Pelat adalah rasuk yang lebarnya lebih besar dari tingginya, sedangkan balok adalah
rasuk yang tingginya lebih besar dari lebarnya.
h h
b
b
Saat ini pelat beton merupakan suatu system lantai yang dipakai sebagian besar
bangunan. Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen pelat
lantai, balok anak, balok induk dan kolom yang biasanya merupakan satu kesatuan
yang monolit.
Pelat sering dipakai sebagai atap, dinding, lantai tangga,jembatan maupun
pelabuhan. Petak pelat dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan balok
induk pada kedua sisi pendek. Apabila pelat didukung pada keempat sisinya
dinamakan sebagai pelat dua arah (two way slab) dimana lenturan akan terjadi pada
dua arah yang saling tegak lurus. Apabila perbandingan sisi panjang dengan sisi
pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2 pelat tersebut dapat dianggap
sebagai pelat satu arah (one way slab) dengan lenturan utamanya pada arah sisi
yang lebih pendek.
Perhitungan untuk pelat satu arah dilakukan sama seperti perhitungan balok dengan
b diambil selebar satu meter. Pelat dua arah yaitu pelat yang menumpu pada
keempat sisinya tetapi perbandingan sisi panjang Ly dan sisi pendek Lx kurang
dari dua lylx 2
Tipe Pelat
1. Sistem Lantai Flat Slab
Pada system ini pelat beton bertulang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa
balok-balok. Sistem ini digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban
tidak terlalu berat misalnya pada bangunan apartemen atau hotel.
Untuk menghindari terjadinya pons, serta untuk memperkuat pelat terhadap gaya
geser dan lentur biasanya bagian bagian kritis pelat disekitar kolom penumpu diberi
pertebalan yang disebut drop panel Penebalan yang membentuk kepala kolom
disebut column capital .
Flat slab yang memiliki ketebalan mereta tanpa adanya drop panel ataupun kepala
kolom disebut Flat plate. Tebal plantai flat slab umumnya berkisar antara 125
sampai 250 mm untuk bentangan 4,5 sampai 7,5 m. Sistem ini banyak digunakan
pada bangunan rendah yang beresiko kecil terhadap beban angin dan gempa.
2. Sistem lantai Grid
Sistem lantai grid dua arah (waffle system) memiliki balok-balok yang saling
bersilangan dengan jarak yang relative rapat dan menumpu pelat atas yang
tipis.Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi berat sendiri pelat dan dapat
didesain sebagai flat slab atau pelat dua arah, tergantung bentuk konfigurasinya.
Sistem ini efisien untuk bentangan antara 9 hingga 12 m.
3. Sistem Lajur Balok
Sistem ini sama dengan system balok pelat, hanya saja disini menggunakan balok-
balok dangkal yang lebih lebar. System ini banyak diterapkan pada bangunan yang
mementingkan tinggi antar lantai. Seperti terlihat pada gambar bahwa balok lajur
(band beam) tidak perlu dihubungkan degan kolom interior atau kolom ekterior.
Pelat diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki momen
inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok. Alternative lain
adalah dengan menempatkan balok-balok anak membentang diantara balok-balok
lajur (bagian kanan skema). Keuntungan disini ialah dapat menghemat pemakaian
cetakan.
Apabila suatu pelat lantai ditumpu sederhana oleh balok pada sisi-sisi panjangnya
yang saling berhadapan, perhitungan nya dilakukan sama seperti perhitungan balok,
demikian juga untuk pelat yang menumpu pada keempat sisinya tetapi
perbandingan sisi panjang dengan sisi pendeknya ≥2 maka pelat dianggap
menumpu pada sisi panjang , karena beban yang bekerja pada arah sumbu pendek
lebih besar dari beban yang bekerja pada arah sumbu panjang, hal ini dapat dilihat
seperti sket gambar berikut:
Pelat ditumpu pada keempat sisinya, dan beban yang ditahan pelat adalah w,
dimana beban yang ditahan kearah sumbu panjang Ly adalah ωy dan beban yang
ditahan sumbu pendek Lx adalah ωx
lx lx
lx
ly ly
5 x.Lx 4 5 y.Ly 4
x . dan y .
384 EI 384 EI
Dari persamaan diatas terlihat bahwa nilai x y , atau dengan kata lain
bentang pendek Lx menahan beban yang lebih besar dari bentang panjang.
Tebal pelat terlentur satu arah tergantung pada beban atau momen lentur yang
bekerja, defleksi yang terjadi dan kebutuhan kuat geser yang dikehendaki.. SKSNI
menentukan tinggi /tebal min. pelat lantai beton bertulang dikaitkan dengan bentang
dalam rangka membatasi lendutan yang besar sehingga mengganggu kemampuan
struktur saat menerima beban kerja sbb:
Nilai diatas adalah untuk mutu baja 40 , bila digunakan mutu baja selain
fy
mutu 40 maka nilai diatas harus dikalikan dengan factor ( 0,40 ) dan bila
700
dipakai beton ringan (satuan masa 1500 – 2000 kg/m3 ) maka daftar diatas harus
dikalikan dengan ( 1,85 – 0,005 Wc) tapi nilai tersebut tidak boleh kurang dari 1,09.
