Anda di halaman 1dari 47

PELAT TERLENTUR

Pelat adalah rasuk yang lebarnya lebih besar dari tingginya, sedangkan balok adalah
rasuk yang tingginya lebih besar dari lebarnya.

h h
b
b
Saat ini pelat beton merupakan suatu system lantai yang dipakai sebagian besar
bangunan. Struktur bangunan gedung umumnya tersusun atas komponen pelat
lantai, balok anak, balok induk dan kolom yang biasanya merupakan satu kesatuan
yang monolit.
Pelat sering dipakai sebagai atap, dinding, lantai tangga,jembatan maupun
pelabuhan. Petak pelat dibatasi oleh balok anak pada kedua sisi panjang dan balok
induk pada kedua sisi pendek. Apabila pelat didukung pada keempat sisinya
dinamakan sebagai pelat dua arah (two way slab) dimana lenturan akan terjadi pada
dua arah yang saling tegak lurus. Apabila perbandingan sisi panjang dengan sisi
pendek yang saling tegak lurus lebih besar dari 2 pelat tersebut dapat dianggap
sebagai pelat satu arah (one way slab) dengan lenturan utamanya pada arah sisi
yang lebih pendek.
Perhitungan untuk pelat satu arah dilakukan sama seperti perhitungan balok dengan
b diambil selebar satu meter. Pelat dua arah yaitu pelat yang menumpu pada
keempat sisinya tetapi perbandingan sisi panjang Ly dan sisi pendek Lx kurang
 
dari dua lylx  2

Tipe Pelat
1. Sistem Lantai Flat Slab
Pada system ini pelat beton bertulang langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa
balok-balok. Sistem ini digunakan bila bentangan tidak besar dan intensitas beban
tidak terlalu berat misalnya pada bangunan apartemen atau hotel.
Untuk menghindari terjadinya pons, serta untuk memperkuat pelat terhadap gaya
geser dan lentur biasanya bagian bagian kritis pelat disekitar kolom penumpu diberi
pertebalan yang disebut drop panel Penebalan yang membentuk kepala kolom
disebut column capital .
Flat slab yang memiliki ketebalan mereta tanpa adanya drop panel ataupun kepala
kolom disebut Flat plate. Tebal plantai flat slab umumnya berkisar antara 125
sampai 250 mm untuk bentangan 4,5 sampai 7,5 m. Sistem ini banyak digunakan
pada bangunan rendah yang beresiko kecil terhadap beban angin dan gempa.
2. Sistem lantai Grid
Sistem lantai grid dua arah (waffle system) memiliki balok-balok yang saling
bersilangan dengan jarak yang relative rapat dan menumpu pelat atas yang
tipis.Sistem ini dimaksudkan untuk mengurangi berat sendiri pelat dan dapat
didesain sebagai flat slab atau pelat dua arah, tergantung bentuk konfigurasinya.
Sistem ini efisien untuk bentangan antara 9 hingga 12 m.
3. Sistem Lajur Balok
Sistem ini sama dengan system balok pelat, hanya saja disini menggunakan balok-
balok dangkal yang lebih lebar. System ini banyak diterapkan pada bangunan yang
mementingkan tinggi antar lantai. Seperti terlihat pada gambar bahwa balok lajur
(band beam) tidak perlu dihubungkan degan kolom interior atau kolom ekterior.
Pelat diantara balok lajur dapat didesain sebagai elemen yang memiliki momen
inersia bervariasi dengan memperhitungkan penebalan balok. Alternative lain
adalah dengan menempatkan balok-balok anak membentang diantara balok-balok
lajur (bagian kanan skema). Keuntungan disini ialah dapat menghemat pemakaian
cetakan.

4. Sistem Pelat dan Balok


Sistem ini terdiri dari slab menerus yang ditumpu oleh balok-balok monolit yang
umumnya ditempatkan pada jarak 3,0 hingga 6,0 m. Tebal pelat ditetapkan
berdasarkan pertimbangan struktur yang biasanya mencakup aspek keamanan
terhadap bahaya kebakaran .
Ketinggian balok nya sering dibatasi oleh jarak langit-langit yang tersedia Sistem
ini bersifat kokoh (heavy duty) dan sering digunakan untuk menunjang system yang
tak beraturan, misalnya lantai dasar atau suatu ruang terbuka yang umumnya
menerima beban yang besar akibat adanya taman-taman diatasanya ataupun fungsi
arsitek lainnya.
Pada system pelat dan balok ini perhitungan penulangan pelat debedakan atas pelat
satu arah (one way slab) dan pelat dua arah two way slab)
Pelat satu arah (one way slab)

Apabila suatu pelat lantai ditumpu sederhana oleh balok pada sisi-sisi panjangnya
yang saling berhadapan, perhitungan nya dilakukan sama seperti perhitungan balok,
demikian juga untuk pelat yang menumpu pada keempat sisinya tetapi
perbandingan sisi panjang dengan sisi pendeknya ≥2 maka pelat dianggap
menumpu pada sisi panjang , karena beban yang bekerja pada arah sumbu pendek
lebih besar dari beban yang bekerja pada arah sumbu panjang, hal ini dapat dilihat
seperti sket gambar berikut:
Pelat ditumpu pada keempat sisinya, dan beban yang ditahan pelat adalah w,
dimana beban yang ditahan kearah sumbu panjang Ly adalah ωy dan beban yang
ditahan sumbu pendek Lx adalah ωx

lx lx
lx
ly ly

Dimana : ω = ωx + ωy dan penurunan pada tengah bentang   x  y


Bila panel pelat tersebut terletak pada tumpuan sendi nilai defleksipada titik tengah
bentang adalah :

5 x.Lx 4 5 y.Ly 4
x  . dan y  .
384 EI 384 EI

x  y maka x.Lx4  y.Ly 4


x Ly 4
.  x 
Ly 4 Ly 4
 atau x  .y atau x 
y Lx 4 Lx 4 Lx 4
.
.
.
Ly 4 Lx 4
x  . Dan y  
Lx 4  Ly 4 Lx4  Ly 4

Dari persamaan diatas terlihat bahwa nilai x  y , atau dengan kata lain
bentang pendek Lx menahan beban yang lebih besar dari bentang panjang.
Tebal pelat terlentur satu arah tergantung pada beban atau momen lentur yang
bekerja, defleksi yang terjadi dan kebutuhan kuat geser yang dikehendaki.. SKSNI
menentukan tinggi /tebal min. pelat lantai beton bertulang dikaitkan dengan bentang
dalam rangka membatasi lendutan yang besar sehingga mengganggu kemampuan
struktur saat menerima beban kerja sbb:

Diatas dua tumpuan sederhana h min. = 1/20 L


Satu ujung menerus h min. = 1/24 L
Kedua ujung menerus h min. =1/28 L
Kantilever h min. = 1/10 L

Sedangkan untuk balok atau pelat jalur satu arah adalah :

Diatas dua tumpuan sederhana h min. = 1/16 L


Satu ujung menerus h min. = 1/18,5 L
Kedua ujung menerus h min. = 1/21 L
Kantilever h min. = 1/8 L

Nilai diatas adalah untuk mutu baja 40 , bila digunakan mutu baja selain
fy
mutu 40 maka nilai diatas harus dikalikan dengan factor ( 0,40  ) dan bila
700
dipakai beton ringan (satuan masa 1500 – 2000 kg/m3 ) maka daftar diatas harus
dikalikan dengan ( 1,85 – 0,005 Wc) tapi nilai tersebut tidak boleh kurang dari 1,09.

Pengaruh Susut dan Temperatur

Beton akan mengalami penyusutan sewaktu mengeras. Susut ini dapat diperkecil
dengan memakai beton berkadar air rendah, namun tetap memperhatikan
kelemasan, kekuatan yang diinginkan dan proses pembasahan setelah beton dicor.
Bila beton tidak mengalami kontraksi susut secara bebas , akan timbul tegangan
yang disebut tegangan susut (shrinkage stress). Perbedaan suhu relative terhadap
suhu waktupengecoran juga dapat menimbulkan efek yang serupa dengan
penyusutan.Tegangan susut atau teganagan temperature ini dapat menimbulkan
retak dan retak ini dapat diperkecil dengan memberi tulangan susut, dan retak yang
timbul tadi disebut retak rambut.
Rasio minimum Tulangan Susut dan Temperatur untuk pelat adalah :
Pelat yang menggunakan tulangan ulir mutu 30 adalah 0,0020 . b . h
Pelat yang menggunakan tulangan ulir atau jaringan kawat

las (polos atau ulir) mutu 40 adalah 0,0018 . b . h


Pelat yang menggunakan tulangan dengan tegangan leleh melebini 400 MPa yang
diukur pada regangan leleh sebesar 0,35 % adalah 0,0018 x 400/fy
Tulangan susut ini lebih dikenal sebagai tulangan pembagi dan dipasang tegaklurus
dengan tulangan momen (tulangan pokok). Jarak tulangan dibatasi sebesar ≤ 5 kali
tebal pelat ataupun lebih dari 200 mm
Pelat satu arah pada umumnya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh dibawah
rasio maksimum yang diizinkan 0,75 ρb, ini terutama untuk pertimbangan
ekonomis,hemat pemakaian baja tulangan namun tinggi penampang optimal,
karena bila penampang tipis walaupun tulangan nya banyak dapat menimbulkan
defleksi yang berlebihan. Dengan demikian desain untuk lenturan dimulai dengan
mengambil rasio tulangan yang rendah misalnya 0,3ρb

Soal:
Rencanakan suatu pelat satu arah yang terletak pada dukungan sederhana dan
mendukung beban hidup terbagirata 16 KN/m’, Panjang bentang pelat 3,0 m
pusat ke pusat (pkp) dukungan beton dipakai dengan Fc’ = 20 MPa, baja dengan
Fy = 300 MPa Tebal pelat ikuti peraturan SKSNI.

