Anda di halaman 1dari 17

FURUDHUL MUQODDAROH

Kelompok II (Kelas 3 / IX Tahun Ajaran 2008-2009)


Ketua : Amalia Islamiati
Anggota : Enok Sarah, Erna Nurjanah, Erni Sholihat, Fitri Handayani, Irma Erviana,
Lani Maelani, Lia Nurlela, Luthfi Laelasari, Mashlahatul Ummati, Popi Fauziyah, Shanti
Faridawati, Siti Sholihat.

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Telah kita panjatkan puja dan puji serta rasa syukur yang tak terhingga kepada Alloh Swt.
yang mana karna atas rahmat-Nya kita diberikan kekuatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas makalah ini.
Maka dengan itu kami menyusun makalah ini dengan penuh kerja keras dan kesungguhsungguhan supaya dapat dinikmati dan dimengerti oleh para pembaca sehingga dapat
ditela'ah dengan mudah, dan diharapkan dengan dibuatnya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita baik bagi para pembaca maupun kelompok kami khususnya.
Adapun makalah ini dikemas dan disajikan dalam bentuk ringkasan materi, juga termasuk
pembahasan Furudhul Muqoddaroh beserta dalil-dalilnya.
Kamipun menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dengan itu kepada para pembaca, serta guru mata pelajaran Faroidl
khususnya, untuk tidak segan-segan memberikan kritik dan saran-saran kepada kami.
Semoga Alloh selalu memberikan bimbingan, rahmat dan perlindungan-Nya kepada kita
semua. Amien.
Bandung, Safar 1430 H

FURUDHUL MUQODDAROH
Secara garis besar Ilmu Faroidl itu ada dua yaitu; Furudhul muqoddaroh dan Asobah, namun
pada pembahasan ini kami akan membahas Furudhul Muqoddaroh.
Seperti yang telah kita ketahui "al-furudh" yaitu jama taksir dari kata "al-fardhu" yang
artinya kewajiban, sedangkan "Furudhul Muqoddaroh" yaitu istilah dalam ilmu waris yang
artinya ketentuan-ketentuan seperti anak mendapat 1/2, bapak mendapat 1/6 dan seterusnya.
A. PENGERTIAN FURUDHUL MUQODDAROH
Furudhul Muqoddaroh adalah bagian yang telah di tentukan dalam Al-Quran dan As-sunnah,
Furudhul Muqoddaroh bisa juga di sebut Ahlu Furudh. Adapun ketentuan-ketentuan yang
telah di terangkan oleh Alloh dalam kitab suci (al-Quran) ada enam, yaitu:

B. KETENTUAN BAGIAN MASING-MASING DAN CARA MENGETAHUINYA


1. Bagian 1/2
Yang berhak mendapatkan bagian An-Nishfu (1/2) serta syarat-syaratnya ada 5 orang, yaitu :
a. Seorang Suami, mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada faro warits. Firman Alloh
Ta'ala:

11: -
b. Seorang Anak perempuan, mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada mu'assib dan
mumatsil. Firman Alloh Ta'ala:

11: -
c. Seorang Cucu perempuan dari anak laki-laki mendapatkan bagian 1/2 dengan syarat tidak
ada waladus shulbi atau mu'assib atau mumatsil.
d. Saudara perempuan sekandung, mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada ashlu dzukur
atau faro warits atau mu'assib atau mumatsil. Firman Alloh Ta'ala:

-
171 :
e. Saudara perempuan sebapak mendapat bagian 1/2 dengan syarat tidak ada aslu dzukur, faro
waris, mu'assib, mumatsil, dan seseorang yang lebih kuat.
2. Bagian 1/4
Yang berhak mendapatkan bagian Ar-Rubu'u (1/4) serta syarat-syaratnya ada 2 orang, yaitu:
a. Seorang suami mendapat bagian 1/4 dengan syarat ada faro warits. Firman Alloh Ta'ala:
21: -
b. Seorang istri mendapat bagian 1/4 denagan syarat tidak ada faro warits. Firman Alloh
Ta'ala:

