Anda di halaman 1dari 6

1

BUDAYA PIIL PESENGGIRI ULUN LAMPUNG

CENDANANEWS (Lampung) – Masyarakat asli Lampung, terbagai dalam dua kelompok


besar yaitu Pepadun dan Saibatin. Kelompok Lampung Pepadun umumnya mendiami daerah
pedalaman, sementara masyarakat Lampung Saibatin lebih banyak mendiami wilayah
sepanjang pantai timur, selatan, dan barat, karenanya sering disebut juga sebagai Lampung
Pesisir.
Baik Lampung Pepadun maupun Saibatin memiliki keunikan masing-masing dari segi adat
istiadat, busana, juga tatacara melangsungkan pernikahan. Selain itu di dalam upacara adat
lampung juga ada keunikan lainnya yaitu dengan adanya pesilat di depan arak-arakan yang
berfungsi sebagai pembuka jalan, hal ini menambah khasanah keragaman dan keindahan
budaya masyarakat Lampung.

Tradisi ini berdasarkan pantauan Cendananews.com, masih dilestarikan dalam prosesi atau
upacara pernikahan asli suku Lampung, baik Pepadun dan Saibatin. Menurut salah seorang
pelestari budaya di marga Saibatin, Tumenggung Tongkok Podang, rangkaian prosesi
tersebut sampai saat ini masih dilestarikan di seluruh wilayah Lampung.
2

Prosesi pencak silat, yang umumnya dilakukan kaum pria ini menurutnya selalu dirangkai
dengan tarian, juga biasanya ada arak arakan tuping di mana para penari menggunakan
topeng yang melambangkan prajurit saat perjuangan Raden Inten II. Pencak silat yang
digunakan dalam prosesi ini, merupakan pencak silat secara khusus, sebab menurutnya
pencak silat memiliki fungsi yang berbeda.
“Ada silat yang dimainkan untuk umum dan khusus. Secara umum dimaksudkan untuk
penyambutan dan memeriahkan, sementara untuk khusus adat Saibatin dilakukan untuk
penghormatan dan pengawalan bagi pangeran,” ungkap laki laki yang biasa dipanggil
Ruslando ini kepada Cendananews.com Selasa (7/4/2015).

Pencak silat dan tarian tuping, biasanya dilakukan sebelum memasuki tempat upacara
pernikahan. Sesampainya di lokasi pernikahan, masih akan ada prosesi penyambutan dengan
tarian yang berbeda, yang biasanya dilakukan oleh wanita-wanita muda dengan tarian
khasnya, untuk mengiringi pengantin hingga ke pelaminan.
“Ini menyimbolkan, adat Saibatin masih terus melestarikan tradisi yang secara turun temurun
dilestarikan, terlihat dari prosesi yang melibatkan para penari, pencak silat,” ungkapnya.
Sesampainya di pelaminan, para penari lain akan menyajikan tarian yang biasanya berada di
depan pelaminan serta di depan para hadirin yang hadir dalam resepsi pernikahan tersebut.
Kesakralan prosesi ini memang tetap dipertahankan, sebab dalam tradisi Lampung tidak
semua orang bisa melangsungkan, rangkaian acara ini dilaksanakan berdasarkan keturunan
yang ada di masing masing marga.
BACA JUGA
Tumpengan, Tradisi Bersyukur yang Masih Lestari di Lamsel
3

Seni Bela Diri Tjimande, Lestari di Lampung Selatan

“Tidak serta merta suku asli Lampung bisa melangsungkan upacara semacam ini, sebab
biasanya dilakukan untuk kalangan bangsawan berdasarkan keturunannya,” ungkap
Ruslando.
Seperi diketahui, yang mendiami seluruh provinsi Lampung dikenal dengan sebutan Ulun
Lampung (orang Lampung). Hingga saat ini masyarakat adat Lampung ditopang oleh dua
pilar adat, yaitu Saibatin (Peminggir) dan Pepadun. Yang pertama kental dengan nilai
aristokrat sementara yang kedua mengembangkan nilai demokratis.
Perbedaan yang mendasar dari kedua adat istiadat tersebut adalah status dan gelar seorang
raja adat. Bagi adat Saibatin, dalam setiap generasi kepemimpinan hanya mengenal satu
orang raja adat yang bergelar Sultan. Hal tersebut sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin
artinya satu batin atau satu orang junjungan.