Penyelesaian :

Tebal pelat ht =
l
0,40  300 )  3000 0,8286  124,3 mm, ambil 125 mm.
20 700 20

Berat sendiri pelat Wbs = 0,125 . 23 = 2,875 KN/m’......wd

Wu = 1,2 wd + 1,6 wl = 1,2 . 2,875 + 1,6 . 16 = 29,05 KN/m’

Momen Rencana Mu

i 1
Mu = .wu.L 2 = . 29,05 . 32 = 32,68 KNm
8 8

Ambil tulangan D19 dan selimut beton 20 mm , maka

d = 125 – (20 + 19/2) = 95,5 mm

Mu 32,68.10 3
K=   4,479 MPa
bd 2 0,8.1..95,5 2

Karena fc = 20 MPa dan fy = 300 MPa , lihat table A.15 didapat р=0,0177,

рmak =0,0241  0,0177 ...................... tabel A6

As =  .b.d  0,0177.1000.95,5  1690,35 mm2


Dari table A.5 dipilih tulangan , maka dipakai D.19 – 150 dimana As = 1890,2
mm2

Jarak tulangan S.mak ≤ 3h atau 500 mm

S,min ≥ 100 mm

S,mak = 3.125 = 375 mm ≥ 150 mm ……….. OK

Tulangan susut dan suhu = 0,0020 . 1000 . 125 = 250 mm2

Ambil tulangan D.9 _ 250 ……As = 254 mm2 atau D,1o _ 300 =262 mm2

Jarak maks. 5h = 5 . 125 = 625 mm atau 500 mm.

Gambar

4. PELAT DUA ARAH ( TWO WAY SLAB)

Menurut PBI.71 sitem lantai beton bertulang yang ditumpu pada keempat sisinya
dan memiliki perbandingan bentang panjang dengan bentang pendek ≤ 2,5
dihitung sebagai pelat dengan penulangan dua arah . Jadi apabila bentang panjang
ly
adalah Ly dan bentang pendek adalah Lx, maka  2,5 sehingga tulangan pokok
lx
pelat dibuat searah bentang panjang dan searah bentang pendek, dan menurut
ly
SkSNI perbandingan ini adalah apabila  2,0 .
lx
Ada beberapa metode untuk menganalisis pelat dua arah ini seperti metode koefisien
momen, metode desain langsung (direct design method), metode portal ekivalen
(equivalent frame method), dan metode garis leleh (yield line method).Penempatan
tulangan pada system pelat dua arah dan luas tulangan yang dipakai menurut
SKSNI pasal 3.6.4 adalah sbb.
1. pada penampang kritis, tetapi luas tulangan minimum untuk menahan
susut dan suhu harus tetap Luas tulangan pada masing-masing arah
harus dihitung berdasarkan nilai momen dipenuhi.
2. Jarak antar tulangan pada tampang kritis tidak boleh lebih besar dari
tebal pelat kecuali untuk konstruksi pelat seluler atau pelat berusuk
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak
menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ketepi pelat dan
harus ditanam kedalam balok spandrel, kolom, atau dinding paling
sedikit 150 mm.
4. Tulangan momen negative yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang
tidak menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar kedalam
balok spandrel,kolom, atau dinding agar kemampuan menahan momen
dipenuhi.

4.1.Cara Koefisisen Momen


Pada pelat yang ditumpu pada keempat sisinya setiap panel pelat dianalisis
tersendiri berdasarkan kondisi tumpuan bagian bagian tepinya. Tepi-tepi pelat
sebagai tumpuan dapat dianggap terletak bebas, terjepit penuh atau terjepit elastis
(PBI.71). Jepitan penuh terjadi bila penampang pelat diatas tumpuan terswebut
tidak dapat berputar sudut akibat beban yang bekerja, misalnya bila pelat
mmerupakan suatu kesatuan yang monolit dengan balok pemikul yang relative
sangat kaku, atau penampang pelat diatas tumpuan merupakan bidang simetri
terhadap pembebanan dan terhadap dimensi pelat.
Jepitan elastis terjadi bila bagian pelat merupakan satu kesatuan monolit dengan
balok yang relative tidak terlalu kaku dan sesuai dengan kekakuannya
memungkinkan terjadinya perputaran sudut pada tumpuannya. Sedangkan terletak
bebas adalah apabila tepi-tepi pelat menumpu atau tertanam didalam tembok bata,
namun biasanya balok balok pinggir pada system lantai menerus sering dianggap
sebagai tumpuan bebas, oleh karenanya dikenal 9 set koefisien momen yang sesuai
untuk kondisi pelat lantai dua arah.seperti gambar berikut.
Untuk mempermudah analisa dan perencanaan pelat dua arah,maka digunakan table
seperti tablel.13.3.1 atau tablel. 13.3.2. PBI.71 dalam menentukan momen-momen
yang yang bekerja pada pelat dalam berbagai keadaan, dan tabelnya bisa dilihat
seperti berikut.
Pada tabel tersebut menunjukkan Momemn lentur yang bekerja pada pias selebar 1
meter, masing-masing pada arah x dan arah y. yaitu :

M = 0,001. koef .ωu.Lx2 sehingga :

Mlx adalah Momen lapangan maksimum per meter lebar arah x


Mly adalah Momen lapangan maksimum per meter lebar arah y
Mtx adalah Momen tumpuan maksimum per meter lebar arah x
Mty adalah Momen tumpuan maksimum per meter lebar arah y
Mtix adalah Momen jepit tak terduga (insidentil) per meter lebar arah x
Mtiy adalah Momen jepit tak terduga (insidentil) per meter lebar arah y

Besarnya momen jepit tak terduga dianggap sama dengan ½ momen lapangan
dipanel yang berbatasan sehingga

Momen jepit tak terduga arah x, Mtix = ½ Mlx


Momen jepit tak terduga arah y, Mtiy = ½ Mly

Untuk menentukan tinggi efektif pelat arah x dan arah y adalah

dx = ht – (p+ ½  .x) )
dy = ht - (p + x  1 / 2y )

Contoh :
Suatu lantai beton bertulang monolit terdiri dari panel-panel dengan ukuran seperti
terlihat pada gambar. Balok balok pada jalur kolom berukuran 35 x 70 cm sehingga
bentang bersih dari panel tersebut menjadi 6,0 x 7,3 meter. Lantai direncanakan
untuk menahan beban hidup 650 kg/m2 , bila digunakan fc’= 20 MPadan baja
dengan fy = 300 MPa hitung tebal dan tulangan yang diperlukan panel lantai
tersebut.
Penyelesaian
Penentuan tebal pelat
Menurut SK SNI bila kedua ujung menerus

hmin.= 1/28.ln (0,4 +fy/700),


= 1/28. 6000 (0,4 + 300/700)
= 177,55 mm , diambil h = 180 mm

Beban kerja : beban mati


Berat sendiri pelat = 0,18 . 2400 = 432,00 kg/m’
Finishing tegel = 2.0 . 23 = 46,00 kg/m’
Adukan = 2 . 22 = 44,00 kg/m’
Plafond + penggantung = 7,00 kg/m’
Wd = 529,00 kg/m’

Wu = 1,2 Wd + 1,6 Wl
= 1,2. 529 + 1,6 . 650
= 1674,8 kg/m ∞ 1675 kg/m’
= 16,75 kn/m’

Momen kerja :
Pelat tipe I
Ly/Lx = 7,3 / 6,0 = 1,21
Mtx = 0,001 . 61 . 16,75 . 62 = 36,783 kNm
MLy = 0,001 . 51 . 16,75 . 36 = 30,753 kNm
Mty = 0,001 . 51 . 16,75 . 36 = 30,753 kNm.
Penulangan pelat :
tinggi efektif balok
dx = h- (dp/2+d”) , coba Dp = D10 dan d” = 30 mm
= 180 – (10/2+30) d”= selimut beton
= 145 mm

Mtx = Mlx = 36,783 kNm


Koefisien ketahanan k = Mu/ Ф.b.d2.
= 36,783 . 106/ 0,8.1000. 145 .
= 2,187 MPa……1
Atau k = fc’.ω(1-0,59ω) dimana ω = ρ.fy/fc’ sehingga
= ρ.fy(1-0,59ρfy/fc’)
= ρ.300(1-0,59.ρ300/20)
= 300ρ – 2655ρ2 MPa , ………………………………….2

Sehingga 2655ρ2- 300ρ +2,187 = 0 dengan persamaan abc didapat,


ρ = 0,00783

ρb = (0,85fc’. ß1) / fy . (600/600+fy) = (0,85 . 2 0 . 0,85)/ 300 .(600/600+300)=


0,0481
ρmak. = 0,75 .0,0481 = 0,0360
ρmin = 1,4/fy = 1,4/300 = 0,0046
atau lihat tabel A.15 dimana dengan :
fc’ = 20 MPa, fy = 300 MPa dan k = 2,187 MPa
didapat ρ = 0,0079 > ρmin = 0,0046
< ρmak = 0,0360 ,…… ok
As = ρ . b d
= 0,0079 . 1000 . 145
= 1145,5 mm2
Pakai tulangan D16_ 150 = 1340,4 mm2

Ceck terhadap tinggi efektif pelat…….. dx = 180 – (30+16/2) = 142 mm,


ρ .akt = As/b.d
= 1340,4/1000 .142
= 0,009 > ρ =0,0079 ………ok.
Untuk tulangan arah Y
Mty = Mly = 30,753 kNm dy = 180 –(30+16+16/2) = 126 mm
k = Mu/Ф.b.d2
= 30,753 .106/ 0,8. 1000 . 1262
= 2,421 MPa
Dari tabel A.15 dengan : fc’ = 20 MPa, fy = 300 MPa dan k = 2,421 maka ρ=
0,0088
As = 0,0088 . 1000 . 126
= 1108,8 mm2 , pakai tulangan D 12_ 100 = 1131 mm2

Pelat type II
Ly/Lx = 7,3 / 6,0 = 1,21

Mtx = 0,001 . 51 . 16,75 . 62 = 30,753 kNm


MLy = 0,001 . 38 . 16,75 . 36 = kNm
Mty = 0,001 . 38 . 16,75 . 36 = kNm.
Dengan cara yang sama seperti pelat type I didapat tulangan pelat type II,
kemudian dibuat gambar penulangan .........(tugas)

