Anda di halaman 1dari 4

Kekerasan Terhadap Anak: Apakah akan

membentuk Pribadi “Keras”


atau akan merusak mental nya di hari depan?
Disusun Oleh:
Moch. Al-Irsyad
Rahmat Fauzi
Citra Aldianto

Kita berbicara tentang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 yang


mengatur tentang perlindungan terhadap kekerasan terhadap anak,
tidak lepas dari akibat kesalahan yang dilakukan oleh pasangan
tersebut dalam mendidik anaknya, karena pada saat inilah anak-anak
tersebut menjadi korban kekerasan serta dapat menyebabkan kegagalan
dan bencana dalam keluarga.

UU No. 35 Tahun 2014 Sebuah Undang-Undang Perlawanan terhadap para


Orang-Orang yang menyakiti Anak Kecil!

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 mengatur hal tersebut dalam


beberapa pasal, antara lain:

Komitmen dan tanggung jawab atas perwujudan hak-hak anak tanpa


membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, suku bangsa,
budaya dan bahasa, status hukum, urutan kelahiran dan kondisi fisik
dan/atau mental, serta perlindungan anak dan penghormatan dan
tanggung jawab atas perumusan dan pelaksanaan kebijakan perlindungan
anak. Selain tugas dan tanggung jawab di atas Peran negara,
pemerintah, dan masyarakat juga menjamin perlindungan, pengasuhan,
dan kesejahteraan anak, dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang
tua, wali, atau orang lain yang secara sah bertanggung jawab atas
anak, memantau pelaksanaan perlindungan anak, dan memastikan bahwa
anak-anak bisa mendapatkan hak-hak nya dan untuk dapak menggunakan
haknya untuk mengeluarkan pendapat sesuai dengan usia dan kecerdasan
anak. Tugas dan tanggung jawab yang paling utama adalah memberikan
pendidikan dasar kepada semua anak sekurang-kurangnya 9 (sembilan)
tahun dan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengenyam pendidikan
dan hanya memberikan biaya pendidikan atau cuma-cuma atau bantuan
khusus kepada anak-anak yang kurang beruntung, terlantar dan anak-
anak yang tinggal di daerah terpencil, seperti daerah perkotaan.

Jika berbicara apa saja tanggung jawab kita selain yang bukan
Hanya Orang Tuanya?

- Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat


Selain tanggung jawab negara dan pemerintah daerah, undang-
undang ini juga menganugerahkan tugas, tanggung jawab, dan
kewajiban kepada masyarakat, sehingga masyarakat tidak lagi
membuang-buang atau melempar sana dan sini dalam menanggapi
laporan, lalu di antara kewajiban-kewajiban masyarakat dan
tanggung jawabnya antara lain melakukan kegiatan partisipatif
masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak yang
dilakukan dengan melibatkan organisasi masyarakat, akademisi
dan pemerhati anak.

- Kewajiban dan tanggung jawab orang tua


Undang-undang ini juga mengatur kewajiban dan tanggung jawab
orang tua dalam melindungi, mengasuh, mendidik dan melindungi
anak-anaknya, membantunya untuk tumbuh sesuai dengan kemampuan,
bakat, minat, pembentukan kepribadian dan penanaman nilai-nilai
moral baik pada anak.

- Kejahatan Seksual Terhadap Anak


Dalam undang-undang perlindungan anak lama ancaman pelaku
kejahatan seksual hanya diancam dengan pidana maksimal 15 (lima
belas) tahun, minimal 3 (tiga) tahun dan denda maksimal
Rp300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) dan minimal
Rp60.000.000,- (enam puluh juta rupiah), sedangkan dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 diubah dengan ancaman pidana
maksimal 15 (lima belas) tahun, minimal 5 (lima) tahun dan
denda maksimal sebanyak Rp5.000.000.000,- (lima milyar rupiah).
Yang khusus dalam undang undang ini adalah jika pelaku
pemerkosaan atau pencabulan dilakukan oleh orang tua, wali,
pengasuh anak, pendidik, atau tenaga pendidik maka pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga).
- Anak Penyandang Disabilitas
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 lebih spesifik kepada
pengertian anak penyandang disabilitas yaitu anak yang memiliki
keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam
jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan
untuk berpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan
hak.
- Ganti Kerugian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ganti kerugian atau
restitusi dapat berarti ganti kerugian, pembayaran kembali.
Dalam artian ini Restitusi Berarti Ganti rugi terhadap Korban
Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 masalah restitusi hanya
di atur dalam satu pasal yakni pada Pasal 71 D yang menyebutkan
bahwa:

(1) Setiap Anak yang menjadi korban sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 59 ayat (2) huruf b, huruf d, huruf f, huruf h, huruf i,
dan huruf j berhak mengajukan ke pengadilan berupa hak atas
restitusi yang menjadi tanggung jawab pelaku kejahatan;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan restitusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
pemerintah.

Untuk menangani kasus kekerasan terhadap anak dan kasus yang


lebih serius seperti kekerasan seksual terhadap anak
sebagaimana kita menyebutnya (pedofil), maupun lingkungan
terkecil, lingkungan rumah, bisa kita mulai sejak saat itu,
jika selama kita berada di wilayah tersebut, kita mulai
menyadari anomali-anomali di sekitarnya akan berdampak besar.
Sehingga dengan demikian, pola asuh kekerasan tidak akan
berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak yang kuat, tetapi
akan menjadi kepribadian anak yang “keras” akibat dibesarkan
oleh orang tua atau telah menjadi korban kepada anak itu
sendiri. menyebabkan dia mengalami gangguan mental atau
perilaku di masa depan anak tersebut.
Referensi:

 https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/3793/kemenpppa-dorong-kasus-
pemerkosaan-anak-oleh-terduga-bapak-asuh-di-balaraja-dipidana-dengan-uu-17-tahun-2016

 Analisis Perlindungan Hukum Terhadap Tindak Kekerasan pada Anak di


Indonesia, Alycia Sandra Dina Andhini, Ridwan Arifin Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang, Semarang, Email : alyciasandra23@gmail.com,
ridwan.arifin@mail.unnes.ac.id

 Tindakan Kekerasan pada Anak dalam Keluarga, Lianny Solihin, Jurnal Pendidikan
Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004

Anda mungkin juga menyukai