Anda di halaman 1dari 28

INOVASI MANAGEMENT TRAINEE ANGKATAN 8

RENCANA PENERAPAN BUILDING


INFORMATION MODELING (BIM)
PADA EPCC PT. BARATA INDONESIA

OLEH:

RIZKA RAHMI PUSPITA


CIVIL ENGINEER

BIRO ENGINEERING, MUTU, DAN K3LH


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INOVASI MANAGEMENT TRAINEE ANGKATAN VIII


“RENCANA PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELING
(BIM) PADA EPCC PT. BARATA INDONESIA”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Diangkat Menjadi Karyawan Tetap
Biro Engineering, Mutu, dan K3LH
PT. BARATA INDONESIA

Kudus, 18 Januari 2019

Disusun oleh :

Rizka Rahmi Puspita


CKT-2113

Disetujui Oleh:
PEMBIMBING

Ir. Setiyo Purnomo Ir. Slamet Setiarno


N.P.P. 6 6 5 2 6 0 N.P.P. 6 6 5 0 7 6
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan petunjuk-Nya, penyusunan inovasi Management Trainee Angkatan 8 dengan judul “Rencana
Penerapan Building Information Modeling (BIM) pada EPCC PT. Barata Indonesia” dapat
terselesaikan tepat waktu. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan masukan serta bimbingan kepada penulis. Untuk itu, penulis
haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada:

1. PT. Barata Indonesia, selaku perusahaan yang telah menerima dan memberi
kesempatan kepada penulis untuk dapat mengabdi bekerja dengan tim dan
mengupgrade diri.
2. Kedua orang tua penulis, saudara-saudara, dan teman-teman, sebagai penyemangat
terbesar serta yang terus menerus memberikan banyak dukungan moril maupun materiil
terutama melalui doa-doa, dan semangatnya.
3. Bapak Ir. Setiyo Purnomo, selaku kepala Biro Engineering, Mutu, dan K3LH, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan.
4. Bapak Ir. Budi Santoso, Ir. Slamet Setiarno, selaku Project Manager, dimana penulis
bekerja selama setahun lebih di Proyek PG Rendeng, atas semua kebaikan dan
bimbingan.
5. Bapak Ir. Hana Suhana, Ir. Dicky Ismantoro, selaku Manager Engineering, sebagai
atasan dan pembimbing langsung selama penulis berada di Proyek PG Rendeng, atas
semua kebaikan, bimbingan, arahan, masukan dalam mengambil keputusan-keputusan.
6. Mas Wildan Syahrir Ridha, S.T, selaku lead civil engineer di proyek PG Rendeng, yang
dengan kepandaiannya di bidang teknik sipil selalu memberi arahan, masukan, dan
bimbingan yang membangun. Bersama-sama belajar supaya dapat menjadi engineer
sipil yang pintar baik secara ilmu maupun secara sosial.
7. Pihak-pihak yang belum disebutkan oleh penulis, yang telah memberikan inspirasi,
saran-saran, dan semangatnya dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis sadari dalam penyusunan laporan akhir ini tidaklah sempurna, maka penulis
memohon maaf apabila masih terdapat kekurangan di dalam laporan ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, terima kasih.

Kudus, 26 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1 Umum ............................................................................................................................... 3
2.2 Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC) .......................... 3
2.2.1 Engineering................................................................................................................ 3
2.2.2 Procurement ............................................................................................................... 4
2.2.3 Construction .............................................................................................................. 4
2.2.4 Commissioning .......................................................................................................... 4
2.3 Building Information Modeling (BIM)............................................................................. 5
2.3.1 Keuntungan Menggunakan Teknologi BIM ............................................................ 10
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................. 14
3.1 Umum ............................................................................................................................. 14
3.2 Rencana Penerapan BIM di EPCC PT. Barata Indonesia ............................................... 15
3.2.1 Langkah-langkah untuk Memulai Adanya BIM Engineer ...................................... 15
3.2.2 Posisi BIM Secara Struktural .................................................................................. 16
3.2.3 Software Pendukung BIM ....................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ....................................................................................................................... 22
4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 22
4.2 Saran ............................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 23

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Ilustrasi Konseptual yang Mewakili Sebuah Tim Proyek AEC dan Batasan ............. 6
Gambar 2. 2 Keuntungan yang diharapkan Dapat Tercapai Seiring Pengunaan Teknologi BIM
dalam Industri AEC (Sumber: BIM Handbook, 2011) .................................................................. 10

Gambar 3. 8 Timeline Persiapan BIM Engineer ........................................................................... 15


Gambar 3.1 Diadaptasi dari workflow dan deliverables untuk Standar BIM dari LACCD Sumber:
BIM Handbook (2011) ................................................................................................................... 16
Gambar 3. 2 Bagian dari EPCC Company .................................................................................... 17
Gambar 3. 3 Diagram Alir Peran BIM Engineer........................................................................... 17
Gambar 3. 4 Contoh Permodelan yang Dapat Dibuat dengan Tekla ............................................ 18
Gambar 3. 5 Contoh Penggunaan BIM Software Revit & 3D Plant (Sumber: Google) ............... 19
Gambar 3. 6 Contoh Struktur yang dianalisa Menggunakan SAP 2000 dapat diekspor ke Revit 20
Gambar 3. 7 Contoh Penggunaan Naviswork di Proyek Revitalisasi PG Rendeng ...................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Barata Indonesia (Persero) merupakan bagian dari badan usaha milik negara yang
bergerak di bidang industri manufaktur, sekarang sedang mengembangkan lini bisnisnya agar
pada tahun 2020 PT. Barata Indonesia sudah sepenuhnya siap menjadi perusahaan EPCC
(Engineering, procurement, construction, and commissioning). Seperti kita tahu, lini bisnis
ini pun sekarang sudah banyak memiliki pesaing baik sesama perusahaan dalam negeri,
maupun perusahaan asing.

EPCC sendiri merupakan rangkaian proses yang saling bersinambungan satu sama lain.
Hubungan satu dengan lainnya seperti efek domino. Engineering, sebagai proses awal dalam
sebuah proyek memiliki peran penting demi keberlanjutan proses-proses selanjutnya, yaitu
procurement, construction, dan commissioning. Sebagai EPCC yang ingin terus berkembang
dapat bersaing, bahkan mendapat keuntungan dari setiap proyek yang didapatkan maka
perusahaan harus dapat menyediakan sumber daya dan teknologi yang terus mengikuti
perkembangan. Salah satu teknologi yang sedang berkembang dalam dunia industri
konstruksi dalam negeri maupun luar negeri adalah adanya konsep Building Information
Modeling (BIM). Bahkan, beberapa negara maju kini mengharuskan BIM ada dalam
kompetensi peserta tendernya, salah satunya di negara Singapura.

BIM merupakan seperangkat teknologi, proses, dan kebijakan yang bersinambungan


dan terintegrasi. Penerapan BIM sedari dini pada suatu proyek, dapat mengopmitalkan
produktivitas SDM dan aktivitas dalam proyek secara cepat, tepat, akurat, efektif, dan efisien.
Sehingga, dengan penerapan BIM nantinya diharapkan dapat mengefisiensikan sisi biaya dan
waktu pelaksanaan proyek. BIM ini pun sekarang telah dikolaborasikan dengan
implementasi perusahaan yang berbasis SAP.

Beberapa perusahaan dalam negeri pun sedang gencar untuk mulai menerapkan konsep
BIM pada pengerjaan proyeknya. Dua diantaranya adalah PT. Pembangunan Perumahan dan
PT. Wijaya Karya, yang juga kita tahu, sudah memiliki divisi yang juga bergerak di bidang
EPC. PT. Barata Indonesia sendiri, sebenarnya telah memiliki beberapa sumber daya yang

1
dapat mengoperasikan beberapa software yang tergolong dalam penerapan BIM, namun
belum maksimal dan belum terintergrasi. Oleh karena itu, dirasa perlu untuk adanya
pengelolaan sumber daya yang terarah sehingga penerapan BIM dapat maksimal dan
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan penerapan BIM ini dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yang akan
dibicarakan oleh penulis pada laporan akhir ini yaitu

1. Apakah pengertian BIM pada industri konstruksi?


2. Bagaimana langkah-langkah awal yang akan diambil untuk dapat menerapkan BIM
pada EPCC PT. Barata Indonesia (Persero).

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah :

a. Dapat mengetahui pengertian BIM pada industri konstruksi


b. Dapat merencanakan langkah-langkah awal untuk dapat menerapkan BIM pada
EPCC PT. Barata Indonesia (Persero).

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan laporan akhir ini adalah dapat mengetahui pengertian BIM pada
dunia industri konstruksi dan dapat membuat langkah-langkah awal untuk dapat menerapkan
BIM pada EPCC PT. Barata Indonesia (Persero).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Pada laporan akhir ini akan dijelaskan secara ringkas pengertian mengenai Building
Information Modeling (BIM) pada dunia industri konstruksi dan langkah-langkah awal
bagaimana agar dapat menerapkan BIM yang terintegrasi pada EPCC PT. Barata Indonesia
(Persero).

2.2 Engineering, Procurement, Construction, and Commissioning (EPCC)

EPCC merupakan singkatan dari engineering, procurement, construction, and


commisioning. Seperti kita tahu PT. Barata Indonesia kini sedang fokus mempersiapkan
menjadi perusahaan EPCC sebagai salah satu lini bisnis utamanya. Selain itu, PT. Barata
Indonesia sudah gaung dikenal sebagai BUMN yang berpengelaman dalam industri
manufaktur khususnya dalam pembuatan peralatan pabrik gula. Seiring berjalannya waktu,
PT. Barata Indonesia tak hanya fokus dalam penyediaan equipment nya saja, namun juga
lengkap dimulai dari proses desainnya sampai dengan konstruksinya. Beberapa proyek yang
sudah atau sudah dikerjakan oleh PT. Barata Indonesia sebagai perusahaan EPCC
diantaranya adalah proyek Pabrik Gula Rendeng, proyek Pabrik Gula Asembagoes, proyek
Pabrik Gula Gempol Kerep, proyek Pabrik Gula Bombana, dan sebagainya.

EPCC memiliki keterkaitan yang erat antara satu proses dan lainnya. Dimulai dari
engineering lalu procurement lalu construction dan commissioning, seluruhnya saling
bersinambungan seperti efek domino. Bila terdapat kendala pada salah satu prosesnya maka
akan berakibat ke proses yang menunggu dibelakangnya. EPCC juga berfungsi sebagai
integrator antara owner, pemilik kebijakan, vendor, pekerja, dan semua pihak yang dapat
terlibat dalam prosesnya

2.2.1 Engineering

Engineering memiliki peran pertama dalam berjalannya suatu proyek atau


perusahaan EPCC. Engineering memiliki tugas untuk mendesain atau merancang dalam
satu proyek yang diperoleh oleh perusahaan EPCC. Dalam menjalankan tugasnya,
seorang engineer harus memahami kontrak / peraturan-peraturan yang digunakan dalam

3
perencanaan, mengajukan persetujuan kepada pihak pemberi kerja atau pengawas proyek,
menerbitkan MRL (Material Requisition List) kepada tim procurement / pengadaan,
menerbitkan dokumen yang telah disetujui kepada tim construction / kontraktor, dan
menyiapkan dokumen untuk keperluan commissioning.

Umumnya, tim engineering pada suatu proyek terdiri dari beberapa disiplin ilmu
seperti, tim proses engineer, tim mekanikal engineer, tim elektrikal engineer, tim
instrumentasi engineer, tim piping engineer, dan tim sipil engineer. Masing-masing
disiplin tersebut harus saling berintegrasi untuk dapat membuat desain yang efisien baik
dari segi waktu, biaya, bahan, pekerjaan, maupun sumber daya manusia nya.