Beton akan mengalami penyusutan sewaktu mengeras. Susut ini dapat diperkecil
dengan memakai beton berkadar air rendah, namun tetap memperhatikan
kelemasan, kekuatan yang diinginkan dan proses pembasahan setelah beton dicor.
Bila beton tidak mengalami kontraksi susut secara bebas , akan timbul tegangan
yang disebut tegangan susut (shrinkage stress). Perbedaan suhu relative terhadap
suhu waktupengecoran juga dapat menimbulkan efek yang serupa dengan
penyusutan.Tegangan susut atau teganagan temperature ini dapat menimbulkan
retak dan retak ini dapat diperkecil dengan memberi tulangan susut, dan retak yang
timbul tadi disebut retak rambut.
Rasio minimum Tulangan Susut dan Temperatur untuk pelat adalah :
Pelat yang menggunakan tulangan ulir mutu 30 adalah 0,0020 . b . h
Pelat yang menggunakan tulangan ulir atau jaringan kawat
Soal:
Rencanakan suatu pelat satu arah yang terletak pada dukungan sederhana dan
mendukung beban hidup terbagirata 16 KN/m’, Panjang bentang pelat 3,0 m
pusat ke pusat (pkp) dukungan beton dipakai dengan Fc’ = 20 MPa, baja dengan
Fy = 300 MPa Tebal pelat ikuti peraturan SKSNI.
Penyelesaian :
Tebal pelat ht =
l
0,40 300 ) 3000 0,8286 124,3 mm, ambil 125 mm.
20 700 20
Momen Rencana Mu
i 1
Mu = .wu.L 2 = . 29,05 . 32 = 32,68 KNm
8 8
Mu 32,68.10 3
K= 4,479 MPa
bd 2 0,8.1..95,5 2
Karena fc = 20 MPa dan fy = 300 MPa , lihat table A.15 didapat р=0,0177,
S,min ≥ 100 mm
Ambil tulangan D.9 _ 250 ……As = 254 mm2 atau D,1o _ 300 =262 mm2
Gambar
Menurut PBI.71 sitem lantai beton bertulang yang ditumpu pada keempat sisinya
dan memiliki perbandingan bentang panjang dengan bentang pendek ≤ 2,5
dihitung sebagai pelat dengan penulangan dua arah . Jadi apabila bentang panjang
ly
adalah Ly dan bentang pendek adalah Lx, maka 2,5 sehingga tulangan pokok
lx
pelat dibuat searah bentang panjang dan searah bentang pendek, dan menurut
ly
SkSNI perbandingan ini adalah apabila 2,0 .
lx
Ada beberapa metode untuk menganalisis pelat dua arah ini seperti metode koefisien
momen, metode desain langsung (direct design method), metode portal ekivalen
(equivalent frame method), dan metode garis leleh (yield line method).Penempatan
tulangan pada system pelat dua arah dan luas tulangan yang dipakai menurut
SKSNI pasal 3.6.4 adalah sbb.
1. pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan
susut dan suhu harus tetap Luas tulangan pada masing-masing arah
harus dihitung berdasarkan nilai momen dipenuhi.
2. Jarak antar tulangan pada tampang kritis tidak boleh lebih besar dari
tebal pelat kecuali untuk konstruksi pelat seluler atau pelat berusuk
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak
menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ketepi pelat dan
harus ditanam kedalam balok spandrel, kolom, atau dinding paling
sedikit 150 mm.
4. Tulangan momen negative yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang
tidak menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar kedalam
balok spandrel,kolom, atau dinding agar kemampuan menahan momen
dipenuhi.
Besarnya momen jepit tak terduga dianggap sama dengan ½ momen lapangan
dipanel yang berbatasan sehingga
dx = ht – (p+ ½ .x) )
dy = ht - (p + x 1 / 2y )
Contoh :
Suatu lantai beton bertulang monolit terdiri dari panel-panel dengan ukuran seperti
terlihat pada gambar. Balok balok pada jalur kolom berukuran 35 x 70 cm sehingga
bentang bersih dari panel tersebut menjadi 6,0 x 7,3 meter. Lantai direncanakan
untuk menahan beban hidup 650 kg/m2 , bila digunakan fc’= 20 MPadan baja
dengan fy = 300 MPa hitung tebal dan tulangan yang diperlukan panel lantai
tersebut.
Penyelesaian
Penentuan tebal pelat
Menurut SK SNI bila kedua ujung menerus
Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl
= 1,2. 529 + 1,6 . 650
= 1674,8 kg/m ∞ 1675 kg/m’
= 16,75 kn/m’
Momen kerja :
Pelat tipe I
Ly/Lx = 7,3 / 6,0 = 1,21
Mtx = 0,001 . 61 . 16,75 . 62 = 36,783 kNm
MLy = 0,001 . 51 . 16,75 . 36 = 30,753 kNm
Mty = 0,001 . 51 . 16,75 . 36 = 30,753 kNm.