11: -
3. Bagian 1/8
Yang berhak mendapatkan bagian Ats-Sumunu (1/8) serta syarat-syaratnya hanya ada 1
orang, yaitu:
a. Seorang istri atau istri yang banyak mendapatkan bagian 1/8 dengan syarat ada faro
warits.Firman Alloh Ta'ala:

11: -
4. Bagian 1/3
Yang berhak mendapatkan bagian Ats-Sulusu (1/3) serta syarat-syaratnya ada 2 orang, yaitu:
a. Seorang ibu mendapatkan bagian (1/3) dengan syarat jika tidak ada faro warits atau
saudara lebih seorang. Firman Alloh Ta'ala:

11: -
b. Dua orang saudara laki-laki /perempuan atau lebih, mendapatkan bagian 1/3 dengan syarat
jika tidak ada faro warits atau ashlu dzukur. Firman Alloh ta'ala:
- 11:
5. Bagian 2/3
Yang berhak mendapatkan bagian ats-sulusani (2/3) serta syarat-syaratnya ada 4 orang, yaitu:
a. Dua anak perempuan atau lebih mendapat bagian (2/3) dengan syarat jika tidak ada
muassib. Firman Alloh ta'ala:

11: -
b. Dua cucu perempuan dari anak laki-laki atau lebih mendapat bagian (2/3) dengan syarat
tidak waladus shulbi dan mua'ssib.
c. Dua saudara perempuan sekandung atau lebih mendapat bagian (2/3) dengan syarat tidak
ada ashlu dzukur atau tidak ada faro warits atau tidak ada muassib. Firman Alloh Ta'ala:

71 : -
d. Dua saudara perempuan sebapak atau lebih mendapat bagian (2/3) denagan syarat tidak
ada ashlu dzukur atau faro warits atau seseorang yang lebih kuat atu mu'assib.
6.Bagian 1/6
Yang berhak mendapat bagian as-Sudusu (1/6) serta syarat-syaratnya ada 8 orang, yaitu:
a. Bapak mendapatkan bagian 1/6 dengan syarat ada faro warits. Firman Alloh Ta'ala:

11: -
b. Seorang ibu mendapat bagian 1/6 dengan syarat ada faro waris atau banyak saudara lakilaki atau banyak saudara perempuan. Firman Alloh ta'ala:

11: -

c. Seorang kakek dari bapak mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak ada bapak atau ada faro
warits. Dalam sebuah hadits:

- .
d. Seorang Nenek dari bapak mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak ada bapak dan ibu.
Dalam sebuah hadits:

.
e. Seorang Nenek dari ibu mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak ada ibu saja. Dalam
sebuah hadits:

- .
f. Seorang saudara perempuan atau lebih sebapak atau lebih mendapat bagian 1/6 dengan
syarat keadaan saudara perempuan sekandung mendapat bagian 1/2 atau tidak ada muassib.
g. Seorang cucu perempuan dari anak laki-laki mendapat bagian 1/6 dengan syarat keadaan
anakperempuan mendapat bagian 1/2 atau tidak ada muassib. Dalam sebuah hadits:

.
h. Seorang saudara laki-laki atau perempuan seibu mendapat bagian 1/6 dengan syarat tidak
ada mumatsil atu faro warits atau ashlu dzukur. Firman Alloh ta'ala:


C. ISTILAH-ISTILAH DALAM ILMU FAROIDL
1. Faro warits : Anak laki-laki, Anak perempuan, Cucu laki-laki, Cucu perempuan
2. Waladus shulbi : Anak laki-laki, Anak perempuan .
3. Aslu dzukur : Bapak dan kakek.
4. Mumatsil : Yang sejenis(Anak laki-laki dengan Anak laki-laki)
5. Muasib : Lawan jenis (Anak perempuan dengan Anak laki laki)

KESIMPULAN
Setelah kita membaca dan mentela'ah makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa
pembagian harta warits itu tidak sesuai kehendak kita, tetapi sudah ditentukan dalam kitab
Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Apabila kita sudah mengetahui dan memahami tentang pembagian warits termasuk Furudhul

Muqoddaroh, hendaklah kita sebagai umat muslim mengamalkannya kepada orang lain. Dan
kita sebagai umat islam harus benarbenar memperhatikan dan menjalankan apa-apa yang
telah ditentukan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, karena ketentuan-ketentuan itu (Al-Qur'an)
adalah wahyu dari Alloh SWT.

