pasang surut adalah naik turunnya muka air laut secara berirama. Pasang surut
pada gelombang perairan dangkal bisa memiliki panjang gelombang yang sangat panjang
(hingga ribuan kilometer). Pasang surut disebabkan oleh gaya tarik gravitasi Matahari
dan Bulan di pada lautan di Bumi. Pasang laut terjadi di sekitar titik amphidromi. Interaksi
dengan gelombang berdiri atau standing wave dapat menciptakan pasang surut yang
sangat besar dalam cakupan laut laut sempit sekalipun. Pasang surut air laut disebabkan
oleh efek gabungan dari gaya gravitasi yang diberikan oleh Bulan dan Matahari dan rotasi
Bumi (Halim,2006).

Beberapa garis pantai mengalami dua pasang tinggi hampir sama dan dua pasang
surut setiap hari, yang disebut gelombang semi- diurnal . Beberapa lokasi mengalami
hanya satu tinggi dan satu surut setiap hari , disebut pasang diurnal . Beberapa lokasi
mengalami dua pasang yang merata dalam sehari , atau kadang-kadang satu tinggi dan
satu rendah setiap hari, ini disebut pasang campuran. Waktu dan amplitudo pasang surut
dipengaruhi oleh keselarasan Matahari dan Bulan bergantung pada pola pasang surut di
laut dalam,sistem amphidromi lautan, dan dengan bentuk garis pantai dan juga pada profil
batimetri (Haristyana,2012).

Pasang surut bervariasi pada rentang waktu mulai dari beberapa jam hingga dalam
hitungan tahun karena berbagai pengaruh/factor eksternal. Untuk membuat catatan yang
akurat , tide gauge di stasiun harus tetap mengukur tingkat air dari waktu ke waktu.
Pengukuran boleh mengabaikan variasi yang disebabkan oleh gelombang dengan periode
yang lebih pendek dalam hitungan menit. Kemudian data dapat dibandingkan dengan
referensi ( atau datum ) permukaan laut (Hasibuan,2009).
Pasang biasanya bersumber dari fluktuasi permukaan laut dalam jangka pendek,
permukaan air laut juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dan gaya gaya luar seperti
angin dan perubahan/gradien tekanan udara sehingga bisa saja terjadi lonjakan terutama
di laut dangkal dan laut yang dekat dengan pantai. Fenomena pasang surut tidak hanya
terbatas pada lautan , tetapi dapat terjadi pada tempat lain setiap kali medan gravitasi
terjadi pada tempat tersebut (Rahayu, 2011).

Pasang surut adalah perubahan atau perbedaan permukaan laut yang terjadi secara
berulang dengan periode tertentu karena adanya gerakan dari benda-benda angkasa yaitu
rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan
mengelilingi matahari. Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan
terhadap bumi, dimana gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali
lebih besar daripada gaya tarik matahari. Secara statistik, Bulan menyebabkan hampir
70% efek pasang surut. Sedangkan matahari memiliki pengaruh sebesar 30%
(Triatmodjo, 1999).

II. TEORI KESETIMBANGAN PASANG SURUT

Gambar 2. Teori Kesetimbangan Pasut


Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-
1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi
ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia)
diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan
gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng
surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2
yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari (Pond dan Pickard, 1978).
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan
densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya
sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan,
dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi
dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).

III. TEORI DINAMIS PASANG SURUT

Gambar 3. Teori Dinamis Pasut


Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen
masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-
gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan
konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP,
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori
ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori
kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori
dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang
periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang,
maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
1. Kedalaman perairan dan luas perairan
2. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
3. Gesekan dasar rotasi bumi
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan
berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan,
sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi
di equator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai
maksimum pada kedua kutub. Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan
pergerakan benda tersebut. (Yogi,2010).
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya
Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang
pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta mengakibatkan persamaan
gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal perairan maka semaikin besar
pengaruh gesekannya (Pond dan Pickard, 1978).

IV. TIPE PASANG SURUT AIR LAUT


Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang
surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers
(1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1. Pasang surut diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya
terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2. Pasang surut semi diurnal
Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir
sama tingginya.
3. Pasang surut campuran
Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi
kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum,
terbentuk pasut diurnal.
Gambar 4. Tipe Pasang Surut

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :


1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam
satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya
hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam
tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan
waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.