Metode Perencanaan Langsung


Metode Perencanaan Langsung (direct design method) dapat digunakan untuk
menganalisis flat slab. Penggunaan metode ini tidak hanya terbatas pada flat slab
tetapi pelat dengan balokpun dapat dianalisis dengan metode ini. Metode ini
didasarkan pada persamaan statis yang diturunkan pertama kali oleh J.R.Nichols
(1914).
Dalam perencanaan pertama kali adalah menentukan momen statis total rencana
pada kedua arah peninjauan yang saling tegak lurus. Karena adanya tahanan pada
tumpuan, maka momen tersebut didistribusikan untuk dapat merencanakan
penampang rangka portal terhadap momen momen positif dan negative.
Selanjutnya momen momen rencana ini didistribusikan ke lajur kolom, lajur
tengah, lajur balok (kalau ada). Lebar lajur kolom ditentukan 25% dari lebar lajur
portal untuk masing-masing sumbu kolom dan lebar tengah adalah sisanya.
Ketentuan yang harus dipenuhi dalam penggunaan metode ini adalah sebagai
berikut :
1. Minimum terdapat tiga bentang menerus dalam setiap arah peninjauan.
2. Panel harus berbentuk persegi dengan rasio bentang panjang terhadap
bentang pendek diukur dari sumbu kesumbu tumpuan tidak lebih dari dua.
3. Panjang bentang yang bersebelahan tidak boleh berbeda lebih dari
sepertiga dari bentang yang panjang.
4. Kolom kolom penumpu tidak boleh bergeser lebih dari 10 % dari
bentangan dalam arah pergeseran , dari masing-masing arah sumbu kolom
yang berurutan.
5. Beban yang ditinjau hanya beban grafitasi saja yang tersebar merata pada
seluruh panel, beban hidup tidak boleh melebihi tigakali beban mati.
6. Apabila pelat ditumpu oleh balok pada keempat sisinya, kekakuan relative
balok dalam arah yang saling tegak lurus α1.l22 /α2.l12 tidak boleh kurang
dari 0,2 dan tidak bolehlebih dari 5,0 atau dalam bentuk rumus dapat
dituliskan sebagai berikut:

1 L2 2
2,0   5,0
 2 L1 2
dimana :
α1 = α dalam arah l1
α2 = α dalam arah l2

Menurut SK SNI T-151991-03 distribusi momen statis total terfaktor Mo pada


bentang interior dikalikan factor 0,35 untuk momen positif dan 0,65 untuk momen
negatife terfaktor seperti terlihat pada gambar berikut , sedang distribusi momen
statis total terfaktor (rencana) Mo untuk bentang ekterior dapat dilihat pada tabel
4.1
Tabel 4.1. Faktor distribusi Momen Mo bentang ekterior
(SKSNI T-15-1991-03 pasal 3.6.6 ayat 3)
1 2 3 4 5
Tepi ekterior Pelat dengan Pelat tanpa balok diantara Tepi
tidak ditahan balok diantara Tumpuan interior ekterior
diantara Tanpa balok Dengan sepenuhnya
semuas tepi balok tepi ditahan
tumpuan
Momen
negatif 0,75 0,70 0,70 0,70 0,65
terfaktor
interior

Momen positif 0,63 0,57 0,52 0,50 0,35


terfaktor

M0men 0,00
negatif 0,16 0,26 0,30 0,65
terfaktor
ekterior
Tabel 4.2. Momen lajur kolom ( % )
l2
l1

Momen negative interior


1l2
l1  0
75 75 75
1l2
90 75 45
 1,0
l1

Momen negatif ekterior 1  0 100 100 100


1l2
l1  0 1  2,5 75 75 75
1  0 100 100 100
 1l2
l1  1,0 1  2,5 90 75 45
Momen positif
1l2
l1 0 60 60 60
1l2
90 75 45
l1  1,0

Untuk panel pelat interior lajur kolom harus direncanakan untuk memikul sebagian
momen negatif interior (dalam % ) seperti terlihat pada table 4.2, dimana nilai α1
adalah untuk arah bentang l1 untuk pelat dua arah yang ditumpu balok, α1 diambil
sebagai nilai banding kekakuan lentur pelat dengan lebar yang dibatasi oleh garis
tengah panel bersebelahan terhadap kekakuan masing-masing balok , sehingga
didapatkan:

Ecb.Ib
1 
Ecs.Is

Ecb dan Ecs adalah modulus elastis balok dan modulus elastis pelat, sedangkan Ib
dan Is adalah momen inersia balok dan momen inersia pelat.
maka momen rencana didapat dengan interpolasi linier antara 85% dan 0%. Untuk
panel pelat eksterior , lajur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul
sebagian momen negatif eksterior (dalam%) seperti terlihat pada daftar diatas,
sedangkan nilai

Ecb.C
1 
2 Ecs.Is

Adalah merupakan nilai banding kekakuan torsi penampang balok tepi terhadap
kekakuan lentur pelat dengan lebar sama dengan bentang balok, yang diukur antar
sumbu tumpuan , dimana C adalah konstanta penampang untuk menentukan
kekakuan puntir dan Ecb adalah modulus elastis balok beton , Ecs adalah modulus
elastis pelat beton, Is adalah momen inersia terhadap sumbu titik pusat bruto pelat.
Lajur kolom harus direncanakan untuk dapat memikul sebagian momen positif
(dalam%) seperti terlihat pada daftar diatas.
Nilai C dapat dihitung dengan rumus
 x  x3 y
C  1  0,63 
 y 3
Dengan :
x = ukuran sisi yang lebih pendek
y = ukuran sisi yang lebih panjang
Dalam perhitungan dengan metode perencanaan langsung menurut SKSNI T-15-
1991-03 langkah-langkahnya menurut pasal 3.6.6 adalah :
1. Tentukan tebal pelat minimum yang diizinkan dan dalam praktek
2. Hitung beban ultimit desain U = 1,2D + 1,6L
3. Hitung momen lentur statik total terfaktor untuk lebar total panel
2
wu L2 Ln1
Mo  peraturan membolehkan pembesaran momen positif sampai
8
33% yang merupakan hasil redistribusi momen system banyak. Pada bentang
interior momen statis total Mo akan didistribusikan secara adil menjadi
momen positif dan momen negative dengan perbandingan:
- Momen negative terfaktor Mu neg = 0,65 Mo
- Momen positif terfaktor Mu pos = 0,35 Mo
4. Jabarkan momen static total tersebut kedalam momen positif pada bagian
tengah bentang dan momen negative pada titik tumpuan dari lajur pelat yang
ditinjau. Perlu diperhatikan bahwa tumpuan harus direncanakan untuk
menahan salah satu dari dua momen desain negatif yang terbesar yang
dihasilkan oleh bentang-bentang disebelah kiri atau kanan tumpuan
5. Distribusikan momen positif dan negatif menurut lajur kolom dan lajur tengah
sbb.

a. Lajur kolom, pada lajur ini perlu diperhatikan ada tidaknya balok disepanjang
sumbu-
sumbu kolom, grafik 4.1 dapat digunakan untuk menentukan persentase
momen lajur kolom dari bentang tengah berdasarkan harga L2 / L1 dan
1 L2 / L1 <
Bila terdapat balok diantara kolom kolom dalam arah bentangan dari momen
yangditinjau balok tersebut harus dianggap menerima 85% dari momen lajur
kolom jika 1 L2 / L1 > 1
Dan untuk njlai 0 < 1 L2 / L1 < 1 besar momen yang disalurkan kebalok dapat
diperoleh melalui interpolasi linier antara 85 hingga 0 persen, kemudian pelat pada
jalur kolom harus menanggung sisa momen yang tidak ditahan oleh balok tersebut.
b. Lajur tengah , momen desain positif dan negatif interior yang bekerja pada
lajur tengah adalah bagian dari momen desain yang tidak ditahan oleh lajur
kolom, dengan demikian masing masing lajur tengah harus menahan jumlah
momen negatif ataupun positif yang tidak ditahan olej lajur kolom yang ada
disisi kiri dan disisi kanan lajur tengah tersebut.
c. Dinding dan kolom yang dibuat monolit dengan pelat harus didesain untuk
menahan momen momen yang timbul akibat pembebanan pada sistim pelat
tersebut.
d. Panel eksterior, untuk panel eksterior atau bentang tepi (end span) pembagian
momen statik total pada tiga lokasi kritis : momen negatif eksterior, positif dan
negatif ekterior tergantung pada kekangan fleksural pada pelat oleh kolom
eksterior atau dinding ekterior, dan tergantung pada ada tidaknya balok pada
lajur kolom (SNI-91). ACI Code juga memberi lima alternatif koefisien
distribusi momen untuk bentang tepi (table 4.6) dan gambar 4.17. Tabel 4.6
dipakai untuk menghitung persentase momen lajur kolom dari bentang tepi
dan didistribusikan kearah lateral dengan memanfaatkan grafik 4.1 dan table
4.7 berdasarkan harga L2 / L1 , 1 L2 / L1 serta konstanta C dan b1 jika ada
balok pada tumpuaan terluarnya.

Bagian momen positif dan momen negatif terfaktor yang tidak dipikul oleh lajur
kolom dianggap bekerja pada setengah lajur tengah dikedua sisi lajur kolom.
Sesuai SKSNI pasal 3.4.11. kekuatan geser pelat terhadap beban terpusat ditentukan
oleh kondisi terberat dari aksi balok lebar dan panel pelat penulangan dua arah.
Dalam kondisi balok lebar, penampang kritis sejajar dengan garis pusat panel arah
tranversal, menerus sepanjang bidang yang memotong seluruh lebar dan terletak
pada jarak d dari muka beban terpusat atau muka daerah reaksi. Sama halnya seperti
balok untuk pelat penulanag  an satu arah lebar bw penampang kritis dikalikan
dengan tinggi efektif d dan ditempatkan sejarak d dari muka kepala kolom bujur
sangkar ekivalen atau pertebalannya kalau ada
Dalam keadaan umum, tanpa tulangan geser kekuatan nominal dalam kondisi balok
lebar adalah :
Vn = Vc = (1/6√fc’) bwd

Apabila dikehendaki hasil yang lebih teliti SKSNI memberikan pada pasal 3.4.3
ayat 2 rumus yang memasukkan unsur
.Vu.d
Mu

Dan apabila digunakan tulangan geser tinjauan keseluruhannya dilakukan seperti


pada balok dengan tulangan geser. Akibat bekerjanya geser dalam kondisi aksi dua
arah akan timbul retak diagonal disepanjang kerucut terpaancung disekeliling
pertemuan kolom dengan pelat. Penampang kritis akan tegak lurus terhadap bidang
pelat dan terletak sedemikian rupa sehingga keliling penampang adalah bo tetapi
tidak lebih dekat dari ½ d terhadap keliling beban terpusat atau daerah reaksi atau
perubahan tebal pelat ke kepala kolom. Seandainya tidak memakai pertebalan maka
hanya ada satu penampang kritis untuk kondisi aksi dua arah.
Jika tidak menggunakan tulangan geser , kuat geser nominal diambil nilai terkecil
dari tiga persamaan berikut :

1.