Penulangan pelat :
tinggi efektif balok
dx = h- (dp/2+d”) , coba Dp = D10 dan d” = 30 mm
= 180 – (10/2+30) d”= selimut beton
= 145 mm
Pelat type II
Ly/Lx = 7,3 / 6,0 = 1,21
1 L2 2
2,0 5,0
2 L1 2
dimana :
α1 = α dalam arah l1
α2 = α dalam arah l2
M0men 0,00
negatif 0,16 0,26 0,30 0,65
terfaktor
ekterior
Tabel 4.2. Momen lajur kolom ( % )
l2
l1
Untuk panel pelat interior lajur kolom harus direncanakan untuk memikul sebagian
momen negatif interior (dalam % ) seperti terlihat pada table 4.2, dimana nilai α1
adalah untuk arah bentang l1 untuk pelat dua arah yang ditumpu balok, α1 diambil
sebagai nilai banding kekakuan lentur pelat dengan lebar yang dibatasi oleh garis
tengah panel bersebelahan terhadap kekakuan masing-masing balok , sehingga
didapatkan:
Ecb.Ib
1
Ecs.Is
Ecb dan Ecs adalah modulus elastis balok dan modulus elastis pelat, sedangkan Ib
dan Is adalah momen inersia balok dan momen inersia pelat.
maka momen rencana didapat dengan interpolasi linier antara 85% dan 0%. Untuk
panel pelat eksterior , lajur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul
sebagian momen negatif eksterior (dalam%) seperti terlihat pada daftar diatas,
sedangkan nilai
Ecb.C
1
2 Ecs.Is
Adalah merupakan nilai banding kekakuan torsi penampang balok tepi terhadap
kekakuan lentur pelat dengan lebar sama dengan bentang balok, yang diukur antar
sumbu tumpuan , dimana C adalah konstanta penampang untuk menentukan
kekakuan puntir dan Ecb adalah modulus elastis balok beton , Ecs adalah modulus
elastis pelat beton, Is adalah momen inersia terhadap sumbu titik pusat bruto pelat.
Lajur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul sebagian momen positif
(dalam%) seperti terlihat pada daftar diatas.
Nilai C dapat dihitung dengan rumus
x x3 y
C 1 0,63
y 3
Dengan :
x = ukuran sisi yang lebih pendek
y = ukuran sisi yang lebih panjang
Dalam perhitungan dengan metode perencanaan langsung menurut SKSNI T-15-
1991-03 langkah-langkahnya menurut pasal 3.6.6 adalah :
1. Tentukan tebal pelat minimum yang diizinkan dan dalam praktek
2. Hitung beban ultimit desain U = 1,2D + 1,6L
3. Hitung momen lentur statik total terfaktor untuk lebar total panel
2
wu L2 Ln1
Mo peraturan membolehkan pembesaran momen positif sampai
8
33% yang merupakan hasil redistribusi momen system banyak. Pada bentang
interior momen statis total Mo akan didistribusikan secara adil menjadi
momen positif dan momen negative dengan perbandingan:
- Momen negative terfaktor Mu neg = 0,65 Mo
- Momen positif terfaktor Mu pos = 0,35 Mo
4. Jabarkan momen static total tersebut kedalam momen positif pada bagian
tengah bentang dan momen negative pada titik tumpuan dari lajur pelat yang
ditinjau. Perlu diperhatikan bahwa tumpuan harus direncanakan untuk
menahan salah satu dari dua momen desain negatif yang terbesar yang
dihasilkan oleh bentang-bentang disebelah kiri atau kanan tumpuan
5. Distribusikan momen positif dan negatif menurut lajur kolom dan lajur tengah
sbb.
a. Lajur kolom, pada lajur ini perlu diperhatikan ada tidaknya balok disepanjang
sumbu-
sumbu kolom, grafik 4.1 dapat digunakan untuk menentukan persentase
momen lajur kolom dari bentang tengah berdasarkan harga L2 / L1 dan
1 L2 / L1 <
Bila terdapat balok diantara kolom kolom dalam arah bentangan dari momen
yangditinjau balok tersebut harus dianggap menerima 85% dari momen lajur
kolom jika 1 L2 / L1 > 1
Dan untuk njlai 0 < 1 L2 / L1 < 1 besar momen yang disalurkan kebalok dapat
diperoleh melalui interpolasi linier antara 85 hingga 0 persen, kemudian pelat pada
jalur kolom harus menanggung sisa momen yang tidak ditahan oleh balok tersebut.
b. Lajur tengah , momen desain positif dan negatif interior yang bekerja pada
lajur tengah adalah bagian dari momen desain yang tidak ditahan oleh lajur
kolom, dengan demikian masing masing lajur tengah harus menahan jumlah
momen negatif ataupun positif yang tidak ditahan olej lajur kolom yang ada
disisi kiri dan disisi kanan lajur tengah tersebut.
c. Dinding dan kolom yang dibuat monolit dengan pelat harus didesain untuk
menahan momen momen yang timbul akibat pembebanan pada sistim pelat
tersebut.
