Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PANDANGAN AL-QUR’AN DAN HADIST TENTANG KHITBAH


MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
“STUDI AL-QUR’AN DAN HADIST”
DR. H. ZAINAL ARIFIN M.AG /DR.H.MUHAMMAD TAUFIK, LC.,M.H.I.

Oleh :
NAMA : IBRAHIM
NIM : 210402006

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya penulisan Makalah yang berjudul: “PANDANGAN AL-
QUR’AN DAN HADIST TENTANG KHITBAH” dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam kita khaturkan kepada Baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW
yang telah menuntun dan mengarahkan kita dari alam kegelapan menuju alam terang
benderang di dalam kehidupan ini. Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan
mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir kelak. Amin...
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun pengarahan dan
hasil diskusi berbagai pihak dalam proses penulisan Makalah ini, maka dengan segala
kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih Kepada :
1. Dr. H. Zainal Arifin M.Ag / Dr.H.Muhammad Taufik, Lc.,M.H.I. Selaku Dosen Mata
Kuliah Studi Alqur’an dan Hadist.
2. Bapak yang selalu mendukung dan membesarkan saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini, dan Ibu (Almarhumah) Alfatihah, semoga amal ibadahnya dapat diterima disisi
Allah SWT. Amin.
3. Istri yang selalu mendampingi dalam keadaan susah maupun Duka
4. Keluarga yang selalu mendukung saya dalam melanjutkan program Pasca Sarjana.
5. Teman-teman seperjuangan Program Pasca Sarjna Hukum keluarga Islam.
Semoga apa yang telah saya peroleh selama proses Mata Kulia “Studi Al-Qur’an dan
Hadist” di Pascasarjana UIN Mataram nanti, bisa ditranformasikan bagi semua yang
Membaca, khususnya bagi saya pribadi. Di sini penulis sebagai manusia biasa yang tidak
luput dari salah dan dosa, saya menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari
kesempumaan. Oleh karena itu, penulis mengharapakan masukan dan saran serta kritakan

yang bersifat membangun terhadap Makalah ini.


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................I
HALAMAN JUDUL......................................................................................................II
KATA PENGANTAR....................................................................................................III
DAFTAR ISI...................................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN TEORI..................................................................................3
A. Definisi Khitbah...................................................................................................3
B. Kebebasan Memilih Khitbah Dengan Beberapa Pertimbangan...........................5
C. Ketentuan Hukum Khitbah..................................................................................6
1. Dasar hukum Khitbah dalam Al-quran..........................................................6
2. Khitbah yang tidak diperbolehkan.................................................................7
a. Perempuan Melamar (Khitbah) Laki-laki................................................7
b. Hendaklah Melamar Perawan atau Wanita yang belum pernah dijima’..7
c. Melamar Ketika sudah ditinggalkan pinangnnya sebelumnya atau tidak
Didahului..........................................................................................................8
d. Melamar Anak Kecil........................................................................................8
e. Melamar setelah masa iddah.............................................................................9
3. Khitbah yang tidak diperbolehkan.................................................................9
a. Tidak Boleh melamar perempuan yang sudah dilamar oleh
Saudaranya...............................................................................................9
b. Tidak diperbolehkan melamar orang musyrik.........................................10
c. Dilarang melangsungkan Prosesi Khitbah karena ada sebab yang
Membatasi................................................................................................10
d. Diharamkan mantan suaminya ataupun mantan istrinya melamar
setelah di talak Bain Qubra sebelum menikah dengan yang lain.............12
D. Etika Khitbah.......................................................................................................12
BAB III PENUTUP........................................................................................................14
A. Kesimpulan..........................................................................................................14
B. Saran....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Khitbah atau Meminang artinya menyatakan permintaan untuk menikah dari
seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya dengan perantaraan
seseorang yang dipercayai. Peminangan itu disyari’atkan dalam suatu perkawinan yang
waktu pelaksanaannya diadakan sebelum berlangsungnya akad nikah.1 Syari’at Islam
yang suci mengajarkan untuk untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, karena
berumah tangga bukan untuk waktu tertentu saja lalu bubar.2 Akan tetapi hal itu harus
dilakukan sebatas yang diperbolehkan secara syariat, dan itu sudah sangat cukup sekali.
Fika telah ditdmukan rasa kecocokan dan keselarasan maka sudah mungkin untuk
dilangsungkannya pernikahan yang merupakan ikatan abadi dalam kehidupan.3
Pada saat ini banyak masyarakat yang kurang paham tentang adat tunangan
yang ada di suatu daerah terutama kaum muda. Menurut sebagian pandangan kaum
muda acara tunangan merupakan sesuatu hal yang sangat perlu dilakukan sebelum
acara pernikahan berlangsung meskipun tidak mengetahui bagaimana adat-adat
tunangan yang sebenarnya yang ada disuatu daerah, Sehingga tata cara adat tunangan
tidak lagi berlangsung seperti seharusnya.4 Sebagian muda-mudi lebih cenderung
memulai pendekatan dengan calon pasangannya sebelum menikah dengan menjalin
hubungan melalui pacaran secara bebas. Dalam bahasa Indonesia, pacar diartikan
sebagai teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan batin, biasanya untuk
menjadi tunangan dan kekasih. Akibat pergeseran sosial, dewasa ini, kebiasaan pacaran
masyarakat kita menjadi terbuka.5
Dalam sebuah studi yang di gelar disitus online swoon.co.uk di ungkapkan
bahwa bahwa 10 perempuan melamar pasangan untuk menikahinya, sebanyak 75
porsen dari mereka sebenar beraharap pria (pasangannya) lah yang melakukan hal

1
Djamaluddin, dan Nanda Amalia, M.Hum. Buku Ajar Hukum Perkawinan (Sulawesi:Unimal
Press, 2016), 44-45.
2
Abu Muhammad, dan Ibnu Salih Bin Hasbullah, Sejak memilih, Meminang hingga menikah
sesuai sunnah, 5, kindle.
3
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa adillatuhu, (Indonesia: Gema Insani, 2007), 22, kindle
4
Putri Farhati et al., “Adat Tunangan Di Kabupaten Bireuen,” vol.5, no.2 (Agustus 2020): 28,
diakses 06 september 2021, http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/article/view/16025/pdf#
5
Badrudin, “Ta’aruf Dalam Khitbah Sebelum Perkawinan,” Vol 7 No 1 (Januari-Juni 2018): 4,
diakses 07 september 2021, https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1484854

1
tersebut, namun Ketika pria melmar pasangannya, ternyata hanya satu dari lima pria
yang melamar

