Anda di halaman 1dari 40

PERENCANAAN DAN

PENGENDALIAN PROYEK
(Project Planning And Control)

" Linier Scheduling Method (LSM)”

Oleh :
Sapitri, ST., MT

Program Studi Teknik Sipil


Universitas Islam Riau
2018
IKHTISAR
Tujuan : Memahami penjadwalan dengan diagram garis keseimbangan
(LSM)

1. PENDAHULUAN.
2. ELEMEN DASAR LSM:
a. Parameter Sistem Sumbu.
b. Tingkat Produktifitas Kegiatan.
c. Interupsi dan Restraint.
d. Buffer.
e. Interval Kegiatan.
f. Waktu Tenggang (Float).
g. Lintasan Kritis.
3. PENGGUNAAN LSM UNTUK PEMANTAUAN.
4. ANALISIS BIAYA -WAKTU.
5. KEGIATAN DISKRIT.
6. PENYESUAIAN JADWAL MUSIMAN.
2
7. KURVA KEMAJUAN.
PENDAHULUAN
Line of Balance Technique
 LSM has relationships to the line of balance (LOB)
technique, developed by US. Navy in the early 1950s.
 First applied to industrial manufacturing and
production control.
PENDAHULUAN

 Metode penjadwalan linier memberi alternatif cara penjadwalan proyek


berulang yang pada umumnya menggunakan metode jaringan.
 Proyek berulang cukup umum ditemui dalam industri konstruksi. Mereka
dibagi menjadi dua kategori (Hegazy danWassef, 2001) : proyek yang
berulang karena pengulangan seragam dari unit kerja selama proyek
berlangsung (seperti beberapa unit rumah yang serupa, segmen-segmen
lantai pada bangunan bertingkat) dan proyek yang harus berulang-ulang
karena geometris layout (seperti ruas-ruas jalan raya dan proyek pipa).
Proyek tersebut biasanya disebut sebagai proyek berulang atau linier
(Ammar dan Elbeltagi, 2001). Proyek ini dijadwalkan dengan cara untuk
meminimalkan waktu tunggu kru dan memastikan kesinambungan sumber
daya (Birrell, 1980; Reda, 1990).
DEFINITION
Linear Scheduling Method (LSM) is a graphical scheduling
method focusing on continuous resource utilization in
repetitive activities.

LSM mengadopsi ide metode Line-Of-Balance (LOB)


→ A simple diagram to show location and time at which a
certain crew will be working on a given operation.

Linear Scheduling Method (LSM) :


- adalah salah satu teknik penjadwalan yang
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
perencanaan dan penjadwalan pekerjaan-pekerjaan
linier atau repetitif.

5
Characteristics
1. Menunjukkan sifat konstruksi berulang.
2. Perkembangan/ kemajuan pekerjaan dapat dilihat dengan
mudah.
3. Urutan kegiatan kerja yang berbeda dapat dengan mudah
dipahami.
4. Memiliki detail yang cukup tinggi (have fairly high level of
detail)
5. Dapat dikembangkan dan disiapkan dalam jangka waktu lebih
pendek dari format lain.

6
IMPLEMENTATION OF LSM
1. Dalam beberapa jenis proyek sering ditemui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan bersamaan dalam suatu urutan yang bersifat linier (tidak
diskrit), seperti:
- Transportation projects; highway const, highway resurfacing and
maintenance, airport runway const. and resurfacing, mass transit
systems and railroads.
- Jalur pipa (pipelines) - Saluran irigasi
- Kabel telepon, kabel listrik - Tunnels, dsb.
2. Proyek-proyek yang memiliki banyak kegiatan repetitif meskipun
bersifat diskrit dapat juga dianggap memiliki karakteristik yang
bersifat linier, seperti:
- Pembangunan unit-unit rumah dalam suatu kompleks perumahan;
- Pekerjaan pembuatan lantai-lantai gedung bertingkat banyak (high-rise
building construction)
- Jembatan panjang dengan jumlah tiang pilar yang banyak, dsb.
3. Pada kegiatan yang bersifat linier:
- penerapan metoda jaringan kerja akan menemui banyak kesulitan
sehingga kurang disukai oleh para kontraktor yang akhirnya kembali
7
hanya menggunakan barchart.
Advantages of LSM
 Provides more information concerning the planned method of
const than a bar chart.
 In certain types of projects, LSM offers some advantages over
the network approach.