d. Panel eksterior, untuk panel eksterior atau bentang tepi (end span) pembagian
momen statik total pada tiga lokasi kritis : momen negatif eksterior, positif dan
negatif ekterior tergantung pada kekangan fleksural pada pelat oleh kolom
eksterior atau dinding ekterior, dan tergantung pada ada tidaknya balok pada
lajur kolom (SNI-91). ACI Code juga memberi lima alternatif koefisien
distribusi momen untuk bentang tepi (table 4.6) dan gambar 4.17. Tabel 4.6
dipakai untuk menghitung persentase momen lajur kolom dari bentang tepi
dan didistribusikan kearah lateral dengan memanfaatkan grafik 4.1 dan table
4.7 berdasarkan harga L2 / L1 , 1 L2 / L1 serta konstanta C dan b1 jika ada
balok pada tumpuaan terluarnya.
Bagian momen positif dan momen negatif terfaktor yang tidak dipikul oleh lajur
kolom dianggap bekerja pada setengah lajur tengah dikedua sisi lajur kolom.
Sesuai SKSNI pasal 3.4.11. kekuatan geser pelat terhadap beban terpusat ditentukan
oleh kondisi terberat dari aksi balok lebar dan panel pelat penulangan dua arah.
Dalam kondisi balok lebar, penampang kritis sejajar dengan garis pusat panel arah
tranversal, menerus sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar dan terletak
pada jarak d dari muka beban terpusat atau muka daerah reaksi. Sama halnya seperti
balok untuk pelat penulanag an satu arah lebar bw penampang kritis dikalikan
dengan tinggi efektif d dan ditempatkan sejarak d dari muka kepala kolom bujur
sangkar ekivalen atau pertebalannya kalau ada
Dalam keadaan umum, tanpa tulangan geser kekuatan nominal dalam kondisi balok
lebar adalah :
Vn = Vc = (1/6√fc’) bwd
Apabila dikehendaki hasil yang lebih teliti SKSNI memberikan pada pasal 3.4.3
ayat 2 rumus yang memasukkan unsur
.Vu.d
Mu
1.
Vc 2
4
fc' bo.d
c
dimana c adalah nilai banding sisi panjang terhadap sisi pendek kolom didaerah
beban terpusat atau reaksi gaya.
s.d 1
2. Vc 2 fc' bo.d
bo 12
dimana nilai
s = 40 untuk kolom interior
= 30 untuk kolom tepi
= 20 untuk kolom sudut
3. Vc 4 fc'bo.d
SKSNI mensyaratkan bahwa perhitungan momen rencana untuk balok atau kolom
sebagai penumpu pelat pada tumpuan interior harus mampu menahan momen tak
berimbang sebesar:
Ln 0,8 fy / 1500
h ..............1
36 5 m 0,121 1 /
dan tidak boleh kurang dari
Ln 0,8 fy / 1500
h ...........................2
36 9
tetapi tebal pelat tidak perlu lebih dari
L 0,8 fy / 1500
h n ...........................3
36
Catatan:
1. untuk pelat dengan m 0 pers ketiga yang menentukan
2. untuk pelat dua arah tipikal yang memiliki balok tepi dengan m 2
pers kedua yang menentukan
3. untuk pelat dengan balok dangkal pada jalur jalur kolomnya dengan
0 m 2
persamaan kesatu yang menentukan.
Untuk pelat tanpa balok-balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya
tebal pelat h tidak boleh lebih kecil dari :
1. pelat tanpa balok dan tanpa penebalan =120 mm
2. pelat tanpa balok dengan penebalan =100 mm
Untuk pelat tanpa balok , tetapi dengan penebalan yang menjorok sejauh tidak
kurang dari 1/6 dari panjang bentang pada masing-masing arah diukur dari sumbu-
sumbu tumpuan dan memiliki proyeksi dibawah pelat setidak-tidaknya ¼ tebal
pelat maka ketentuan tebal pelat ditetapkan pada persamaan diatas dapat dikurangi
10%.
Bila semua bagian pinggir yang tak menerus diberi balok dengan kekakuan tertentu
sehingga nilai tidak kurang dari 0,80, maka tebal minimum pelat yang ditetapkan
pada persamaan diatas harus ditambah paling sedikit 10%, yaitu untuk panel-panel
yang memiliki tepi yang menerus.
melebihi batas lendutan yang ditetapkan dalam table berikut
Tabel Lendutan izin maksimum
Type Komponen Struktur Lendutan yang diperhitungkan Batas
lendutan
Atap datar tidak menahan atau Lendutan akibat beban hidup L l
berhubungan dengan komponen
nonstructural yang mungkin akan 180
rusak akibat lendutan yang besar
Lendutan tidak menahan atau Lendutan akibat beban hidup L l
berhubungan dengan komponen
nonstructural yang mungkin rusak 360
akibat lendutan yang besar
Konstruksi atap atau lantai yang Bagian dari lendutan totalyang terjadi lt
menahan atau berhubungan dengan setelah pemasangan komponen non
komponen nonstruktural yang structural (jumlah dari lendutan jangka 480
mungkin rusak akibat lendutan yang panjang akibat semua beban yang
besar bekerja dan lendutan seketika yang
K0nstruksi atap atau lantai yang terjadi akibat penambahan sembarang ln
menahan atau berhubungan dengan beban hidup)
komponen nonstructural yang 240
mungkin tidak rusak akibat lendutan
yang besar
Contoh perhitungan
Suatu pelat lantai bangunan bertingkat dari beton bertulang, menggunakan sistim
lantai tanpa balok yang ditumpu oleh kolom persegi pada bagian tengah 500 x 500
mm dan bagian pinggir 450 x500 mm, jarak kolom sumbu ke sumbu arah
memanjang 7200 mm dan jarak arah melintang 5500 mm, masing masing bentang
mempunyai lebih dari tiga bentang dan tinggi bersih antar lantai 3500 mm.
Bangunan terletak pada daerah yang tidak mengalami gempa bumi, sehingga yang
ditinjau hanya beban grafitasi, beban hidup yang diperhitungkan adalah 2,40
KPa.Beban mati sebelum berat sendiri 0,50 KPa. Beton dipakai dengan fc’= 30
MPa dan fy = 400 MPa. Diminta untuk merencanakan panel pelat ujung dan
penulangan yang dibutuhkan. (lihat gambar)
Penyelesaian
Wl =2,4 Kpa Fc’ = 30 Mpa Fy = 400 MPa
Pemeriksaan syarat metode perencanaan langsung:
1. Nilai banding bentang panjang terhadap bentang pendek = 7200/5500 = 1,31 < 2
jadi berlaku sistim pelat dua arah …..OK
2. Masing-masing bentang mempunyai lebih dari tiga bentang dengan panjang
bentang bersebelahan sama dan semua kolom duduk pada sumbunya……OK
3. Panjang bentang yang bersebelahan pada masing-masing arah tidak boleh
berbeda lebih dari 1/3 bentang yang lebih panjang 7200 – 5500 = 1700 < 1/3
7200 = 2400 …..OK.
4. Karena tidak berada pada daerah gempa maka beban yang diperhitungkan hanya
beban grafitasi ……OK
5. Beban hidup tidak boleh melampaui 3 kali beban mati
1.
Vc 2
4
c
4
fc' Ac 2 30 54210010 17815.k N
3
1
d 1
Vc c 2 fc' Ac, untuk.kolom. int erior . c 40
bo 12
2.
40195 1
30 54210010 1189.kN
3
Vc 2
2780 12
3.
Vc 4 fc' Ac 4 30 54210010 11877.kN
3
KOLOM EXTERIOR
Vu 5,5
1
7,2 0,45 0,45 1 0,195 0,5 0,19511 5,5 0,5 4,01,2
2 2
= 251,53 kN
vu 251,53
Vn 419,2.kN
0,6
bo = 2c1 + d + c2 +d = 2c1 + 2d + c2
Luas permukaan bidang geser :
Ac = (bo)d = d(2c1+2d+c2) = 195(900+500+390) = 349050 mm2
c = nilai banding sisi panjang dan sisi pendek kolom = 500/450 = 1,11
Menentukan nilai Vc :
1. Vc 2
4
fc' Ac 2
c
4
30 34905010 10775.kN
3
1,11
d 1
2. Vc c. fc' Ac , untuk kolom ekterior αc = 30
bo 12
30195
30 34905010 3 839.kN
1
Vc 2
1790 12
3. Vc 4 fc' Ac 4 30 34905010 7647.kN
3
Distribusi momen .
Pada lajur kolom ekterior tidak ada balok tepi yang mengalami puntir, sehingga
nilai banding kekakuan βc =0 dan α1 = 0, maka besarnya distribusi momen
negatif pada tumpuan ekterior = 100%, momen positif lapangan =60 % dan
momen negatifinterior = 75% ( daftar momen rencana ekterior lajur kolom) dan
hasil selengkapnya seperti table berikut
Arah memanjang Arah melintang
l 2 5,5 l1 7,2
0,76 1,31
l1 7,2 l 2 5,5
l2 l2
0 0
l1 l1
Lajur kolom Momen Momen Momen Momen Momen Momen
negatif Positif Negatif Negatif Positif Negatif
Interior Lapangan Ekterior Interior Lapangan ekterior
Mu(KNm) 239,40 177,80 88,90 173,25 128,70 64,35
Faktor
Distribusi 75 % 60 % 100 % 75 % 60 % 100 %
Catatan;
Untuk menahan tegangan geser pada daerah kolom disudut bangunan yang
cendrung menahan geser lebih besar ada kemungkinan memerlukan usaha usaha
perkuatan penebalan yang dapat dilakukan dengan membuat kepala kolom, atau
pembesaran kolom, atau kepala geser
Perencanaan Tulangan Pelat
a. Penulangan tambahan pada pelat didaerah muka kolom
Momen tak imbang yang dilimpahkan kekolom dengan lentur:
t 1 v 1 0,37 0,63
.
