Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Telah kita panjatkan puja dan puji serta rasa syukur yang tak terhingga kepada Alloh Swt.
yang mana karna atas rahmat-Nya kita diberikan kekuatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.

Maka dengan itu kami menyusun makalah ini dengan penuh kerja keras dan kesungguh-
sungguhan supaya dapat dinikmati dan dimengerti oleh para pembaca sehingga dapat
ditela'ah dengan mudah, dan diharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita baik bagi para pembaca maupun kelompok kami khususnya.

Adapun makalah ini dikemas dan disajikan dalam bentuk ringkasan materi, juga termasuk
pembahasan Furudhul Muqoddaroh beserta dalil-dalilnya.

Kamipun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan itu kepada para pembaca, serta guru mata pelajaran Faroidl
khususnya, untuk tidak segan-segan memberikan kritik dan saran-saran kepada kami.

Semoga Alloh selalu memberikan bimbingan, rahmat dan perlindungan-Nya kepada kita
semua. Amien.

Bandung, Safar 1430 H

FURUDHUL MUQODDAROH

Secara garis besar Ilmu Faroidl itu ada dua yaitu; Furudhul muqoddaroh dan Asobah, namun
pada pembahasan ini kami akan membahas Furudhul Muqoddaroh.

Seperti yang telah kita ketahui "al-furudh" yaitu jama taksir dari kata "al-fardhu" yang
artinya kewajiban, sedangkan "Furudhul Muqoddaroh" yaitu istilah dalam ilmu waris yang
artinya ketentuan-ketentuan seperti anak mendapat 1/2, bapak mendapat 1/6 dan seterusnya.

A. PENGERTIAN FURUDHUL MUQODDAROH

Furudhul Muqoddaroh adalah bagian yang telah di tentukan dalam Al-Quran dan As-sunnah,
Furudhul Muqoddaroh bisa juga di sebut Ahlu Furudh. Adapun ketentuan-ketentuan yang
telah di terangkan oleh Alloh dalam kitab suci (al-Quran) ada enam, yaitu:

B. KETENTUAN BAGIAN MASING-MASING DAN CARA MENGETAHUINYA

1. Bagian 1/2

Yang berhak mendapatkan bagian An-Nishfu (1/2) serta syarat-syaratnya ada 5 orang, yaitu :
a. Seorang Suami, mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada faro warits. Firman Alloh
Ta'ala:

11: -
b. Seorang Anak perempuan, mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada mu'assib dan
mumatsil. Firman Alloh Ta'ala:

11: -
c. Seorang Cucu perempuan dari anak laki-laki mendapatkan bagian 1/2 dengan syarat tidak
ada waladus shulbi atau mu'assib atau mumatsil.

d. Saudara perempuan sekandung, mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada ashlu dzukur
atau faro warits atau mu'assib atau mumatsil. Firman Alloh Ta'ala:

-
176 :
e. Saudara perempuan sebapak mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada aslu dzukur, faro
waris, mu'assib, mumatsil, dan seseorang yang lebih kuat.

2. Bagian 1/4

Yang berhak mendapatkan bagian Ar-Rubu'u (1/4) serta syarat-syaratnya ada 2 orang, yaitu:

a. Seorang suami mendapat bagian 1/4 dengan syarat ada faro warits. Firman Alloh Ta'ala:

12: -

b. Seorang istri mendapat bagian 1/4 denagan syarat tidak ada faro warits. Firman Alloh
Ta'ala:

12: -
3. Bagian 1/8

Yang berhak mendapatkan bagian Ats-Sumunu (1/8) serta syarat-syaratnya hanya ada 1
orang, yaitu:

a. Seorang istri atau istri yang banyak mendapatkan bagian 1/8 dengan syarat ada faro
warits.Firman Alloh Ta'ala:

12: -
4. Bagian 1/3

Yang berhak mendapatkan bagian Ats-Sulusu (1/3) serta syarat-syaratnya ada 2 orang, yaitu:
a. Seorang ibu mendapatkan bagian (1/3) dengan syarat jika tidak ada faro warits atau
saudara lebih seorang. Firman Alloh Ta'ala:

