Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS INDONESIA

PERAN KONSULTAN HUKUM DALAM PEMBUATAN PROSPEKTUS


DI PASAR MODAL DALAM MEWUJUDKAN PRINSIP
KETERBUKAAN PASAR MODAL (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR
1/PK/PDT.SUS-PAILIT/2020)

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PASAR MODAL

Dony Dauhari
(2106781111)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nyalah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Hukum Pasar Modal yang berjudul: “PERAN KONSULTAN HUKUM
DALAM PEMBUATAN PROSPEKTUS DI PASAR MODAL DALAM
MEWUJUDKAN PRINSIP KETERBUKAAN PASAR MODAL (STUDI
KASUS PUTUSAN NOMOR 1/PK/PDT.SUS-PAILIT/2020)” pada Magister
Ilmu Hukum Universitas Indonesia.
Penulis menyadari akan berbagai kekurangan atau ketidaksempurnaan dari
makalah ini, yang disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis, untuk itu
berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan tugas
ini akan sangat penulis harapkan. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam penulisan tugas ini. Dengan kerendahan hati, saya
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua yang telah memberikan
dukungan kepada saya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Tiada kata
yang lebih indah dan bermakna selain ucapan terima kasih yang tulus.

Jakarta, 15 November 2021

(Penulis)

i
PERAN KONSULTAN HUKUM DALAM PEMBUATAN PROSPEKTUS
DI PASAR MODAL DALAM MEWUJUDKAN PRINSIP
KETERBUKAAN PASAR MODAL
(STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 1/PK/PDT.SUS-PAILIT/2020)

Kelompok 8

ABSTRAK

Bapepam meminta kepada Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM) agar konsultan
hukum berperan dalam pembuatan dokumen hukum di pasar modal, Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode penelitian yuridis normatif atau didapat dari hasil penelitian atau pendapat
para pakar hukum sehingga bersifat deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsultan
hukum pasar modal merupakan salah satu profesi yang eksistensinya ditegaskan oleh Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Serta dalam memberikan pendapat harus
bersifat independen tanpa memihak. Kode etik konsultan hukum adalah prasetia
Penasehat/Konsultan Hukum yang merupakan pola sikap dan perilaku serta sarana pembinaan dan
pengawasan untuk meningkatkan mutu Penasehat/Konsultan Hukum Pasar Modal. Konsultan
hukum pasar modal dalam melaksanakan tugasnya di pasar modal dalam rangka penawaran umum
memiliki dua peran, yakni melakukan legal audit dan legal opinion. Prinsip keterbukaan di pasar
modal dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu primary market level, secondary market level, dan
timely disclosure. Keterbukaan di pasar modal selain untuk kepentingan perlindungan hukum
pemodal (investor) tetapi juga dapat menjadi suatu instrumen yuridis bagi upaya membangun
perusahaan yang sehat dengan pengelolaan yang baik.

Kata Kunci: Peran Konsultan Hukum, Prospektus, Keterbukaan.

PENDAHULUAN
Mengacu pada Kode Etik Himpunan Konsultan Pasar Modal, disebutkan
dalam Pasal 1 bahwa Kode Etik Himpunan Konsultan Pasar Modal adalah
prasetia advokat/konsultan hukum yang merupakan pola sikap dan perilaku serta
sebagai sarana pembinaan dan pengawasan dari advokat/konsultan hukum pasar
modal dalam melaksanakan tugas dan pengabdiannya selaku konsultan dalam
bidang hukum di lingkungan pasar modal yang wajib dijunjung tinggi dan ditaati
oleh setiap advokat/konsultan hukum pasar modal. Di sisi lain, konsultan hukum
dalam menjalankan profesinya bertanggungjawab untuk mendorong terciptanya
mekanisme perlindungan kepentingan publik / dan atau calon investor, utamanya
pemegang saham minoritas.
Dalam profesi penunjang pasar modal dikenal beberapa istilah antara lain:
Akuntan Publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) berperan sebagai auditor laporan
keuangan, Konsultan Hukum. Konsultan Hukum adalah ahli hukum yang
memberikan jasa konsultasi terkait pendapat hukum kepada pihak lain. Notaris,

