Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

WARIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Hadist Ahkam

Dosen Pengampu : Saiful Amin, M.H.

Disusun Oleh :

Ika Fitrianingsih (33010190103)

Syarif Hidayat (33010190110)

Rizqi Dhafin Hibatullah (33010190112)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Waris Bagi
Anak Angkat Atau Orang Tua Angka ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Hadist Ahkam

Saya mengucapkan terima kasih kepada Saiful Amin, M.H. selaku dosen pem
bimbing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Dan saya juga mengucapkan te
rima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehing
ga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. O
leh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurn
aan makalah ini.

Salatiga, 19 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya seseorang pasti akan kawin. Dimana, perkawinan merupakan
suatu tempat bagi manusia untuk mengabdikan diri satu sama lain dan saling
menghormati satu sama lain. Orang beranggapan dalam perkawinan akan lengkap
apabila dikaruniai seorang anak. Seorang anak yang lahir maka akan menjadi
tanggung jawab orang tuanya baik dalam hal perawatan maupun pendidikannya. Akan
adanya suatu tanggung jawab yang muncul antara orang tua dengan anak. Bagi setiap
keluarga anak merupakan anugerah yang paling ditunggu-tunggu keberadaannya,
dimana anak merupakan anugerah yang di berikan oleh Allah SWT dan menjadi suatu
harapan bagi kedua orang tuanya. Keberadaan anak adalah suatu wujud
keberlangsungan sebuah keluarga.
Manusia akan melalui beberapa fase dalam hidupnya, ada 3 fase yang akan
dilalui manusia yaitu pertama, waktu ia pertama kali dilahirkan, kedua, waktu ia
kawin, dan ketiga, pada waktu ia meninggal dunia. Pada waktu seorang dilahirkan,
tumbuh tugas baru di dalam keluarganya, dalam artian ia akan mengemban hak dan
juga kewajiban. Kemudian, seseorang akan memasuki fase perkawinan. Pada bidang
hukum perkawinan, yang demikian ini adalah suatu hal yang sangat penting, karena
ada dua makhluk Tuhan yang selanjutnya akan menjadi satu keluarga. Bertemunya
dua orang yang masing-masing jadi pengemban dari hak dan kewajiban di dalam
pertalian perkawinan mempunyai akibat-akibat di dalam bidang hukum. Lalu
seseorang akan memasuki fase ketiga di dalam hidupnya yaitu fase kematian.
Fase ketiga, yaitu kematian. Sebagaimana diketahui bahwa kematian adalah
suatu peristiwa terakhir dalam kehidupan, dan setelah dilaluinya peristiwa tersebut
timbullah persoalan lain yaitu masalah berkaitan dengan harta kekayaan yang
ditinggalkan oleh si mayat atau adanya hak –hak orang lain terhadap barang dan jasa
dari peninggalan si mayat.
Orang yang meninggal akan meninggalkan warisan atas harta yang
ditinggalkannya. Dalam hal warisan ini banyak dijumpai masalah dalam hal
pembagiannya. Tidak sedikit orang di dunia ini yang tamak akan harta. Maka dari itu
muncullah aturan-aturan mengenai pembagian harta warisan untuk ahli waris. Namun

4
anak angkat berbeda dengan anak kandung karena anak angkat bukan termasuk salah
satu ahli waris dari pewaris dan tidak dapat mewarisi kepada orang tua angkatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dari waris?
2. Apa saja yang termasuk golongan ahli waris?
3. Bagaimana pembagian para ahli waris?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari waris
2. Mengetahui apa saja golongan ahli waris
3. Mengetahui pembagian para ahli waris

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Waris

Waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara keseluruhan dan
merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya
dengan ruang lingkup kehidupan manusia, bahwa setiap manusia akan mengalami
peristiwa yang merupakan hukum yang lazimnya disebut dengan meninggal dunia.
Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang sekaligus menimbulkan
akibat hukum, yaitu bagaimana tentang pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan
kewajiban seseorang yang meninggal dunia.1

Menurut pakar hukum Indonesia, Wirjono Prodjodikoro, hukum waris diartikan


sebagai hukum yang mengatur tentang kedudukan harta kekayaan seseorang setelah ia
meninggal dunia (Pewaris), dan cara-cara berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang
lain (Ahli Waris). Meskipun pengertian hukum waris tidak tercantum dalam KUH
Perdata, namun tata cara pengaturan hukum waris tersebut diatur oleh KUH Perdata.
Sedangkan berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 mengenai
Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam Indonesia, pengertian hukum waris adalah
hukum yang mengatur pemindahan hak pemilikan atas harta peninggalan Pewaris, lalu
menentukan siapa saja yang berhak menjadi Ahli Waris dan berapa besar bagian masing-
masing. Dari pengertian ini dapatlah diketahui bahwa substansi dari hukum kewarisan
termasuk kewarisan Islam ialah pengaturan tentang peralihan hak milik dari si mayit
(Pewaris) kepada Ahli Warisnya.2

B. Golongan Ahli Waris


1. Adapun ahli waris dari kalangan dari kalangan laki-laki ada sepuluh yaitu:3
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki
c. Ayah
d. Kakek dan terus ke atas
e. Saudara laki-laki sekandung
1
Nur Moh. Kasim, “Hukum Islam Dan Masalah Kontemporer”, Yogyakarta: Interpena, 2014, hlm. 69
2
Muhammad Amin Suma. “Keadilan Hukum Waris Islam dalam Pendekatan Teks dan Konteks”, 2013, Jakarta:
PT. Rajagrafindo Persada
3
Mustafa Bid Al-Bugha, “Fiqih Islam Lengkap”, Surakarta: Media Zikir, 2009, hlm.327