2
2

dengan cara klasik (berdiri di atas satu lutut sambil menyorongkan cincin pertunangan).
Hal ini rupanya masih dianggap kurang oleh kaum perempuan.6 Dalam peminangan
(khitbah), seulangke (Aceh) bertugas sebagai orang yang membawa berita atau
petunjuk jalan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi dari pihak mempelai
perempuan, agar mempermudah maksud dan tujuan dari pihak keluarga mempelai laki-
laki danke luarga mempelai perempuan. Seulangke (Khitbah) berfungsi sebagai
perantara yang dipercayai oleh kedua belah pihak mempelai.7
Akan tetapi yang perlu menjadi catatan di dalam ber-ta’aruf
adalah, dilarangnya ber-khalwat atau berdua-duaan saja tanpa ada rasa
malu sedikitpun dengan orang lain bahkan dengan Allah swt akibat
mendahulukan nafsu syahwat semata dari pada iman.8
Memilih Jodoh yang tepat adalah sebuah dasar dari kebahagiaan
perkawinan, karena ini merupakan faktor terpenting. Apabila dalam melihat
diri wanita hanya tertuju pada harta, kecantikannya, keturunannya tanpa
melihat agama dan akhlak maka potensi permasalahan dapat terjadi karena
itu semua hanya bersifat sementara. Harta, kecantikan, nasab itu semua tidak
akan berarti bila tanpa disertai agama dan akhlak.9
Sebagaimana Rasulullah SAW besabda dalam hadistnya :

َ ‫َّ َ ُ َ مْل‬ َ َّ َ ّ َّ َ ُ ْ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
‫ ت ْنك ُح ا ْر‬: ‫ص َّل الل ُه َعل ْي ِه َو َسل َم ق َل‬ ‫عن ا ِبي هرير ة ر ِضي الله عنه ع ِن الن ِب ِي‬
ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ‫َأ ُ َأِل‬
َ ‫اظ َف ْر ب َذ ات َّال َد ْين َتر َب ْت َي َد‬
‫اك‬ ِ ِ ِ ِ ‫ ف‬,‫ و ِل ِدي ِنها‬,‫ و ِلجما ِلها‬,‫ و ِلحس ِبها‬,‫ مِل ا ِلها‬,‫ ة رب ِع‬.
Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW., beliau bersabda: "Seorang wanita
dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, karena nasabnya, dan karena
cantiknya, serta karena agamanya. Maka pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya
akan'berdebu tanganmu'.10

6
“Kompas,”Lamaran semakin sering dilkukan perempuan, Agustus, 08, 2011, di akses September
06, 2021. https://money.kompas.com/read/2011/08/27/19541886/lamaran-menikah-makin-sering-dilakukan-
perempuan.
7
Muhammad Siddiq, Hukum Adat Perkawinan Dalam Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Ulee
Kareng), 23, kindle.
8
Ahmad Radjafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia (Yogyakarta: Istana Publishing, 2015),
90, kindle.
9
Umar Haris Sanjaya and Aunur Rahim Faqih, Hukum PerkawinanIslam Di Indonesia, (Yogyakrta:
Gama Media, 2017), 28, Kindle
10
Syaikh Abu Abdurrahman Adil Bin Yusuf Al Azazi, Tamammul Minnah Sahih Fiqhih Sunnah,
Jilid.3, (Jakarta:Pustaka Sunnah, 2010), 27, Kindle.
3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimaana Pandangan Al-Quran Dan Hadis Tentang Khitbah?
2. Bagaimana Al-Quran dan Hadist menjawab kebutuhan umat manusia tentang
Khitbah?
3. Bagiamana analisis Fiqih Al-quran dan Hadits tentang Khitbah?
C. TUJUAN
1. Supaya mengetahui Pandangan Al-Quran Dan Hadis Tentang Khitbah?
2. Supaya mengetahui Pandangan Al-Quran dan Hadist dalam menjawab kebutuhan
umat manusia tentang Khitbah?
3. Supaya mengetahui analisis Fiqih Al-quran dan Hadits tentang Khitbah?
4

BAB II
PEMBAHASAN TEORI
A. Definisi Khitbah
Kata “Khitbah” dalam bahasa Arab (‫ )خطبة‬, yang berkedudukan sebagai
masdar berasal dari kata, ‫ب َي ْخطِ بُ خ ِْط َب ًة‬ َ ” ‫ خ ِْط َب ًة‬danِ ”‫” ُخ ْط َب ًة‬. juga diambil dari kata “
َ ‫خ َط‬.
‫ “ ْالم َُخ ا َط َب ُة‬bermakna pembicaraan yang terjadi antara sang pembicara dan sang
pedengar. “‫ “ ُخ ْط َب ًة‬berarti ungkapan yang tersampaikan dalam moment perjumpaan dan
perayaan.11 Makna khitbah atau meminang adalah meminta seorang wanita untuk
dinikahi dengan cara yang dikenal di tengah masyarakat. Tentu saja pinangan itu tidak
semata-mata ditujukan kepada si gadis tanpa sepengetahuan ayahnya yangmenjadi
wali.12
Khitbah merupakan langkah awal dari suatu pernikahan. Hal ini disyariatkan
oleh Allah SWT sebelum dilaksanakannya akad nikah antara seorang laki-laki
dan perempuan. Salah satu tujuannya adalah, agar masing-masing pihak
mengetahui dan mengenal pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya
nanti.13 Sebagaimana didalam Al-qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 Allah SWT
Berfirman:
ْۚ ُ َ َ َ َ َ َ َ ٗ ُ ُ ۡ ُ َٰ ۡ َ َ َ ٰ َ ‫َّ ُ َّ َ َ ۡ َٰ ُ ّ َ َ َ ُأ‬ ‫َٓأ‬
‫ارف ٓوا ِإ َّن‬EE E E ‫ع‬E ‫ل ِلت‬E ‫عوبا وقبٓاِئ‬E E E E ‫ ٖر و نثى وجعلنكم ش‬E E E ‫ك‬E ‫ ا ٱلناس ِإ نا خلقنكم ِمن ذ‬E E E ‫ه‬E َ ‫َٰي ُّي‬
ُ ۡ ‫َأ‬
‫ك َر َمك ۡم‬
َ ٌ َ َ َّ َّ ۚۡ ُ ٰ َ ۡ ‫َ َّ َأ‬
‫ير‬ٞ ‫يم خ ِب‬ ‫ِعند ٱلل ِه تقىكم ِإ ن ٱلله ع ِل‬
Artinya; Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui, Mahateliti (Q.S. Al-Hujurat :13)14