PENUTUPAN
Demikianlah tugas makalah yang dapat kami sampaikan kepada Al-Ustadz. Dengan harapan
tugas makalah ini dapat diterima dan dihargai oleh Al-ustadz. Kami pun menyadari
kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu apabila di dalam
makalah ini terdapat kata-kata atau penyajian yang kurang berkenan. Kami mohon Al-Ustadz
dapat mema'lumi. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Akhirnya kepada Alloh lah kita berlindung dan bertawakkal. Mudah-mudahan kita semua
berada dalam bimbingan dan hidayah-Nya. Amien.
Diposkan oleh GMP Faraidl di 14.14 0 komentar

ASHOBAH
Kelompok III (Kelas 3 / IX Tahun Ajaran 2008-2009)
Ketua : Abdul Aziz B.
Anggota : Awaludin, Abdul Ghani, Feri Irawan, Jafar Shidiq, Asep Saepul Muhtadi,
Yusuf Mughni.

Kata Pengantar
Segala puji bagi Alloh Swt. yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh Al-Ustadz.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman, dan dapat membangkitkan
motifasi yang tinggi dalam pembelajaran ilmu Faroidl.
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah ini sangat kami harapkan demi
menyempurnakan tugas makalah ini. Kami sadar makalah ini tidaklah sempurna karena
kesempurnaan itu hanya milik Alloh semata.
Bandung, Maret 2009
Ashobah
Asobah menurut lughoh artinya pembela, penolong, pelindung dan sebagainya dari kaum
sendiri, kalau banyak, dikatakan ashabaat.
Yang terkenal dalam ilmu Faroidl adalah laki-laki yang hampir kepada simati dan pihak lakilaki yang tidak diselangi oleh perempuan.
Asobah terbagi kepada tiga bagian :

1. Asobah Binafsihi
2. Asobah Bigoirihi
3. Asobah Maa Goirihi
1. Pengertian asobah Binafsihi
Asobah Binafsihi adalah ahli warits yang mendapatkan bagian ashobah dengan sendirinya.
Bukan karena adanya muassib atau mumattsil, ataupun karena adanya anak perempuan atau
cucu perempuan.
Di antara ahli warits yang mendapatkan bagian Asobah Binafsihi yaitu:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki
3. Bapak
4. Kakek
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Anak saudara laki-laki skg
8. Anak saudara laki-laki sbp
9. Paman sekandung
10. Paman sebapak
11. Anak paman sekandung
12. Anak paman sebapak

Keterangan:
Bapak mendapatkan Asobah Binafsihi dengan syarat tidak ada anak laki-laki, anak
perempuan, cucu laki-laki, cucu perempuan (faro warits).
Hukum bagian ahli warits yang mendapatkan asobah binafsihi diantaranya:
a. Bila menyendiri maka dia berhak mengambil semua harta warits.
b. Mengambil sisa harta waritsan apabila pembagian hartanya sudah dibagikan kepada ahli
warits yang mendapatkan bagian tertentu dari harta itu.