6
f. Saudara laki-laki dari ayah
g. Paman
h. Anak laki-laki
i. suami
j. Tuan laki-laki yang memerdekakan budak.
2. Ada tujuh ahli waris dari dari kalangan perempuan yaitu:4
a. Anak perempuan
b. Anak perempuan dari anak laki-laki
c. Ibu
d. Nenek
e. Saudara perempuan
f. Istri
g. Tuan wanita yang memerdekakan budak
3. Ada tujuh ahli waris dari dari kalangan perempuan yaitu:5
a. Anak perempuan
b. Anak perempuan dari anak laki-laki
c. Ibu
d. Nenek
e. Saudara perempuan
f. Istri
g. Tuan wanita yang memerdekakan budak
C. Pembagian Ahli Waris
Ada pun pembagian para ahli waris sebagai berikut :6

No Ahli Waris Bagian Kondisi


1 Suami 1/2 Tidak ada anak / cucu
1/4 Ada anak / cucu
2 Istri 1/4 Tidak ada anak / cucu
1/8 Ada anak / cucu
Dibagi rata Dari 1/4 atau 1/8 bagian
tsb (jika istri lebih dari
1)
3 Anak laki-laki Ashabah Sendirian atau Bersama
Dzawil Furudh 2x
4
Ibid, hlm. 327
5
Ibid, hlm. 328
6
Ibid, hlm. 331

7
bagian anak pr (jika ada
anak lk dan anak pr)
Dibagi rata Anak lk lebih dari 1
4 Anak perempuan 1/2 Anak pr hanya seorang
2/3 Anak pr lebih dari 1
(dibagi rata)
Ashabah 1/2 bagian anak lk (jika
ada anak lk dan anak
pr)
5 Cucu laki-laki 0 Ada anak lk
Ashabah Sendirian atau Bersama
Dzawil Furudh 2x
bagian cucu pr (jika ada
cucu lk dan cucu pr)
Diabgi rata Cucu lk lebih dari 1
6 Cucu perempuan 0 Ada anak lk
Ada 2 orang atau lebih
anak pr (kecuali cucu pr
dan cucu lk)
1/2 Cucu pr hanya 1
2/3 Cucu pr lebih dari 1
(dibagi rata)
1/6 Cucu pr Bersama anak
pr
Ashabah 1/2 bagian cucu lk (jika
ada cucu lk dan cucu
pr)
7 Ayah 1/6 Ada anak lk / cucu lk
1/6 dan sisa Ada anak pr / cucu pr
2/3 Ahli waris hanya ayah
dan ibu
2/3 dan sisa (setelah dikurangi hak
istri / suami) juka ada
istri / suami dan ibu
Ashabah Tidak ada ahli waris
lainnya
8 Ibu 1/6 Ada anak / cucu / 2
orang atau lebih
saudara

8
1/3 Ahli waris hanya ibu,
atau hanya ayah dan ibu
1/3 dan sisa (setelah dikurangi hak
istri / suami) jika ada
suami / istri dan ayah
9 Kakek 0 Ada ayah
1/6 Ada anak lk / cucu lk
1/6 dan sisa Ada anak pr / cucu pr
Sisa Tidak ada anak / cucu,
tetapi ada ahli waris
lainnya
Ashabah Tidak ada ahli waris
lainnya
10 Nenek 0 Ada ayah / ibu (untuk
nenek dan ayah)
1/6 Ada maupun tidak ada
ahli waris selain ayah /
ibu
1/6 dibagi rata Nenek lebih dari 1
11 Saudara kandung laki-laki 0 Ada ayah / anak lk /
cucu lk (dari anak lk)
Ashabah Sendirian atau Bersama
Dzawil Furudh
2x bagian sdr pr
kandung (jika ada sdr lk
dan saudara pr
kandung)
Dibagi rata Saudara lk kandung
lebih dari 1
= bagian Ahli waris : suami, ibu,
saudara seibu sdr kandung, dan 2
orang atau lebih sdr
seibu
12 Saudara kandung perempuan 0 Ada ayah / anak lk /
cucu lk (dari anak pr)
1/2 Sdr pr kandung hanya 1
2/3 Saudara pr lebih dari 1
(dibagi rata)
Ashabah Bersama sdr lk kandung

9
(bagian pr 1/2 bagian
lk)
13 Saudara laki-laki sebapak 0 Ada ayah / anak lk /
cucu lk (dari anak lk) /
sdr lk kandung / sdr pr
kandung bersama anak
pr atau cucu pr
Ashabah Sendirian atau Bersama
Dzawil Furudh
Dibagi rata Saudara lk sebapak
lebih dari 1
14 Saudara perempuan sebapak 0 Ada ayah / anak lk /
cucu lk / (dari anak lk) /
sdr lk kandung / sdr pr
kandung bersma anak
pr atau cucu pr / 2 atau
lebih sdr pr kandung
1/2 Saudara pr sebapak
hanya 1
2/3 Saudara pr sebapak
lebih dari 1 (dibagi
rata)
1/6 Bersama seorang sdr pr
kandung
Ashabah Bersama sdr lk sebapak
(bagian pr 1/2 bagian
lk) Bersama pr atau
cucu pr
15 Saudara lk/pr seibu 0 Ada ayah / anak / cucu /
kakek
1/6 Saudara seibu hanya 1
1/3 Saudara seibu lebih dari
1 (dibagi rata)

10

Anda mungkin juga menyukai