11
Faris El Amin, Studi Komparatif Empat Mazhab Fiqih tentang Hukum Putus Khitbah, Bilancia:
Jurnal Studi Ilmu Syariah Dan Hukum, Vol.15 No.1 (2021): 53, diakses 03 september 2021,
https://jurnal.iainpalu.ac.id/index.php/blc/article/view/699.
12
H. Ahmad Sarwat Lc, Fiqih nikah (Kampus syari’ah: 2009), 40, kindle.
13
Anis Nizar, Pendapat Zahiriyyah Tentang Batasan Melihat Perempuan Dalam Khitbah, Jurnal
Hadratul Madaniyah, Volume 7 Issue II (Desember 2020): 42, diakses 03 september 2021,
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/jhm/article/view/1991/1574.
14
Kemenag RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahan (Jakarta Selatan: PT. Pantja Cemerlang, 2020),
517.
5

Menurut H. Ahmad Sarwat, Lc dalam bukunya yang berjudul “ Fiqih Nikah.”


Untuk bisa dilakukan khitbah atau peminangan, maka harus terpenuhi dua syarat
utama:
Pertama; adalah wanita itu terbebas dari segala mawani (pencegah) dari sebuah
pernikahan, misalnya bahwa wanita itu sedang menjadi istri seseorang. Atau
wanita itu sudah dicerai atau ditinggal mati suaminya, namun masih dalam
masa `idaah. Selain itu juga wanita itu tidak boleh termasuk dalam daftar orang-
orang yang masih menjadi mahram bagi seroang laki-laki. Maka di dalam Islam
tidak dikenal ada seorang laki- laki meminang adiknya sendiri, atau ibunya
sendiri atau bibinya sendiri. Kedua; adalah bahwa wanita itu tidak sedang
dipinang oleh orang lain hingga jelas apakah pinangan orang lain itu diterima
atau ditolak. Sedangkan bila pinangan orang lain itu belum lagi diterima atau
justru sudah tidak diterima, maka wanita itu boleh dipinang oleh orang lain.15
B. Ketentuan Hukum Khitbah
1. Dasar hukum Khitbah dalam Al-quran
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 235:

ۚ ُ ‫َأ‬ ۡ ‫َأ َأ‬ ّ َۡ ۡ َ E ‫ن‬Eَ ‫َواَل ُج‬


ُ ۡ َ E َ ‫اح َع َل ۡي ُك ۡم ف‬E
‫ك ۡم‬E E ‫ ِٓاء ۡو ك َن ُنت ۡم ِف ٓي ُنف ِس‬E E ‫ٱلن َس‬ِ ‫ة‬Eِ E ‫ب‬E ‫تم ِب ِهۦ ِمن ِخط‬E E ‫ ا ع َّرض‬E‫يم‬ ِ
‫ًّ ٓاَّل َأ َ ُ ُ ْ َ ۡ اٗل‬ َّ ُ ُ َ ُ ‫َ َ َّ ُ َأ َّ ُ ۡ َ َ ۡ ُ ُ َ ُ َّ َ َٰ اَّل‬
‫ و‬E E E‫ق‬E ‫وا‬EE E E‫را ِإ ن تقول‬E E E E‫ دوهن ِس‬E E E‫اع‬ Eِ ‫تذكرونهن ول ِكن تو‬E E E E‫ع ِلم ٱلله نكم س‬
َ َّ ‫َّ ۡ ُ ٗ ۚ َ اَل َ ۡ ُ ْ ُ ۡ َ َ ّ َ َ َّ ٰ َ ۡ ُ َ ۡ َٰ ُ َأ َ َ ُ َ ۡ َ ْ َأ‬
‫م ٓوا َّن ٱلل َه َي ۡعل ُم‬E ُ ‫ٱعل‬ ‫غ ٱل ِكتب جلهۥۚ و‬E‫ل‬E ‫ك ِاح حتى يب‬E ‫ٱلن‬ ِ ‫ق دة‬E ‫م وا ع‬E ‫وف ا و تع ِز‬ E ‫معر‬
ٞ ‫ور َح ِل‬ َّ َّ ‫َ ٓ َأ ُ ُ ۡ َ ۡ َ ُ ُۚ َ ۡ َ ُ ٓ ْ َأ‬
ٌ ‫ٱلل َه َغ ُف‬
‫يم‬ ‫ما ِفي نف ِسكم فٱحذروه وٱعلموا ن‬
Artinya : Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan
sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam
hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam
pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia,
kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf. Dan
janganlah kamu berazam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
'iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun.(QS. Al-Baqarah :235).16
Bedasarkan penjelasan diatas Djamaluddin, dan Nanda Amalia yang
mengajukan pinangan itu adalah dari pihak laki-laki , sedangkan pihak
perempuan berada dalam status orang yang menerima pinangan Pihak laki-laki,
yang mengajukan pinangan dalam hal ini dapat dilakukan oleh laki-laki itu

15
Sarwat, Fiqih Nikah, 42-43,
16
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta:Lentera Hati, 2002), 509-510, Kindle.
6