Seorang Saibatin adalah seorang sultan berdasarkan garis lurus sejak zaman kerajaan yang
pernah ada di Lampung dahulu kala (Sai Batin Paksi).
Meski masyarakat adat Saibatin mengacu pada norma kesusilaan dan sistem sosial
berdasarkan prinsip keserasian, tetapi umumnya memiliki hubungan sosial terbuka terhadap
sesama warga tanpa membedakan etnis maupun keturunan. Ikatan kekerabatannya didasarkan
pada keturunan (ikatan darah), ikatan perkawinan, ikatan mewarei (persaudaraan), juga ikatan
berdasarkan pengangkatan anak.
Tradisi tersebut bahkan hingga zaman modern ini tetap dipertahankan meskipun zaman
modern dengan perubahan di berbagai bidang.
“Kita masih terus melestarikan dari generasi ke generasi sehingga sejak kecil pun keturunan
kita sudah diajarkan untuk lebih mengenal adatnya,” ungkap Ruslando.
4

Tumenggung Tongkok Podang berharap, nilai nilai budaya yang ada di Lampung ini
dikenalkan dalam pendidikan, sehingga anak didik yang ada di Lampung pun mengenal
bahwa tradisi dan budaya ini masih tetap ada hingga sekarang.
Salah satu jenis kesenian yang khas yang biasanya disajikan dalam kegiatan umum selain
pernikahan diantaranya adalah tari sembah (sigeh penguten). Tarian ini sudah seperti tarian
wajib ritual penyambutan dan memberikan penghormatan kepada tamu atau undangan yang
datang pada acara hajatan adat (begawi), kunjungan tokoh masyarakat, dan lain-lain.
Tarian ini biasanya diiringi dengan tabuhan tari melinting untuk menyambut kedatangan raja-
raja. Kini tari sembah kerap kali ditampilkan dalam upacara adat pernikahan masyarakat
Lampung.

 Budaya Lampung
 A Fauzie Nurdin, Guru Besar Filsafat Sosial IAIN Raden Intan Lampung  05 Mar 2017 -
8:00  25346

Ilustrasi budaya ulun Lappung.


4.bp.blogspot.com
BERDASAR analisis kultural, kehidupan sehari-hari membentangkan diri manusia dalam
susunan yang berarti. Oleh sebab itu, sebagai contoh, inti budaya arsitektur tradisional perlu
dikaji dan dikenali melalui budaya nonfisik sebagai cerminan budaya fisik sehingga dapat
dipasarkan ke dunia luar. 
Banyak nilai-nilai estetis yang berkembang dalam masyarakat berupa gambaran motif kapal
pada kain adat, arsitektur rumah adat (mahan adat: jung syarat, jung meulabuh dan jung
5

kedah, serta nuwow balak dan nuwa tuha), serta peninggalan benda-benda kuno (keris,
tumbak, pepadun, dan perlengkapan rumah) yang bernilai tinggi lainnya. Berarti, setiap orang
ingin dan perlu mengerti serta dapat membenarkan perbuatan-perbuatannya serta tatanan
masyarakat, tempat perbuatan itu berlangsung. 
Mereka mendapati pengertian dan pembenaran itu dalam dunia pengetahuan yang dimiliki
bersama, yaitu budaya lokal yang dipahami sebagai sistem persepsi, falsifikasi, dan
penafsiran diri dari apa yang mereka miliki. Sistem itu ada dalam kepalanya sebagai suatu
model mental, yaitu suatu model pengenalan yang berfungsi untuk memberi makna bagi
kehidupan masyarakat dan generasi muda di masa depan.
Dalam kerangka mengkaji budaya diperlukan peningkatan jaringan informasi untuk
pengembangan budaya lokal, kerja sama antarpemuka adat untuk pemberdayaan masyarakat
adat dapat diawali dari memahami arti dan makna piil pesenggiri, penyimbang, dan muakhi.
Kapasitas utama yang dibutuhkan untuk membangun jaringan informasi budaya lokal
dibutuhkan perencanaan teknoratis dan proses politik. 
Untuk itu, kapasitas utama yang dibutuhkan untuk pengembangan dan manajemen jaringan,
yang terdiri dari pengembangan jejaring (network) ke arah network management dan
pengembangan kemitraan (patnership) ke arah partnership management. Pertanyaannya,
apakah Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) dan akademisi telah berperan dalam
membentuk lembaga kajian, mengkaji berbagai persoalan budaya lokal dan pembangunan
daerah. Dukungan banyak pihak makin dibutuhkan sebagai bukti adanya rasa memiliki dan
peduli. 

