Anda di halaman 1dari 3

POINTERS TELAAHAN KEBERADAAN TUGAS DAN FUNGSI

PEJABAT PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

I. PENDAHULUAN

Kementerian Hukum dan HAM adalah salah satu Kementerian yang dibentuk guna
membantu tugas-tugas Presiden (eksekutif) dalam permasalahan-permasalahan yang
menyangkut pelaksanaan tugas pemerintah di bidang hukum dan juga menyangkut substansi
dan sistem hukum dan perkembangan hukum. Tugas pemerintah di bidang hukum mecakup
peran yang sangat strategis untuk mengaktualisasikan fungsi hukum, menegaklan hukum,
menciptakan budaya hukum dan membentuk peraturan perundang-undangan yang adil,
konsisten, tidak diskriminatif, bias gender serta memperhatikan hak asasi manusia.
Kantor Wilayah sebagai kepanjangan tangan Kementerian Hukum dan HAM berperan
sebagai pembina hukum dan sekaligus sebagai koordinasi harmonisasai dan singkroniasai
peraturan di daerah. Hal ini terlihat dalam ketentuan Pasal 2 ayat 3) butir 24 Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa sebagian kewenangan Menteri
Kehakikam dan HAM dilaksanakan oleh Kantor Wiayah Departemen Kehakiman dan HAM
setempat.
Melalui keberadaan tugas dan peran Kantor Wilayah di daerah, bahwa dalam
mewujudkan percepatan reformasi di bidang hukum terutama di daerah dibutuhkan peran dan
fungsi Pejabat Perancang Peraturan Perundang-undangan yang bertugas secara penuh dalam
menjalankan tugas dan fungsinya tersebut.

II. DASAR HUKUM


1. UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ASN;
2. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN
FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL;
3. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEIKUTSERTAAN
PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN PEMBINAANNYA
4. KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PAN NOMOR:41/KEP/M.PAN/12/2000 TENTANG
JABATAN FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DAN ANGKA KREDITNYA;
5. PERMENKUMHAM NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG ORTA KANWIL;
6. SURAT EDARAN DIRJEN PP PP.01.03-04 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN
PELAKSANAAN PEKERJAAN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN;