Didalam barchart:
- ketergantungan antar kegiatan tidak diperlihatkan;
- demikian juga perubahan kecepatan pelaksanaan pekerjaan
tidak terlihat.

Pada LSM :
- Kelemahan-kelemahan pada barchart dapat diatasi;
- Fleksibel dalam penggunaannya untuk mengakomodasi
berbagai situasi yang bersifat linier atau repetitif.
PENGGAMBARAN LSM

- Sumbu tegak: menggambarkan lokasi sepanjang suatu


proyek (atau juga kuantitas pekerjaan yang diselesaikan
untuk pekerjaan-pekerjaan repetitif).
- Sumbu mendatar: menggambarkan waktu pelaksanaan
proyek.
- Kegiatan-kegiatan proyek digambarkan dalam bentuk garis-
garis diagonal; kegiatan diskrit (jembatan) digambarkan
dengan garis horizontal.
- Kecepatan kemajuan kerja yang direncanakan dapat
diperlihatkan dengan mudah dan lokasi pekerjaan yang
sedang berjalan pada suatu saat dapat ditentukan pada
gambar.

9
Bentuk dasar presentasi LSM diperlihatkan pada contoh diagram
berikut:

9
8
Bridge
7
Location (Km)

6
5
4
3
2
1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140


Time (Working days)
10
BERAP TEKNIK LSM
- Metoda Line-of-Balance (LOB),
- Vertical Production Method (VPM),
- Time Space Scheduling,
- Time-Location Chart (TLC),
- Vector Diagram Method (VDM),
- Dll.

11
ELEMEN DASAR LSM

1. Parameter sistem sumbu (Axis Parameters)


2. Tingkat produktifitas kegiatan (Activity
Production Rates)
3. Interupsi dan restraint.
4. Buffer.
5. Interval kegiatan (Activity Intervals).
6. Waktu tenggang (float).
7. Lintasan Kritis.

12
I. PARAMETER SISTEM SUMBU

1. Diagram LSM merupakan suatu ukuran kemajuan pekerjaan:


- Lokasi dapat dinyatakan dengan berbagai cara;
- Ukuran dalam pembangunan gedung bertingkat banyak, atau
pembangunan komplek perumahan, dinyatakan dalam jumlah
lantai, jumlah rumah, dsb.nya.
2. Untuk proyek-proyek linier, jarak merupakan ukuran yang cocok
untuk diterapkan, misalnya:
- Dinyatakan dalam meter atau kilometer, atau
- Posisi stationing pada jalan, misalnya setiap 100 meter (Sta. 0+100
km, Sta. 0+200 km, dan seterusnya).
3. Untuk penjadwalan waktu dapat dinyatakan dalam:
- Jam, hari, minggu, bulan dsb.nya, dipilih yang sesuai tergantung
kebutuhan.
4. Untuk penjadwalan proyek, diagram LSM dapat dinyatakan dalam:
- Jumlah hari kerja proyek yang nantinya dapat dikonversikan ke
hari kalender.
13
2. TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN

1. Tingkat produktivitas dari setiap kegiatan dapat dihitung


dengan cara estimasi biasa sesuai dengan kemampuan
kontraktor, sebagai fungsi dari:
- Jenis kegiatan;
- Peralatan yang digunakan;
- Pekerja;
- Kondisi kerja.
2. Tingkat produktifitas dinyatakan dengan kemiringan rij:
- i menunjukkan kegiatan no. i.
- j menunjukkan perubahan tingkat produktifitas; jika
diperlukan sepanjang pelaksanaan kegiatan.
3. Waktu penyelesaian pekerjaan:
- ditentukan oleh volume dan tingkat produktifitas;
- persamaan: Volume/ri.
14
2. TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN

Lf
Lf ri,2
ri,3
ri,1

Lokasi
Loka s i

ri

Ls Ls

Ts Tf Ts Tfi Tf2 Tf3


Waktu Waktu

ri = tingkat produktifitas kegiatan i - ri1 > ri2 > ri3;


- Biaya langsung ri1 > ri2 > ri3;
- Tapi mungkin biaya keseluruhan
akan lebih rendah

15
2. TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN

r,
i3

r,
Lokasi

i2

r,
i1

Waktu
- ri = tingkat produktifitas kegiatan i;
- ri1; ri2; ri3 = tingkat produktifitas
kegiatan 1 pada perioda 1, 2, 3,
dst.nya jika diperlukan.
16
2. TINGKAT PRODUKTIFITAS KEGIATAN
4. Penentuan tingkat produktivitas:
a. Dilakukan secara iteratif.
b. Pada awal penjadwalan:
- tingkat produktivitas dihitung berdasarkan biaya langsung
minimum (optimum) untuk setiap kegiatan.
c. Pada tahapan berikutnya:
- tingkat produktivitas dapat diubah (diperbesar atau diperkecil)
selama proses analisis biaya-waktu untuk memperoleh biaya
total proyek yang optimum.
d. Perubahan tingkat produktivitas suatu kegiatan akan
mengakibatkan:
- kenaikan biaya langsung untuk kegiatan tersebut,
- tetapi secara keseluruhan proyek, kenaikan biaya tak langsung
mungkin dapat diimbangi oleh:
- penghematan dalam biaya tak langsung proyek atau -
dihindarkan denda keterlambatan.

17
3. INTERUPSI DAN RESTRAINT

1. Interupsi suatu kegiatan dapat digambarkan pada


diagram LSM sebagai garis terputus mendatar untuk
menunjukkan adanya penghentian kegiatan atau tundaan
(delay) untuk suatu waktu tertentu.
2. Restraint menunjukkan adanya ketergantungan antara 2
kegiatan yang menggunakan sumberdaya yang sama
(limited equip. or crews) yang jumlahnya terbatas; pada
gambar diperlihatkan:
- Kegiatan 3 yang baru dapat dimulai setelah kegiatan 1
selesai.
- Kadang-kadang diperlukan waktu untuk transfer dan set-up
sumber daya sehingga kegiatan yang mengikuti tidak dapat
langsung dimulai setelah selesainya kegiatan pendahulunya.
18
3. INTERUPSI DAN RESTRAINT

ri3
1 2 3

Lokasi
Lokasi

ri2
INTERUPSI
ri1

RESTRAINT

Waktu Waktu
- Kegiatan 3 menunggu alat
Kegiatan 1, dan perlu waktu
untuk set up.
19
4. BUFFER
1. Untuk proyek dengan kegiatan-kegiatan yang menerus, diperlukan:
- suatu jarak (space) antara kegiatan-kegiatan; yang berfungsi
sebagai buffer;
- Buffer dalam bentuk interval jarak (distance) atau interval waktu
(time).
- Ada 2 macam buffer, yaitu buffer jarak (BLi) dan buffer waktu Bti.