sendiri yang datang kepada pihak perempuan untuk menyampaikan pinangannya


atau mengutus seseorang yang dipercayai untuk melakukannya.17

2. Khitbah (Melamar) Laki-laki dan Perempuan yang diperbolehkan


a. Perempuan Melamar (Khitbah) Laki-laki
Sebabagaimana Rasulullahi SAW Bersabda dalam sebuah Hadistnya
dibawah ini:
َّ ْ ُ َ َ ٌ ‫َ َ َّ ُ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ َأ‬
ُ ‫ر‬Eَّ ‫ع‬Eَ ‫ َّل َم ُت‬E ‫ه َو َس‬Eِ ‫ي‬Eْ ‫الل ِه َع َل‬ َ ‫َ ْ َأ‬
‫ض‬ ‫و ِل‬E ‫ام ر ة إلى رس‬E ‫ج اء ِت‬E :‫ق ل‬E ‫ه‬E‫ن‬E ‫ل ٍك ر ِض ي الله ع‬E ِ ‫م ا‬E َ ‫س‬
ِ ‫عن‬
‫ن‬
ٌ َ َ ْ َ ‫َ َ ْ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ْ َ َّ َأ‬
.‫الحديث‬...‫اجة؟‬ ‫ لك ِبي ح‬،‫ يا رسول الل ِه‬:‫علي ِه نفسها قالت‬
Dari Anas bin Malik, ia berkata: 'Telah datang seorang wanita kepada
Rasulullah SAW guna menawarkan diri kepada beliau, lalu ia berkata: 'Wahai
Rasulullah, apakah engkau memiliki hasrat padaku?' . . .AI -Hadits.18
Seorang perempuan tertarik kepada seorang laki-laki, lalu dia mengajak
laki-laki itu menikah, dan si laki-laki memberi jawaban positif. Kemudian
datang perempuan lain, lalu mengajak laki-laki tersebut menikahi dirinya dan
berpaling dari perempuan pertama. Para ulama pun telah menegaskan tentang
disukainya meminang laki-laki yang memiliki keutamaan. Akan tetapi tidak
tersembunyi bahwa letak persoalan ini adalah apabila laki-laki yang dipinang
telah bertekad untuk tidak menikah, kecuali dengan seorang perempuan.
Adapun jika dia mau menikahi keduanya sekaligus, maka pinangan itu tidak
diharamkan. 19
b. Hendaklah Melamar Perawan atau Wanita yang belum pernah dijima’,
Sabda Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Kenapa tidak wanita yang
masih gadis saja, sehingga kamu dapat bermain-main dengannya dan ia pun.
dapat bermain-main denganmu." Alasannya bahwa terkadang wanita janda
masih memikirkan suami sebelumnya, sehingga cintanya tidak utuh, berbeda
dengan wanita yang masih perawan.20
Dasarnya memilih perawan itu lebih afdhal, tetapi ada beberapa alasan
yang menjadikan memilih janda itu iebih afdhal, seperti apabila janda tersebut

17
Djamaluddin, S.H.,M.Hum dan Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan .., 45.
18
Al Azazi, Tamammul Minnah Sahih Fiqhih Sunnah, 34.
19
Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baz, Kitab Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Penjelasan
Kitab Shahih Al-Bukhari (Jakart: Pustaka Azam, 2002 ), 342, Kindle.
20
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Shahih Al-Bukhari (Jakarta: Darus Sunnah,
2010), 254, Kindle.
7

memiliki anak-anak yatim, maka ia akan mendapatkan pahala kepengurusan


anak yatim. Kadang juga dalam rangka untuk memotifasi atas psikologi sijanda,
atau mungkin si janda lebih kuat agamanya.21
c. Melamar Ketika sudah ditinggalkan pinangnnya sebelumnya atau tidak didahului
َّ َ ْ َ َّ َ ْ َ َّ َ َ
‫َو َح َّدث ِن ْي ا ُب ْو ا لطا ِه ِر اخ َب َر نا َع ْب ُد الل ِه ْب ُن َو ْه ٍب َع ِن اخ َب َر نا َع ْب ُد الل ِه ْب ُن َو ْه ٍب َع ِن‬
َ
‫سم َع ُع ْق َبة ْب َن‬ ُ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َّ ‫الل ْيث َو َغ ْيره َع ْن َيز َي َد ْبن َأ ب ْي َح ْيب َع ْن َع ْبد‬ َّ
ِ ‫الرحم ِن ب ِن شما سة انه‬ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ْؤ‬ُ ‫َ َ َ ْ َ َ ُ ْ ُ َّ َ ُ ْ َ َّ َ َّ َّ ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ مْل ٌْؤ ُ َ ُ ْ مْل‬
‫ع ِم ٍر على ا ِملنب ِر يقول ِإ ن رسول الل ِه صلى الله علي ِه وسلم قال ا ِمن اخو ا ِم ِن‬
َ ‫ْ َأ‬ َ ُ ْ َ ‫َأ‬ َ َ ْ َ َ
‫فال َي ِح ُّل ِلل ُمْؤ ِم ِن ا ْن َي ْب َتا َع َعلى َب ْي ِع ِخ ْي ِه َوال َيخط ُب َعلى ِخط َب ِة ِخ ْي ِه َح َّتى َيذ َر‬
Artinya : Abu Ath-Thahir telah memberitahukan kepadaku, Abdullah bin Wahb
telah mengabarkan kepada kami, dari Al-Laits dan lainnya, dari Yazid
bin Abi Habib, dari Abdurrahman bin Syumasah, bahwasanya ia pernah
mendengar Uqbah bin Amir berkata di atas mimbar, Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalallam bersabda, "Orang Mukmin itu adalah
bersaudara, maka tidak halal bagi seorang muknin membeli di atas pembelian
saudaranya, dan tidak pula melamar di atas lamaran saudaranya hingga ia
meninggalkannya.22
Bolehnya melamar bagi selain pelamar pertama dalam beberapa
keadaan, di antaranya apabila diketahui bahwa pelamar yang pertama ditolak,
dan apabila pelamar yang pertama telah memberikan izin padanya untuk
melamarnya sebagaimana disebutkan dalam hadits: "Kecuali apabila pelamar
yang pertama
telah mengizinkannya," dan juga apabila ia tahu bahwa pelamar pertama sudah
meninggalkan lamarannya kepada wanita tadi.23
d. Melamar anak kecil
Sebagaima Nabi SAW bersabda: Dari Abdullah bin Yusuf telah
memberi tahukan kepada kami, Al-Laits telah memberi tahukan kepada kami,
dari Yazid, dari lrak, dari Urwah, bahwa Nabi Salallahu Alaihi Wasallam
mengkhithbah (meminang) Aisyah kepada Abu Bakar. maka Abu Bakar pun
berkata pada beliau, " Sesungguhnya aku adalah saudara engkau." Beliau

21
Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baz, Kitab Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Penjelasan
Kitab Shahih Al-Bukhari, 65.
22
Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim (Beirut: Darus Sunnah), 873, Kindle.
23
Syaikh Abu Abdurrahman Adil Bin Yusuf Al Azazi, Tamammul Minnah Sahih Fiqhih Sunnah,
37.
8