Mnt t Mn 0,63.90,24 56,85.KNm
Momen dilimpahkan kelajur selebar c2 21,5h 500 3220) 1160.mm
a a
Mnt As. fy d , perkirakan d 0,90d , maka
2 2
6
56,85(10) = As(400)0,90(195)
As = 810 mm2 untuk lebar lajur 1160 mm
Ceck As :
810400
a 10,95.mm
0,85301160
56,8510 As400195 1 2 10,95
6
As 750.mm 2
Untuk tulangan tambahan ini pakai D.16_ 100 dan dipasang pada lajur kolom
selebar 500 mm, kemudian dijangkarkan kedalam kolomsesuai panjang
penyaluran.
Untuk pelimpahan momen geser pada daerah muka kolom interior dilakukan
dengan cara yang sama ,harap perhatikan bahwa kadang-kadang dihadapi
persoalan pola pembebanan dan bentang tidak sama pada peninjauan suatu kolom
interior
Tulangan positif:
Mn
As As 48,491 1098 652.mm2 , dicoba D13, luas tulangan
Mn 81,615
=132,7mm2
Didapat jarak tulangan
s
132,7
1000 132,7 1000 204.mm
As 652
Untuk daerah momen negatif kolom ekterior , dengan diameter yang sama, maka
Pada momen negatif s
106,68
204 245.mm .
88,9
Jadi didapat tulangan sebagai berikut :
Momen neg. kolom interior 15D16- 180
Momen pos. kolom interior 13D 13-200
Momen neg. kolom ekterior 10D13-240, dan 8 batang dipasang diluar
lebar lajur pelimpahan momen lentur 1160 mm
Perencanaan Tulangan Lajur Tengah
Lebar lajur tengah = 5,5 – 2,75 = 2,75 m
59,85
Momen kolom interior : Mn 74,81.KNm
0,80
71,12
MomenLapangan : Mn 88,90.KNm
0,80
74,81
Mn interior tiap meter lebar 27,21.KNm
2,75
88,90
+Mn lapangan tiap meter lebar 32,33.........KNm
2,75
Tulangan Negatif
Mn As. fyd 1 2 a , sebagai langkah awal ambil d 12 a 0,90d ,
sehingga:
27,21 As4000,9195.. As 388.mm2
As. fy 388400
a 6,09.mm , sehingga
0,85 fc'.b 0,85301000
27,21 As400195 1 2 6,09... sehingga. As 355.mm2
Coba tulangan D.10 luas tulangan = 78,5 mm2, sehingga jarak
s
78,5
1000 78,5 1000 221.mm.... pkp
As 355
Smak.izin 2h 2220 440.mm 2
Tulangan positif
Mn
As As 32,33 355 422.mm2
Mn 27,21
Dicoba D.10 , luas tulangan = 78,5 mm2
Sehingga jarak s
78,5
1000 78,5 1000 186.mm , dan susunan tulangannya
As 422
adalah sebagai berikut :
Daerah momen negatif kolom interior : 13D10 , jarak 200 mm
Daerah momen positif kolom interior : 15D10, jarak 180 mm
Dari hasil perhitungan diatas didapat tulangan seperti pada daftar berikut:
Daftar rencana penulangan pelat
Arah memanjang bangunan Arah melintang bangunan
Lajur Jenis Momen As perlu Ukuran Momen As perlu Ukuran
Momen (kNm) (mm2) Tulangan (kNm) (mm2) Tulangan
Tiap m’ Dan jarak Tiap m’ Dan jarak
Kolom Negatif 81,615 1098 D.16 47,251 658 D.13
Interior 180 mm 200 mm
Negatif 40,410 544 D.13 23,400 326 D.10
Ekterior 240 mm 200 mm
Positif 48491 652 D.13 28,080 391 D.10
Lapangan 200 mm 220 mm
Tenga Negatif 27,210 355 D.10 9,733 136 D.10
h Interior 200 mm 400 mm
Negatif 0 0 D.10 0 0 D.10
Ekterior 400 mm 400 mm
Positif 32,330 422 D.10 11,569 161 D.10
Lapangan 180 mm 400 mm
Penyelesaian
Catatan : 1KPa = 1 KN/m2
Ceck syarat perencanaan metode langsung sbb:
1. Bentang panjang : bentang pendek = 7,2 : 5,5 = 1,10 …..< 2, (pelat dua
arah)
2. Jumlah bentang masing-masing arah > 3 bentang dan jarak bentang
bersebelahan sama, dan kolom duduk pada sumbunya.
3. Coba tebal pelat 180 mm, sehingga beban mati
Berat sendiri pelat = 0,18 x 23 = 4,14 KN/m2
Beban mati = 0,70 KN/m2
wD = 4,84 KN/m2
3 x wD = 3 x 4,84 = 14,52 KN/m2 > wL = 5,4 KN/m2……. (
metode perencanaan langsung dapat dipakai)
Ln1 = 7,2 – 2(30/2) = 6,9 m ….( 30 = lebar balok pendukung)
Ln2 = 5,5 – 2(30/2) = 5,2 m, ambil Ln = 6,9 m
Ln1 / Ln2 6,9 / 5,2 1,33 , semua tepi menerus maka s 1,0
Ceck tebal pelat:
h Ln
0,8 fy1500 6900 0,8 4001500 153.mm atau
36 9 36 91,33
h Ln
0,8 fy1500 6900 0,8 400 / 1500 205.mm
36 36
Jadi : 205 > h > 153, h dapat dipakai.
