Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit gangguan sistem kardiovaskuler yang

dikenal secara luas dengan prevalensinya hampir sama besar di negara

maju maupun negara berkembang penderita hipertensi umumnya tidak

menyadari kondisi penyakit yang mereka alami karenanya hipertensi

dikenal dengan penyakit diam-diam (Sillent Killer) karena sering kembali

timbul tanpa didahului oleh gejala-gejala, Penyakit hipertensi dapat

menjadi berat apabila menimbulkan komplikasi pada berbagai organ

tubuh seperti kerusakan jantung, mata, otak, hati, ginjal, dll sehingga

menyebabkan kematian sekitar 7 juta pertahun yaitu 1 dari setiap 7

kematian yang terjadi karena berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin,

keterlambatan pengobatan, dan lain-lain (Depkes RI, 2008).

Sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas

ditemukan prevelensi hipertensi di indonesia sebesar 31,7%, dimana

hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan

hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi (DepKes, 2012).

Menurut data dari World Health Organization (WHO) atau badan

kesehatan dunia tahun 2011, satu milyar orang di dunia menderita


hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang

berpenghasilan rendah sampai dengan sedang. Prevalensi hipertensi akan

terus meningkat tajam, diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang

dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah

mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun 1,5 juta

kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita

hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya

kesehatan. Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun

(6,3%). Umur 45-54 tahun (11,9%) dan Umur 55-64 tahun (17,2%).

(Riskesdas, 2013)

Di indonesia angka kejadian hipertensi berkisar 6-15 dimana masih

banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan

terutama daerah pedesaan. Sementara itu, berdasarkan data NHANES

(National Health and Nutrition Examination Survey) memperlihatkan

bahwa risiko hipertensi meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Data

NHANES 2005-2008 memperlihatkann kurang lebih 76,4 juta orang

berusia >20 tahun adalah penderita hipertensi, berarti 1 dari 3 orang

dewasa menderita hipertensi (Candra, 2013)

Pravelensi hipertensi di provinsi Lampung berdasarkan hasil

pengukuran tekanan darah adalah 24,1%, dan bila hanya berdasarkan

diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6,6% sementara berdasarkan

diagnosis dan atau riwayat minum obat hipertensi adalah 6,8% dan
daerah tertingginya berada di Lampung Utara 10,2%. Menurut

kabupaten/kota, pravelensi berdasarkan pengukuran berkisar antara 14,3%

- 27,2% dan prevelensi berdasarkan diagnosis dokter sebesar 9,4%,

namun prevelensi yang minum obat sebesar 9,5%. Hal ini menunjukan

bahwa ada 0,1% penderita yang minum obat antihipertensi tanpa

didiagnosis hipertensi oleh dokter. Responden yang mempunyai tekanan

darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebanyak 0,7%

(Kemenkes RI, 2013). Prevalensi pasien yang terdiagnosis hipertensi

hipertensi oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Pringsewu sebesar 9,9%

(terbesar kedua di Provinsi Lampung) dengan kasus minum obat sebesar

10% (terbesar kedua di Provinsi Lampung). (Badan penelitian dan

pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, 2009).

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan diperoleh dari

usaha seseorang mencari tahu terlebih dahulu terhadap rangsangan

berupa objek dari luar melalu proses sensori dan interaksi antara dirinya

dengan lingkungan sehingga memperoleh pengetahuan baru tentang suatu

objek (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan bisa diperoleh secara alami

maupun secara terencana, yaitu melalui proses pendidikan. Pengetahuan

merupakan ranah yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

(Budiharto, 2010). (Penderita hipertensi sebaiknya mengetahui tentang

penatalaksanaan hipertensi seperti pengaturan diet, penurunan berat


badan, olahraga dan memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat agar

terhindar dari bahaya komplikasi hipertensi.

Bahaya atau komplikasi akibat dari hipertensi bisa menyebabkan

serangan jantung. Apabila sudah mengidap serangan jantung maka

jantung akan meningkatkan keparahan serangan jantung tersebut.

Kemudian stroke. Hipertensi dapat mengakibatkan atherosclerosis pada

pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah otak tersumbat

maka akan terjadi stroke iksemik. Lalu kemudian menyebabkan gagal

ginjal kronik. Ginjal memiliki pembuluh darah yang berukuran sangat

kecil pembuluh darah tersebut sangat sensitif terhadap tekanan darah.

Apabila tekanan darah tinggi dibiarkan dalam waktu yang lama maka

akan menyebabkan gagal ginjal kronik (Kristina & Yohanes, 2015).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengambil asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami hipertensi dengan defisiensi

pengetahuan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringssewu Lampung pada

tahun 2017.

B. Batasan Masalah

Masalah pada study kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada

klien yang mengalami hipertensi dengan difisiensi pengetahuan di RSUD

Pringsewu.
C. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hipertensi

dengan defisiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami

hipertensi dengan defsiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien yang mengalami hipertensi

dengan defisiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami

hipertensi dengan defisiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami

hipertensi dengan defisiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami

hipertensi dengan defisiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

e. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami hipertensi

dengan defisiensi pengetahuan di RSUD Pringsewu.

E. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Dari hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat

digunakan dalam upaya meningkatkan ilmu pengetahuan bagi


mahasiswa keperawatan terhadap masalah hipertensi dengan defisiensi

pengetahuan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sumber data bagi

peneliti yang memerlukan berupa data atau pengembangan

penelitian dengan masalah yang sama demi kesempurnaan

peneliti.

b. Bagi rumah sakit

Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam melakukan upaya

pendidikan kesehatan pada klien yang mengalami defisiensi

pengetahuan khususnya hipertensi.

c. Bagi pasien

Diharapkan menjadi sumber informasi kepada pasien dalam upaya

pendidikan kesehatan pada masalah defisiensi pengetahuan

khususnya pada hipertensi.

d. Bagi perawat

Diharapkan dapat menjadi sumber rujukan dalam penanganan

kasus defisiensi pengetahuan khususnya pada hipertensi.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI
HIPERTENSI DENGAN DEFISIENSI PENGETAHUAN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU LAMPUNG
PADA TAHUN 2017.

DISUSUN OLEH :
IRHAM GUNANDA PUTRA
NIM. 144012015059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2017

Anda mungkin juga menyukai