2.2.2 Procurement

Procurement merupakan kegiatan pengadaan. Setelah menerima MRL dari tim


engineering maka tim pengadaan memiliki tugas untuk menyediakan material-material
maupun equipment yang dibutuhkan untuk melancarkan kegiatan tim konstruksi nantinya.
Dalam tugasnya, tim pengadaan seringkali berhubungan dengan pihak 3 yang biasanya
berupa penyedia jasa atau vendor-vendor baik dari dalam maupun luar negeri. Setelah
menemukan beberapa vendor yang dirasa sesuai baik dari sisi spek yang diminta oleh tim
engineering maupun dari segi harga yang dipatok oleh tim pengadaan sendiri, maka nanti
akan dilaksanakan Technical Bit Evaluation (TBE) yang dilakukan bersama dengan tim
engineering untuk menentukan vendor mana yang cocok untuk dipilih atau dimenangkan.

2.2.3 Construction

Construction merupakan kegiatan konstruksi yaitu kegiatan membangun sarana


maupun prasarana. Tim konstruksi dalam sebuah EPCC melaksanakan pekerjaan sesuai
dengan dokumen yang telah dibuat oleh tim engineering dan disetujui oleh pihak pemberi
pekerja maupun pengawas. Bila pekerjaannya sudah selesai, maka akan diperiksa oleh tim
Quality Control (QC) yang turut memastikan bahwa pekerjaan yang sudah diselesaikan
adalah sesuai dengan dokumen yang telah disetujui tersebut.

2.2.4 Commissioning

Commissioning merupakan kegiatan untuk memastikan bahwa semua sistem dan


komponen baik dari peralatan termasuk bangunan atau pabrik industri sudah dirancang,

4
dipasang, diuji, dioperasikan, atau dipelihara sesuai dengan persyaratan operasional
pemilik atau klien utama.

Beberapa kegiatan dalam commmissioning diantaranya adalah membuat prosedur


operasional, menyediakan spesifikasi alat, membuat prosedur pengujian alat, membuat
laporan dan dokumentasi, membuat pelatihan atau training untuk staff yang akan
mengoperasikan nantinya dari pihak pemberi kerja. Bila, commissioning telah berjalan
lancar maka pihak kontraktor akan dapat menyairkan uang terminnya sesuai kontrak yang
telah disepakati.

2.3 Building Information Modeling (BIM)

Building Information Modeling (BIM) merupakan salah satu perkembangan teknologi


yang menjanjikan pada industri architecture, engineering, and construction (AEC). Dengan
adanya teknologi BIM, model virtual 3D dari infrastruktur yang dibangun dapat dikonstruksi
secara digital. Sehingga dapat mendukung desain meliputi fase-fasenya dan menghasilkan
analisa dan kontrol yang lebih baik daripada jika menggunakan proses manual. Jika proses
BIM untuk suatu infrastruktur yang dibangun sudah jadi, maka permodelan komputer ini
dapat menyediakan geometri yang presisi dan data-data yang diperlukan untuk mendukung
aktivitas konstruksi, fabrikasi, dan pengadaan sampai akhirnya infrastruktur yang sebenarnya
terbangun.

Model bisnis AEC yang masih menjamur sekarang adalah bergantung dengan komunikasi
yang menggunakan paper-based atau model 2D. Umumnya dengan model bisnis ini,
kontraktor sering menyebabkan masalah biaya, keterlambatan, dan akhirnya berlaku
tindakan hukum yang tak terduga yang harus ditanggung berbagai pihak dalam suatu proyek.
Salah satu masalah umum yang sering terjadi karena menggunakan model 2D adalah
kurangnya perhitungan krisis mengenai biaya yang diperlukan, sumber daya yang
dibutuhkan, detail struktural, pada fase desain. Analisa ini biasanya dilakukan di akhir,
sehingga bila terdapat ketidaksuaian saat pelaksanaan desain tersebut, waktunya sudah
terlambat untuk melakukan perubahan-perubahan penting yang diperlukan. Akibatnya,
terjadi keterlambatan dan diperlukan kompromi dan pengambilan keputusan yang bisa jadi
menyimpang jauh dari desain aslinya. Serta untuk menanggulangi keterlambatan tersebut

5
maka diperlukan untuk memperbanyak jumlah sumber daya alat maupun manusia untuk
mengejar tenggat waktu yang sudah ditentukan dengan pemberi kerja.

Hal tersebut memang tidak bisa dipungkiri, mengingat tidak mudah untuk mengatur
jumlah sumber daya alat, sumber daya manusia, dan dokumen-dokumen dalam jumlah yang
sangat besar. Berikut adalah gambar ilustrasi bagian umum dari sebuah tim proyek dan
berbagai organisasi di dalamnya.

Gambar 2. 1 Ilustrasi Konseptual yang Mewakili Sebuah Tim Proyek AEC dan Batasan
Umum antar Organisasinya
Sumber: BIM Handbook (2011)

Dalam perkembangan dunia industri konstruksi terdapat 3 metode kontrak yang paling
sering digunakan:

1. Design – Bid – Build / DBB (Mendesain – Menawar – Membangun / 3M)


Sebagian besar infrastruktur yang sudah terbangun, menggunakan pendekatan
metode ini. Dua keuntungan utama dari penggunaan pendekatan ini adalah lebih banyak
tawaran yang masuk ke owner untuk mendapatkan harga penawaran terendah sehingga
owner mengeluarkan jumlah uang yang lebih sedikit dan lebih rendahnya tekanan politik
untuk memilih kontraktor (terutama untuk proyek-proyek umum).

6
Pola umum metode pendekatan 3M biasanya, klien / owner menyewa konsultan
arsitek yang mengembangkan persyaratan infrastruktur yang kemudian menyediakan
objek desain proyek. Kemudian arsitek memproses skema desain, pengembangan desain,
dan dokumen-dokumen kontrak. Dokumen akhir harus memenuhi program yang
diperlukan owner dan memenuhi peraturan yang sesuai dengan peraturan daerah setempat.
Arsitektur kemudian akan bekerja sama dengan konsultan dan pekerja desain untuk
menyediakan dan menganalisa desain struktural dan MEP. Desain ini akan dituangkan
dalam gambar yang menyediakan informasi mengenai denah, elevasi, maupun 3D visual.
Gambar dan spesifikasi akhir ini harus menyediakan data detail untuk keperluan saat
penawaran / lelang proyek. Untuk mengetahui potensi dari peserta lelang, arsitektur dapat
memilih untuk mengeluarkan informasi yang lebih sedikit sehingga diinformasikan bahwa
dimensi yang dikeluarkan tidak seberapa akurat. Hal ini seringkali akan menimbulkan
kebingungan bagi kontraktor yang mengikuti lelang, yang kemudian akan menimbulkan
banyak kelalaian yang berujung pada penambahan alokasi dana.