Pelat monolit dengan balok maka dihitung sebagai balok T
Lebar manfaat balok
bm = bw + 2(h-t) = 300 + 2(500-180) = 940 mm
Panjang sayap = 940-300 =640 mm < 4t=4 x 180 = 720 mm … OK.
Statis Momen terhadap tepi atas:
Ay
y
A
(180 x940)90 (300 x320)(160 180)
y
(180 x940) (300 x320)
15228000 32640000
y 180,5.mm
265200000
Lajur tengah:
Lebar lajur tengah = 7,2 – 2,75 = 4,45 m
71,907
Mn tiap meter lebar lajur = 20,20 kNm
0,84,45
38,719
+Mn tiap lebarlajur = 10,88 kNm
0,84,45
Biasanya struktur pada beton bertulang balok dan pelat mempunyai hubungan yang
monolit sehingga balok dan pelat tersebut merupakan suatu kesatuan yang monolit.
Dan bila balok dan pelat tersebut merupakan balok dan pelat menerus maka
besarnya momen dan gaya geser dapat ditentukan berdasarkan momen dan gaya
geser standar.
Besarnya momen standar adalah M = C.Wu.Ln 2 dan besarnya gaya geser adalah
V = C.Wu.Ln dimana :
C = koefisien yang besarnya disesuaikan dengan system perletakan.
Wu = Beban terbagi rata ultimate
Ln = Bentang bersih balok dan atau pelat yang ditinjau
Sistem perletakan dapat dilihat seperti gambar dibawah ini
Dan besarnya gaya geser pada bidang muka pertama bentang ujung
V = 1,15 . 0,5 . Wu . Ln
Dan geser pada bidang muka lainnya
V = 0,5 . Wu . Ln
Untuk lebih jelasnya lihat contoh perhitungan berikut
Soal :
Suatu struktur lantai beton bertulang direncanakan sebagai pelat dengan tulangan
satu arah .Lantai tersebut balok dan pelat lantai nya berupa balok dan pelat
menerus dengan bentang bersih pelat 3600 x 6600 mm2, bila pada lantai terdapat
beban kerja mati sebesar 1,20 KPa (belum termasuk berat sendiri) dan beban hidup
10 KPa serta beton dengan mutu fc’ =20 MPa , fy = 300 MPa , rencanakanlah
:
1. Dimensi pelat tersebut
2. Dimensi balok lantainya.
Penyelesaian
1.Dimensi pelat
Penentuan tebal pelat
Bila kedua ujung menerus menurut SKSNI
1 fy 1 300
hmin ln( 0,4 ) .3600.(0,4 ) 106,5.mm
28 700 28 700
Bila satu tepi menerus :
1 fy 1 300
hmin ln 0,4 .3600. 0,4 124,3.mm
24 700 24 700
Pakai h = 125 mm
Pembebanan pelat:
Berat sendiri pelat = 0,125 . 23 = 2,875 KPa
Beban mati total = 1,20 + 2,875 = 4,075 Kpa..........wd
Wu = 1,2 wd + 1.6 wl = 1,2 . 4,075 + 1,6 . 10 = 20,89 KPa
Sehingga untuk tiap m lebar pelat = 20,89 KN/m
Momen lapangan:
1 1
Mu1 .wu. ln 2 .20,89.3,6 2 19,34.KNm (bidang luar)
14 14
1
Mu 2 .20,89.3,6 2 16,92.KNm (bidang dalam)
16
Momen tumpuan:
1
Mu 3 .20,89.3,6 2 27,07.KNm (tump dalam bagian luar)
10
1
Mu 4 .20,89.3,6 2 24,61.KNm (tump dalam bagian dalam)
11
1
Mu 5 .20,89.3,6 2 11,28.KNm (tump luar)
24
Gaya Geser:
Vu1 1,15(0,5.wu. ln) 1,15(0,5.20,89.3,6) 43,24.KN (tump. dalam
pertama)
Vu 2 0,5.wu.ln = 0,5.20,89.3,6 = 37,60 KN (tump. lainnya)
Tulangan pelat
d = 125 – 20 - 5 = 100 mm
Mmaks = 27,07 KNm
MR = .b.d 2 k ambil MR = MU
Mu 27,07
Kperlu = 3,3838.MPa
.b.d 2
0,8.1.0,12
Dari tabel A.15 dengan k= 3,3838 Mpa didapat ρ = 0,0127 < ρmak
= 0,0241 (taabel A6)
1,4
> ρmin = = 0,0046 ok
fy
As perlu = ρ . b . d = 0,0127 . 1000 . 100 = 1270 mm2
Pakai besi D.16-150 =1340,4 mm
Selanjutnya untuk tulangan lainnya dengan cara yang sama disajikan secara tabel