1
Penilai dan profesi Lainnya. Profesi penunjang merupakan pihak-pihak yang
tugasnya melakukan pekerjaan membantu emiten mewujudkan penerapan prinsip-
prinsip keterbukaan di pasar modal. Melalui pekerjaan merekalah segala sesuatu
yang menyangkut emiten dapat diuraikan sehingga lebih relatif mudah dipahami
oleh kebanyakan investor. Kalau melihat sebuah prospektus, pada dasarnya segala
sesuatu yang tercantum dalam prospektus tersebut, yang merupakan dokumen
utama keterbukaan, memuat pekerjaan-pekerjaan yang seluruhnya dilakukan oleh
profesi penunjang untuk mencapai keterbukaan yang dipersyaratkan. 1
Profesi penunjang bukan saja melakukan pekerjaan yang termuat dalam
prospektus, tetapi pekerjaan lainnya untuk mewujudkan keterbukaan tersebut
sebelum disajikan dalam prospektus. Laporan keuangan misalnya, disusun oleh
profesi penunjang akuntan. Demikian juga pendapat hukum yang selalu dimuat
dalam prospektus disusun oleh konsultan hukum. Sebagian dari pekerjaan profesi
penunjang tersebut karena volumenya yang besar tidak mungkin dimuat dalam
prospektus, tetapi merupakan dokumen keterbukaan yang dapat diteliti oleh
investor. Dokumen ini, misalnya hasil pemeriksaan hukum (due diligence) yang
dilakukan oleh konsultan hukum atas dokumendokumen hukum perusahaan.
Salah satu profesi penunjang pasar modal adalah konsultan hukum. Tidak semua
sarjana hukum yang memberikan jasa hukum dapat menjadi konsultan hukum di
pasar modal. Pengertian dari konsultan hukum pasar modal adalah ahli hukum
yang memberikan pendapat hukum kepada pihak lain dan terdaftar di Bapepam
(Pasal 64 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)). 2
Untuk dapat berpraktek menjadi konsultan hukum pasar modal, mereka harus
terlebih dahulu terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang
ditandai dengan dikeluarkannya Surat Tanda Terdaftar oleh Bapepam. Untuk itu,
harus memenuhi beberapa persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bapepam No. VllI.B.l tentang Pendaftaran Konsultan Hukum yang Melakukan
Kegiatan di Pasar Modal.

1
Ramon Nofrial, “Tanggung Jawab Konsultan Hukum Sebagai Profesi Penunjang Dalam
Mewujudkan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal”, Jurnal Hukum Samudera Keadilan, Vol. 10
No. 1 Januari-Juni 2015, hal. 111.
2
C S T Kansil dan Christine S T Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2004), hal. 140.

2
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah kesediaan menjadi
anggota Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), kesediaan untuk
memenuhi standar pemeriksaan (standar uji tuntas), standar pendapat hukum, dan
kode etik profesi, serta mengikuti pelatihan di bidang pasar modal yang telah
diakui Bapepam.
Konsultan hukum pasar modal merupakan salah satu profesi yang
eksistensinya ditegaskan dalam perundang-undangan di bidang pasar modal, yaitu
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang
menyebutkan bahwa konsultan hukum pasar modal adalah profesi penunjang yang
memiliki kewajiban di dalam menaati kode etik dan standar profesi yang
ditetapkan oleh asosiasi profesi, dalam hal ini adalah Himpunan Konsultan
Hukum Pasar Modal (HKHPM), yang merupakan satu satunya asosiasi profesi
yang ada saat ini. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh konsultan hukum pasar
modal harus didasarkan kepada pemberian pendapat (opinion) atau penilaian
(justification) yang dilakukan secara independen tanpa memihak.

Profesi Penujang Pasar Modal


Pasal 64 UUPM menentukan paling sedikit ada empat profesi penunjang
di pasar modal yang membantu emiten dalam melakukan keterbukaan. Keempat
profesi itu adalah akuntan, konsultan hukum, penilai dan notaris. Dari keempat
profesi yang disebut tiga diantaranya yaitu akuntan, konsultan hukum dan penilai,
merupakan profesi-profesi yang tanpa kehadiran mereka keterbukaan yang ada
dalam prospectus tidak mungkin terwujud.
Selanjutnya dalam Pasal 67 UUPM dinyatakan bahwa: Dalam melakukan
kegiatan usaha di bidang Pasar Modal, profesi penunjang pasar modal wajib
memberikan pendapat atau penilaian yang independen. Menurut Bismar Nasution,
ketentuan ini menuntut profesi penunjang pasar modal untuk membuat pendapat
atau penilaian dilakukan secara professional dan hasilnya bersifat objektif dan
wajar. Misalnya profesi hukum (konsultan hukum) dalam melaksanakan diligence
atau tugas yang diberikan padanya dalam rangka membuat pendapat hukum (legal
opinion) harus mengkaji dan mempelajari semua dokumen perusahaan dan