bersabda, "Engkau adalah saudaraku dalam agama Allah dan Kitab-Nya, maka
Aisyah halal bagiku.'24
Dalam hadist lain juga Rasullullahi SAW Bersabda:
ََّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َّ َ َّ َّ َّ ‫َ ْ َأ ْ َ ْ َ َئ َ َ َ َ َّ ُ َ ْ ْ َ َأ‬ َ
‫لم‬E E ‫ه وس‬Eِ E ‫ي‬E ‫لى الله عل‬E E ‫ ن الن ِبي ص‬،‫ ا‬E ‫ه‬E ‫ة ر ِض ي الله عنن‬E E ‫ عن ع ش‬،‫ عن ِبي‬، ‫ ٍام‬E E ‫َع ْن ِهش‬
ََ ْ َ َ ‫َأ‬ ْ َ
‫ َو َمكث ْت‬،‫ ٍع‬E ‫ه َو ِه َي ِبن ُت ِت ْس‬Eِ ‫ي‬E ْ ‫ َو ْد ِخل ْت َعل‬،‫ ِن ْي َن‬E ‫ َّت ِس‬E ‫ه ا َو ِح ِه َي ِبن ُت ِس‬E َ ‫ت َز َّو َج‬
‫ع ْن َد ُه ِت ْس ًعا‬.ِ
Dari Hisyam, dari bapaknya, dari Aisyah RA, sesungguhnya Nabi SAW
menikahinya disaat berusia enam tahun, lalu beliau menggaulinya di saat ia
berusia sembilan tahun, dan ia tinggal bersama beliau SAW selama sembilan
tahun juga.25
e. Melamar setelah masa iddah
Seorang Wanita yang telah dicerai oleh suaminya atau di tinggal mati sama
suaminya dilarang melakukan perkawinan dengan laki-laki lain selama masa yang
telah di tentukan oleh iddah (syari’at) ini maksunya memberikan kesempatan kepada
kepada suami istri untuk berfikir apkah perkawinan tersebut masih dapat di lanjutkan
dengan cara ruju’ jika perceraian itu itu terjadi pada thalaq roj’i atau perceraian yang
lebih baik. Di samping itu masa tunggu juga berguna untuk mengetahui apakah
rahimnya istri tersebut berisi janin atau atu tidak sehingg apabila Wanita hamil segera
diketahui nsabnya.26
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalm surat At-talaq ayat 1 :
‫ََٰٓأ ُّ َ َّ ُّ َ َ َّ ۡ ُ ُ ّ َ َ َ َ ّ ُ ُ َّ َّ َّ َ َأ ۡ ُ ْ ۡ َّ َۖ َ َّ ُ ْ َّ َ َ َّ ُ ۡۖ اَل‬
‫ق وا ٱلله ربكم‬E ‫دة وٱت‬E‫ع‬Eِ ‫وا ٱل‬E‫د ِت ِهن و حص‬E‫ع‬Eِ ‫ق وهن ِل‬E ‫ٓاء فط ِل‬E‫ٱلنس‬ ِ ‫ه ا ٱلن ِبي ِإ ذا طلقتم‬E ‫ي ي‬
َّ ُ ُ ُ َ ۡ َ ۚ َ ّ َ ُّ َ َٰ َ ۡ َ ‫ُ ۡ ُ ُ َّ ۢ ُ ُ َّ َ اَل َ ۡ ُ ۡ َ ٓاَّل َأ‬
‫ود ٱلل ِ ۚه َو َمن‬ ‫ح د‬E ‫ك‬E‫ل‬E ‫ة و ِت‬Eٖ ‫ن‬E ‫ ٖة مب ِي‬E‫أ ِتين ِبف ِحش‬E‫ي‬E ‫خ رجن ِإ ن‬E ‫وت ِهن و ي‬E ِ ‫ي‬E ‫ج وهن ِمن ب‬E ‫تخ ِر‬
‫َأ‬ َٰ ُ َّ َ َ ‫اَل‬ َ َ َ َ َ َّ َ ُ ُ َّ َ َ َ
‫ود ٱلل ِه فق ۡد ظل َم ن ۡف َس ُ ۥۚه ت ۡد ِري ل َع َّل ٱلل َه ُي ۡح ِدث َب ۡع َد ذ ِل َك ۡم ٗرا‬ ‫يتعد حد‬
Artinya : Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang
wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu.
Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka
(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang.
Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum
Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.

24
Al-Utsaimin, Syarah Shahih Al-Bukhari, 255.
25
Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin Baz, Kitab Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Penjelasan
Kitab Shahih Al-Bukhari, 304.
26
Mukhtar Yunus, Al-qur’an Mengatasi Problematika Keluarga Islam (Parepare: IAIN Parapare
Nusantara Press: 2019), 80-81, Kindle.
9

Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru(QS. Al-Baqarah: 1).27
3. Khitbah yang tidak diperbolehkan
a. Tidak Boleh melamar perempuan yang sudah dilamar oleh Saudaranya
Menurut Dr. Ahmad Radjafi, M.H.I Ada larangan yang perlu diperhatikan
oleh masyarakat mengenai pelaksanaan peminangan dalam bukuny berjudul
“Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia.”
yaitu dilarang meminang seorang wanita yang sedang dalam pinangan laki-
laki lain. Hal ini jelas dasar tindakannya dari hadist Nabi Muhammad SAW
yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim disampaikan dari Uqbah bin
Amir “orang mukmin adalah saudara orang mukmin. Dia tidak boleh
menawarkan barang yang sedang ditawar saudaranya dan tidak boleh pula
meminang perempuan yang sedang dipinang saudaranya sehingga
saudaranya meninggalkannya.”28
Bila ditelusuri tujuan dari larangan meminang pinangan orang lain itu,
akan dapat diketahui bahwa tujuannya adalah agar tidak terjadi permusuhan
antara peminang yang pertama dengan peminang yang kedua.29
b. Tidak diperbolehkan melamar orang musyrik.
Sebagaimana Allah SWT Berfirman dalm surat Al-Baqarah ayat : 221
ْ S‫لَو َأ ۡع َجبَ ۡت ُكمۡۗ َواَل تُن ِك ُح‬
‫وا‬S ۡ ‫ ِر َك ٖة َو‬S‫ر ِّمن ُّم ۡش‬ٞ S‫ة ُّم ۡؤ ِمنَةٌ خ َۡي‬ٞ ‫ت َحتَّ ٰى ي ُۡؤ ِم ۚ َّن َوَأَل َم‬ ِ ‫ُوا ۡٱل ُم ۡش ِر ٰ َك‬
Sْ ‫َواَل تَن ِكح‬
ٓ
ۡ َ‫لَو َأ ۡع َجبَ ُكمۡۗ ُأوْ ٰلَِئك‬ ۚ
ْ S ُ‫ۡٱل ُم ۡش ِر ِكينَ َحتَّ ٰى ي ُۡؤ ِمن‬
ِ ۖ َّ‫يَد ُعونَ ِإلَى ٱلن‬
‫ار‬ ۡ ‫ ِر ٖك َو‬S‫ر ِّمن ُّم ۡش‬ٞ S‫د ُّم ۡؤ ِم ٌن خ َۡي‬ٞ S‫وا َولَ َع ۡب‬
ۡ ۡ ۡ
ِ َّ‫َوٱهَّلل ُ يَ ۡدع ُٓو ْا ِإلَى ٱل َجنَّ ِة َوٱل َم ۡغفِ َر ِة بِِإذنِ ِۖۦه َويُبَيِّنُ َءا ٰيَتِ ِهۦ لِلن‬
َ‫اس لَ َعلَّهُمۡ يَتَ َذ َّكرُون‬
Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya
mereka mengambil pelajaran.30