-
Artinya:
"Serahkanlah waritsan itu kepada ahlinya adapun sisanya kepada ahli warits laki-laki yang
terdekat." (Muttafaqun Alaihi).
d. Terputus apabila harta yang dibagikan itu kehabisan oleh ahli warits yang lain.
Dengan dalil di atas sudah jelas bahwa ahli warits laki-laki berhak mendapatkan sisa dari
harta waritsan.
2. Asobah bigoirihi
Asobah Bigoirihi adalah asobah dengan yang lainnya yang mendapatkan Asobah Bigoirihi

yaitu:
1. Anak laki-laki dengan anak perempuan
2. Cucu laki-laki dengan cucu perempuan
3. Saudara laki-laki dengan saudara perempuan
Ketentuan bagi yang mendapatkan asobah bigoirihi:
- Bagi anak laki-laki dua kali bagian anak perempuan.
3. Asobah Maa Ghairihi
Asobah maa goirihi adalah asobah bersama yang lainnya yang mendapatkan asobah maa
goirihi saudar perempuan dengan anak atau cucu perempuan.
Ketentuan bagi yang mendapatkan Asobah maa goirihi:
- Mengambil sisa-sisa ahli warits yang lain.

Penutup
Demikianlah yang kami bisa kerjakan. Mohon maaf bila ada kata-kata yang tidak tepat dalam
penulisan makalah ini.
Walaupun makalah ini sedikit, kami berharap makalah ini bisa berguna dan bisa memberi
manfaat bagi kita semua.
Diposkan oleh GMP Faraidl di 12.40 0 komentar

Rabu, 18 Maret 2009


HIJAB
Kelompok IV (Kelas 3 / IX Tahun Ajaran 2008-2009)
Ketua : Faisal Umar Mukhtar
Anggota : Andri Andriansyah, Abdul Aziz A,Doni Rizqi Khoerudin,Hanifudin, Indra
Al-Faridzi, Uden Juheni

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur yang tiada hentinya kepada Alloh SWT. Alhamdulillah
kami semua dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang diambil dari pelajaran ilmu
Faroidl yang bertemakan hijab (penghalang warits).
Tujuan kami membuat makalah ini adalah supaya kita semua mengetahui hijab (penghalang
warits) dari orang-orang yang termasuk sebab-sebab warits secara keseluruhan atau

berkurangnya bagian. kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna.
Bandung, 3 maret 2009
A. Pengertian Hijab
Hijab menurut bahasa artinya menghalangi sedangkan menurut istilah artinya orang yang
menghalangi orang yang masuk sebab-sebab warits dari mendapatkan harta waritsannya.
Di dalam masalah hijab/mahjub tidak ada dalil yang pasti hanya para ulama berpendapat
untuk memberi nama bagi orang yang tidak mendapatkan harta waritsan dengan sebutan
mahjub. Para ulama Faroidl mengambil ucapan itu dari ucapan Zaid bin Tsabit:

" "

Artinya:
Mereka menjadi warits sebagai mana anak-anaknya jadi warits mereka, jadi penghijab
sebagaimana anak-anaknya jadi penghijab.

Kalimat adalah bentuk masdar dari kalimat fiil madli yaitu (


) , bentuk isim fail
atau orang yang menghalanginya disebut ( ) dan orang yang dihalanginya disebut (
) bentuk isim maful. Dari kata inilah para ulama Faroidl menamakan bagi orang yang
tidak mendapatkan harta waritsan atau orang yang bagian harta waritsannya berkurang
disebut mahjub. Baik dihalanginya itu secara keseluruhan maupun berkurangnya harta
waritsannya.
Hal itu (hijab) dapat terjadi karena adanya seseorang yang lebih dekat kekerabatannya dengan
orang yang sudah meninggal sehingga ia tidak mendapatkan bagiannya atau terhalangi dari
mendapatkan harta waritsannya. Maka dari itu orang yang lemah kekerabatannya dengan
orang yang sudah meninggal sangat mudah sekali untuk dihijab oleh ahli warits yang lain.
B. Macam-Macam Hijab
Sebagian para ulama Faroidl berpendapat bahwa hijab terbagi kepada dua bagian :
1. Hijab Hirman
2. Hijab Nuqshon
1. Pengertian Hijab Hirman

berasal dari fiil madli, sedangkan kalimat


Kalimat
diterangkan :

. Dalam suatu hadits

Artinya:
Halal itu apa-apa yang Alloh halalkan didalam kitabnya dan haram itu adalah apa-apa
yang Alloh haramkan didalam kitabnya.