Buffer Jarak Buffer Waktu


ri2
ri2
Kegiatan i
Kegiatan i

Lokasi
Lokasi

ri1 Kegiatan i+1 ri1


Kegiatan i+1

20 Waktu Waktu
4. BUFFER
2. Interupsi pada suatu kegiatan i yang memiliki sejumlah buffer
minimum terhadap kegiatan berikutnya (i+1), akan mengakibatkan
juga interupsi kegiatan berikutnya tersebut dalam jumlah yang sama.
3. Bila tingkat produksi berubah, maka kegiatan-kegiatan yang
mengikutinya harus menyesuaikan.
4. Konsep buffer minimum terdapat misalnya pada:
- Buffer jarak: Jarak operasi dari beberapa peralatan yang bekerja
pada kegiatan yang berbeda (motograder dengan roller);
- Buffer waktu: waktu yang dibutuhkan untuk menunggu
proses curing pada cement stabilized base sebelum menghampar
lapisan aspal diatasnya; waktu antara pembetonan dan buka
bekisting ;
5. Sedangkan buffer maksimum misalnya:
- Pada waktu yang tersedia setelah aspal digelar sebelum digilas
yang tidak boleh terlalu lama.
21
5. INTERVAL KEGIATAN
1. Dalam LSM:
- suatu interval kegiatan menunjukkan waktu yang diperlukan antara
dimulainya suatu kegiatan sampai selesainya kegiatan tersebut pada
suatu lokasi tertentu Lk;
- bila untuk kegiatan tersebut, dibutuhkan waktu yang cukup banyak
untuk menyelesaikan pekerjaan pada suatu lokasi;
- misalnya blasting dan rock excavation atau pemadatan dengan mesin
gilas yang membutuhkan beberapa kali lintasan.
2. Interval dapat ditunjukkan dengan:
- menggambarkan suatu jalur yang memiliki lebar tertentu dan besarnya
bisa berubah; sebagai ganti suatu garis;
- dapat juga digambarkan dengan 2 garis yang masing-masing
menunjukkan garis mulai dan garis selesainya kegiatan pada setiap
lokasi;
- buffer waktu dan jarak dapat disisipkan diantara kegiatan-kegiatan
berinterval; kadang-kadang buffer tersebut berpotongan dengan
interval, sehingga lebih baik interval digabungkan dengan buffer
22 menjadi satu.
5. INTERVAL KEGIATAN

10
9
8
7
Lokasi

6
2 4 5 6
5
1 3
4
3
2
1

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Waktu
23
6. WAKTU TENGGANG – FLOAT

1. Sama halnya dengan prosedur CPM, pada LSM:


- Dapat ditentukan besarnya waktu tenggang atau float.
- Ada dua macam float yaitu FF dan TF.
2. Free float adalah waktu tenggang yang masih memungkinkan penundaan
pelaksanaan suatu kegiatan tanpa mempengaruhi saat mulainya kegiatan
yang mengikutinya pada satu lokasi yang sama. Untuk LSM besarnya FF
adalah:
FFi,l = Si+1,l - Fi,l
3. Total float adalah waktu tenggang yang masih memungkinkan penundaan
pelaksanaan suatu kegiatan tanpa mempengaruhi penyelesaian waktu
proyek secara keseluruhan:
TFi,l = Total (FFi’,l)
Di mana:
Si,l = saat memulai kegiatan i dilokasi l;
Fi,l = saat selesai kegiatan i dilokasi l;
i = 1,2,3,.................., n; kegiatan;
l = 1,2,3,.................., m; lokasi;
24 i’ = i, (i+1), (i+2), (i+3),.................,n
7. LINTASAN KRITIS
1. Lintasan kritis pada LSM:
- yaitu suatu lintasan dari kegiatan-kegiatan yang bila
mengalami penundaan akan menyebabkan kelambatan
proyek secara keseluruhan.
2. Prosedur penentuannya adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan terakhir (i=n) merupakan kegiatan kritis.
b. Penelusuran kebelakang pada kegiatan sebelumnya (i=n-1)
dimulai dari lokasi terakhir (I = m, m-1,......,1); bila FF = 0,
maka kegiatan dilokasi tersebut kritis.
c. Jika suatu kegiatan pada suatu lokasi tertentu (j=m’)
merupakan kegiatan ktitis, maka kegiatan yang sama pada
lokasi sebelumnya (j=m’,m’-1,........,1) juga merupakan
kegiatan kritis.
d. Langkah 2 diteruskan untuk kegiatan sebelumnya sampai
25 mencapai kegiatan pertama (i-1).
7. LINTASAN KRITIS