Jaringan Informasi
Pembentukan jaringan informasi pengembangan budaya Lampung didasarkan atas adanya:
(1) kepentingan berupa interests supply driven network dan interests demand driven network;
(2) dipicu oleh informasi berupa information supply driven network dan information demand
driven network. 
Selanjutnya, dalam pengelolaan jaringan melalui network structuring dapat dilakukan dengan
cara: (a) mendorong lembaga mitra untuk berkepentingan membangun jaringan. (b)
mendorong kesetaraan visi dan komitmen lembaga. (c) mendorong lembaga mitra
mengalokasikan energi (anggaran; unit organisasi) untuk komunikasi dan kerja sama. (d)
mendorong lembaga mitra menyepakati agenda komunikasi, manajemen konflik, dan kerja
sama. (e) menyediakan informasi profil lembaga berupa: website, leaflet yang mengundang
mitra dari berbagai kalangan pengusaha, akademisi, dan peneliti.
6

Pengelolaan jaringan informasi pengembangan budaya lokal, penerapan teknologi, dan


pemberdayaan masyarakat adat dapat dilakukan melalui game management sehingga dapat
dikembangkan jaringan antarindividu dan lintas organisasi dalam rangka pengembangan
jaringan kelembagaan. Selain itu, memanfaatkan jaringan sosiokultural yang sudah ada untuk
komunikasi antaraktor lintas organisasi, badan-badan atau lembaga-lembaga melalui aktivitas
organisasi sosial, hobi, dan kegiatan alumni. 
Kemudian, secara spesifik dapat juga dilakukan dengan cara mendorong munculnya
kepemimpinan pada organisasi mitra yang kondusif bagi pengembangan jaringan,
mengembangkan aktivitas bersama dalam bentuk pendidikan dan pelatihan, sarasehan, dan
dialog budaya. Lebih luas, dapat juga manajemen jaringan diaplikasikan untuk (a)
pengembangan kerja sama antarkomunitas adat di berbagai daerah, (b) pengembangan sinergi
antara pemerintah, lembaga swasta, lembaga swadaya masyarakat, tokoh adat, akademisi,
serta peneliti untuk perumusan kebijakan dan kegiatan jaringan, (c) penerapan manajemen
konflik yang membangun harmoni dalam masyarakat. 
Dalam kerangka itu, visi Lembaga Kajian, Pusat Informasi Pengembangan Budaya,
Penerapan Teknologi, dan Pemberdayaan Masyarakat dapat diarahkan agar lebih responsif
terhadap perkembangan sosial, ekonomi, budaya, penerapan iptek, serta berdaya saing di era
global, yang selanjutnya dapat dirumuskan sebagai visi lembaga kajian. 
Mengenai misi lembaga dapat dirumuskan menciptakan integralisme nilai-nilai kemanusian
dan budaya lokal yang diperlukan untuk memfasilitasi aktualisasi nilai-nilai etika dan
estetika, seni berbasis moral yang religius, norma sosial yang mengekspresikan filsafat hidup
masyarakat untuk pemberdayaan lembaga-lembaga, badan-badan, forum-forum, majelis
penyimbang adat, komite-komite yang dibentuk pada tingkat nasional sampai tingkat lokal
sebagai wahana koordinasi struktural, serta fungsional di dalam perumusan kebijakan-
kebijakan pembangunan untuk setiap bidang kehidupan masyarakat. Sungguh, Lampung
Cultural Center (LCC) menjadi harapan banyak kalangan komunitas adat, akademisi, dan
para penyimbang Lampung. Semoga filsafat budaya Lampung ini bermakna dan bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai