Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Ketentuan Pembagian Harta Waris dalam Islam

Disusun oleh :
1. Anggilia Dwi Anesti (2)
2. Dea Puspita Sari (4)
3. Diyah Ayu Febriyanti (6)
4. Fika Ayu Wulandari (8)
5. Isna Uswatun Hasanah (9)
6. Mila Umil Habibah (16)
7. M. Khansa Wafi (15)

SMA NEGERI 1 PONGGOK


Blitar Jawa Timur
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, dan terus menimba ilmu di SMA Negeri 1
Ponggok.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata pelajaran
yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi siswa yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini
kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya
membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Khususnya bagi kelompok kami umumnya para pembaca makalah ini.

Blitar, 20 Januari 2023

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang begitu memperhatikan kemaslahatan dan
kepentingan umatnya, terlebih lagi perihal pembagian harta waris. Seringkali
terjadi bentuk perselisihan dan permusuhan justru terjadi antar saudara tatkala
tidak menemukan kesepakatan dalam harta warisan dikarenakan sistem-sistem
turun temurun. Oleh sebab itu, islam memberikan solusi dalam menghadapi
permasalahan terkait warisan, yaitu ilmu mawaris.
Allah SWT, telah menetapkan suatu hukum dalam Al-Qur’an serta
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dalam menyelesaikan permasalahan secara
islamitanpa ada satu pihakpun yang merasa dirugikan. Maka dari itu, umat
islam harus memahami tentang ilmu pembagian harta warisan dengan benar
agar dapat mempraktikan di dalam lingkungan seitar, sehingga nampaklah
bahwa islam adalah agama yang menjunjung tinggi keadilan dan perdamian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
a. Apa definisi dan landasan hukum ilmu mawaris?
b. Apa saja kewajiban yang harus didahulukan sebelum pembagian harta
waris?
c. Apa saja sebab berhak dan tidak berhak mendapat warisan?
d. Bagaimana ketentuan bagian ahli waris?
e. Apa dasar hukum kewarisan di Indonesia?
f. Bagaimana penghitungan warisan?
g. Apa hikmah pelaksanaan ilmu mawaris?

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


a. Untuk mengetahui dan memaparkan ketentuan pembagian hukum waris
dalam islam.

3
b. Untuk menambah wawasan pembaca mengenai pembagian hukum waris
dalam islam.

4
BAB II
ISI
2.1 Definisi dan Landasan Hukum lmu Mawaris
Ilmu mawaris atau ilmu faraid adalah ilmu yang membahas tentang
warisan. Menurut definisinya, ilmu mawaris merupakan ilmu yang denganya
dapat diketahui siapa yang berhak mewarisi dengan rinci jatah warisnya
masing-masing dan diketahui pula siapa yang tidak berhak mewarisi, serta
memproses penghitunganya agar dapat diketahui jatah atau bagian dari masing-
masing ahli waris tersebut.
Secaara garis besar, tujuan dari diberlakukanya ilmu mawaris dan
penerapanya pada kasus-kasus pembagian harta warisan adalah sebagai
berikut.
a. Untuk melaksanakan pembagian harta warisan pada ahli waris yang
berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariat.
b. Untuk mengetahui secara jelas siapa yang berhak menerima harta warisan
serta berapa bagian maing-masing dan siapa pula yang tidak berhak
menerimanya.
c. Untuk menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar
sehingga tidak terjadi perselisihan di antara ahli waris.
Hukum mempelajari ilmu mawaris bagi umat islam adalah fardu kifayah.
Maksudnya, apabila di suatu tempat tertentu sudah ada yang mempelajari ilmu
mawaris, maka kewajiban tersebut sudah terpenuhi.

2.2 Kewajiban Sebelum Pembagian Harta Waris


a. Biaya pengurusan jenazah
Biaya pengurusan jenazah diambil dari harta yang ditinggalkan
mayat, seperti membeli kain kafan, menyewa ambulans, dan biaya
pemakaman. Bahkan, juga termasuk biaya perawatan waktu sakit.
b. Utang
Jika pewaris meninggalkan utang, hendaknya utangnya dilunas
dengan harta peninggalanya.

5
c. Wasiat
Wasiat adalah pesan pewaris sebelum meninggal agar sebagian
harta peninggalanya diinfakkan untuk kepentingan agama atau sosial.
d. Zakat
Apabila harta warisan sudah mencapai nisab, tetapi belum dizakati
oleh pewaris, harta warisan tersebut harus dikeluarkan zakatnya terlebih
dahulu sebelum dibagikan kepada ahli waris.

2.3 Sebab Berhak dan Tidak Berhak Mendapat Warisan


1. Penyebab Seseorang Berhak Mendapat Harta Warisan
a. Karena Hubungan Keturunan/Kekeluargaan (Nasabiyah wal
qarabah)
Ketika seorang memiliki hubungan keluarga dengan
pewaris, tidak memandang laki-laki maupun perempuan, orang
tua maupun anak-anak, semua menerima warisan sesuai
dengan ketentuan Allah.
b. Karena Hubungan Pernikahan (Sababiyah)
Pernikahan yang sah menimbulkan adanya saling mewarisi
antara suami istri selama pernikahan tersebut tetap utuh.
c. Karena Hubungan Pembebasan Budak (Wala)
Wala’ adalah hubungan kekeluargaan yang timbul karena
memerdekakan seorang hamba sahaya/budak.
d. Karena Hubungan Agama/Sesama Muslim
Jika orang islam meninggal dunia dan tidak mempunyai
ahli waris, harta warisanya diserahkan ke Baitul Mal.
2. Penyebab Seseorang Tidak Berhak Mendapat Harta Warisan
a. Berbeda Agama
Orang kafir tidak berhak menerima warisan dari
keluarganya yang muslim, begitupula sebaliknya.
b. Murtad
Murtad adalah orang yang keluar dari agama islam.
c. Pembunuh