c. Dilarang melangsungkan Prosesi Khitbah karena ada sebab yang membatasi

27
Kemenag RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahan, 1.
28
Radjafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia, 30.
29
Ismail, “KHITBAH MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM,”alhuriyah 10. No. 2 (Juli-
esember, 2009) 68, di akses 07 september 2021,
http://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/alhurriyah/article/view/383#statistic.
30
Kemenag RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahan, 35.
10

sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surat An-Nisa ayat Ayat 22-
23, yang berbunyi sebagai berikut:
‫اًل‬ ٗ َ َٰ َ َ ُ َّ َۚ َ َ ۡ َ َ ‫َ اَل َ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ُؤ ُ ّ َ ّ َ اَّل‬
، ‫ان ف ِحشة َو َم ۡق ٗتا َو َس َٓاء َس ِبي‬ ‫ٱلنس ِٓاء ِإ ما قد سلف ِإ نهۥ ك‬ ِ ‫نكحوا ما نكح ءابٓا كم ِمن‬ ِ ‫و ت‬
ۡ ‫ُأۡل‬ ُ ‫ن‬Eَ ‫ات ٱ خ َو َب‬E‫َأۡل‬ ٰ ٰ ‫َأ‬ ‫ُأ‬
ُ ‫ن‬Eَ ‫خ َٰو ُت ُك ۡم َو َع َّٰم ُت ُك ۡم َو َخ َل ُت ُك ۡم َو َب‬E َ ‫ات ُك ۡم َو‬Eُ ‫ن‬Eَ ‫ح ّر َم ۡت َع َل ۡي ُك ۡم َّم َٰه ُت ُك ۡم َو َب‬E ُ
‫ات ٱ خ ِت‬E ِ ِ
َّٰ ُ ُ ُ َٰٓ َ َ ۡ ُ َ ُ ٰ َّ ‫َٰ َ َ ُأ‬ ُ ُ ٰ َ ‫َأ‬ ُ َ ‫َأ‬ ٰ
َ ‫َوُأ َّم َٰهتك ُم ٱلت ٓي ۡر‬
َّ ُ ُ
‫ٓاِئ كم وربِئ بكم ٱل ِتي ِفي‬E E E E ‫ع ِة و م َهت ِنس‬E E E E ‫ٱلرض‬ َّ ‫ َوتكم ِّم َن‬E E E‫خ‬E ‫ ۡعنك ۡم َو‬E E E E ‫ض‬ ِ
ُ َ ‫اَل‬ ۡ
َ E ‫ن‬E َ ‫وا َد َخل ُتم به َّن َف ُج‬EE ‫ون‬ ْ ُ َُ َّ َ ۡ َ ٰ َّ ُ ّ ُ ُ ُ
‫اح َعل ۡيك ۡم‬E ِِ E ‫ ِإ ن ل ۡم تك‬E ‫ف‬E ‫ٓاِئ ك ُم ٱل ِتي َدخل ُتم ِب ِه َّن‬E E ‫وركم ِّمن ِن َس‬ ِ E‫ ٓج‬E ‫ح‬
َّ َۗ َ َ ‫اَّل‬ ۡ ‫ُأۡل‬ ْ َ ‫َأ‬ ُ َ ۡ ۡ َ َّ ُ ُ َ ۡ ُ َٰ َ َ
ٰ ‫َأ‬ ‫َأ‬
‫لف ِإ َّن ٱلل َه‬E ‫ق ۡد َس‬E ‫م ا‬E َ ‫وا َب ۡي َن ٱ خ َت ۡي ِن ِإ‬E‫ع‬E ُ ‫ل ِبك ۡم َو ن ت ۡج َم‬E ‫ص‬ ‫ ٓاِئ كم ٱل ِذين ِمن‬E‫وحلِئ ل بن‬
‫ورا َّر ِح ٗيما‬ ٗ ‫ان َغ ُف‬ َ ‫َك‬
Artinya: Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh
ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu
amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang
perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan
dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-
audaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua
perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.31
Asbabun nuzul surat Annisa Ayat 22-23, Dalam bukunya Imam As-
Suyuthi “Asbabun Nuzul”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Al-Firyabi, Ath-Thabarni dari Adi
Bin Sabit dari seorang laki-laki kaum ansar berkata, “ Ketika Abu Qais
Bin Aslat meninggal, dan ia termasuk salah satu orang yang shalih dari
kaum ansyar, lalu anaknya melamar istri ayahnya, kemudian Wanita
tersebut berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku mengannggap kamu
sebagai anak, dan kamu adalah salah seorang yang saleh di kaummu”,
lalu Wanita tersebut mendatangi Nabi SAW untuk menceritakan hal ini,
kemudian Nabi bersabda: “Pulanglah kerumahmu”, kemudian turunlah
firman Allah, “ Dan janganlah kamu kawini Wanita-wanita yang telah
dikawini oleh ayahmu, kecuali pada masa lampau. Dan hadist ini
mempunyai penguat dari Ikrimah dari Ibnu Jubair. Kemudian pada ayat
31
Abdullah Bin Muhammad Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu
Katsir, (Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i), 265-266, Kindle.
11