3. Contoh Diagram LSM dengan Lintasan Kritis-nya:

4
3
Lokasi

2
1
0 20 40 60 80 100 120
Waktu
Lintasan Kritis

26
PENGGUNAAN LSM UNTUK PEMANTAUAN
1. Diagram LSM untuk penjadwalan dapat juga digunakan untuk
memantau kemajuan pekerjaan.
2. Cara penggunaan Diagram LSM mirip dengan cara pemantauan
menggunakan barchart:
- pada beberapa tanggal yang penting (milestones), dapat dibuat suatu
garis vertikal melintasi diagram yang menunjukkan lokasi
pekerjaan pada tanggal tersebut;
- kemajuan dari setiap pekerjaan pada saat tersebut dapat dicatat
dan ditandai dengan tanda-tanda khusus atau garis berwarna;
- kemajuan pekerjaan aktual dapat diplot dengan garis atau warna
yang berbeda.
3. Bila proyek berjalan sesuai jadwal atau keterlambatan dapat dikejar
kembali maka tidak diperlukan jadwal baru,
4. Tetapi bila keterlambatan tidak dapat dikejar kembali, jadwal LSM
perlu direvisi kembali yang prosesnya cukup sederhana.

27
OPTIMASI WAKTU

1. Karena pada awalnya diagram LSM dibuat berdasarkan


tingkat produktivitas optimum masing-masing kegiatan
dengan memperhitungkan biaya langsung minimum, maka:
- waktu total proyek yang dihasilkan dapat menyebabkan
biaya tak langsung atau denda kelambatan menjadi mahal;
- atau lebih tinggi daripada biaya untuk meningkatkan
produktivitas suatu kegiatan.
2. Suatu analisis biaya-waktu seperti pada metoda jaringan
kerja dapat dilakukan untuk metoda LSM ini:
- Beberapa kegiatan penyelesaiannya dapat dipercepat
dengan tambahan sumber daya;
- atau dengan cara pelaksanaan yang lebih canggih;
- atau juga dengan kerja lembur yang akan mengakibatkan;
kenaikan biaya langsung.
28
OPTIMASI WAKTU

3. Besarnya kenaikan biaya langsung dinyatakan dengan cost


slope yang berbeda-beda besarnya untuk setiap kegiatan.
4. Prosedur analisis biaya-waktu untuk LSM:
a. Tentukan kegiatan-kegiatan yang masih dapat dipercepat atau
diperlambat.
b. Di antara kegiatan-kegiatan diatas, perhatikan kegiatan yang
berada pada batas-batas buffer pada saat mulai dan akhir
kegiatan.
c. Dari kegiatan-kegiatan ini pilih kegiatan yang memiliki cost slope
terendah dikaitkan dengan percepatan (perlambatan) kegiatan.
d. Percepatan kegiatan (dan perlambatan) dilakukan maksimum
selama masih memungkinkan.
e. Ulangi langkah-langkah diatas sampai tercapai biaya proyek
(langsung+tak langsung+denda kelambatan) yang optimum
dan waktu penyelesaian proyek dapat ditentukan.
29
ANALISIS BIAYA-WAKTU

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
30
ANALISIS BIAYA-WAKTU

1. Diasumsikan bahwa:
a. Kegiatan 1 tidak dapat dipercepat.
b. Kegiatan 2 dapat dipercepat 5 hari dengan tambahan biaya
langsung Rp 400.000,-/hari.
c. Kegiatan 3 dapat dipercepat 1 hari dengan tambahan biaya
Rp 200.000,-.
d. Kegiatan 4 tidak dapat dipercepat tapi dapat diperlambat
dengan biaya Rp 500.000,-/hari.
e. Kegiatan 5 dapat dipercepat 2 hari dengan tambahan biaya
Rp 800.000,-/hari.
f. Biaya tak langsung Rp 700.000,-/hari, sedangkan denda
keterlambatan Rp 300.000,-/hari setelah hati ke 11.