Kontraktor yang menang biasanya adalah kontraktor yang dapat menawar dengan
harga paling rendah atau mendekati perhitungan dari perencana milik owner tanpa
mengurangi jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan. Sebelum pekerjaan dimulai,
kontraktor wajib menggambar ulang untuk dapat menentukan fase-fase konstruksinya.
Yang kemudian, disebut sebagai gambar general arrangement. Sub-kontraktor dan
fabrikator juga harus memproduksi gambar shop drawing untuk menunjukkan gambar-
gambar detail misal untuk pekerjaan sambungan baja, sambungan pipa, detail dinding,
dan sebagainya. Shop drawing harus memberikan informasi yang detail dan akurat.
Semakin tidak lengkapnya dokumen ini maka semakin besar potensi error yang akan
menimbukan permasalah waktu dan biaya di lapangan.

Biasanya pada fase kontruksi, banyak perubahan yang harus dilakukan akibat dari
kesalahan yang terjadi sebelumnya, sehingga perubahan ini menyesuaikan dengan kondisi
di lapangan, ketersediaan material, pertanyaan owner terhadap desain, permintaan baru
dari owner, dsb. Dan hal tersebut harus diselesaikan oleh tim proyek. Untuk setiap
perubahan, tim proyek wajib untuk mengikuti prosedur untuk dapat menentukan dampak-
dampak, mengevaluasi dampak biaya dan waktu, dan mencari solusi untuk mengatasi

7
permasalahan tersebut. Selanjutnya, tim proyek harus membuat request for information
(RFI) yang harus dijawab oleh konsultan owner dan pihak yang berhubungan untuk
menyelesaikan permasalahan bersama atau biasanya diwadahi dalam konsinyering. Hasil
dari pertemuan itu akan menentukan perlu tidaknya dibuat change order (CO). Dan hal
ini biasanya menimbulkan permasalahan kebingungan penentuan kebijakan, tambahan
biaya, dan penundaan.

Selain itu, proses 3M menyebabkan pengadaan dari setiap material akan diadakan
bila pihak owner telah menyetujui, yang artinya long lead items akan memperpanjang
jadwal proyek. Akhirnya, fase akhir yaitu commissioning yang dilakukan bila fase
konstruksi telah selesai. Hal ini untuk meyakinkan bahwa setiap bagian yang telah
dipasang oleh kontraktor dapat dipakai dengan baik. Kemudian, semua dokumen as built
dan manual dari equipment yang terpasang akan diserahkan ke pihak owner. Hal ini
menandakan bahwa proses pendekatan 3M telah selesai.

Permasalahan tambahan akan muncul bagi kontraktor, apabila saat proses


penawaran kontraktor menurunkan harga-harga yang ditawarkan untuk dapat
memenangkan proyek. Apalagi bila kontraktor terjebak dengan kontrak yang digunakan
sehingga kontraktor tidak dapat membuat variable order dan harus menanggung dampak
biaya akibat banyaknya CO. Dapat disimpulkan, pendekatan 3M adalah pendekatan yang
tidak cukup efisien dalam hal biaya dan waktu. Sehingga pendekatan-pendekatan baru
telah ada untuk menekan masalah-masalah tersebut.

2. Design –Build / DB (Mendesain – Membangun / 2M)

Proses pendekatan 2M dikembangkan untuk mengkonsolidasi kewajiban untuk


mendesain dan mengkonstruksi menjadi satu dalam suatu kontrak dan menyederhanakan
proses administrasi di pihak owner. Dalam pendekatan ini, owner langsung kontrak
dengan tim 2M yang biasanya merupakan kontraktor yang memiliki kemampuan untuk
mendesain sehingga dapat mengembangkan infrastruktur yang memenuhi kebutuhan sang
owner. Kemudian kontraktor 2M memperkirakan total biaya dan waktu untuk mendesain
dan membangun infrastruktur, ketika semua pengajuan, total biaya akan diputuskan. Yang
perlu digaris bawahi dalam pendekatan ini, modifikasi harus dilakukan di awal tahap
perencangan sehingga jumlah biaya dan waktu dapat ditekan, karena kesepakatan telah

8
dibuat di awal. Biasanya kontrak ini berdasar dengan fixed price dan lowest bid basis.
Dalam pendekatan ini, penggunaan BIM sangat disarankan. Berikut ini adalah beberapa
karakteristik utama dari BIM:

a. BIM Model Merupakan Perangkat Kreatif


Semua sistem CAD menghasilkan data digital. Sistem CAD lama menghasilkan
gambar plot yang biasanya berisi vektor, garis, dan layer. Teknologi ini semakin
berkembang menjadi model 3D. Sebuah model objek yang dihasilkan oleh
perangkat BIM dapat mendukung berbagai macam data termasuk dalam bentuk 2D
maupun 3D.

b. BIM Model Merupakan Objek Parametric


Konsep dari objek parametric merupakan inti untuk memahami BIM dan pembeda
dari objek 3D era sebelumnya. Berikut merupakan beberapa pengertian dari objek
parametric
 Terdiri dari definisi geometri yang terasosiasi dengan data dan aturan-aturan.
 Merupakan geometri yang terintegrasi dan tidak mengizinkan ketidak
konsistensian, misalnya denah dan elevasi dari objek harus selalu konsisten.
 Objek dapat didefinisikan pada level agregasi yang berbeda. Misal, berat jenis
dari sebuah komponen dinding, makan berat dinding keseluruhan juga akan
berubah.
 Objek mempunyai kemampuan untuk terhubung atau menerima,
menyebarkan atau mengeksport. Contoh: mengeluarkan jenis material
struktur dan kemudian dapat mengeluarkan data tersebut menuju aplikasi atau
permodelan lain.

c. BIM Model Mendukung Tim Proyek untuk Berkolaborasi


Dalam sebuah proyek pasti terdiri dari berbagai bagian pendukung di dalamnya.
Dengan menggunakan BIM diharap antar bagian dalam tim proyek dapat sering
berkolaborasi entah dengan pendekatan:
 Tetap menggunakan satu jenis software saja
 Menggunakan berbagai macam software yang akhirnya dapat diintegrasikan
menjadi satu.