Vc   2 
4 

 fc' bo.d
c 

dimana c adalah nilai banding sisi panjang terhadap sisi pendek kolom didaerah
beban terpusat atau reaksi gaya.
 s.d  1 
2. Vc    2  fc' bo.d
 bo  12 
dimana nilai
s = 40 untuk kolom interior
= 30 untuk kolom tepi
= 20 untuk kolom sudut

3. Vc  4  fc'bo.d

Apabila memakai tulangan geser, kekuatan nominal dibatasi sampai harga


1 
maksimum yaitu : V n  Vc  V s   fc' b0 d
2 
Dan dalam merencanakan tulangan geser, bagian kekuatan Vc tidak boleh lebih
besar dari 0,17(√fc’)bo.d dan luas tulangan Av serta Vs dihitung seperti perhitungan
tulangan geser sebelumnya. Apabila digunakan baja profil penahan geser, kuat
geser tidak boleh lebih besar dari 0,6(√fc’)bo.d.
Untuk perencanaan pelat tanpa balok penumpu diperlukan tinjauan terhadap
momen tak berimbang pada muka kolom penumpu, sehingga jika beban
grafitasi,angin, gempa atau gaya lateral lainnya yang menyebabkan terjadinya
pelimpahan momen antara pelat dan kolom, maka sebagian dari momen tak
berimbang harus dilimpahkan sebagai lentur  1 Mu  pada keliling kolom dan
sebagian menjadi tegangan geser eksentris (fv Mu) untuk menjamin tersedianya
kekuatan geser yang cukup. Dan momen tak berimbang yang dilimpahkan menjadi
tegangan geser eksentris akan mengecil bila lebar permukaan bidang penampang
kritis yang menahan momen semakin besar, sehingga
1
 v  1
2 b1
1
3 b2
Dimana b2 = (c2 + d ), yaitu lebar permukaan bidang penampang kritis kolom
interior yang menahan momen dan b1 = ( c1 + d ) yaitu permukaan kolom yang
tegak lurus terhadap b2, sedangkan untuk kolom luar, b2  c2  1/ 2d  .
Dengan demikian bagian momen tak seimbang yang dilimpahkan sebagai lentur
adalah  1 Mu , dimana
1
 1  1   v atau  1 
2 b1
1
3 b2
 1 Mu bekerja padajarak (1,5h) diluar muka kolom atau kepala kolom. Sedangkan
untuk c1  c2 nilai  1  0,60 atau 60% dari momen dilimpahkan pada lentur dan
sisanya padageser 40% pada geser ( lihat gambar berikut), sehingga dari gambar
tampak bahwa momen yang dilimpahkan padageser bekerja bersamaan dengan
gaya geser Vu dititik pusat permukaan geser sekitar keliling kolom yang berada
sejauh 1/2d dari sisi kolom, sehingga didapaatkan nilai V1 dan V2 sebagai berikut:
Vu  v MuX 1 Vu  v MuX 2
V1   dan V2  
Ac J c Ac J c
J c adalah besaran penampang kritis , analog dengan inerrsia polar dan untuk kolom
eksterior X1 dan X2 diperoleh dengan menempatkan permukaan geser vertikal
sebesar (a+b+a), sehingga Av = ( 2a + b )d dan
 
J c  d 2 / 3a 3  2a  bX 2  1/ 6ad 3
2

Sedangkan untuk kolom interior:


Av  2a  b d dan
 
J c  d 1 / 6a 3  1 / 2ba 2  1 / 6ad 3

SKSNI mensyaratkan bahwa perhitungan momen rencana untuk balok atau kolom
sebagai penumpu pelat pada tumpuan interior harus mampu menahan momen tak
berimbang sebesar:

M = 0,07 [(wd + 0,5 wl )L2 (Ln)2 – wd’L2’(Ln)2]


Dimana :
wd = beban mati terfaktor persatuan luas
wl = beban hidup terfaktor ppersatuan luas
wd’, L2’, Ln’ adalah notasi untuk bentang pendek.
Tebal Minimum Pelat
Menurut SKSNI tebal pelat tidak boleh kurang dari h=nilai yang didapat dari

Ln 0,8  fy / 1500
h ..............1
36  5  m  0,121  1 /  
dan tidak boleh kurang dari
Ln 0,8  fy / 1500 
h ...........................2
36  9 
tetapi tebal pelat tidak perlu lebih dari
L 0,8  fy / 1500
h n ...........................3
36
Catatan:
1. untuk pelat dengan  m  0 pers ketiga yang menentukan
2. untuk pelat dua arah tipikal yang memiliki balok tepi dengan  m  2
pers kedua yang menentukan
3. untuk pelat dengan balok dangkal pada jalur jalur kolomnya dengan
0  m  2
persamaan kesatu yang menentukan.
Untuk pelat tanpa balok-balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuannya
tebal pelat h tidak boleh lebih kecil dari :
1. pelat tanpa balok dan tanpa penebalan =120 mm
2. pelat tanpa balok dengan penebalan =100 mm
Untuk pelat tanpa balok , tetapi dengan penebalan yang menjorok sejauh tidak
kurang dari 1/6 dari panjang bentang pada masing-masing arah diukur dari sumbu-
sumbu tumpuan dan memiliki proyeksi dibawah pelat setidak-tidaknya ¼ tebal
pelat maka ketentuan tebal pelat ditetapkan pada persamaan diatas dapat dikurangi
10%.
Bila semua bagian pinggir yang tak menerus diberi balok dengan kekakuan tertentu
sehingga nilai  tidak kurang dari 0,80, maka tebal minimum pelat yang ditetapkan
pada persamaan diatas harus ditambah paling sedikit 10%, yaitu untuk panel-panel
yang memiliki tepi yang menerus.
melebihi batas lendutan yang ditetapkan dalam table berikut
Tabel Lendutan izin maksimum
Type Komponen Struktur Lendutan yang diperhitungkan Batas
lendutan
Atap datar tidak menahan atau Lendutan akibat beban hidup L l
berhubungan dengan komponen
nonstructural yang mungkin akan 180
rusak akibat lendutan yang besar
Lendutan tidak menahan atau Lendutan akibat beban hidup L l
berhubungan dengan komponen
nonstructural yang mungkin rusak 360
akibat lendutan yang besar
Konstruksi atap atau lantai yang Bagian dari lendutan totalyang terjadi lt
menahan atau berhubungan dengan setelah pemasangan komponen non
komponen nonstruktural yang structural (jumlah dari lendutan jangka 480
mungkin rusak akibat lendutan yang panjang akibat semua beban yang
besar bekerja dan lendutan seketika yang
K0nstruksi atap atau lantai yang terjadi akibat penambahan sembarang ln
menahan atau berhubungan dengan beban hidup)
komponen nonstructural yang 240
mungkin tidak rusak akibat lendutan
yang besar

Contoh perhitungan
Suatu pelat lantai bangunan bertingkat dari beton bertulang, menggunakan sistim
lantai tanpa balok yang ditumpu oleh kolom persegi pada bagian tengah 500 x 500
mm dan bagian pinggir 450 x500 mm, jarak kolom sumbu ke sumbu arah
memanjang 7200 mm dan jarak arah melintang 5500 mm, masing masing bentang
mempunyai lebih dari tiga bentang dan tinggi bersih antar lantai 3500 mm.
Bangunan terletak pada daerah yang tidak mengalami gempa bumi, sehingga yang
ditinjau hanya beban grafitasi, beban hidup yang diperhitungkan adalah 2,40
KPa.Beban mati sebelum berat sendiri 0,50 KPa. Beton dipakai dengan fc’= 30
MPa dan fy = 400 MPa. Diminta untuk merencanakan panel pelat ujung dan
penulangan yang dibutuhkan. (lihat gambar)
Penyelesaian
Wl =2,4 Kpa Fc’ = 30 Mpa Fy = 400 MPa
Pemeriksaan syarat metode perencanaan langsung:
1. Nilai banding bentang panjang terhadap bentang pendek = 7200/5500 = 1,31 < 2
jadi berlaku sistim pelat dua arah …..OK
2. Masing-masing bentang mempunyai lebih dari tiga bentang dengan panjang
bentang bersebelahan sama dan semua kolom duduk pada sumbunya……OK
3. Panjang bentang yang bersebelahan pada masing-masing arah tidak boleh
berbeda lebih dari 1/3 bentang yang lebih panjang 7200 – 5500 = 1700 < 1/3
7200 = 2400 …..OK.
4. Karena tidak berada pada daerah gempa maka beban yang diperhitungkan hanya
beban grafitasi ……OK
5. Beban hidup tidak boleh melampaui 3 kali beban mati

Penentuan beban mati terhadap tebal pelat ditentukan sbb


 450  500 
ln 1  7200     6725mm  6,725m …….. arah memanjang
 2 
 500  500 
ln 2  5500     5000mm  5,0m
 2 
Perbandingan bentang panjang bersih terhadap bentang pendek bersih
ln 6725
 1   1,345
ln 2 5000
7200  5500  7200
s   0,78
27200  5500
 m = 0 ………pelat tanpa balok tepi, maka tebal pelat ditentukan dengan
fy 400
0,8  0,8 
h 1500 ln  1500 6725  199,3.mm
36 36
Karena tidak menggunakan balok tepi maka tinggi pelat ditambah 10%, sehingga
tinggi pelat menjadi 219 mm  220 mm > hmin =120 mm … (SKSNI)
Tinggi manfaat d = 220 – 25 = 195 mm.
Berat sendiri pelat WDL = 0,22 . 23 = 5,06 KPa
Beban mati = 0,5 KPa
W DL = 5,56 KPa

3WDL  3.5,56  16,68 KPa > WLL  2,4 KPa


Jadi metoade perencanaan langsung dapat digunakan

Wu = 1,2 . 5,56 + 1,6 . 2,4 = 10,512 kPa  11 kPa


KOLOM INTERIOR

Gaya Geser Netto Terfaktor

Vu  l1 l2   c1  d c2  d  Wu


Vu  7,25,5  0,5  0,1950,5  0,19511
Vu = 430,3 KN
bo = 2(c1 + d + c2 + d) = 2(c1 + c2 +
2d)

Luas Permukaan Bidang Geser


Ac  bo d   2d c1  c 2  2d   2195500  500  390  542100.mm 2
 c  nilai banding sisi panjang dan sisi pendek kolom = 500/500 = 1,0
Vu 430,3
Vn    717,2.KN
 0,60
Cari nilai Vc terkecil dari

1.