11: -
b. Dua orang saudara laki-laki /perempuan atau lebih, mendapatkan bagian 1/3 dengan syarat
jika tidak ada faro warits atau ashlu dzukur. Firman Alloh ta'ala:

12: -

5. Bagian 2/3

Yang berhak mendapatkan bagian ats-sulusani (2/3) serta syarat-syaratnya ada 4 orang, yaitu:

a. Dua anak perempuan atau lebih mendapat bagian (2/3) dengan syarat jika tidak ada
muassib. Firman Alloh ta'ala:

11: -
b. Dua cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih mendapat bagian (2/3) dengan syarat
tidak waladus shulbi dan mua'ssib.

c. Dua saudara perempuan sekandung atau lebih mendapat bagian (2/3) dengan syarat tidak
ada ashlu dzukur atau tidak ada faro warits atau tidak ada muassib. Firman Alloh Ta'ala:

76 : -
d. Dua saudara perempuan sebapak atau lebih mendapat bagian (2/3) denagan syarat tidak
ada ashlu dzukur atau faro warits atau seseorang yang lebih kuat atu mu'assib.

6.Bagian 1/6

Yang berhak mendapat bagian as-Sudusu (1/6) serta syarat-syaratnya ada 8 orang, yaitu:

a. Bapak mendapatkan bagian 1/6 dengan syarat ada faro warits. Firman Alloh Ta'ala:

11: -
b. Seorang ibu mendapat bagian 1/6 dengan syarat ada faro waris atau banyak saudara laki-
laki atau banyak saudara perempuan. Firman Alloh ta'ala:

11: -
c. Seorang kakek dari bapak mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak ada bapak atau ada faro
warits. Dalam sebuah hadits:

- .
d. Seorang Nenek dari bapak mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak ada bapak dan ibu.
Dalam sebuah hadits:

.
e. Seorang Nenek dari ibu mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak ada ibu saja. Dalam
sebuah hadits:

- .
f. Seorang saudara perempuan atau lebih sebapak atau lebih mendapat bagian 1/6 dengan
syarat keadaan saudara perempuan sekandung mendapat bagian 1/2 atau tidak ada muassib.

g. Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki mendapat bagian 1/6 dengan syarat keadaan
anakperempuan mendapat bagian 1/2 atau tidak ada muassib. Dalam sebuah hadits:

.
h. Seorang saudara laki-laki atau perempuan seibu mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak
ada mumatsil atu faro warits atau ashlu dzukur. Firman Alloh ta'ala:


C. ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU FAROIDL

1. Faro warits : Anak laki-laki, Anak perempuan, Cucu laki-laki, Cucu perempuan

2. Waladus shulbi : Anak laki-laki, Anak perempuan .

3. Aslu dzukur : Bapak dan kakek.

4. Mumatsil : Yang sejenis(Anak laki-laki dengan Anak laki-laki)

5. Muasib : Lawan jenis (Anak perempuan dengan Anak laki laki)

KESIMPULAN

Setelah kita membaca dan mentela'ah makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa
pembagian harta warits itu tidak sesuai kehendak kita, tetapi sudah ditentukan dalam kitab
Al-Qur'an dan As-Sunnah.

Apabila kita sudah mengetahui dan memahami tentang pembagian warits termasuk Furudhul
Muqoddaroh, hendaklah kita sebagai umat muslim mengamalkannya kepada orang lain. Dan
kita sebagai umat islam harus benarbenar memperhatikan dan menjalankan apa-apa yang
telah ditentukan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena ketentuan-ketentuan itu (Al-Qur'an)
adalah wahyu dari Alloh SWT.

PENUTUPAN

Demikianlah tugas makalah yang dapat kami sampaikan kepada Al-Ustadz. Dengan harapan
tugas makalah ini dapat diterima dan dihargai oleh Al-ustadz. Kami pun menyadari
kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu apabila di dalam
makalah ini terdapat kata-kata atau penyajian yang kurang berkenan. Kami mohon Al-Ustadz
dapat mema'lumi. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.

Akhirnya kepada Alloh lah kita berlindung dan bertawakkal. Mudah-mudahan kita semua
berada

Anda mungkin juga menyukai