9
2.3.1 Keuntungan Menggunakan Teknologi BIM

Gambar 2. 2 Keuntungan yang diharapkan Dapat Tercapai Seiring Pengunaan


Teknologi BIM dalam Industri AEC (Sumber: BIM Handbook, 2011)

Teknologi BIM dapat mendukung dan memperbaiki banyak praktek bisnis.


Meskipun industri AEC hari ini masih dalam tahap awal penggunaan BIM, beberapa
perkembangan signifikan sudah banyak terealisasi dibandingkan dengan tradisional 2D
CAD atau paper based praktek sebelumnya. Meskipun, belum semua keuntungan yang
akan disebutkan di bawah ini akan langsung dirasakan saat penggunaan teknologi BIM
dikembangkan.

a. Keuntungan Prekonstruksi bagi Desainer

 Visualisasi Desain yang Lebih Awal dan Lebih Akurat

Model 3D yang dihasilkan oleh program BIM akan menghasilkan desain yang lebih
komunikatif dari beberapa tampak model 2D. Hal ini dapat digunakan untuk
memvisualisasikan desain secara bertahap dan teliti secara dimensi dan tampaknya.

10
 Kolaborasi Berbagai Desain dari Bermacam-macam Disiplin
Teknologi BIM memfasilitasi pekerjaan dari berbagai macam disiplin. Bila hal ini
dilakukan sejak awal maka dapat memangkas waktu desain dan mendeteksi error
lebih awal daripada bila kolaborasi desain berbagai macam disiplin dilakukan
belakangan. Dengan begitu, beberapa solusi untuk pilihan desain dapat dipikirkan
sejak awal. Hal ini juga dirasa lebih efektif dalam biaya daripada harus menunggu
desain saat hampir selesai lalu harus dirubah menyesuaikan keadaan dan
menerapkan value engineering untuk menyesuaikan perbaikan yang pas dengan
kondisi tersebut.

 Verifikasi yang Mudah terhadap Tujuan Utama Desain


Teknologi BIM menyediakan visualisai 3D area yang tersedia dan kuantitas material
yang dipakai. Hal ini dapat memberikan verifikasi yang akurat dan lebih awal
terhadap efektifitas biaya. Untuk proyek-proyek infrastruktur umum dan revitalisasi
sangat membutuhkan akurasi terhadap jarak-jarak yang ada demi kelancaran
pekerjaan di lapangan, dengan adanya BIM dapat memudahkan bila ada perubahan
dan evaluasi.

 Ekstraksi Estimasi Biaya selama Tahap Desain


Pada setiap tahap desain, teknologi BIM dapat mengekstraksi jumlah tagihan yang
akurat dan ruang yang dapat digunakan untuk estimasi biaya pada setiap tahap
pekerjaan. Dengan fitur ini, BIM dapat memberikan data implikasi biaya yang
terkait dengan desain yang diberikan sebelum berkembang ketingkat perincian yang
diperlukan dari tawaran konstruksi. Pada tahap akhir desain, perkiraan biaya
dilakukan berdasarkan jumlah untuk semua objek yang terkandung dalam model.

 Peningkatan Efisiensi Energi dan Keberlanjutan


Mengaitkan model bangunan dengan alat analisis energi memungkinkan evaluasi
energi yang diperlukan selama fase desain awal. Dengan melakukan ini desainer
dapat mempertimbangkan apakah desain yang akan dipakai sudah paling efisien
dalam penggunaan energinya, baik itu sumber daya bahan, sumber daya alat,
maupun sumber daya manusia nya.

11
b. Keuntungan Untuk Fase Konstruksi dan Fabrikasi
 Penggunaan Model Desain sebagai Dasar untuk Komponen Fabrikasi
Jika model desain ditransfer ke program fabrikasi BIM maka komponen tersebut
akan dapat didetailkan menjadi objek yng siap fabrikasi atau biasa dikenal sebagai
shop drawing. Data ini akan berisi representasi objek yang akurat untuk proses
fabrikasi dan konstruksi. Hal ini juga dapat digunakan untuk memilah-milah
pekerjaan mana yang akan dikerjakan sendiri dan mana yang akan difabrikasi di
tempat lain lebih awal. Dengan begitu juga dapat digunakan untuk merencanakan
jumlah pekerja, mempercepat waktu instalasi, dan merencanakan area pelatakan
barang-barang di site (penumpukan material). Dengan fitur ini maka dapat
megurangi biaya dan waktu konstruksi.

 Reaksi Cepat Bila Terdapat Perubahan Desain


Bila terdapat perubahan desain dapat langsung dimasukkan ke dalam model objek
dan objek desain lainnya akan langsung terupdate. Konsekuensi dari perubahan
desain ini juga akan langsung terlihat dapat dideteksi apa saja akibatnya, terutama
untuk di fase konsruksi nantinya.

 Sinkronisasi antara Desain dan Rencana Konstruksi


Perencanaan konstruksi menggunakan CAD 4D akan dihubungkan dengan model
objek 3D dalam desain, sehingga dapat mensimulasikan proses konstruksi dan
memunjukkan seperti apa bangunan pada suatu titik waktu tertentu. Simulasi grafik
ini akan memberikan banyak wawasan tentang bagaimana bangunan itu akan
dibangun dari hari ke hari dan menujukkan potensi sumber masalah dan peluang
untuk perbaikannya (lokasi, pekerja dan peralatan, konflik ruang, masalah
keamanan, dan sebagainya).

 Sinkronisasi antara Pengadaan dengan Desain dan Kosntruksi


Permodelan objek yang lengkap dapat menyediakan kunatitas yang akurat terhadap
kebutuhan peralatan dan material yang dibutuhkan oleh desain untuk dikonstruksi.
Jumlah, spesifikasi, dan properti ini dapat digunakan untuk mengadakan bahan-
bahan baik dari vendor dan yang membutuhkan sub-kontraktor. Dengan adanya

12
permodelan baja, beton, komponen mekanikal, dan perlengkapan arsitektural
hasilnya akan sangat bermanfaat.

c. Keuntungan Untuk Fase Setelah Konstruksi


 Commissioning dan Penyerahan Informasi Fasilitas

Selama fase konstruksi, kontraktor dan sub-kon harus mengumpulkan informasi


tentang material dan komponen yang sudah terpasang, kemudian mengumpulkan
data informasi perawatan. Selama fase konstruksi bila terdapat perubahan-
perubahan pada desain maka diperlukan adanya dokumen as built. Teknologi BIM
dapat membantu merekap apa-apa saja yang perlu disiapkan untuk melengkapi
keperluan commissioning tersebut.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Umum

Sebagai pelaku langsung selama menjadi bagian dari tim proyek EPCC, penulis sering
menemukan beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Tidak ada suatu wadah yang benar-benar bermanfaat untuk mengintegritaskan antar
disiplin dalam sebuah tim proyek. Seperti tim disiplin sipil, proses, mekanikal, piping,
elektrikal, semuanya mendesain pada ranahnya sendiri-sendiri. Kemudian,
permasalahan itu baru akan diketahui saat fase engineering berubah menjadi fase
konstruksi. Contoh masalah yang terjadi:
 Nozzle piping tidak sama dengan nozzle pada mekanikal
 Struktur sipil yang tabrakan dengan beberapa jalur piping
 Piping menabrak dengan jalur cable tray
2. Terjadinya kebingungan saat akan mengerjakan dokumen-dokumen engineering,
antara hendak mendahulukan dokumen master deliverable register (MDR) / dokumen
yang diwajibkan untuk diajukan ke pihak owner atau dokumen yang diperlukan di
lapangan. Hal ini dapat terjadi bila saat penyusunan MDR, orang-orang yang terlibat
belum memahami kondisi di lapangan dan bentuk item-item pekerjaan yang akan
dikerjakan. Serta, kurangnya persiapan dan pemberian informasi dalam urutan
pelaksanaan pekerjaan di lapangan antara tim konstruksi dengan tim engineering.
Kedepannya hal ini akan berhubungan dengan keterlambatan waktu.
3. Terjadinya kebingungan dan kesalahan dalam pengadaan barang, baik dari sisi
spesifikasi, material, maupun merknya. Hal ini biasanya terjadi karena kurangnya
integrasi antara pihak pembuat penawaran, engineer, dan procurement. Kedepannya
hal ini dapat menyebabkan kerugian yang fatal, terutama untuk barang-barang long
lead item. Kesalahan dalam hal ini pasti akan merugakan di sisi waktu maupun
keuangan.

Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah wadah khusus yang dapat membantu mengantisipasi
contoh permasalahan di atas. Seperti disampaikan sebelumnya, dalam dua pendekatan yang
sudah dibahas sebelumnya, sangat disarankan untuk menggunakan BIM dalam prosesnya.

14
3.2 Rencana Penerapan BIM di EPCC PT. Barata Indonesia

3.2.1 Langkah-langkah untuk Memulai Adanya BIM Engineer


2019 2022
Recruitment & Lesson Ready to implement BIM in every project

2020-2021
Lesson & Implementation
Gambar 3. 1 Timeline Persiapan BIM Engineer

- 2019 ; Tahun Persiapan (Recruitment & Lesson)


Untuk mengawali adanya BIM teknologi pada perusahaan maka diperlukan sumber
daya manusia untuk digembleng menjadi BIM engineer. Sejak tahun 2017, sudah ada
BUMN yang membuka lowongan BIM engineer dengan beberapa kriteria yaitu mampu
untuk menjalankan software BIM tertentu. Begitu juga untuk pegawai perusahaan pun
sebenarnya sudah ada yang mampu menjalankan beberapa program BIM. Maka, yang
dibutuhkan selanjutnya adalah pembelajaran untuk tenaga-tenaga kerja tersebut, dengan
cara yaitu mengikuti pelatihan-pelatihan atau sertifikasi yang sah.

- 2020-2021 ; Tahun Pematangan (Lesson & Implementation)


Di tahun 2020 sembari terus mempelajari dan mengasah kemampuan BIM engineer
maka perlu dilakukan implementasi langsung. Untuk mengakomodir hal tersebut, BIM
engineer sebaiknya didukung dengan adanya pembelian software-software BIM yang
asli untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti terdeteksi menggunakan
software BIM yang bajakan dan harus membayar denda. Untuk implementasi langsung
dapat dilakukan dengan memasukkan BIM engineer yang sudah dibina ke dalam
proyek-proyek yang ada. Sembari mengerjakan tugas utamanya BIM engineer ini
nantinya juga dapat mengedukasi personel yang berada di proyek untuk melek
teknologi BIM juga.

- 2022 ; Ready to Implement BIM


Pada tahun 2022 diharapkan BIM engineer PT. Barata Indonesia sudah mampu
menjalankan perannya sepenuhnya. melebarkan sayap bisnis perusahaan dengan
mengikuti tender berbagai macam jenis proyek di dalam maupun luar negeri. Setelah
itu, mampu mempercepat pelaksanaan konstruksi proyek dengan membuat tahap-tahap

15
metode konstruksi dari awal. Menyiapkan rencana-rencana pengadaan barang-barang
dengan matang di awal untuk diajukan kepada pihak owner. Sehingga, dapat menekan
angka biaya maupun durasi waktu pengerjaan suatu proyek.

3.2.2 Posisi BIM Secara Struktural

Penerapan BIM sebaiknya dilakukan di tahap awal atau pradesain. Menurut pendekatan
dalam proyek yang sudah disampaikan sebelumnya, yaitu pendekatan 2M dan 3M, BIM
dapat bermanfaat baik di dalam kondisi pendekatan keduanya. Misal, ketika BIM
dilakukan di tahap bidding, EPCC yang menggunakan teknologi dan proses BIM saat
bidding pasti akan memiliki nilai jual yang lebih dibanding dengan pesaing-pesaing
lainnya. Karena, teknologi BIM dapat memberikan gambaran digital mengenai fase-fase
dan elemen infrastruktur apa saja yang akan dikerjakan. Sedangkan, bila BIM langsung
dilakukan di tahap building (kontraktor sudah memenangkan proyek) maka komunikasi
secara internal maupun eksternal (kontraktor dengan pengawas maupun pemberi kerja)
akan menjadi lebih komunikatif.
Dapat dilihat pada workflow yang diterapkan oleh Los Angeles Community College
District (LACCD) berikut ini:

Gambar 3.2 Diadaptasi dari workflow dan deliverables untuk Standar BIM dari
LACCD Sumber: BIM Handbook (2011)

16
Secara praktikal, posisi BIM akan dibutuhkan dari proses awal sampai akhir sebuah
proyek. Seperti sudah dibahas di sub-bab 2.2, EPCC terdiri dari bagian yang saling
bersinambungan satu sama lain dan saling memberi efek seperti efek domino.

EPCC Company

Engineering Procurement Construction Commissioning

Proposal Team Workshop

Engineer Vendor

Drafter

Gambar 3. 3 Bagian dari EPCC Company


Nantinya, untuk meminimalisir permasalahan yang sudah disampaikan pada sub bab
3.1, teknologi BIM akan diterapkan oleh tim engineering yang selanjutnya akan disebut
sebagai BIM engineer yang berperan pada saat proses pra-desain bersama proposal tim
dan juga nantinya akan menjadi integrator antar disiplin saat proyek sudah berjalan.

Engineering

Proposal Team Project Team

Engineer for each Drafter for each


Disciplines Disciplines

BIM Engineer

Data for procurement and construction team also


documents for commissioning preparation

Gambar 3. 4 Diagram Alir Peran BIM Engineer


17
3.2.3 Software Pendukung BIM
Beberapa software yang tergolong sebagai program BIM dan diperlukan untuk
kelancaran penerapan BIM di EPCC PT. Barata Indonesia nantinya sebagai berikut :
 Tekla
Tekla merupakan salah satu program BIM yang sudah memilik banyak pengguna.
Beberapa perusahaan EPCC memasukkan Tekla ke dalam pelatihan untuk engineer
nya saat baru masuk ke dalam perusahaan. Tekla Struktur merupakan sebuah software
yang memungkinkan penggunannya untuk membuat suatu desain atau model yang
dapat dibangun dengan visual struktural 3D nya. Model Tekla dapat digunakan untuk
membuat seluruh bangunan dari desain konseptualnya baik itu untuk fabrikasi, ereksi,
dan manajemen konstruksi.
Pada dasarnya pengerjaan Tekla Struktur meliputi 2 hal utama, yaitu :
 Modeling (proses pembuatan suatu project dalam 3 dimensi)
 Drawing (proses persiapan atau perapihan gambar dari 3D menjadi 2D yang siap
untuk dicetak.

Gambar 3. 5 Contoh Permodelan yang Dapat Dibuat dengan Tekla

18
Beberapa fungsi permodelan menggunakan Tekla :

 Melihat model tekla (semua  Membuat levels dari assembly


material dan profil) hierarchy
 Membuat dan memodifikasi grid  Membuat detail sambungan baja
 Membuat pengelasan maupun beton
 Penambahan beban untuk model  Membuat pengaturan automatis
 Membuat tulangan beton sambungan berbagai bagian
 Membuat assemblies dari struktur  Membuat urutan erection
baja  Melihat informasi model 4D
 Membuat cast units dari struktur (simulasi jadwal)
beton  Pilih dan mengelola jadwal tahap-
tahap pembangunan
 Pemberian marking secara otomatis

 Revit Structural & Autocad Plant 3D

Gambar 3. 6 Contoh Penggunaan BIM Software Revit & 3D Plant (Sumber: Google)
Revit dan Autocad Plant 3D BIM Software adalah alat pemodelan informasi bangunan
untuk teknik, konstruksi, desain arsitektur MEP, dan arsitektur. Ini adalah salah satu
paket perangkat lunak paling populer yang dikembangkan oleh CAD Autodesk.
Dirancang untuk insinyur MEP, arsitek, perancang, kontraktor, dan arsitek landscape,
antara lain, platform yang kuat menawarkan pendekatan berbasis model yang cerdas
untuk perencanaan, perancangan, serta pembangunan infrastruktur dan bangunan.
Ini juga meminimalkan risiko kesalahan yang disebabkan oleh miskomunikasi karena
semua proses melewati satu sistem tunggal. Koordinasi juga dicapai melalui beberapa
fitur kontributor proyek untuk menghindari pengerjaan ulang dan tabrakan. Revit dan

19
Plant 3D juga memungkinkan Anda mensimulasikan dan mengulangi desain untuk
sistem dan struktur. BIM 4D ini mampu melacak seluruh siklus hidup konstruksi dari
konseptualisasi hingga pemeliharaan dan bahkan pembongkaran.
Beberapa fungsi permodelan menggunakan Revit & Plant 3D :

 Dapat mengupdate perubahan  Mengecek interference check yaitu


terhadap semua komponen bila apabila komponen yang saling
ada perubahan pada salah satu bertabrakan
objek model  Membuat detail sambungan
 Dapat memperkirakan rencana  Menghasil dokumentasi
anggaran biaya (RAB / BQ) dan (mengeluarkan gambar denah dan
juga mempersiapkan schedule arsitektur)
 Memiliki komponen parametrik  Menghitung volume material yang
yang dapat diubah-ubah digunakan pada keseluruhan objek
 Memberikan visual desain yang  Dapat mengeksport dan
dapat dilihat secara 2D dan 3D mengimport data dari beberapa
aplikasi lain
 Structural and Analysis Program (SAP 2000)
SAP 2000 merupakan software analisa struktur yang dapat digunakan untuk
menganalisa berbagai macam jenis infrastruktur dan material. Diantara sesama
software penganalisa, SAP 2000 merupakan program yang terus menerus memiliki
perbaikan user interface dan aturan-aturan yang berlaku di dunia keteknik-sipil an.
Selain itu, SAP 2000 merupakan software analisa yang memiliki kemampuan untuk
mengekspor dan mengimpor data menuju software BIM, sehingga dengan
menggunakan SAP 2000, dapat didapatkan struktur yang sudah dianalisa dan tampilan
visual 3D struktur tersebut.

Gambar 3. 7 Contoh Struktur yang dianalisa Menggunakan SAP 2000


dapat diekspor ke Revit

20
 Autodesk Navisworks
Navisworks juga dibangun oleh Autodesk. Perbedaan antara Navisworks dan Revit
adalah bahwa Navisworks mengkhususkan diri sebagai alat perangkat lunak proyek
untuk para profesional MEA. Navisworks ini melengkapi seperangkat software desain
3D Autodesk lainnya untuk membuka dan menggabungkan model 3D, meninjau
model, dan menavigasi sekitarnya secara real time. Software ini sangat penting selama
prakonstruksi untuk mendapatkan kendali dan memastikan hasil proyek yang berhasil.
Salah satu fiturnya termasuk koordinasi model dan deteksi bentrokan. Ini
memungkinkan Anda untuk mengenali, mengantisipasi, dan mengurangi potensi risiko
bentrokan dan masalah interferensi. Animasi, simulasi model, dan agregasi data
menjadi satu model adalah beberapa fitur utamanya.
Seperti kita tahu, perusahaan besar seperti ISGEC juga sudah menggunakan Naviswork
untuk permodelan 3D objeknya sehingga rekanan dapat mengetahui bentuk dan
gambaran yang akan dikerjakan oleh rekanannya. Selain itu, pihak mereka sendiri juga
dapat mengecek apabila antar equipment mereka ada yang bertabrakan atau tidak.

Gambar 3. 8 Contoh Penggunaan Naviswork di Proyek Revitalisasi PG Rendeng

Dan masih terdapat beberapa software pendukung BIM lainnya yang juga sangat
familiar digunakan pada di industri AEC seperti misalnya untuk disiplin piping yaitu
SP3D, PDMS, CADwork yang dapat saling bertukar data juga dari software analisa
yaitu Caesar II. Mayoritas BIM software yang paling canggih adalah keluaran raksasa
Autodesk. Sudah pasti, dalam pembuatan 2D data yang ada di PT. Barata Indonesia
adalah menggunakan AutoCAD maka sangat disarankan untuk menggunakan BIM
software keluaran Autodesk juga untuk memudahkan pertukaran data dari 2D menjadi
desain BIM.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Laporan inovasi ini merupakan penulisan tentang rencana penerapan teknologi BIM pada
EPCC PT. Barata Indonesia (Persero) yang didasari oleh :
1. Pentingnya untuk mengikuti perkembangan teknologi yang ada untuk dapat menjadi
perusahaan EPCC yang mumpuni dan dapat bersaing, salah satunya teknologi BIM
yang sudah banyak diterapakan oleh berbagai perusahaan di dalam maupun luar negeri
yang bergerak di bidang industri dan AEC.
2. Penerapan BIM teknologi dalam EPCC PT. Barata Indonesia (Persero) bukanlah
sesuatu yang dapat diwujudkan dalam waktu singkat dan dengan proses yang cepat.
Namun dibutuhkan peranan dari berbagai bagian yang termasuk ke dalam EPCC.
3. Adanya penerapan BIM teknologi akan membuat EPCC PT. Barata Indonesia dapat
bekerja lebih optimal dan profesional bila keuntungan-keuntungan penerapan BIM
dapat dicapai. Begitu juga, perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang lebih
besar dalam menjalankan setiap proyeknya sehingga kesejahteraan perusahaan juga
semakin baik.

4.2 Saran

1. Dalam mewujudkan adanya penerapan BIM Teknologi pada EPCC PT. Barata
Indonesia maka diperlukan sumber daya manusia sebagai pioner-pioner yang
selanjutnya akan berperan menjadi BIM engineer.
2. Apabila pioner BIM engineer ini sudah terbentuk maka perlu dilakukan penyebaran
dan pemerataan kompetensi karyawan khususnya yang berada di Biro Engineering,
Mutu, dan K3LH untuk melakukan sosialisai, pembelajaran, pengembangan kepada
karyawan-karyawan lain sehingga kemampuan menggunakan teknologi BIM akan
terus berkembang dan semakin banyak yang mahir di dalam perusahaan.
3. Perlu diadakan rencana khusus dalam pelaksanaan pelatihan dan pembelian software-
software pendukung BIM sehingga target-target yang ingin dicapai adalah jelas
rentang waktunya, dapat dipertanggung jawabkan, dan dapat menjadi pengingat
selama proses penerapan BIM ini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Eastman, Chuck. 2011. BIM Handbook : A Guide To Building Information Modeling For
Owners, Managers, Designers, Engineers, And Contractors.United States of America. John Wiley
& Sons Inc.
https://financesonline.com/building-information-modeling/#autodesk.html diakses pada
tanggal (8 Januari 2019)
https://www.tekla.com/id/produk/tekla-structures.html diakses pada tanggal (11 Januari
2019)
https://www.autodesk.com/products/revit/construction.html diakses pada tanggal (11 Januari
2019)
https://www.csiamerica.com/products/sap2000.html diakses pada tanggal (11 Januari 2019)

https://www.autodesk.com/products/navisworks/overview.html diakses pada tanggal (11


Januari 2019)

23

Anda mungkin juga menyukai