Gambar 5. Tipe Pasut Campuran Condong Harian Ganda

(AO1+AK1)
F= ___________
(AM2+AS2)

Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl


dimana:
AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AK1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan
AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dimana :
F ≤ 0.25 : Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal
1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda
F > 3.0 : Pasut campuran dominan tunggal

V. KOMPONEN PASANG SURUT

Komponen pasang surut merupakan uraian dari resultan gaya penggerak pasang
surut. Resultan gaya pasut adalah resultan dari gaya tarik menarik antara bumi, bulan dan
matahari. Komponen pasut dapat dianalisa dengan metode harmonik, dengan dasar bahwa
pasut yang terjadi adalah superposisi atau penjumlahan dari berbagai komponen pasut.
Berikut adalah komponen-komponen yang dimaksut.
Tabel 1. Komponen Pasang Surut
Komponen Simbol Keterangan
Utama bulan M2 Pasut semi diurnal
Utama matahari S2
Bulan akibat variasi N2
bulanan jarak bumi - bulan
Matahari – bulan akibat K2
perubahan sudut deklinasi
matahari - bulan
Matahari - bulan K1
Utama - bulan O1 Pasut Diurnal
Utama - matahari P1
Utama - bulan M4 Perairan dangkal
Matahari - bulan MS4

VI. REFERENSI ELEVASI PASUT

Dalam pengamatan pasang surut air laut akan didapatkan beberapa referensi
ketinggian. Referensi ketinggian ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti
referensi ketinggian pada peta, serta sebagai pedoman dalam pembuatan atau
perencanaan pembangunan pesisir. Setidaknya terdapat tujuh referensi ketinggian yang
didapat, yaitu :

 Muka air tinggi ( High Water Level ), muka air tertinggi yang dicapai pada saat
air
 pasang dalam satu siklus pasang surut.
 Muka air rendah ( Low Water Level ), kedudukan air terendah yang dicapai pada
saat
 air surut dalam satu siklus pasang surut.

 Muka air tinggi rerata ( Mean High Water Level, MHWL ), adalah rerata dari
muka
 air tinggi pada periode tertentu.

 Muka air rendah rerata ( Mean Low Water Level, MLWL ), adalah rerata dari
muka
 air rendah selama periode tertentu.

 Muka air laut rerata ( Mean Sea Level, MSL ), adalah muka air rerata antara muka
air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
VI. INSTRUMEN PENGUKUR PASANG SURUT AIR LAUT
A. Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan
Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk
mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan
biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. (Yogi,2010).

B. Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan
otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut
yang kemudian direkam ke dalam komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
1. Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui
melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording
unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak
dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
2. Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun
perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang
dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa
sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali
dipakai untuk pengamatan pasang surut (Sahala dan Steward, 2008).
C. Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem
satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif
ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari
lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip
Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar
(transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi
tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa
gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan
balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit (Wibowo, 2007).
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik altimetri yaitu
pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak vertikal dari satelit ke permukaan
laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi
muka laut (Sea Surface Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai
selisih antara tinggi satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus
dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret
waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat
variasi temporal periode panjang dan fenomena sekularnya (Sahala dan Steward, 2008).

VI. APLIKASI PASANG SURUT


 Pembangkit listrik tenaga pasang surut

Gambar 6. Ocean Tide Generator


 Koreksi data pemeruman

Gambar 7. Koreksi Pasut Pada Data Pemeruman


 Kegiatan perikanan tambak ikan di wilayah pantai

Gambar 8. Tambak Ikan


 Pembantu navigasi bagi nelayan dan pelaut lainnya

Gambar 9. Nelayan
 Kegiatan tambak produksi garam

Gambar 10. Tambak Garam


DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Syekh.dkk. 1997. Ensiklopedia Nasional Indonesia. Jakarta: PT Delta


Pamungkas
Dronkers, J. J. 1964. Tidal Computations in rivers and coastal waters. North Holland
Publishing Company. Amsterdam
Fadilah, Suripin, dan Sasongko, D. P. (2014). Menentukan Tipe Pasang Surut dan
Muka Air Rencana Perairan Laut Kabupaten Benkulu Tengah Menggunakan
Metode Admiralty. Maspari Journal, 6 (1), 1-12

Hutabarat, Sahala dan M.Evans, Stewart. 2008. Pengantar Oseanografi. Jakarta:


Universitas Indonesia (UI-Press).
Heron Surbakti, M.Si. 2007. Oseanografi : Pasang Surut . from
http://surbakti77.wordpress.com/2007/09/03/pasang-surut/ . Akses pada tanggal
4 September 2019 pukul 19.25 WIB.
Pond dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon Press,
Oxford
Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga
Report Vol. 2 Scripps, Institute Oceanography, California.
Wibowo, Henky. 2007. Oseanografi Fisika. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/408-faktor-
penyebab-terjadinya-arus . Diakses tanggal 6 Desember 2013 16.45 WIB.
Yogi Suardi. 2010. Oseanografi Fisika – Pasang Surut. From
http://www.ilmukelautan.com/oseanografi/fisika-oseanografi/402-pasan-surut.
Akses pada tanggal 4 September 2019 pukul 21.15 WIB.

Anda mungkin juga menyukai