Jadi dapat kita simpulkan hijab hirman itu ialah hijab yang dapat membuat seseorang haram
dari mendapatkan harta waritsannya.

Misalnya contoh dihijab secara keseluruhan:


- 1 Anak laki-laki : A
- 1 Cucu laki-laki dari Anak laki-laki : M
Cucu laki-laki dihijab hirman oleh anak laki-laki sehingga ia tidak mendapatkan harta
waritsannya sehingga ia tidak mendapatkan harta waritsan. Kecuali bila ada ahli warits yang
lain yang mau memberikan bagiannya kepada cucu laki-laki.
2. Pengertian Hijab Nuqshon
Kalimat
berasal dari kalimat
riwayat Al-Bukhari:

yang artinya mengurangi. Dalam suatu hadits



Artinya:
Iman itu kadng bertambah dan kadang berkurang.
Jadi dapat kita simpulkan hijab nuqshon itu ialah hijab yang dapat mengurangi bagian harta
seseorang dari banyak menjadi sedikit.
Misalnya contoh secara berikut:
- 1 Anak perempuan : 1/2
- 1 Istri : 1/8
Istri terhijab Nuqshon oleh anak perempuan. Apabila tidak ada anak perempuan bagian istri
1/4, tapi karena ada anak perempuan bagian istri berkurang jadi 1/8.

PENUTUP
Setelah kita mempelajari pembahasan tentang hijab (penghalang warits) kita dapat
mengetahui penghalang-penghalang warits dan bahwa dalam pembagian warits itu kita harus
adil dalam pembagian harta waritsan.
Kami menyadari bahwa sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, juga
masih banyak kekurangannya, semua karena keterbatasan kami. Oleh karena itu dengan
segala kerendahan hati kami mohon maaf yang sebesar besarnya dan semoga Al-Ustadz
memakluminya.
Wassalamu Alaikum Wa rohmatullohi wa barokaatuh


Alhamdulillahirabbil alamin Segala puji bagi Allah Swt dzat yang mewarisi alam,
Shalawat Salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, keluarga,sahabatsahabatnya, dan para pengikutnya . Buliaulah sang pembawa keadilan untuk umat manusia,
keadilan yang tak memandang warna kulit dan jenis kelamin. Dengan diutusnya beliau ke
dunia ini antara laki-laki dan perempuan sama-sama mempunyai hak untuk mendapatkan
harta peninggalan keluarganya yang meninggal dunia menurut beban kewajiban yang di
tanggung dan nasab orang tersebut.
Dengan mengharap taufik dan inayah dari Allah Swt diisini Penulis ingin
mengumpulkan hasil murajaah kami dengan syaihana almaghfurlaah KH.Abdul Wahid
Zuhdi dan maroji dari beberpa kitab mengenai masalah masalah yang berhubungan dengan
harta peninggalan orang yang meninggal dunia dan cara penyelesainya atau dikenal dengan
fiqh mawarist/faraid. Walaupun masih banyak kekuranganya semoga bisa bermanfaat bagi
kami orang tua kami, guru-guru kami khususnya al maghfurlah KH. Abd Wahid Zuhdi, dan
bisa bermanfaat bagi orang-orang yang membacanya di dunia dan akherat.Tak lupa saran dan
kritik selalu kami tunggu untuk sempurnanya buku ini.