6
d. Budak atau Hamba Sahaya

2.4 Pengolongan Ahli Waris


1. Ahli Waris Laki-Laki
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dst.
c. Bapak
d. Kakek dari bapak dst.
e. Saudara laki-laki sekandung
f. Saudara laki-laki sebapak
g. Saudara laki-laki seibu
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung
i. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
j. Paman yang sekandung dengan bapak
k. Anak laki-laki paman yang sekandung
l. Paman sebapak dengan bapak
m.Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
n. Suami
o. Laki-laki yang memerdekakan mayat.
2. Ahli Waris Perempuan
a. Anak perempuan
b. Cucu perempuan dari anak laki-laki
c. Ibu
d. Ibu dari bapak/nenek
e. Ibu dari ibu/ nenek
f. Saudara perempuan sekandung
g. Saudara perempuan seibu
h. Saudara perempuan sebapak
i. Istri
j. Perempuan yang memerdekakan mayat.

7
2.5 Ketentuan Bagian Ahli Waris
1. Zawil Furud
Adalah bagian ahli waris yang telah ditentukan dalam Al-Quran,
zawil furud ada enam kelompok.
a. Ahli waris yang mendapatkan bagian 2/3
1. Dua anak perempuan atau lebih, Jika tidak ada anak
laki-laki
2. Dua orang cucu perempuan atau lebih dari anak
laki-laki
3. Dua orang saudara perempuan atau lebhbyang seibu
bapak
4. Dua orang saudara perempuan atau lebih yang
sebapak
b. Ahli waris yang mendapatkana bagian ½
1. Anak perempuan yang tunggal
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Saudara perempuan tunggal yang seibu sebapak
4. Saudara perempuan tunggal yang sebapak
5. Suami, apabila pewaris tidak meninggalkan anak,
cucu.
c. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/3
1. Ibu, apabila pewaris tidak mennggalkan anak,cucu.
2. Dua orang saudara seibu atau lebih
d. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/4
1. Suami, apabila istri meninggal mempunyai anak
cucu.
2. Istri, apabila Suami tidak meninggalkan anak cucu.
e. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/6
1. Bapak/kakek,apabila ada anak/cucu
2. Ibu apabila ada anak/cucu/ ada dua orang saudara
3. Nenek apabila tidak ada ibu
4. Seorang saudara ibu

8
5. Cucu Perempuan
f. Ahli waris yang mendapatkan bagian 1/8
1. Istri, apabila suami meninggalkan anak/cucu dari
anak laki-laki.
2. ‘Asabah
Asabah adalah ahli waris yang bagianya tidak tentu
a. ‘Asabah binafsihi
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki dst.
3. Bapak
4. Kakek dst. Keatas
5. Saudara laki-laki seibu dan sebapak
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak
9. Paman yang seibu sebapak dengan bapak
10. Paman yang sebapak dengan bapak
11. Anak laki-laki paman yang seibu dan sebapak
dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
13. Laki-laki yang memerdekakan pewaris ketika masih
menjadi budak.
b. ‘Asabah bigairihi
1. Anak perempuan apabila bersama laki-laki
2. Cucu perempuan apabila bersama cucu laki-laki
3. Saudara perempuan kandung apabila bersama
saudaa laki-laki kandung
4. Saudara perempuan seayah apabila bersama saudara
laki-laki seayah
c. ‘Asabah ma’al gairihi

9
1. Saudara perempuan kandung aapbila bersama
seorang atau lebih anak perempuan/cucu perempuan
dari anak laki-laki
2. Saudara perempuan seayah aapbila bersama seorang
atau lebih anak perempuan/cucu perempuan dari
anak laki-laki
3. Hijab
Hijab berarti penghalang.
a. Hijab nuqsan
b. Hijab hirman
c. Mahjub

2.6 Dasar Hukum Kewarisan di Indonesia


Undag-undang yang membahas tentang warisan terdapat pada
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989,Yaitu udang-undang tentanng
peradilan agama. UU tersebut memuat tentang hak orang islam mengenai
perkara warisan dan peranaan peradilan agama dalam penetapan warisan.
Bidang kewarisan di atur dalam Pasal 49 ayat 3 yang telah dimuat
tentang peranaan peradilan agama dalam penerapan warisan sebagai berikut.
1. Menentukan para ahli waris
2. Menentukan harta peninggalan
3. Menentukan bagian masing-masing ahli waris
4. Melaksanakan pembagian harta warisan.

2.7 Penghitungan Warisan


Untuk memudahkan penghitungan dalam pembagian harta warisan,
maka langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut.
1. Menyelesaikan tanggungan pewaris
2. Tentukan orang-orang yang menjadi ahli waris dan kadar ketentuanya
3. Mengetahui KPT (kelipatan Persekutuan terkecil) atau AM (Asal
Masalah)
4. Hitunglah sesuai dengan kadar ketentuan yang telah diketahui

10
2.8 Hikmah Pelaksanaan-Pelaksanaan Ilmu Mawaris
Adapun hikmah mawaris bagi umat islam sebagai berikut.
1. Menghilangkan hukum waris jahiliyah
2. Memberikan keseimbangan antara hak individu pewaris dan hak
keluarga yang menjadi ahli waris
3. Menghindari timbulnya persengketaan dalam keluarga
4. Akan terwujud keadilan yang demokratis dalam keluarga
5. Mewujudkan kemaslahatan masyarakat

11

Anda mungkin juga menyukai