31
ANALISIS BIAYA-WAKTU (3)
2. Prosedur analisisnya menghasilkan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Kegiatan 2 sampai 5 dapat dipercepat atau diperlambat.
b. Kegiatan 3, 4 dan 5 kritis karena ujung-ujungnya pada
batas buffer.
c. Kegiatan kedua memiliki cost slope terendah:
- Kegiatan 2 dipercepat 3 hari yang mengakibatkan
tambahan biaya langsung sebesar Rp 1.200.000,- dan
mengurangi biaya tak langsung Rp 2.100.000,- dan
dana keterlambatan Rp 900.000,-, sehingga
menghasilkan penghematan Rp 1.800.000,-
- Proses ini diulangi untuk semua kegiatan sehingga di
dapat jadwal yang optimum.
32
ANALISIS BIAYA-WAKTU
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

33
ANALISIS BIAYA-WAKTU

1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

34
ANALISIS BIAYA-WAKTU
1 2 3 4 5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
35
KEGIATAN DISKRIT

1. Kegiatan diskrit dalam proyek linier yang lebih cocok


menggunakan cara penjadwalan lain (CPM), perlu
dikoordinasikan dengan kegiatan lainnya dalam
diagram LSM, misalnya:
- pekerjaan gorong-gorong dan jembatan pada pekerjaan
jalan;
- pekerjaan bak kontrol pada pekerjaan pemasangan pipa
untuk air minum.
3. Setelah durasi atau lamanya penyelesaian pekerjaan
diketahui, kegiatan ini dapat diplotkan pada diagram
LSM dengan suatu garis horisontal sepanjang durasi dan
diletakkan pada lokasi yang sesuai.
36
PENYESUAIAN JADWAL MUSIMAN

1. Penyusunan jadwal LSM sering perlu menyesuaikan


dengan kondisi musim yang berpengaruh terhadap
kecepatan kerja.
2. Yang paling berpengaruh adalah faktor cuaca,
yaitu:
- musim hujan yang banyak mengganggu pekerjaan
sehingga dalam perhitungan tingkat produktivitas harus
diperhatikan (produktivitasnya menurun);
- demikian juga saat-saat tertentu seperti libur hari raya,
perlu diperhatikan dalam perhitungan produktivitas
atau bahkan ada interupsi kegiatan.

37
KURVA KEMAJUAN

1. Kurva kemajuan seperti kurva S pada cara penjadwalan dengan


barchart juga dapat digambarkan pada metoda LSM.
2. Setiap jenis kegiatan perlu dihitung dulu bobot biayanya dinyatakan
dalam persentase (%) dari biaya total proyek.
3. Angka-angka kemajuan hasil pemantauan kemudian dihitung nilai
kumulatifnya untuk setiap jenis kegiatan dan kemudian dapat
diplotkan pada diagram.
4 Dapat disimpulkan bahwa metoda LSM cocok untuk:
- diterapkan pada pekerjaan jalan dan pekerjaan-pekerjaan lainnya
yang bersifat linier atau memanjang;
- Demikian juga metoda ini cocok untuk pekerjaan yang memiliki
banyak kegiatan repetitif.
- Penggunaannya yang sederhana membuatnya cocok untuk
diterapkan di Indonesia, terutama oleh para kontraktor dan para
pengelola proyek; sebagai alternatif dari metoda jaringan kerja
seperti CPM dan PERT yang cukup rumit jika digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat linier.
38
KURVA KEMAJUAN
5. Diagram Kemajuan Proyek

10% 25% 35%


20%
25%
Lokasi

30%
50% 40%

40% 25%

Waktu 0 1 2 3 4 5 6 7
Kegiatan Bobot PROSENTASE KEGIATAN TELAH SELESAI
1 20% 21 65 80 100 100 100 100
2 50% 0 25 50 66 88 100 100
3 30% 0 0 15 40 65 65 100
PRESTASI 4,2 25,5 45,5 65,5 81,0 89,5 100
39
SELESAI

Anda mungkin juga menyukai