Benda
Nasyar Alamuddin Masruri
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ilmu faraid

Pengetahuan yang berkaitan dengan perhitungan untuk mengetahui ukuran tirkah yang harus
dibagikan kepada setiap ahli waris

Obyek Masalah
Tirkah (Harta atau Hak yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dunia)

Peletak dasar Ilmu Faraid


Allah Swt dan ada pendapat yang mengatakan bahwa peletak dasarnaya adalah para imam
mujtahid

Hukum mempelajari ilmu Faroid


Fardlu Ain jika tidak ada orang yang bias faraid
Fardu kifayah jika ada orang yang bias faraid

Masalah- Masalah Yang Dibahas


Ketentuan- ketentuan yang akan disebutkan didalam setiap babnya seperti bagian setengah
merupakan bagianya lima kelompok (orang)

Keutaman Mempelajari ilmu Faraid


Ilmu faroid merupakan salah satu ilmu yang dianjurrkan untuk di pelajari dan banyak hadist
nabi yang membahas tentang anjuran untuk mempelajari ilmu faroidl diantaranya hadist yang
di riwayatkan oleh imam Ibn majah dan Hakim di dalam kitab Al mustadrak dari Abi
huraiarh:

Hubungan Ilmu faraid Dengan Ilmu Lain


Ilmu faraid merupakan bagian dari ilmu Syariat

Buah dari Ilmu Faraidl


Buah dari ilmu faraid yaitu tersalurkanya harta warisan kepada orang yang berhak menerima
sesuai dengan kadar bagianya

Dasar-Dasar Hukum Ilmu Faraidl


1. al-Quran surat al-Nisa:7








Annisa : 11












,
Annisa :12





,
Annisa :176








2. Hadis Nabi saw yang berbunyi:
( : )
3. Ijma
4. Ijtihad

Pengertian Waris
Menurut Bahasa waris berasal dari kata
(waritsa yaritsu irtsan wa
miratsan). Artinya pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari suatu
kelompok (suku) kepada yang lainnya. Misal berpindahnya kekuasaan dari Nabi Daud
kepada Nabi Sulaiman (QS.al-Naml:16)

Sedangkan menurut Istilah Yaitu pindahnya hak milik orang yang meninggal dunia kepada
para ahli warisnya yang masih hidup baik berupa harta bergerak maupun harta yang tidak
bergerak

Sebab-Sebab Mendapatkan Waris


1. Hubungan Darah /Nasab
2. Hubungan perkawinan
3. al-Wala (kerabat hukmiah

Rukun-Rukun Waris
1.
2.
3.
4.

Muwarrits : Orang yang meninggal dunia


Warist : Orang yang berhak mendapatkan warisan
Mauruts/Tirkah: sesuatu yang diwariskan
Meninggal dunianya muwarrits
1. Hidupnya ahli Waris
2. Mengetahui Status Warisan

Syarat-

Syarat Waris

Yang Mencegah Warist


1. Hamba Sahaya
Dasarnya QS. Al-Nahl:75

2. Membunuh
Dasarnya Hadis Nabi saw yang berbunyi:
( )
3. Berbeda Agama
Dasarnya Hadis Nabi saw yang berbunyi:

Tertib Ahli waris


1. Golongan ash-habul furudh : kelompok orang-orang yang telah ditentukan bagiannya dalam
al-Quran
2. Golongan ashabah nasabiyah: semua orang yang berhak mengambil sisa warisan. Misal:
anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan sebagainya.
3. Golongan Dzawil Arham: kelompok keluarga yang tidak termasuk golongan ashhabul furudh
dan ashabah

Ahli Waris Laki-laki


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Anak laki-laki
Cucu laki-laki dari anak laki-laki
Ayah
Kakek shahih
Saudara laki-laki kandung
Saudara laki-laki sebapak
Saudara laki-laki seibu
Anak laki-laki saudara alki-laki kandung
Anak laki-laki saudara sebapak

10. Paman sekandung ayah


11. Paman sebapak ayah

12. Anak laki-laki paman sekandung


13. Anak laki-laki paman seayah
14. Suami
15. Mutiq (orang yang memerdekakan)

Ahli Waris Perempuan


1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek (ibunya ibu)
5. Nenek (ibunya ayah)
6. Saudara perempuan sekandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Isteri
10. Mutiqah

Sesuatu Yang Berhubungan Tirkah


1.
2.
3.
4.
5.