Vc   2 
4 
c 
  
 
4
 fc' Ac   2   30 54210010  17815.k N
3

  1
 d  1 
Vc   c  2  fc'  Ac, untuk.kolom. int erior . c  40
 bo  12 
2.
 40195  1 
30 54210010  1189.kN
3
Vc    2 
 2780  12 

3.    
Vc  4 fc' Ac  4 30 54210010  11877.kN
3

Ambil Vc = 1189 KN > Vn =717,2 KN, untuk perhitungan awal

KOLOM EXTERIOR

Ada tambahan beban dari dinding ekterior 4,0 kN/m.


Gaya geser terfaktor netto keliling kolom

Vu  5,5
1
7,2  0,45   0,45  1 0,195 0,5  0,19511  5,5  0,5 4,01,2
2  2 
= 251,53 kN
vu 251,53
Vn    419,2.kN
 0,6
bo = 2c1 + d + c2 +d = 2c1 + 2d + c2
Luas permukaan bidang geser :
Ac = (bo)d = d(2c1+2d+c2) = 195(900+500+390) = 349050 mm2
 c = nilai banding sisi panjang dan sisi pendek kolom = 500/450 = 1,11
Menentukan nilai Vc :

1. Vc   2 
4 
  
 fc' Ac   2 
c 
 
4 
 30 34905010  10775.kN
3

  1,11 
  d  1 
2. Vc   c.  fc'  Ac , untuk kolom ekterior αc = 30
 bo  12 
 30195
30 34905010 3   839.kN
 1 
Vc    2 
 1790  12 
   
3. Vc  4 fc' Ac  4 30 34905010  7647.kN
3

Ambil Vc = 839 kN > Vn = 419,2 kN

Penentuan Momen Statis Total


Ln1 = 6,725 m, …. Arah memanjang
Ln2 = 5,00 m …… Arah melintang
0,65 L1 = 0,65 (7200) = 4680 mm, gunakan Ln1 = 6,725 m
0,65 L2 = 0,65 (5500) = 3575 mm, gunakan Ln2 = 5,500 m

1.Arah memanjang bangunan


Mo = 1/8.wu.L2 (Ln1)2 = 1/8(11)(5,5)(6,725) 2 = 342 kNm
Untuk panel pelat ujung, maka factor distribusi momen (lihat daftar 4.1),
dimana:
Mu. pada tumpuan interior pertama = 0,70 Mo
Mu pada lapangan = 0,52 Mo,
dan Mu pada interior pertama = 0,26 Mo, sehingga :
Momen rencana negatif Mu (-) = 0,70 (342) = 239,4 kNm
Momen rencana positif Mu (+) = 0,52 (342) = 177,8 kNm
Momen negative exterior Mu(-) = 0,26 (342) = 88,9 kNm

2.Arah melintang bangunan


Mo = 1/8.wu.L1(Ln2)2 =1/8(11)(7,2)(5)2 =247,5 KNm
Untuk panel ujungfaktor distribusi momen (daftar 4.1) adalah :
Momen rencana negatif Mu (-) = 0,70(247,5) = 173,25 KNm
Momen rencana positif Mu (+) = 0,52(247,5) = 128,70 KNm
Momen negatif exterior Mu (-) = 0,26(247,5) = 64,35 KNm.
Catatan :
Apabila kolom ekterior tepi benar-benar tertahan sebenarnya momen rencana
positif arah melebar bangunan dapat digunakan factor 0,35 < 0,52

Distribusi momen .
Pada lajur kolom ekterior tidak ada balok tepi yang mengalami puntir, sehingga
nilai banding kekakuan βc =0 dan α1 = 0, maka besarnya distribusi momen
negatif pada tumpuan ekterior = 100%, momen positif lapangan =60 % dan
momen negatifinterior = 75% ( daftar momen rencana ekterior lajur kolom) dan
hasil selengkapnya seperti table berikut
Arah memanjang Arah melintang
l 2 5,5 l1 7,2
  0,76   1,31
l1 7,2 l 2 5,5
 l2   l2 
    0     0
 l1   l1 
Lajur kolom Momen Momen Momen Momen Momen Momen
negatif Positif Negatif Negatif Positif Negatif
Interior Lapangan Ekterior Interior Lapangan ekterior
Mu(KNm) 239,40 177,80 88,90 173,25 128,70 64,35
Faktor
Distribusi 75 % 60 % 100 % 75 % 60 % 100 %

Momen rencana 0,75 x 0,6 x 1,0 x 0,75 x 0,6 x 1x


Lajur kolom 239,40 177,80 88,90 173,25 128,70 64,35
(KNm) 179,55 106,68 88,90 129,94 77,22 64,35

Momen rencana 239,40 177,80 88,90 173,25 128,70 64,35


Lajur tengah -179,55 -106,68 -88,90 -129,94 -77,22 -64,35
(KNm) 59,85 71,12 0.00 43,31 51,48 0,00

Ceck kapasitas pelimpahan momenp geser pada tumpuan kolom ekterior


Mu pada kolom interior = 239,40 KNm
Mu pada kolom ekterior = 64,35 KNm
Vu = 251,53 KN , bekerja dipermukaan kolom
Kuat momen Mn yang dipakai untuk pelimpahan momen geser kolom tepi adalah
yang diperoleh berdasarkan nilai – Mu = 64,35 KNm.
Gaya geser rencana pada kolom tepi dengan memperhitungkan momen interior
239,4  64,35
Vu  251,53   225,50 KN
7,20  0,225  0,250
Vu 225,50
Vn    375,83.KN
 0,6
Menentukan titik berat penampang kritis dengan menggunakan momen statis
kolom ekterior:
Ac =bo (d) = d (2c1 + c2 + 2d) =349050
d(2c1 + c2 + 2d)x =d(c1 +1/2d)2
x adalah jarak titik berat penampang kritis sehingga
2450  500  390x  450  1 / 21952
299756
x  167.mm
1790
Jadi jarak muka kolom ke titik berat penampang kritis, s = 167 -1/2(195) = 69,50
mm
Gaya geser Vu dilimpahkan dari muka kolom ke titik berat penampang kritis
dengan menjumlahkan momen kolom ekterior Mu = 64,35 KNm. Sehingga
momen ekterior rencana total
Mue = Mu + Vu(1/2 S) = 64,35 + 225,4(1/2)(69,50)(10) -3 = 72,19
KNm
Kuat momen tak seimbang minimum yang diperlukan :
Mue 72,19
Mn    90,24.KNm
 0,8
Kuat momen nominalMn yang dilimpahkan oleh geser
1
 v  1
2 b1
1
3 b2
Untuk kolom tepi nilai b1 = (c1 + ½ d) = (450 + 97,50) = 547,50 mm
b2 = (c2 + d) = 500 + 195 = 695 mm
1
sehingga  v  1  0,37
2 547,5
1
3 695
Sehingga Mnv =0,37 Mn = 0,37 (90,24) = 33,39 KNm
Momen inersia sisi penampang kritis yang sejajar arah momen terhadap sumbu
melintang bangunan adalah :
I1 = 2[1/12(195)(547,5)3 + 195(547,5){1/2(547,5)-167}2 +1/12(547,5)(195)3
= 2(2666893888 + 1216618742 + 338303672) = 8443632604 mm4
Momen inersia sisi penampang kritis yang tegaklurus dengan arah momen
terhadap sumbu melintang bangunan adalah :
I2 = Ad2 = (500 +195)(195)(167)2 = 3779656725 mm4
Momen inersia Torsional
Jc = 8443632604 + 3779656725 = 12223289329 mm4
Tegangan geser akibat geser keliling kolom, efek Mn dan berat dinding adalah :

Vu  v MnX 225,510 0,3790,24167 10


3 3
Vn      1, ,533.MPa
Ac Jc 0,6349050 12223289329
Vc 839000
Vc.mak.izin    2,404  Vn  1,533.MPa
bo.d 349050
Jadi tebal pelat yang direncanakan dapat digunakan

Catatan;
Untuk menahan tegangan geser pada daerah kolom disudut bangunan yang
cendrung menahan geser lebih besar ada kemungkinan memerlukan usaha usaha
perkuatan penebalan yang dapat dilakukan dengan membuat kepala kolom, atau
pembesaran kolom, atau kepala geser
Perencanaan Tulangan Pelat
a. Penulangan tambahan pada pelat didaerah muka kolom
Momen tak imbang yang dilimpahkan kekolom dengan lentur:
 t  1   v  1  0,37  0,63
.
Mnt   t Mn  0,63.90,24  56,85.KNm
Momen dilimpahkan kelajur selebar c2  21,5h  500  3220)  1160.mm
 a  a
Mnt  As. fy d   , perkirakan  d    0,90d , maka
 2  2
6
56,85(10) = As(400)0,90(195)
As = 810 mm2 untuk lebar lajur 1160 mm
Ceck As :
810400
a  10,95.mm
0,85301160
56,8510  As400195   1 2 10,95
6

As  750.mm 2

Untuk tulangan tambahan ini pakai D.16_ 100 dan dipasang pada lajur kolom
selebar 500 mm, kemudian dijangkarkan kedalam kolomsesuai panjang
penyaluran.
Untuk pelimpahan momen geser pada daerah muka kolom interior dilakukan
dengan cara yang sama ,harap perhatikan bahwa kadang-kadang dihadapi
persoalan pola pembebanan dan bentang tidak sama pada peninjauan suatu kolom
interior

b. Penulangan arah memanjang bangunan.