III. KAJIAN HUKUM TERHADAP KEDUDUKAN PERANCANG PERATURAN


PERUNDANG-UNDANGAN DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAM KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
1. Berasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN bahwa Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang berisi fungsi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan pada
keahlian danketerampilan tertentu. Kemudian dalam Pasal
2. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN
1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL, yang
dimaksud dengan jabatan fungsional pegawai negeri sipil adalah Kedudukan
yang menunjukan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai
negeri sipil dalam suatu organisiasi yang dalam pelaksanaan tugasnya
didasarkan pada keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat
mandiri.
3. Berdasarkan Pasal 3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 1994
TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL bahwa jabatan
fungsional keahlian dan jabataan fungsional keterampilan ditetapkan dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Mempunyai metodelogi, teknik analisisi, teknik dan prosedur kerja yang
didasarkan disiplin ilmu pengetahuan da/atau pelatihan teknis tertentu
dengan sertifikasi:
b. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi (IP3I)
c. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan:
1. Tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian;
2. Tingkat keterampilan bagi jabatan fungsional keterampilan;
d. Pelaksanaan tugas bersifat mandiri;
e. Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi organisasi
4. Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015
Tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundang-Undangan Dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Dan Pembinaannya. Disebutkan
bahwa Keberadaan dan Tugas Perancang adalah sebagai pelaksana teknis
fungsional Perancang pada unit kerja yang mempunyai tugas dalam
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan penyusunan instrumen
hukum lainnya
1. Berdasarkan Pasal 46,47,48 dan 49 Permenkumham RI Nomor 28 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
RI menyatakan bahwa Bidang hukum menyelenggarakan tugas melaksakana
pembinaan dan pengendalian tugas teknis, kerja sama, pemantauan, evaluasi,
serta penyusunan laporan pelaksanaan tugas teknis dibidang pelayanan
dokumentasi dan informasi hukum, penyiapan bahan fasilitasi perancanaan dan
penyusunan produk hukum daerah dan PENGEMBANGAN PERANCANG
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI DAERAH. Dalam
menyelenggarakan tugas tersebut, bidang hukum menyelenggarakan
fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas teknis, kerja
sama, pemantauan, evaluasi serta penyususnan laporan pelaksanaan tugas
teknis di bidang pelayanan dokumentasi dan informasi hukum, fasilitsi
pembentukan hukum daerah dan pengembangan perancang peraturan
perundang-undnagan di wilayah serata bimbingan teknis.
b. Lebih diperjelas kembali dalam Pasal 49 ayat 1 menyatakan bahwa Bidang
hukum memiliki Subbidang Fasilitas Pembentukan Produk Hukum Daerah
yang bertugas melakukan bahan pembinaan dan pengendalian tugas teknis
kerja sama, pemantauan, evaluasi, serta penyususan laporran tugas teknis di
bidang fasilitasi penyusunan program legislasi daerah dan Naskah Akademis,
fasilitasi penyususnan dan harmonisasia produk hukum daerah, peta
permasalahan hukum, pengkajian atau penelitian hukum, mediasi dan
konsultasi, inventarisasi produk hukum daerah, serta pengembangan
perancang Peraturan Perundang-undangan di Daerah.
2. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PAN
NOMOR:41/KEP/M.PAN/12/2000 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL
PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN ANGKA
KREDITNYA bahwa yang dimaksud dengan perancang peraturan
perundang-undngan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberikan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak, secara penuh oleh pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan menyusun rancangan peraturan
perndang-undangan dan/atau instrumen hukum lainnya pada instansi
pemerintah.
3. Berdasarkan Pasal 3 ayat 1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PAN
NOMOR:41/KEP/M.PAN/12/2000 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL
PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN ANGKA
KREDITNYA disebutkan bahwa perancang berkedudkan sebagai pelaksana
teknis fungsional perancang peraturan perundang-undangan pada unit
kerja yang mempunyai tugas menyiapkan, mengolah dan merumuskan
rancangan peraturan perundang-undangan dan instrumen hukum lainnya di
lingkungan instansi pemerintah.
4. Berdasarkan Pasal 4 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PAN
NOMOR:41/KEP/M.PAN/12/2000 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL
PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN ANGKA
KREDITNYA menyebutkan bahwa tugas pokok perancang adalah
menyiapkan, mengolah dan merumuskan rancangan peraturan perundang-
undangan dan instrumen hukum lainnya.

KESIMPULAN

1. Bahwa secara tegas di dalam PP Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan


Perancang Peraturan Perundang-Undangan Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan Dan Pembinaannya. Disebutkan Keberadaan dan Tugas Perancang adalah
sebagai pelaksana teknis fungsional Perancang pada unit kerja yang mempunyai
tugas dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan penyusunan
instrumen hukum lainnya. Dalam hal ini yang merupakan unit kerja dimaksud
adalah pada Divisi Pelayanan Hukum dan HAM khususnya berada di Bidang
Hukum yang notabene bertugas dan berfungsi memfasilitasi pembentukan produk
hukum di daerah.
2. Bahwa bilamana wacana pemberlakuan pendistribusian tenaga perancang benar
adanya melalui sebuah kebijakan yang tidak berdasar atas hukum, hal tersebut
telah melanggar ketentuan/asas norma hukum yang berlaku yang menjelaskan
bahwa sebuah kebijakan (beschikking) yang keberlakuan normanya hanya
individual, konkret dan hanya sekali selesai. Sementara telah ada PP Nomor 59
Tahun 2015 dst. yang merupakan norma yang bersifat pengaturan (regeling) yang
sifat normanya umum, abstrak dan terus menerus masa lakunya. Artinya, sebuah
kebijakan tidak dapat mengabaikan dari keberadaan peraturan perundang-
undangan yang bersifat regeling.
3. Bahwa penempatan Perancang di luar Bidang hukum dapat menghambat dalam
pengumpulan Angka Kredit (Pola Karir Perancang yang bersangkutan). Selain hal
tersebut, dapat mengurangi tingkat kefokusaan dalam melaksanakan kegiatan
perancangan.
4. Bahwa berdasarkan kajian atau telaahan sebagaimana dimaksud di atas maka
wacana atau rencana pendistribusian Perancang ke berbagai bidang atau bagian
di kantor wilayah tidak sesuai dengan aturan yang berlaku dan Kami menyatakan
menolak atau tidak menyetujui hal tersebut.
5.

Anda mungkin juga menyukai