kedua turun; Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraid berkata,
“Aku berkata pada Atha akan firman Allah, “Dan diharamkan bagimu)
istri-istri anak kandungmu (Menantu),” Atha berkata, kita pernh
membicarakannya, bahwasanya Ayat ini turun pada Muhammad SAW
Beliau menikahi istri dari Zaid bin Harits, kemudian orang-orang
musyrik tidak menyukai hal tersebut, maka mturunlah firmn Allah, “
dan di haramkan bagimu, istri-istri anak kandungmu(menantu).32
Asbabul Nuzul di atas Terhadap seluruh kategori wanita diatas itu Islam
melarangnya sampai kapanpun, artinya keadaan larangan untuk mengawini tersebut
berlaku selamanya/abadi. Tidak semua larangan dalam mengawini wanita itu dilarang
seterusnya, ada kategori wanita yang dilarang tetapi itu hanya berlaku sementara. Hal
ini disebabkan oleh suatu sebab tertentu, ketika sebab itu telah berubah maka yang
dulu diharamkan menjadi halal.33
d. Diharamkan mantan suaminya ataupun mantan istrinya melamar setelah di talak
Bain Qubra sebelum menikah dengan yang lain.
Dengan di jatuhkan talak 3 atau talak ba’in qubra, yaitu talak yang tidak
dapat dirujuk dan tidak dapat dinikahi kembali. Bila bersikeras ingin menikahi
lagi bekas istrinya maka bekas istri tersebut harus menikah dengan orang lain
dan kemudian terjadi perceraian setelah dukhul (secara wajar) begitu pula telah
habis masa iddahnya baru dapat dinikahi kembali oleh bekas suaminya.34
Sebagaimana sabda nabi SAW yang diriwatkan oleh Imam Bukhari:
Al-Laits berkata,"Nafi.'telah memberitahukan kepadaku, ia berkata, “Ketika
lbnu umar ditanya tentang talak tiga, ia berkata, “seandainya kamu
menjatuhkan satu atau dua talak. sesungguhnya Nabi Shalallahu Alaihi Wa
Sallam mernerintahkan yang demikian kepadaku. jika kamu menjatuhkan
tiga talak, maka istri menjadi haram atas dirimu hingga dia menikah lagi
dengan suami lain selain dirimu.35
C. Etika Khitbah
Menurut Radjafi Hal yang penting juga dalam melakukan ta’aruf dan khitbah.
Mengenai hal ta’aruf setiap orang boleh melakukan ta’aruf kapan saja dan dalam
rentan waktu yang tidak dibatasi, karena asalnya yang bersifat umum dan kemudian
tidak diharuskan bagi keduanya untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. Hal
tersebut berbeda dengan khitbah yang memiliki waktu yang tidak boleh terlalu lama
32
As-Suyuthi , Asbabun Nuzul, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014)132-133, Kindle.
33
Umar Rahim Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia
(Yogyakarta: Gama Media, 2017), 37-38, Kindle.
34
Radjafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia, 108.
35
Muhammad, Syarah Shahih Al-Bukhari , 801.
12

untuk menuju pernikahan, ia harus disegerakan agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.36
Dalam hal melihat wanita dalam masa peminangan tetaplah harus melihat
norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Hal ini tidak dapat diukur dengan wajah,
badan, dan sebagainya. Sepanjang peminangan yang dilakukan sesuai dengan etika
ajaran Islam, norma-norma kepatutan pergaulan, menjaga kehormatan masing-masing
pihak itu lebih dianjurkan dalam mengenali calon pasangan.37
Sebagaimana Al-Bani memberikan pandangan terhadap melihat perempuan
yang di khitbkan dalam kitabnya yang berjudul “Sahih Sunan Tirmindzi”
Ahmad bin Mani' menceritakan kepada kami, Ibnu Abu Zaidah
memberitahukan kepada kami, Ashim bin Sulaiman menceritakan kepada kami
dari Bakar bin Abdullah Al Muzani, dari Al Mughirah bin Syu,bah: Ia
meminang seorang perempuan, lalu Nabi SAW bersabda, "Lihatlah dia, karena
dengan melihatnya bisa melanggengkan perkawinan kalian." Shahih: Ibnu
Majah (1865). Sebagian ahli ilmu berpendapat dengan hadits ini, mereka
berkata, "Tidak apa-apa melihat perempuan yang dipinangnya, selama tidak
melihat anggota tubuh yang diharamkan.38

Melihat aurat perempuan asing secara berlebihan hukumnya haram, sekalipun


telah berusia lanjut dan tidak mampu lagi untuk berhubungan suami-istri, selagi dia
masih berakal dan tidak terpaksa. Perbuatan itu tetap haram sekalipun dilakukan tanpa
adanya syahwat dan ketika tidak ditakutkan terjadinya fitnah Batasan aurat perempuan
adalah anggota tubuh selain wajah dan kedua telapak tangan.39
Sebagaimana firman Allah SWT :
ۡ ‫َٰ ۚ َٰ َأ َ َأ‬ َ ُ ‫مۡل‬ َّ ‫ه ا‬Eَ ‫َٰيَٓأ ُّي‬
َ ‫ت‬E ‫ج َك َو َب َنا‬E ‫ق ل َأِّل ۡز َٰو‬Eُ ‫ٱلنب ُّي‬
‫رف َن‬Eَ ‫ع‬Eۡ ‫ل َك ۡدن ٰٓى ن ُي‬Eِ ‫د ِن َين َعل ۡي ِه َّن ِمن َجل ِب ِيب ِه َّن ذ‬Eۡ ‫ي‬Eُ ‫ؤ ِم ِن َين‬Eۡ E ‫ ِٓاء ٱ‬E‫ك َو ِن َس‬E ِ ِ ِ
ٗ ‫ٱلل ُه َغ ُف‬َّ َ َ َ َۗ ۡ َ ۡ ُ ‫َ اَل‬
E‫ورا َّر ِح ٗيما‬ ‫ف يؤذين وكان‬
Artinya;”Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan
isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena

36
Radjafi, Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia, 91-92.
37
Sanjaya dan, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, 33.
38
Muhammad Nashiruddin Al AlBani, Sahih Sunan Tirmindzi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), 832,
Kindle.
39
Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu , 29.
13

itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(QS. Al-Ahzab:59).40
Sebgaimana Rasullullah SAW Bersabda dalam sebuah hadistnya :
Dari Imam Ahmad, oleh Ulama Hadits Yang Empat, AlHakim, Albaihaqi,
semuanya dari Bahaz bin Hakim, dari Mu'awiyah bin Haidah " Jagalah auratmu
Kecuali terhadap istrimu dan hamba sahayamu. Dilanya orang Rasulullah SAW
: "Jika sesuna kaum itu sendiri?". Jawab Rasulullah : "Jikn kau dapat berupaya
seorangpun tidak melihattrya, jangan melihatnya" . Beliau ditanya orang
kembali : " Jika kami seorang diri?" Beliau menjawab : "Sesungguhnya Allah
lebih berhak dimalui daripada maruuia"41

