Anda di halaman 1dari 4

Kekerasan Seksual:

Sebuah kecacatan moral yang sulit dihilangkan?

Disusun Oleh:
Moch. Al-Irsyad
Rahmat Fauzi
Citra Aldianto

Baru-baru ini dunia maya di hebohkan oleh Pemerkosaan


ABG berumur 16 Tahun di daerah Sulawesi Tengah, Tepatnya
di parigi moutong. Sangat prihatin dengan kabar berita
tersebut membuat saya ingin menulis isi artikel
sederhana ini bukan hanya karena korban berumur 16 Tahun
namun banyak sumber menulis bahwa korban merupakan
seorang relawan bencana banjir di parimo. Coba kita
bayangkan korban yang baru berumur 16 tahun harus
menerima sebuah pemuas nafsu oleh orang yang saya cap
mempunyai kecacatan moral, di mana seharusnya korban
yang masih harus mengenyam pendidikan dengan gigih,
membantu orang sekitar nya dengan tulus dan mempunyai
cita-cita yang tentu saja beberapa anak kuliahan
semester 8 ke atas pun ada yang luntur. Perilaku tidak
mempunyai adab atau amoral ini di dasari oleh moral,
disiplin dan edukasi seks yang sangat rendah. Mungkin
saya akan memberikan komparasi lagi kepada mereka:

“Lebih buruk daripada seorang mahasiswa agnostis karena


dia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sempurna dan
mencoba memberikan sebuah manfaat kemanusiaan kepada
sesama nya atas dasar hal-hal baik yang wajar secara
umum!”

Maaf karena saya terbawa emosi dalam menuangkan sebagian


ekspresi saya dalam bentuk tulisan ini, namun tidak ada
kata maaf bagi para pelaku kekerasan seksual terkhusus
bagi anak yang di bawah umur.
Baik untuk menambah sedikit pengetahuan kita terkait
kekerasan seksual, maka akan saya bagikan kepada pembaca
tentang kekerasan seksual itu.

Saya lupa di awal menjelaskan apa itu kekerasan seksual


karena terlalu terbuai dengan ketikan kritikan saya
kepada pelaku pelecehan seksual, khususnya kepada anak
di bawah umur.

“Menurut Poerwandari (2000) mendefinisikan kekerasan


seksual sebagai tindakan yang mengarah ke ajakan/desakan
seksual seperti menyentuh, meraba, mencium, dan atau
melakukan tindakan tindakan lain yang tidak dikehendaki
oleh korban, memaksa korban menonton produk pornografi,
gurauan-gurauan seksual, ucapan ucapan yang merendahkan
dan melecehkan dengan mengarah pada aspek jenis
kelamin/seks korban, memaksa berhubungan seks tanpa
persetujuan korban dengan kekerasan fisik maupun tidak;
memaksa melakukan aktivitas-aktivitas seksual yang tidak
disukai, merendahkan, menyakiti atau melukai korban.”

Seperti yang baru saja di katakan oleh Poerwandari


berserta lengkap seperti apa aja contoh tindakan nya,
bahwa bisa kita simpulkan bertindak di luar kesusilaan
seperti Memaksa, ucapan yang merendahkan, mengajak
sesuatu seperti mencium, meraba yang tidak di kehendaki
korban dan bahkan mengarah kepada hubungan intim adalah
bentuk kekerasan seksual!

Berkaitan dengan kasus Pemerkosaan ABG yang menjadi


Relawan bencana alam banjir Parimo berumur 16 Tahun di
daerah Sulawesi Tengah, Tepatnya di parigi moutong dapat
kita lanjutkan dengan terancam nya Kerusakan Rahim pada
Korban yang masih berusia 16 Tahun tersebut! lalu
beberapa tersangka yang melarikan diri dan yang dapat
membuat kita terkejutnya adalah Beberapa pelaku adalah
seorang Guru, Kades (Kepala Desa), Anggota Brimob!
Apakah bisa kita bayangkan seorang yang kita kenal
mempunyai dasar hukum negara untuk bisa menjadi seorang
Pegawai Negara melalui sumpah-sumpah jabatan tersebut
kenapa bisa melakukan tindakan yang Amoral tersebut?

Kita sebagai Anak Penerus Bangsa ini jangan takut lagi


untuk melapor, menampung cerita korban, dan membantu
korban pelecehan agar mendapatkan perlindungan dan
keadilan. Bukan kah kita semua sebagai pelapor, saksi
dan bahkan korban pelecahan di lindungi dalam undang-
undang bukan?

Jika kita sudah berhasil, berani, melawan, serta


menegakkan keadilan saya yakin sebagai penulis,
kecacatan moral atau tindakan perilaku amoral tersebut
bisa kita kurangi bahkan lebih maju nya lagi bisa kita
preventif tindakan tersebut.

"Pejabat desa dan tenaga pengajar seharusnya bisa memberi teladan,


bukan malah merusak masa depan seorang anak. Jika terbukti benar
mereka terlibat, harus dihukum lebih berat," tegas Puan.

"Berkali-kali saya sudah ingatkan agar aturan turunan UU TPKS segera


dibuat agar penanganan kasus kekerasan seksual yang sudah seperti
puncak gunung es di Indonesia ini dapat lebih optimal," sebut Puan.

Referensi:

 Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual:


Sebuah Studi Fenomenologi, Oleh: M. Anwar Fuadi, Dosen
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malan, PSIKOISLAMIKA, Jurnal Psikologi Islam (JPI),
2011 Lembaga Penelitian, Pengembangan Psikologi dan
Keislaman (LP3K). Vol 8 No. 2, Januari 2011 191-208.

 https://news.detik.com/berita/d-6744344/sederat-fakta-10-orang-
jadi-tersangka-pemerkosaan-abg-parimo-ada-kades
 https://www.detik.com/sulsel/hukum-dan-kriminal/d-
6746064/puan-maharani-kecam-kasus-oknum-brimob-bareng-10-
pria-perkosa-abg-di-parimo

Anda mungkin juga menyukai