sbb:
Mu Mu.103 Mu
Kperlu MPa
.b.d 2
0,8.1.0,12
8
Kemudian ambil nilai ρ untuk masing-masing Momen , seterusnya
1,4 1,4.1000.100
dihitung As dan bandingkan dengan As min .b.d 470.mm 2
fy 300
lihat tabel berikut:
2.Dimensi balok
Perencanaan balok struktur menerus
Penentuan beban kerja :
1 1
V .1 wu. ln ;86,56.6,6 285,6.KN
2 2
1
V .2 1,15( wu. ln) 1,15.285,6 328,5.KN
2
Tulangan balok
Dari momen diatas didapat M.mak = 377,10 KNm, karena fc’ = 20 Mpa dan fy
=300 MPa dari tabel A.6 didapat ρ = 0,0127 dan dari tabel A.15 didapat K =
3,3818 MPa , sehingga
Mu 377,1.10 6
d . perlu 682mm
.b.k 0,8.300.3,3818
Penulangan balok:
Tulangan tumpuan
MT.1 = 377,10 KNm , ρ = 0,0127
As = ρ. b . d = 0,0127 . 300 . 682 = 2598 mm2, pakai tulangan 4D22 +4D20 =
2777,1 mm2
Mu 342,8.10 6
MT.2 = 342,80 KNm , Kperlu 3,0709.MPa
.b.d 2 0,8.300.682 2
Dar tabel A.15 didapay ρ = 0,0114 > ρ min = 1,4/fy
As = 0,0114 . 300 . 682 = 2332 mm2
Pakai tulangan 3D22 + 4D20 = 2397,0 mm2
235,70.10 6
MT.3 = 235,70 KNm, Kperlu 2,1114.MPa
0,8.300.682
Dari tabel A.15 didapat ρ = 0,0075 > ρ min ...Ok
As = 0,0075 . 300 . 682 = 1535 mm2 ..............6D19
Tulangan lapangan :
Karena balok monolit dengan pelat maka balok direnanakan sebagai balok T
Lebar manfaat balok (b) : - ¼ bentang = ¼ . 6600 = 1650 mm atau
- bw + 16 ht = 300 + 16 . 125 = 2300 mm atau
- Jarak antar balok = 3900 mm
An\mbil b = 1650 mm
ML.1 = 269,40 KNm, d = 682 mm
Anggap daerah tekan meliputi seluruh flens maka :
1
MR .0,85 fc'b.ht d ht
2
MR 0,8.0,85.20.1650.125 682 125 1738.KNm Mu 269.KNm
1
2
Jadi balok merupakan T persegi
269.10 6
Kperlu 0,4386.MPa
0,8.1650.682 2
1,4
. min 0,0047
300
As 1981,5
.akt 0,0097. . . min ..........Ok
bw.d 300.682
0,567.d
As.mak 0,0425ht b bw 1
ht
0,567.682
As.mak 0,0425.1251650 300 1 12102.mm 2 . .1981,5.mm 2 .....Ok
125
K fc'.w 1 0,59w2 0,3839 = 20.w – 11,8 w2
w = 0,0195
fy
.
fc'
20
. perlu 0,0195. 0,0013
300
As. perlu 0,0013.1650.682 1463.mm 2 ........3D 29
ceckterhadap . min 0,0047
As 1981,5
.akt 0,0097. . . min ..........Ok
bw.d 300.682
0,567.d
As.mak 0,0425.ht b bw 1
ht
0,567.682
As.mak 0,0425.1251650 300 1 12102mm 2 1981,5.mm 2 ........Ok
125
1 1
Vc fc' bw.d 20 300.682 152,5.KN
6 6
1 1
.Vc .0,6.152,5 45,75.KN
2 2
Karena 328,5 > 45,75 maka diperlukan tulangan geser, pakai sengkang D10.
Pada tumpuan :
Vu 328,5
Vs. perlu Vc 152,5 395.KN
0,60
wu 86,56
Kemiringan diagram Vs 144,27.KN / m'
0,60
Letak diagram Vs = 0 dari tumpuan adalah pada 395/144,27 = 2,74 m (lihat
gambar)
1
fc; .bw.d . 1,4907.300.682 305.KN dan dibandingkan dengan Vs pada
3
tampang kritis yaitu 395 KN , terlihat 305 KN < 395 KN , maka Smak adalah
nilai terkecil dari :
1 1
S .mak .d 682 341.mm....atau
2 2
S .mak 600.mm.......atau maka dipakai S mak 341.......340
3. Av. fy 3.157.300
S .mak 471.mm
bw 300
mm.
Untuk keseluruhan bentang balok maka jarak sengkang dapat ditentukan
berdasarkan kuat geser sebagai berikut :
Sehingga untuk sembarang nilai x iarak sengkang dapat dilihat seperti pada tabel
berikut/
0,50 99
1,00 128
1,50 180
2,00 302
2,06 330