Momen nominal pada lajur kolom adalah
179,55
Momen kolom interior Mn   224,44.KNm
0,80
106,68
Momen lapangan Mn   133,35.KNm
0,80
88,90
Momen kolom ekterior Mn   111,13.KNm
0,80
Momen nominal pada lajur tengah adalah :
59,85
Momen kolom interior Mn   74,81.KNm
0,80
71,12
Momen lapangan Mn   88,90.KNm
0,80
Momen kolom ekterior Mn = 0
Perencanaan Tulangan Lajur Kolom
Lebar lajur kolom  2 1 4 5,5  2,75.m
224,44
Mn interior tiap meter lebar   81,615.KNm
2,75
133,35
+Mn lapangantiap meter lebar  48,491.KNm
2,75
Tulangan negatif

Mn  As. fyd  12 a , sebagai langkah awal ambil d  12 a  0,9d ,


sehingga
81,615  As4000,90195 , maka As = 1163 mm2
As. fy 1163400 
a   18,24.mm
0,85 fc' b 0,8530 1000 
81,615  As400 195  1 2 18,24 
Didapat As = 1098 mm2 , bila dipakai D16 , luas tampang =201,1 mm2 , maka
jarak tulangan s 
201,1
1000  201,1 1000  183.mm. pkp
As 1098
Kalau momen positif juga memakai diameter yang sama, maka
 Mn
Pada momen positif s  s   81,615 183  308.mm. pkp
 Mn 48,491
S.mak izin = 2h = 2(220) = 440 mm > s=308 mm .......OK

Tulangan positif:
 Mn
As   As  48,491 1098  652.mm2 , dicoba D13, luas tulangan
 Mn 81,615
=132,7mm2
Didapat jarak tulangan
s
132,7
1000  132,7 1000  204.mm
As 652
Untuk daerah momen negatif kolom ekterior , dengan diameter yang sama, maka
Pada momen negatif s
106,68
204  245.mm .
88,9
Jadi didapat tulangan sebagai berikut :
Momen neg. kolom interior 15D16- 180
Momen pos. kolom interior 13D 13-200
Momen neg. kolom ekterior 10D13-240, dan 8 batang dipasang diluar
lebar lajur pelimpahan momen lentur 1160 mm
Perencanaan Tulangan Lajur Tengah
Lebar lajur tengah = 5,5 – 2,75 = 2,75 m
59,85
Momen kolom interior : Mn   74,81.KNm
0,80
71,12
MomenLapangan : Mn   88,90.KNm
0,80
74,81
Mn interior tiap meter lebar   27,21.KNm
2,75
88,90
+Mn lapangan tiap meter lebar   32,33.........KNm
2,75
Tulangan Negatif
Mn  As. fyd  1 2 a , sebagai langkah awal ambil d  12 a  0,90d ,
sehingga:
27,21  As4000,9195..  As  388.mm2
As. fy 388400
a  6,09.mm , sehingga
0,85 fc'.b 0,85301000
27,21  As400195  1 2 6,09...  sehingga. As  355.mm2
Coba tulangan D.10 luas tulangan = 78,5 mm2, sehingga jarak
s
78,5
1000  78,5 1000  221.mm.... pkp
As 355
Smak.izin  2h  2220  440.mm 2

Tulangan positif
 Mn
As   As   32,33 355  422.mm2
 Mn 27,21
Dicoba D.10 , luas tulangan = 78,5 mm2
Sehingga jarak s 
78,5
1000  78,5 1000  186.mm , dan susunan tulangannya
As 422
adalah sebagai berikut :
Daerah momen negatif kolom interior : 13D10 , jarak 200 mm
Daerah momen positif kolom interior : 15D10, jarak 180 mm

c. Penulangan arah melintang bangunan


Perhitungannya sama seperti perhitungan arah memanjang bangunan, karena:
1 L   1 7,2  1,8.m. 1 L  , maka lebar lajur kolom menggunakan:
4 1 4 4 2
2 4 L2   2 4 5,5  2,75.m
1 1

Dan lebar lajur tengah = 7,2 – 2,75 = 4,45 m

Dari hasil perhitungan diatas didapat tulangan seperti pada daftar berikut:
Daftar rencana penulangan pelat
Arah memanjang bangunan Arah melintang bangunan
Lajur Jenis Momen As perlu Ukuran Momen As perlu Ukuran
Momen (kNm) (mm2) Tulangan (kNm) (mm2) Tulangan
Tiap m’ Dan jarak Tiap m’ Dan jarak
Kolom Negatif 81,615 1098 D.16 47,251 658 D.13
Interior 180 mm 200 mm
Negatif 40,410 544 D.13 23,400 326 D.10
Ekterior 240 mm 200 mm
Positif 48491 652 D.13 28,080 391 D.10
Lapangan 200 mm 220 mm
Tenga Negatif 27,210 355 D.10 9,733 136 D.10
h Interior 200 mm 400 mm
Negatif 0 0 D.10 0 0 D.10
Ekterior 400 mm 400 mm
Positif 32,330 422 D.10 11,569 161 D.10
Lapangan 180 mm 400 mm

Dan penulangannya seperti gambar berikut:


Contoh soal untuk pelat lantai dengan balok
Suatu bangunan bertingkat banyak dengan sebagian denah lantai seperti terlihat
pada gambar dibawah dicor monolit antara lantai dan balok serta kolom persegi,
tinggi bersih tiap lantai 4,00 m, lebar panel lantai 5,5 m, panjang panel lantai 7,2 m
.Ukuran balok 300/500mm,beban hidup terbagi rata 5,40 KPa, beban mati terbagi
rata 0,70 kPa, mutu beton adalah: fc’ =30 MPa dan fy = 400 MPa. Rencanakanlah
panel pelat dan penulangannya bila yang ditinjau hanya beban grafitasi

Penyelesaian
Catatan : 1KPa = 1 KN/m2
Ceck syarat perencanaan metode langsung sbb:
1. Bentang panjang : bentang pendek = 7,2 : 5,5 = 1,10 …..< 2, (pelat dua
arah)
2. Jumlah bentang masing-masing arah > 3 bentang dan jarak bentang
bersebelahan sama, dan kolom duduk pada sumbunya.
3. Coba tebal pelat 180 mm, sehingga beban mati
Berat sendiri pelat = 0,18 x 23 = 4,14 KN/m2
Beban mati = 0,70 KN/m2
wD = 4,84 KN/m2
3 x wD = 3 x 4,84 = 14,52 KN/m2 > wL = 5,4 KN/m2……. (
metode perencanaan langsung dapat dipakai)
Ln1 = 7,2 – 2(30/2) = 6,9 m ….( 30 = lebar balok pendukung)
Ln2 = 5,5 – 2(30/2) = 5,2 m, ambil Ln = 6,9 m
  Ln1 / Ln2  6,9 / 5,2  1,33 , semua tepi menerus maka  s  1,0
Ceck tebal pelat:
h  Ln
0,8  fy1500  6900 0,8  4001500  153.mm atau
36  9  36  91,33
h  Ln
0,8  fy1500  6900 0,8  400 / 1500  205.mm
36 36
Jadi : 205 > h > 153, h dapat dipakai.
Pelat monolit dengan balok maka dihitung sebagai balok T
Lebar manfaat balok
bm = bw + 2(h-t) = 300 + 2(500-180) = 940 mm
Panjang sayap = 940-300 =640 mm < 4t=4 x 180 = 720 mm … OK.
Statis Momen terhadap tepi atas:

Ay
y
A
(180 x940)90  (300 x320)(160  180)
y
(180 x940)  (300 x320)
15228000  32640000
y  180,5.mm
265200000

Ib =1/12.b.ht3 + b.ht.y12 +1/3bw.(y1-1/ht) +1/3bw.y3


Ib =1/12.1803 +940.180.90,52 +1/3.300.0,53 +1/3.300.319,5
Ib =5104094299 mm4
Untuk arah memanjang bangunan:
Ib1 = Ib
Is1 = 1/12.h3.l1 =1/12.1803.7200 = 3499200000 mm4
ECb = ECS
E I 5104094299
 1 Cb b   1,46
ECS I S1 3499200000
Ib2  Ib
Arah melebar bangunan:
1 1
I S 2  (h)3 (l2 )  (180)3 (5500)  2673000000.mm4
12 12
ECb  ECS
ECb I b 5104094299
1    1,91
ECS I S 2 2673000000
1
Maka  m  {1,46(2)  (1,91)92)  1,69
4
Selanjutnya ceck terhadap lendutan yaitu
fy
0,8 
h 1500 (ln )
1
36  5 { m  0,12(1  )}

400
(0,8  )(6900)
h 1500  161.mm  180.mm
1
36  5(1,33){1,69  0,12(1  )}
1,33
Jadi h = 180 mm dapat dipakai dan d = 150 mm
Momen Statis Total
Beban rencna adalah wu = 1,2.wd + 1,6 wl
wu = 1,2 . 4,84 + 1,6 . 5,4 = 13,37 kPa
Untuk arah memanjang bangunan
0,65l1  0,65(7200)  4680.mm........gunakan.ln1  6,9.m
1 1
Mo  wU .l2 (ln1 ) 2  (13,37)(5,5)(6,9) 2  437,625.kNm
8 8
Arah melebarbangunan
0,65l2  1 wU l1 (ln 2 )2  1 (13,37)(7,2)(5,2)2  325,372.kNm
8 8
Distribusi momen
Dari gambar distribusi momen didapat :
Mu = 0,65 Mo = 0,65 . 437,625 = 284,456 kNm
+Mu = 0,35 Mo = 0,35 . 437,625 = 153,169 kNm
E I
1  Cb b  1,46
ECS I S1
l2 5,5 l
  0,764....maka..1 2  1,46(0,764)  1,12  1,0
l1 7,2 l1
Faktor momen dari interpolasi daftar distribusi momen
(0,764  0,75)0,5
MU = 0,75 +  0,80
0,90  0,75
(0,764  0,75)0,5
+MU= 0,75+  0,80
0,90  0,75
Arah lebar bangunan :
Faktor distribusi momen dari gambar distribusi momen
MU = 0,65Mo = 0,65. 325,372 = 211,492 kNm
+MU= 0,35Mo= 0,35 . 325,372 = 113,880 kNm
E I
 2  Cb b  1,91
ECS I S 2
l1 7,2 l
  1,309....maka... 2 1  1,9191,309)  2,50  1,0
l2 5,5 l2
Faktor momen berupa interpolasi dari daftar distribusi momen
MU = 0,75 – (0,75 – 0,4 5)0,309 = 0,66
+MU = 0,75 –(0,75 – 0,45)0,309 = 0,66
Selanjutnya momen ditabelkan sebagai berikut