40
Kemenag RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahan, 426.
41
Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanah AD Damsyiqi, Asbabut Wurud Iatar Belakang Hlstorls
Timbulnya Hadlts-Hadlts Rasul, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), 59. Kindle.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwasanya sebelum
dilanjutkan kepada jenjang yang lebih serius atau menikah, maka ada hal penting juga
harus diperhatikan yaitu melakukan Khitbah (Peminangan). Dalam Khitbah ini juga
antara laki-laki dan perempuan untuk bisa mengenal terlebih dahulu supaya dapat
memantapkan jiwa dalam menikah. Khitbah juga dapat dilakukan dengan cara melihat,
menyampaikan secara langsung oleh peminang atau dengan cara mengirim utusan
untuk menyampaikan kata-kata khitbah. Dengan adanya kobolehan khitbah yang
meskipun tidak diwajibkan tidak bisa juga dilakukan dengan sembarangan, maka tetap
harus memperhatikan Batasan-batasan yang sudah diatur dalam syari’at Islam
Karena menikah bukanlah sesuatu yang main-main atau dengan hanya
pemenuhan kebutuhan biologis, pengaruh social, desakan psikologis, pengaruh
ekonomi. Akan tetapi menikah adalah prosesi akad yang menyatukan manusia yang
berbeda karakter untuk menjadi kelurga Yang Sakinah, mawaddah, dan rahmah dengan
disaksikan langsung oleh Allah SWT untuk penujuan dunia dan Akhirat. Maka khitbah
sebagai penunjang awal diupayakan terlebih dahulu supaya tidak ada kata penolakan
nantinya pada saat sebelum mau melakukan akad nikah.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadiri betul bahwa sebagai
manusia pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan dalam melihat, menganalisa,
memahami kemudian menulis. Tentunya saya sangat mengharapakan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari berbagai pihak terutama sekali Dosen pengampu mata
kuliah ini dan teman-teman semuanya untuk bisa membantu mengoreksi makalah
dihadapan pembaca yang budiman. Supaya nantinya bisa saya perbaiki dan menjadi
referensi yang memadai untuk masyarakat pada umunya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abu, Syaikh Abdurrahman Adil Bin Yusuf Al-Azazi, Tamammul Minnah Sahih Fiqhih
Sunnah, Jilid.3. Jakarta: Pustaka Sunnah, 2010. Kindle.
Ahmad, Sarwat. Fiqih nikah. Kampus syari’ah: 2009. Kindle.
Al-AlBani, Muhammad Nashiruddin. Sahih Sunan Tirmindzi. Jakarta: Pustaka Azzam,
2003. Kindle.
Al-Bakri, Ahmad Abdurrajiq et al., Tafsir Ath-Thabari. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.
Kindle.
Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad Bin Shalih. Syarah Shahih Al-Bukhari. Jakarta: Darus
Sunnah, 2010. Kindle.
Amin, Faris El Studi. Komparatif Empat Mazhab Fiqih tentang Hukum Putus Khitbah,
Bilancia: Jurnal Studi Ilmu Syariah Dan Hukum, Vol.15 No.1 (2021): 53,
diakses 03 september 2021,
https://jurnal.iainpalu.ac.id/index.php/blc/article/view/699
An-Nawawi, Imam. Syarah Shahih Muslim. Beirut: Darus Sunnah. Kindle.
An-Nisaburi, Al-Wahidi. Asbabun Nuzul. cet.1. Surabaya:Amelia Computindo, 2014.
Kindle.
As-Suyuthi , Imam. Asbabun Nuzul. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014. Kindle.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa adillatuhu. Indonesia: Gema Insani, 2007. Kindle.
Badrudin, “Ta’aruf Dalam Khitbah Sebelum Perkawinan,” Vol 7 No 1 (Januari-Juni
2018): 4, diakses 07 september 2021,
https://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/1484854
Baz, Syaikh Abdul Aziz Abdullah bin. Kitab Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari,
Penjelasan Kitab Shahih Al-Bukhari. Jakart: Pustaka Azam, 2002. Kindle.
Djamaluddin dan Nanda Amalia. Buku Ajar Hukum Perkawinan. Sulawesi:Unimal Press,
2016. Kindle.
Farhati, Putri et al., “Adat Tunangan Di Kabupaten Bireuen,” vol.5, no.2 (Agustus 2020):
28, diakses 06 september 2021,
http://www.jim.unsyiah.ac.id/pkk/article/view/16025/pdf#
Google.“Kompas,”Lamaran semakin sering dilkukan perempuan, Agustus, 08, 2011, di
akses September 06, 2021.
https://money.kompas.com/read/2011/08/27/19541886/lamaran-menikah-
makin-sering-dilakukan-perempuan.
Ismail, “KHITBAH MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM,”alhuriyah 10. No. 2
(Juli-esember, 2009) 68, di akses 07 september 2021,
http://ejournal.iainbukittinggi.ac.id/index.php/alhurriyah/article/view/
383#statistic
Kemenag RI, Al-Qur’anulkarim dan terjemahan. Jakarta Selatan: PT. Pantja Cemerlang,
2020.
Muhammad, Abu dan Ibnu Salih Bin Hasbullah. Sejak memilih, Meminang hingga
menikah sesuai sunnah
Nizar,Anis. “Pendapat Zahiriyyah Tentang Batasan Melihat Perempuan Dalam Khitbah.”
Jurnal Hadratul Madaniyah, Volume 7 Issue II (Desember 2020): 42, diakses
03 september 2021,
http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/jhm/article/view/1991/1574
Radjafi, Ahmad dan Nalar Hukum Keluarga Islam di Indonesia. Yogyakarta: Istana
Publishing, 2015. Kindle.
Sanjaya, Umar Haris dan Aunur Rahim Faqih. Hukum PerkawinanIslam Di Indonesia.
Yogyakrta: Gama Media, 2017. Kindle.
Sanjaya, Umar Rahim dan Aunur Rahim Faqih. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia.
Yogyakarta: Gama Media, 2017. Kindle.
Sheikh, Abdullah Bin Muhammad Bin Muhammad Bin Abdurrahman Bin Ishaq. Al- tafsir
Ibnu Katsir. Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i. Kindle.
Shihab, M.Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta:Lentera Hati, 2002. Kindle.
Siddiq, Muhammad Hukum Adat Perkawinan Dalam Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Ulee
Kareng, 2019. Kindle.
Wahbah Az-Zuhaili. Tafsir Al-Munir Aqidah, Syari’ah dan Manhaj. Damaskus:Darul Fikr,
2003. Kindle.
Yunus, Mukhtar. Al-qur’an Mengatasi Problematika Keluarga Islam. Parepare: IAIN
Parapare Nusantara Press: 2019. Kindle.
Damsyiqi, Ibnu Hamzah Al Husaini Al Hanah AD Asbabut Wurud Iatar Belakang Hlstorls Timbulnya
Hadlts-Hadlts Rasul. Jakarta: Kalam Mulia, 2005. Kindle.

Anda mungkin juga menyukai