Sesuatu yang berhubungan dengan tirkah itu sendiri seperti zakat ,gadai,dan jinayah.
Biaya pengurusan mayit sesuai kebutuhan
Hutangnya mayit yang sudah menjadi tanggungan ahli warist
Wasiat yang kurang dari sepertiga kepada selain ahli warist
Warist.

Ketika harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal sedikit maka dari nomor satu
sampai lima harus teratur(tartib) kecuali jika harta yang ditinggalkan banyak seperti didalam
kitab
karangan Syaihina Abd Wahid Zuhdi:

Arti Fardu Dan Tasib Di Dalam Ilmu faraidl


-

Fardu adalah Bagian yang sudah di tentukan kadarnya menurut Syara

Tasib adalah Bagian yang belum di tentukan kadarnya.

Orang-Orang Yang Mendapat Bagian Fardu Dan Tasib


Orang orang yang mendapat bagian fardu adalah semua Ahli warist perempuan kecuali
Mutiqoh
Orang-orang mendapat bagian tasib adalah semua Ahli warist laki-laki kecuali
saudara laki-laki satu ibunya mayit dan suaminya mayit.
ASHOBAH
Asobah adalah Ahli warist yang bagianya tidak di tentukan kadarnya di dalam alquran dan
hadist.
Macam- Macam Asobah
1.

Asobah Nasabiyah yaitu orang-orang yang menjadi asobah sebab nasab.

Asobah Nasabiyah ada tiga macam :


Asobah Binnafsi yaitu semua ahli warist laki-laki kecuali suaminya mayit dan saudara
laki-laki satu ibunya mayit.
Asobah bilghoiri yaitu ahlu warist perempuan ketika bersamaan dengan sadara lakilakinya, seperti anak perempuanya mayit ketika bersama anak laki-lakinya mayit.
Asobah maal ghoiri yaitu saudara perempuan kandung atau satu bapak ketika
bersamaan dengan anak perempuanya mayit atau cucu perempuanya mayit (dari jalur lakilaki) kebawah.
2. Asobah Sababiah yaitu Orang-orang yang menjadi asobah sebab memerdekakan orang
yang meninggal dari perbudakan (mutiq/mutiqoh).
Asobah sababiah tidak bisa mengambil bagian selama masih ada ahli waris dari jalur nasab.
Urutan Asobah binnafsi





\

8
9
10
11
12
13

1
2
3
4
5
6

14

Keterangan :
Selama ada No 1 maka No 2 kebawah tidak bisa mengambil bagian tasib begitu juga ketika
masih ada No 2 maka No 3 kebawah tidak bisa mengambil bagian tasib dst kecuali No 4 dan
5 atau 4 dan 6 ( ketika kumpul, sama sama bisa mendapatkan bagian tasib ).

MAHJUB
Yang dimaksud Mahjub disini adalah Terhalangnya ahlu warist untuk mendapatkan
bagianya.
Macam- Macam Mahjub :
1. Mahjub Bil Syahsi

Yaitu terhalangnya salah satu ahli warist untuk mendapatkan bagianya disebabkan oleh ahli
warist lain , dalam hal ini mungkin terhalang dari semua haknya ( )atau
sebagian
)).
Contoh :
Ketika bersama maka sama sekali tidak mendapatkan haknya (
)
ketika bersama anak atau cucunya mayit (dari jalur laki-ki) hanya mendapatkan
, dalam hal ini bagianya berkurang dibandingkan ketika tidak bersama anak atau
cucunya mayit(dari jalur laki-laki), yang mana bagianya adalah (. )
2. Mahjub Bil Wasfi

Yaitu terhalangnya Ahli warist untuk mendapatkan haknya disebabkan adanya sifat yang
menyebabkan ahlu warist tersebut tidak mendapatkan haknya seperti ahli warist yang
membunuh mayit, beda agama dll.
Tabel Mahjub Bil Syahsi

Anda mungkin juga menyukai