Arah memanjang Arah melebar


l2 5,5 l1 7,2
  0,76   1,31
l1 7,2 l2 5,5
l l
( 2 )  1,12  ( 1 )  2,50
l1 l2

Lajur Momen Negati Momen Negatif Momen Negatif Momen


Interior Eksterior Interior Negatif
Eksterior
MU (kNm) 284,456 153,169 211,492 113,880
Faktor 80 80 66 66
Distribusi ( % )
Momen 0,80x284,456 = 0,80x153,169 0,66x211,492 0,66x113,880
rencana lajur 227,565 = 122,535 = 139,585 = 75,161
kolom(kNm)
Momen balok 0,85x227,565 0,85x122,535 0,85x139,585 0,85x75,161
85% (kNm) = 193,430 = 104,155 = 118,647 = 63,887
Momen pelat 227,565 - 122,535 - 139,585 - 75,161 -
15% (kNm) 193,430=34,135 104,155=18,380 118,647=20,938 63,887=11,274
Momen 284,456 – 153,169 – 211,492 - 113,880 –
rencana lajur 227,565=56,891 122,535=30,634 139,585=71,907 75,161=38,719
tengah (kNm)

Check tebal pelat terhadap geser


Wu = 13,37 kPa, 1 (l2 / l1 )  1,0 , maka pelimpahan geser akibat wu
kebalok berbentuk bidang trapezium dan bidang segitiga sehingga balok
memanjang memikul beban lebih besar dari balok melintang, maka reaksi terbesar
terjadi pada muka kolom interior pertama.
Gaya geser rencana adalah
1
VU  (1,15)( wu)(ln1 )  (1,15)(13,37)(6,9)  53,05.kN
2
Tinggi efektif d = h – (20+D/2) = 180 –(20+19/2) = 150,5mm diambil = 150 mm
   
Vc   16 fc' bd  0,60 16 30 (1000)(150)(10)3  82,158 kNm
VU  VC …. Jadi pelat kuat terhadap geser.
Distribusi Momen
a.Arah memanjang bangunan
Lajur Kolom:
Mn = 34,135/Ø = 34,135/0,8 = 42,67 kNm
1 l   1 5,5  1,375.m  1 l   1 7,2  1,80 m
4 2 4 4 1 4
Lebar jalur kolom = 2(1,375) – 0,94 = 1,81 m
42,67
Mn tiap meter lebar lajur =  23,58 kNm
1,81
18,38
+Mn tiap meter lebar lajur =  12,70 kNm
0,81,81
Lajur tengah :
Lebar lajur tengah = 5,5 – 2,75 = 2,75 m
56,891
Mn tiap meter lebar lajur =  25,86 kNm
0,8(2,75)
30,634
+Mn tiap meter lebar lajur =  13,93 kNm
0,8(2,75)

b. Arah melebar bangunan


Lajur kolom:
Lebar lajur kolom = 2(1,375) – 0,94 = 1,81 m
20,938
Mn tiap meter lebar lajur =  14,46 kNm
0,8(1,81)
11,274
+Mn tiap meter lebar lajur =  7,79 kNm
0,8(1,81)

Lajur tengah:
Lebar lajur tengah = 7,2 – 2,75 = 4,45 m
71,907
Mn tiap meter lebar lajur =  20,20 kNm
0,84,45
38,719
+Mn tiap lebarlajur =  10,88 kNm
0,84,45

Rencana tulangan pelat


Momen tumpuan terbesar arah memanjang bangunan : Mn = 25,86 kNm
Mn = As . fy(z) = As . fy(d-1/2a) …… ambil z = 0,9d
25,86 = As (400)(0,9)(150) ………As = 479 mm2
As. fy 479400
a   7,513 mm
0,85. fc'.b 0,85.30.1000
25,86 = As(400){150-1/2(7,513)} , sehinga didapat As =442 mm2
Coba pakai tulangan D13 …. As = 132,7 mm2
132,71000
Jarak tulangan s   300 mm p.k.p
442
Selanjutnya dengan cara yang sama dicari tulangan untuk masing-masing arah
baik lajur kolom maupun lajur tengahdengan memperhatikan bahwa d untuk pelat
arah melebar bangunan dy = 180 – (20 +13 + ½.13) = 140,5 ….. ambil dy = 140
mm,sehingga didapat hasil penulangannya seperti table berikut

Tabel hasil tulangan pelat


Arah memanjang Arah melebar
Lajur Jenis Momen Momen As Ukuran Momen As Ukuran
(kNm) perlu tulangan (kNm) perlu tulangan
tiap m’ dan jarak tiap m’ dan jarak
Kolom Negatif 81,615 1098 D16 47,251 658 D13
Interior 180 mm 200 MM
Positif 48,491 652 D13 28,080 391
Lapangan 200 mm
Tengah Negatif 27,210 355 D10 9,733 136 D10
Interior 200 mm 400mm
Positif 32,330 422 D10 11,569 161 D10
Lapangan 180 mm 400 mm
STRUKTUR BALOK DAN PELAT MENERUS

Biasanya struktur pada beton bertulang balok dan pelat mempunyai hubungan yang
monolit sehingga balok dan pelat tersebut merupakan suatu kesatuan yang monolit.
Dan bila balok dan pelat tersebut merupakan balok dan pelat menerus maka
besarnya momen dan gaya geser dapat ditentukan berdasarkan momen dan gaya
geser standar.
Besarnya momen standar adalah M = C.Wu.Ln 2 dan besarnya gaya geser adalah
V = C.Wu.Ln dimana :
C = koefisien yang besarnya disesuaikan dengan system perletakan.
Wu = Beban terbagi rata ultimate
Ln = Bentang bersih balok dan atau pelat yang ditinjau
Sistem perletakan dapat dilihat seperti gambar dibawah ini

Besarnya Momem Positif adalah :

- Tumpuan luar bebas maka :


C = 1/11 (bentang ujung)
C = 1/16 (bentang dalam)
- Tumpuan luar menyatu dengan komponen pendukung maka :
C = 1/14 (bentang ujung)
C = 1/16 (bentang dalam)

Besarnya Momen Negatif adalah :

- Tumpuan dalam …. C = 1/9 (dua bentang)


- Tumpuan dalam pertama C = 1/10 (lebih dari dua bentang)
bagian luar
- Tumpuan dalam lainnya C = 1/11 (lebih dari dua bentang)

Tumpuan luar menyatu dengan pendukung :


- Pendukung balok spandrel C = 1/24
- Pendukung luar kolom C = 1/16
Kecuali untuk :
- pelat dengan bentang < 3,0 m
- balok dengan rasio jumlah kekakuan kolom terhadap
kekakuan balok pada tiap ujung > 8
- Tiga atau lebih bentang
Maka nilai C = 1/12

Dan besarnya gaya geser pada bidang muka pertama bentang ujung

V = 1,15 . 0,5 . Wu . Ln
Dan geser pada bidang muka lainnya

V = 0,5 . Wu . Ln
Untuk lebih jelasnya lihat contoh perhitungan berikut

Soal :
Suatu struktur lantai beton bertulang direncanakan sebagai pelat dengan tulangan
satu arah .Lantai tersebut balok dan pelat lantai nya berupa balok dan pelat
menerus dengan bentang bersih pelat 3600 x 6600 mm2, bila pada lantai terdapat
beban kerja mati sebesar 1,20 KPa (belum termasuk berat sendiri) dan beban hidup
10 KPa serta beton dengan mutu fc’ =20 MPa , fy = 300 MPa , rencanakanlah
:
1. Dimensi pelat tersebut
2. Dimensi balok lantainya.

Penyelesaian
1.Dimensi pelat
Penentuan tebal pelat
Bila kedua ujung menerus menurut SKSNI
1 fy 1 300
hmin  ln( 0,4  )  .3600.(0,4  )  106,5.mm
28 700 28 700
Bila satu tepi menerus :
1  fy  1  300 
hmin  ln  0,4   .3600. 0,4    124,3.mm
24  700  24  700 
Pakai h = 125 mm
Pembebanan pelat:
Berat sendiri pelat = 0,125 . 23 = 2,875 KPa
Beban mati total = 1,20 + 2,875 = 4,075 Kpa..........wd
Wu = 1,2 wd + 1.6 wl = 1,2 . 4,075 + 1,6 . 10 = 20,89 KPa
Sehingga untuk tiap m lebar pelat = 20,89 KN/m
Momen lapangan:
1 1
Mu1  .wu. ln 2  .20,89.3,6 2  19,34.KNm (bidang luar)
14 14
1
Mu 2  .20,89.3,6 2  16,92.KNm (bidang dalam)
16
Momen tumpuan:
1
Mu 3  .20,89.3,6 2  27,07.KNm (tump dalam bagian luar)
10
1
Mu 4  .20,89.3,6 2  24,61.KNm (tump dalam bagian dalam)
11
1
Mu 5  .20,89.3,6 2  11,28.KNm (tump luar)
24
Gaya Geser:
Vu1  1,15(0,5.wu. ln)  1,15(0,5.20,89.3,6)  43,24.KN (tump. dalam
pertama)
Vu 2  0,5.wu.ln = 0,5.20,89.3,6 = 37,60 KN (tump. lainnya)
Tulangan pelat
d = 125 – 20 - 5 = 100 mm
Mmaks = 27,07 KNm
MR = .b.d 2 k ambil MR = MU
Mu 27,07
Kperlu =   3,3838.MPa
.b.d 2
0,8.1.0,12
Dari tabel A.15 dengan k= 3,3838 Mpa didapat ρ = 0,0127 < ρmak
= 0,0241 (taabel A6)
1,4
> ρmin = = 0,0046 ok
fy
As perlu = ρ . b . d = 0,0127 . 1000 . 100 = 1270 mm2
Pakai besi D.16-150 =1340,4 mm
Selanjutnya untuk tulangan lainnya dengan cara yang sama disajikan secara tabel
sbb:
Mu Mu.103 Mu
Kperlu    MPa
.b.d 2
0,8.1.0,12
8
Kemudian ambil nilai ρ untuk masing-masing Momen , seterusnya
1,4 1,4.1000.100
dihitung As dan bandingkan dengan As min  .b.d   470.mm 2
fy 300
lihat tabel berikut:

Lokasi Persamaan K ρ perlu As (mm2/m’)


Momen As = p b d
Ekterior: 1
Balok tepi wu. ln 2 1,4100 0,0049 490 …….D13 - 250
24
=11,28
Tengah bentang 1 2,4175 0,0087 870 …….D13 -150
wu. ln 2
14
=19,34
Interior 1
Balok interior wu. ln 2 3,0763 0,0114 1140 ……D16 -150
11
=24,61
Tengah bentang 1 2,1150 0,0075 750 ……D13 -150
wu. ln 2
16
=16,92

Catatan : As harus berada antara Asmin dan As maks dimana


ASmaks = ρmak . b . d = 0,0241 . 1000 . 100 = 2410 mm2
Jarak tulangan maks (smak) adalah nilai terkecil dari 3h atau 500 mm
3h = 3. 125 = 375 mm
Dan untuk pemeriksaan geser harus ditinjau kuat geser beton saja yaitu
Vn = Ø.Vc = Ø( 1/6√fc’) bw . d = 0,6(1/6√20)1000 . 100 = 44,72 KN , lalu
bandingkan dengan Vu mak = 43,24 kn. Sebaiknya pada tumpuan karena
menghasilkan Vn >V maks.

Bila Vu < Ø Vc ……. Tidak perlu tul geser.

Tulangan pembagi sesuai SKSNI : untuk fy = 240 MPa ….. Tp = 0,25%


b.h

untuk fy = 400 MPa …… Tp = 0,18%


b.h

Gambar hasil perhitungan

2.Dimensi balok
Perencanaan balok struktur menerus
Penentuan beban kerja :

Beban kerja mati = 1,2 . 3,9 = 4,68 KN/m’


Berat sendiri pelat = 0,125 . 23 . 3,9 = 11,125 KN/M’
Berat sendiri balok (coba tinggi balok 750 mm)
= (0,75 – 0,125)0,3 . 23 = 4,325 KN/m’

Jadi beban mati total = 20,13 KN/m

Beban kerja hidup = 10 . 3,9 = 39,00 Kn/m’

Momen kerja (lihat gambar berikut)

Beban rencana wu = 1,2 wd + 1,6 wl = 1,2 . 20,13 + 1,6 . 39 = 86,56 KN/m’


1 1
MT .1  wu. ln 2  .86,56.6,6 2  235,70.KNm
16 16
1 1
MT ;2  wu. ln 2  .86,56.6,6 2  377,10.KNm
10 10
1 1
MT .3  wu. ln 2  .86,56.6,6 2  342,80.KNm
11 11
1 1
ML.1  wu. ln 2  .86,56.6,6 2  269,30.KNm
14 14
1 1
ML.2  wu. ln 2  .86,56.6,6 2  235,70.KNm
16 16

1 1
V .1  wu. ln  ;86,56.6,6  285,6.KN
2 2
1
V .2  1,15( wu. ln)  1,15.285,6  328,5.KN
2
Tulangan balok
Dari momen diatas didapat M.mak = 377,10 KNm, karena fc’ = 20 Mpa dan fy
=300 MPa dari tabel A.6 didapat ρ = 0,0127 dan dari tabel A.15 didapat K =
3,3818 MPa , sehingga

Mu 377,1.10 6
d . perlu    682mm
.b.k 0,8.300.3,3818

Rasio d/b = 682/300 =2,27 ……………. Baik

Penulangan balok:
Tulangan tumpuan
MT.1 = 377,10 KNm , ρ = 0,0127
As = ρ. b . d = 0,0127 . 300 . 682 = 2598 mm2, pakai tulangan 4D22 +4D20 =
2777,1 mm2

Mu 342,8.10 6
MT.2 = 342,80 KNm , Kperlu    3,0709.MPa
.b.d 2 0,8.300.682 2
Dar tabel A.15 didapay ρ = 0,0114 > ρ min = 1,4/fy
As = 0,0114 . 300 . 682 = 2332 mm2
Pakai tulangan 3D22 + 4D20 = 2397,0 mm2

235,70.10 6
MT.3 = 235,70 KNm, Kperlu   2,1114.MPa
0,8.300.682
Dari tabel A.15 didapat ρ = 0,0075 > ρ min ...Ok
As = 0,0075 . 300 . 682 = 1535 mm2 ..............6D19

Tulangan lapangan :
Karena balok monolit dengan pelat maka balok direnanakan sebagai balok T
Lebar manfaat balok (b) : - ¼ bentang = ¼ . 6600 = 1650 mm atau
- bw + 16 ht = 300 + 16 . 125 = 2300 mm atau
- Jarak antar balok = 3900 mm
An\mbil b = 1650 mm
ML.1 = 269,40 KNm, d = 682 mm
Anggap daerah tekan meliputi seluruh flens maka :

 1 
MR  .0,85 fc'b.ht  d  ht 
 2 
 
MR  0,8.0,85.20.1650.125 682  125   1738.KNm  Mu  269.KNm
1
 2 
Jadi balok merupakan T persegi

269.10 6
Kperlu   0,4386.MPa
0,8.1650.682 2

K= fc’.w(1-0,59w) w2 -1,6949w + 0,372 = 0


0,4386 =20w-11,8w2 w = 0,0223
fy
w
fc'
fc 20
 . perlu   .  0,0223  0,0015
fy 300
As  .b.d  0,0015.1650.682  1688.mm2 ...............3D29  1981,5.mm2

1,4
 . min   0,0047
300
As 1981,5
 .akt    0,0097.  . . min ..........Ok
bw.d 300.682
  0,567.d 
As.mak  0,0425ht b  bw  1
  ht 
  0,567.682 
As.mak  0,0425.1251650  300  1  12102.mm 2 .  .1981,5.mm 2 .....Ok
  125 

ML.2 = 235,7KNm, d = 682 mm b = 1650 mm, MR = 1738 KNm > Mu


=235,7 KNm
Mu 235,7.10 6
K . perlu    0,3839.MPa
.b.d 2 0,8.1650.682 2


K  fc'.w 1  0,59w2  0,3839 = 20.w – 11,8 w2
w = 0,0195

fy
  .
fc'
20
 . perlu  0,0195.  0,0013
300
As. perlu  0,0013.1650.682  1463.mm 2 ........3D 29
ceckterhadap . min  0,0047
As 1981,5
 .akt    0,0097.  . . min ..........Ok
bw.d 300.682
  0,567.d 
As.mak  0,0425.ht b  bw 1 
  ht 
  0,567.682 
As.mak  0,0425.1251650  300  1  12102mm 2  1981,5.mm 2 ........Ok
  125 

Gambar hasil perhitungan


Perencanaan sengkang
Perencanaan sengkang didasarkan pada gaya geser maksimumyang terjadi pada
pangkal bentang sebelah dalamselanjutnya pola sengkang yang diperoleh
diterapkan untuk keseluruhan panjang balok menerus.sebagai berikut :

Vu = 328,5 mm , wu = 86,56 KN/m

1  1 
Vc   fc' bw.d   20 300.682  152,5.KN
6  6 
1 1
 .Vc  .0,6.152,5  45,75.KN
2 2

Karena 328,5 > 45,75 maka diperlukan tulangan geser, pakai sengkang D10.
Pada tumpuan :
Vu 328,5
Vs. perlu   Vc   152,5  395.KN
 0,60
wu 86,56
Kemiringan diagram Vs    144,27.KN / m'
 0,60
Letak diagram Vs = 0 dari tumpuan adalah pada 395/144,27 = 2,74 m (lihat
gambar)

Penentuan daerah yang memerlukan sengkang


Daerah yang butuh sengkang adalah pada
1 1
Vu   .Vc  .0,60.152,5  45,75.KN
2 2
Untuk menentukan daerah yang butuh sengkang lihat dari diagram Vu yang
diukur dari muka dukungan yaitu
328,5  45,75
 3,27m
86,56
Sengkang D10..........Av = 157 mm2
Pada tampang kritis....sejauh d dari tumpuan :
Vs = 395 – 0,682 (144,27) = 296,61 (lihat diagram Vs)

Av. fy.d 157.300.682.10 3


Sperlu    108,3.mm .......pakai sengkang D10-105
Vs 296,61
Jarak sengkang maks menurut (SKSNI) didasarkan atas

1 
 fc; .bw.d .  1,4907.300.682  305.KN dan dibandingkan dengan Vs pada
3 
tampang kritis yaitu 395 KN , terlihat 305 KN < 395 KN , maka Smak adalah
nilai terkecil dari :
1 1
S .mak  .d  682  341.mm....atau
2 2
S .mak  600.mm.......atau maka dipakai S mak 341.......340
3. Av. fy 3.157.300
S .mak    471.mm
bw 300
mm.
Untuk keseluruhan bentang balok maka jarak sengkang dapat ditentukan
berdasarkan kuat geser sebagai berikut :

Vs = Vs mak – mx = 395 -144,27 (x)

Av. fy.d 157.300.682.10 3 32122,2


S. perlu   
Vs 395  144,27( x) 395  144,27( x)

Sehingga untuk sembarang nilai x iarak sengkang dapat dilihat seperti pada tabel
berikut/

X(m) S perlu (mm)

0,50 99
1,00 128
1,50 180
2,00 302
2,06 330

Dan diagramnya dapat dilihat seperti gambar dibawah ini

Anda mungkin juga menyukai