3
dokumen-dokumen hukum lainnya dengan teliti dan cermat. Hal ini perlu menjadi
ingatan agar nantinya tidak terjadi pernyataan yang misleading atau ommission.3
Adapun profesi penunjang pasar modal menurut Undang-Undang Pasar
Modal adalah sebagai berikut:
1. Akuntan
Peran profesi akuntan dalam bidang pasar modal adalah mengungkapkan
informasi keuangan perusahaan dan memberikan pendapat mengenai
kewajiban atas data yang disajikan dalam laporan keuangan. Laporan yang
disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum (Pasal 69 UUPM). Dalam melaksanakan
kegiatan, akuntansi harus memperhatikan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan lndonesia. Peran lain profesi
akuntan dalam pasar modal membantu mengembangkan standar tersebut.
Hal itu dapat berupa pengembangan SAK yang berkaitan dengan
instrumen-instrumen pasar modal, seperti efek derivatif, standar
pemeriksaan industri efek, dan lain-lain. Dengan pengembangan standar
itu dan juga ketaatan kepada kode etik profesi diharapkan bahwa profesi
akuntan akan selalu dapat mengikuti perkembangan industri keuangan
yang tumbuh pesat dan semakin kompleks.
2. Konsultan hukum
Dalam beberapa peraturan Bapepam, keberadaan konsultan hukum
diperlukan untuk dapat memberikan pendapat hukum mengenai kondisi
suatu perusahaan dan transaksi yang akan mereka lakukan di pasar modal.
Konsultan hukum adalah pihak independen yang dipercayai karena
keahlian dan integritasnya untuk memberikan pendapat hukum (legal
opinion) secara independen mengenai emisi dan emiten atau pihak lain
yang terkait dengan kegiatan pasar modal. Untuk itu, konsultan hukum
harus melakukan pemeriksaan dari segi hukum (legal audit) 9 yang
diperlukan penjamin pelaksana emisi terkait.

3
Bismar Nasution, Hukum Pasar Modal, (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2005),
hal. 7.

4
3. Penilai
Penilai memberikan jasa profesional dalam menentukan nilai wajar dari
harta milik perusahaan (aktiva), seperti nilai kekayaan tetap (fixed assets)
perusahaan yang berupa tanah, bangunan, mesin-mesin, kendaraan, dan
lain-lain. Berapa nilai pertambahannya atau nilai penyusutannya dalam
jangka waktu tertentu harus dilakukan secermat mungkin sesuai dengan
standar penilaian yang berlaku dan prosedur atau tata cara yang diakui
oleh profesi penilai. Hasil penilaian ini diperlukan sebagai bahan informasi
bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Dalam kaitannya ini,
tanggung jawab penilai akan dituntut pula oleh publik pemegang saham.
4. Notaris
Peran notaris di pasar modal diperlukan terutama dalam hubungannya
dengan penyusunan anggaran dasar para pelaku pasar modal, seperti
emiten, perusahaan publik, perusahaan efek, dan reksa dana, serta
pembuatan kontrak penting seperti kontrak reksa dana, kontrak
penjaminan emisi, dan perwaliamanatan.

Tanggung Jawab Konsultan Hukum Sebagai Profesi Penunjang


Dalam Mewujudkan Prinsip Keterbukaan Pasar Modal
Pertanggungjawaban para profesional atau profesi penunjang yang ada di pasar
modal ini telah diatur dalam UUPM, khususnya dalam Pasal 66 - 68 yang
menggunakan istilah kewajiban sebagai ganti istilah pertanggungjawaban.
Meskipun bunyi Pasal 66 - 68 tersebut ditampung di bawah ketentuan mengenai
kewajiban, tetapi isi pasal-pasal tersebut menyiratkan pertanggungjawaban dari
profesi penunjang. Selain tiga pasal di atas, Undang-undang juga menyiratkan
adanya masalah pertanggungjawaban ini di dalam Pasal 69 (mengenai standar
akuntansi), serta Pasal 80 yang malah dengan tegas menggunakan istilah tanggung
jawab.4
Untuk mendapatkan pertanggungjawaban profesi penunjang, UUPM
mensyaratkan bahwa untuk dapat melakukan kegiatan di pasar modal profesi
penunjang wajib terlebih dahulu terdaftar di Bapepam. Menurut Hamud M Balfas,

4
Hamud M Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tata Nusa, 2006), hlm. 235.

5
dengan persyaratan terdaftar ini, Bapepam bukan saja dapat melakukan
pengontrolan atas aktivitas profesi penunjang, tetapi juga mensyaratkan standar
kecakapan minimum untuk dapat aktif di industri pasar modal. Dengan demikian
pengawasan juga dapat dilakukan lebih efektif karena Bapepam dapat dengan
mudah meminta pertanggungjawaban dari personil profesi penunjang atas setiap
pekerjaan yang dilakukannya. Selain mensyaratkan pendaftaran atas profesi
penunjang, UUPM juga secara tegas menyatakan bahwa setiap profesi penunjang
pasar modal wajib menaati kode etik dan standar profesi yang ditetapkan oleh
asosiasi profesi masing-masing, sepanjang tidak bertentangan dengan UUPM dan
atau peraturan pelaksanaannya.

Peran Konsultan Hukum Dalam Pembuatan Prospektus di Pasar Modal


Untuk mengetahui peran konsultan hukum di pasar modal terlebih dahulu
perlu di anasis menenai hubungan hukum para pihak. Hubungan hukum adalah
hubungan yang diatur oleh hukum. Menentukan hubungan hukum sangat penting
dalam interaksi dalam masyarakat. Hubungan hukum akan menentukan rezim
hukum yang menguasai hubungan tersebut. Hubungan hukum tersebut dapat
digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Pertama, hubungan hukum antara emiten dan konsultan hukum. Konsultan
hukum sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal adalah pihak yang
terlibat dalam persiapan emiten melakukan penawaran umum, salah satunya
dalam mempersiapkan prospektus. Emiten yang memiliki rencana untuk
melakukan penawaran umum menunjuk konsultan hukum untuk membantu
menyiapkan segala sesuatu terkait dengan rencana go public. Hubungan hukum
antara emiten dan konsultan tercipta atas dasar perjanjian untuk melakukan
pekerjaan. Menurut Subekti, UU membagi perjanjian untuk melakukan pekerjaan
dalam tiga (3) macam yaitu perjanjian untuk melakukan jasa-jasa tertentu,
perjanjian kerja/perburuhan, dan pernjanjian pemborongan pekerjaan.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam perjanjian untuk melakukan
jasa-jasa tertentu, suatu pihak menghendaki dari pihak lawannya dilakukannya
suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan, untuk mana ia bersedia membayar
upah, sedangkan apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut sama-sekali

6
terserah kepada pihak lawan itu. Biasanya pihak lawan ini adalah seorang ahli
dalam melakukan pekerjaan tersebut dan biasanya ia juga sudah memasang tarif
untuk jasanya.5 Dalam pembahasan ini dapat dikatakan bahwa Emiten meminta
profesi penunjang pasar modal, dalam hal ini konsultan hukum untuk melakukan
sesuatu pekerjaan yang berkaitan dengan keahliannya dan berjanji meemberikan
imbalan sebagai ganti atas jasa yang diberikan. Sementara itu konsultan hukum
berjanji melakukan pekerjaan tertentu dengan menerima imbalan sebagai
gantinya.
Kedua, hubungan hukum antara emiten dan investor. Hubungan hukum di
antara emiten dan investor terjadi karena perjanjian jual beli. Menurut Subekti,
jual beli (menurut B.W.) adalah suatu perjanjian bertimbal balikdalam mana pihak
yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang,
sedangkan pihak yang lainnya (si pembeli) berjanji untuk membayar harga yang
terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut. 5
Dalam pembahasan ini, emiten sebagai pihak yang melakukan penawaran umum
dimana di dalamnya terdapat efek yang diperjualbelikan menjual efek kepada
investor.
Ketiga, hubungan antara konsultan hukum dan investor. Hubungan hukum
yang terjadi antara konsultan hukum dan investor tidak disebutkan secara
langsung dalam UUPM. Di dalam UUPM, hanya disebutkan bahwa konsultan
hukum sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal yang turut terlibat dalam
pembuatan prospektus turut bertanggung jawab atas informasi yang menyesatkan.
Meskipun demikian, tetap terdapat hubungan hukum antara konsultan hukum dan
investor yaitu hubungan hukum yang tercipta karena perikatan yang lahir dari UU.
Merujuk pada ketentuan pada KUHPer, dalam hal hubungan hukum antara
investor dan profesi penunjang pasar modal tercipta karena perikatan yang lahir
dari undang-undang kerena perbuatan orang, dalam hal ini perbuatan yang
melanggar hukum.
Dari hubungan hukum yang tela dijelaskan diatas, langkah selanjutnya
yang dilakukan adalah menganalisis mengenai peran konsultan hukum pasar
modal. Peter Mahmud Marzuki dalam bukunya menuliskan bahwa konsultan
5
Subekti Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. 11, (Bandung: PT CitraAditya Bakti, 2014).
hal. 57.

7
hukum merupakan ahli di bidang hukum yang memberikan dan menandatangani
pendapat hukum mengenai emisi dan atau emiten. Dalam proses penawaran
umum (go public), seorang konsultan hukum bertugas untuk melakukan
pemeriksaan hukum (legal audit) terhadap dokumen-dokumen yang dibutuhkan
dalam penawaran umum, masalah-masalah hukum yang dihadapi oleh emiten, dan
memberikan pendapat hukum (legal opinion) terhadap dokumen yang dimiliki
perusahaan tersebut serta masalah hukum yang dihadapi oleh perusahaan.
Sehingga terkait dengan hal tersebut maka seorang konsultan bertangung jawab
penuh atas pemeriksaan hukum (legal audit) dan pendapat hukum (legal opinion)
yang diberikannya kepada perusahaan.
Di dalam UUPM tidak dijelaskan secara rinci mengenai tugas dan
tanggung jawab dari seorang konsultan hukum. Hal tersebut dijelaskan dalam
peraturan pelaksananya yaitu di dalam alinea kedua dan ketiga penjelasan umum
POJK No.66/POJK.04/2017 menjelaskan bahwa konsultan hukum memiliki peran
yang penting dalam kegiatan di pasar modal, di antaranya apabila perusahaan
akan melakukan penawaran umum atau aksi korporasi (coorporate action) yang
dilakukan oleh emiten atau perusahaan publik. Peran Konsultan Hukum tersebut
berupa pelaksanaan pemeriksaan hukum (legal audit) dan pemberian pendapat
hukum (legal opinion). Besarnya peran konsultan hukum tersebut menuntut
konsultan hukum untuk selalu bersikap independen, objektif, dan professional
sehingga Konsultan Hukum dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan
mengemban kepercayaan publik. Untuk dapat memenuhi tuntutan tersebut serta
meningkatkan independensi, objektifitas, dan profesionalisme Konsultan Hukum
dalam menjalankan tugasnya, Konsultan Hukum diwajibkan untuk mengikuti
Pendidikan Profesional Berkelanjutan, menyampaikan perubahan atas data dan
informasi terkait Konsultan Hukum dan/atau Kantor Konsultan Hukum, serta
melaporkan kegiatan yang dilakukan di sektor pasar modal kepada Otoritas Jasa
Keuangan. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995
tentang Pasar Modal dan Undang-Undang Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan. Dari penjelasan di atas, Penulis menyimpulkan bahwa konsultan
hukum pasar modal dalam melaksanakan tugasnya di pasar modal dalam rangka
penawaran umum memiliki dua peran, yakni melakukan legal audit dan legal

8
opinion. Mengenai apa saja yang dilakukan dalam legal audit dan legal opinion,
penulis akan mengacu pada Standar Profesi Konsultan Hukum Pasar Modal
karena dalam UUPM dan POJK tidak mengatur dengan rinci apa saja yang
termasuk dalam legal audit dan legal opinion yangg dilakukan oleh konsultan
hukum pasar modal.

Pada penulisan paper ini penulis mengambil contoh kasus Putusan Perkara
Nomor 4/Pdt.Sus.Pembatalan Perdamaian/2019/Pn.Niaga.Jkt.Pst Juncto
No.1/Pk/Pdt.Sus-Pailit/2020. Dalam perkara ini yang menjadi tergugat adalah PT.
Arpeni Pratama Ocean Line, Tbk., yang disingkat menjadi PT. APOL, perseroan
terbuka yang bermain di bidang transportasi dan berlokasi di Jakarta, Indonesia,
dan yang menjadi penggugat adalah PT. Bank CIMB Niaga, Tbk.. Kasus ini
bermula ketika PT. APOL diajukan permohonan PKPU (Permohonan Kewajiban
Pembayaran Utang) oleh salah satu Kreditur dari Tergugat pada 2011 dengan
perkara No. 23/PKPU/2011/PN.Niaga.Jkt. Pst.
Pada tanggal 5 Agustus 2011, PT. Bank Central Asia, Tbk., sebagai salah
satu Kreditur dari Termohon telah mengajukan Permohonan PKPU melalui
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat terhadap Termohon
(selanjutnya disebut PT ARPENI PRATAMA OCEAN LINE, Tbk.,). Pada
tanggal 24 Agustus 2011 dikabulkan permohonan PKPU dan terjadi perjanjian
perdamaian pada 1 November 2011. Dalam proses PKPU, Pemohon (selanjutnya
disebut PT. BANK CIMB NIAGA, Tbk.) mengajukan permohonan pengakhiran
PKPU dengan dalil Termohon PKPU terbukti beritikad tidak baik dengan
melaksanakan supaya pengambilan suara bisa langsung dilakukan walaupun
proposal perdamaian masih dikritisi para kreditor. Namun permohonan tersebut
tidak diterima oleh majelis hakim PN Jakarta Pusat. Awal tahun 2019, tepatnya
tanggal 18 Maret 2019, permohonan pembatalan perdamaian diajukan kembali
oleh Bank CIMB Niaga terhadap PT. APOL. Namun PT. APOL kembali lolos
dari pailit dengan perkara No.4/Pdt.Sus.Pembatalan Perdamaian/2019/
PN.Niaga.Jkt. Pst dari Bank CIMB Niaga yang ditolak oleh majelis hakim.
Penolakan tersebut yang membuat Bank CIMB Niaga mengajukan
permohonan kasasi pada 10 Juni 2019 untuk membatalkan putusan permohonan

9
pembatalan perdamaian tersebut dan putusan perdamaian pada 2011 lalu. Kasasi
tersebut dikabulkan oleh MA.
Alasan Pemohon mengajukan permohonan sebagaimana tersebut diatas
pada pokoknya adalah pertama bahwa berdasarkan perjanjian perdamaian yang
telah dihomologasi, Pemohon dan Termohon tunduk pada skema dan ketentuan
pembayaran. Namun, sampai dengan permohonan pembatalan diajukan,
Termohon tidak juga melakukan pembayaran atas kewajibannya sebagaimana
telah ditentukan dalam Perjanjian Perdamaian yang telah dihomologasi, sehingga
terbukti secara hukum Termohon telah lalai (wanprestasi) dalam melakukan
kewajibannya berdasarkan Perjanjian Perdamaian tertanggal 1 November 2011,
dimana menurut Pemohon, tunggakan utang Termohon kepada Pemohon adalah
sebagai berikut : Utang Pokok sebesar US$ 25.592.030.00 (dua puluh lima juta
lima ratus sembilan puluh dua ribu tiga puluh Dollar Amerika Serikat) sampai
dengan jadwal akhir pelunasan pada tanggal 30 Juni 2021 dan bunga sebesar US$
5.375.606,59 (lima juta tiga ratus tujuh puluh lima ribu enam ratus enam koma
lima puluh sembilan Dollar Amerika) per 15 Maret 2019.
Alasan kedua adalah Termohon memberitahukan jika telah melaksanakan
penghitungan suara kreditor mayoritas berkaitan dengan Perubahan Perjanjian
Perdamaian yang ternyata telah efektif sejak tanggal 7 Februari 2019. Penjelasan
Termohon tersebut sangat mengejutkan Pemohon, sebab Pemohon tidak pernah
diberitahu tentang diadakannya pelaksanaan perhitungan suara atas perubahan
perjanjian perdamaian yang diklaim Termohon telah efektif sejak tanggal 7
Februari 2019, sehingga hal tersebut semakin menguatkan dugaan adanya itikad
tidak baik Termohon dalam melaksanakan kewajibannya, dengan cara
memaksakan kehendaknya kepada Para Kreditur, khususnya Pemohon, untuk
wajib tunduk dan taat terhadap ketentuan Perubahan Perjanjian Perdamaian
tanggal 7 Februari 2019 dan menerima opsi “konversi ekuitas langsung” yang
ditawarkan oleh Termohon yang berbunyi : “…Perseroan akan mengkonversi
kewajiban Perseroan kepada CIMB Niaga menjadi saham dalam Konversi Ekuitas
Langsung Perseroan sesuai dengan Ketentuan dalam Perubahan Perjanjian
Perdamaian”. Dimana isi surat Termohon sebagaimana tersebut diatas jelas-jelas
menunjukkan itikad tidak baik dari Termohon kepada Pemohon beserta Kreditur-

10
kreditur lainnya, yang dipaksa untuk menerima segala akibat hukum atas adanya
perubahan perjanjian perdamaian tanggal 7 Februari 2019 tersebut

Mengenai perlindungan hukum bagi investor pemegang saham terhadap


PT. Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. yang sahamnya dihapus di bursa akibat
dinyatakannya pailit perusahaan. Kepailitan yang terjadi pada PT. Arpeni Pratama
Ocean Line Tbk., diputus pailit atas dasar putusan Mahkamah Agung Nomor:
1/Pk/Pdt.Sus-Pailit/2020. Kasus kepailitan PT. APOL. Tbk. telah diselesaikan
bagaimana seharusnya oleh para pihak. Seluruh prosedur dalam pelaksanaan tahap
penyelesaian kredit telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun, para
stakeholders belum mendapatkan ganti rugi dari saham mereka yang pada waktu
pelunasan hutang dari kekayaan hasil kepailitan. Terdapat banyak perbedaan
prosedur penyelesaian perkara kepailitan lainnya, Penulis memberikan contoh,
misalnya aset pailit PT. ITG (Tbk) didistribusikan kepada seluruh kreditur,
termasuk investor pemegang obligasi yang ditunjuk oleh kurator sebagai kreditur
konkuren, namun stakeholder investors tidak ada harta yang diperoleh pada saat
kepailitan, dan investor ini tidak memiliki persyaratan hutang. PT. SAIP. (Tbk.),
langkah-langkah yang diambil oleh pemegang saham yaitu PT. Zhongtian
Holdings Co., Ltd. dan Asia Capital Management Co. Ltd. mengasumsikan bahwa
total hutang yang dimiliki PT SAIP (Tbk.) kepadang masing-masing sebesar
Rp3.910.836.046.232,00 dan Rp83.518.504.624,00. Hak atau hutang kreditur
dianggap sebagai jumlah kumulatif yang diperoleh dari saham dan deviden.6
Bagaimana sebenarnya kedudukan para pemegang saham publik? Menurut
Jamin Ginting, pemegang saham public merupakan kreditor konkuren. Kreditor,
jika salah satu dari saham ini memiliki deviden yang tidak dibayarkan kepada
pemegang saham public, mereka akan menerima bagian akhir dari harta pailit.
Sifat luas hutang dalam undang-undang kepailitan memungkinan investor pasar
modal sebagai pemegang saham dapat menjabati posisi kreditor dalam kepailitan. 7
Emiten atau perusahaan publik belum memenuhi atau pasti gagal memenuhi
6
Bagus Sujatmiko, dan Nyulistiowati Suryanti, “Perlindungan Hukum Bagi Investor Pada
Perusahaan Terbuka Yang Pailit Ditinjau dari Hukum Kepailitan”, Jurnal Bina Mulia Hukum, Vol.
2, No.1, September 2017
7
Jamin Ginting, “Kedudukan Pemegang Saham (Investor) Dalam Kepailitan Perusahaan
Go Public”, Law Review, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. IV, No. 3, Maret 2005,
hal. 2

11
kewajibannya kepada pihak pemberi pinjaman yang tidak terkait. Oleh karena itu,
emiten harus memberikan laporan pada BAPEPAM dan bursa tentang hal
tersebut. Waktu pencatatan efek emiten atau perusahaan publik tersebut paling
lama akhir hari kerja kedua setelah emiten gagal atau menyadari tidak dapat
menghindari kegagalan. Laporan tersebut harus berisi jumlah pokok dan bunga,
jangka waktu pinjaman, nama pemberi pinjaman, tujuan pinjaman, dan alasan
kegagalan atau kegagalan untuk menghindari tidak mampu bayar. Berdasarkan
cermat Penulis pada kasus PT. APOL., Tbk., PT. APOL. harus terlebih dahulu
menangguhkan atau menghentikan sementara penjualan saham sebelum bursa
dihapus atau di delisting. PT. APOL. pada November 2019, bursa sahamnya
dibekukan karena diduga mengalami krisis kinerja perseroan, dalam bentuk
pengajuan pailit. Pastinya, suspensi akan merugikan investor pemilik saham PT.
APOL. melewati perdagangan di pasar modal.
Demi terjaganya jual beli efek yang jelas, tertib dan efektif, bursa bisa
menghentikan perdagangan efek sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Bursa Efek
Jakarta No, II-A tentang Perdagangan Efek, salah satu alasannya adalah
terindikasi terdapat isu hukum mengenai force majeure. Ini sejalan dengan Pasal
3, Peraturan PT. Bursa Efek Jakarta No. I-I Tentang Penghapusan Pencatatan dan
Pencatatan Kembali Saham di Bursa yang mengatur bahwa jika saham tersebut
secara bersyarat diwajibkan untuk melakukan suspensi saham yang berkaitan
dengan emiten berhubungan dengan isu hukum terhadap perusahaan publik
dilakukan penghentian sementara selama lima hari dan hanya di perdagangkan di
pasar negosiasi.10 Ketika sebuah perseroan dibubarkan, sikap pertama yang
dilakukan adalah penjualan aset perusahaan. Dana yang diperoleh dari likuidasi
harus dibayarkan kepada kreditor perusahaan tingkat pertama. Pemilik sekuritas
hutang juga harus dilunasi sebelum pemegang saham.
Setelah pelunasan hutang tersebut, sisanya akan dilunaskan kepada
stakeholders. Saham preferen dibayarkan sebelum saham biasa. Beberapa saham
preferen termasuk likuidasi preferen yang menentukan harga per saham preferen.
Jika saham preferen termasuk preferensi, itu harus dibayarkan sebelum
perusahaan membayar jumlah berapapun untuk saham biasa. Dibandingkan
dengan pemegang saham perusahaan yang telah delisting secara sukarela, maka

12
pemegang saham perusahaan yang terpaksa dihapus akan mengalami kerugian
investasi. Pada perusahaan penerbit yang secara sukarela menerbitkan efek, saham
pemegang saham akan di buy back oleh perseroan tersebut. Proses yang terjadi
biasanya melibatkan pembelian kembali saham emiten milik investor pemegang
saham. Buy back saham tersebut dapat dilakukan oleh pemegang saham mayoritas
atau melalui tender offer. Jika ada pemegang saham yang tidak setuju dengan
rencana delisting tersebut, maka proses pembelian kembali saham tersebut akan
berbeda. Pemegang saham yang tidak setuju harus membeli saham dengan harga
yang ditentukan (harga maksimum atau harga normal atau harga dengan nilai
wajar).
Pemilik saham biasa tidak mempunyai hak hak likuidasi khusus, dan dapat
hasil kekayaan setelah hutang senior sudah dibayarkan. Peraturan Bapepam
tentang kewajiban emiten yang mengalami kepailitan diatur dalam Keputusan
Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep-46/PM/1998 tentang
Keterbukaan Informasi Bagi Emiten Atau Perusahaan Publik yang dimohonkan
pernyataan pailit. Aturan tersebut antara lain adalah kegagalan emiten atau emiten
dalam memenuhi atau tidak terhindarkan kegagalan dalam memenuhi
kewajibannya kepada pihak kreditor yang tidak terkait, perusahaan terbuka atau
emiten harus memberi laporan laporan kepada Bapepam dan bursa efek tentang
hal ini secepatnya, paling lama 2 hari kerja sesudah peristiwa itu terjadi.
Konsep dan regulasi hukum mengenai prinsip perlindungan pemegang
saham minoritas masih baru. Selama ini Indonesia belum cukup menerima bagian
dari kaidah hukum perseroan. Hal ini disebabkan karena:11 1. Berlaku prinsip
yang kuat yaitu satu-satunya yang dapat mewakili perusahaan adalah direktur; 2.
Berlaku prinsip yang kuat bahwa golongan mayoritas yang berkuasa; 3.
Pengadilan menolak keras mencampuri urusan bisnis perusahaan. Perlindungan
hukum dari pemegang saham minoritas sangat penting, karena dalam suatu
perusahaan dapat terjadi benturan kepentingan antara pemegang saham mayoritas
dan pemegang saham minoritas. Ini semua untuk melindungi stakeholders sebagai
pihak yang paling minim dampaknya terhadap kegiatan usaha perusahaan (tidak
mengabaikan peran pemegang saham dalam menentukan kebijakan utama
manajemen perusahaan), namun di sisi lain, pemegang saham dapat mengalami

13
kerugian yang paling signifikan (berupa kerugian modal investasi dari kekayaan
perusahaan tersebut). Pemegang saham dapat melindungi ekuitas dengan
mengambil tindakan langsung terhadap perseroan. Hal-hal tersebut mungkin
melibatkan hak kontraktual yang berkaitan dengan dengan saham, hak yang
didapatkan oleh pemegang saham dari hukum; hak untuk memeriksa pembukuan;
hak untuk pemulihan deviden.
Dalam beberapa kasus, pemegang saham tidak pantas mengambil tindakan
langsung terhadap perseroan. Misalnya, pemegang saham tidak boleh mengambil
tindakan langsung terhadap perusahaan dengan menuduh eksekutif senior
melanggar kewajiban fidusia mereka kepada perusahaan. Kasus ini melibatkan
seluruh pemegang saham, lebih tepatnya gugatan derivatif. Sebaliknya, jika
pemegang saham dilarang memiliki hak suara, maka dapat segera melakukan
tindakan langsung. Pada suatu perusahaan publik yang telah melakukan
penawaran umum perdana, sahamnya diperdagangkan dalam transaksi yang
disebut Bursa Efek. Prosedur pailit sebuah emiten pasar modal adalah sebagai
berikut: pertama, mengajukan permohonan pailit.
Permohonan pailit diajukan ke Pengadilan Niaga melalui kepaniteraan.
Kecuali pemohon merupakan BI, Bapepam, Jaksa, Menteri Keuangan,
permohonan pailit harus diajukan ke kantor pendaftaran Pengadilan Niaga, kantor
pendaftaran pengadilan niaga akan mendaftarkan permohonan pada hari yang
sama dan dalam waktu 1x24 jam terhitung sejak tanggal pendaftaran. Permohonan
tersebut harus diajukan oleh panitera kepada Ketua Pengadilan Niaga. Selain itu,
pengadilan niaga harus menetapkan tanggal sidang dalam waktu 3x24 jam sejak
tanggal pendaftaran, dan pelaksanaannya paling lama 20 hari kerja sejak tanggal
pendaftaran permohonan, dan hanya jika debitor mengajukan permintaan dengan
alasan yang baik. Pengadilan niaga dapat menunda persidangan hingga 25 hari
sejak tanggal permohonan pendaftaran. (Pasal 6 UU KPKPU).
Proses delisting menimbulkan dampak negatif khususnya bagi pemegang
saham atau investor minoritas. Para pemegang saham minoritas kehilangan
kesempatan untuk melakukan protes atau mempertanyakan mengapa proses
delisting dilakukan, yang terjadi adalah mereka akan kehilangan nilai investasi
sahamnya. Dalam hal pelindungan hukum hak pemegang saham minoritas,

14
Undang-Undang Perseroan Terbatas memberikan bentuk-bentuk perlindungan
hukum hak pemegang saham minoritas dalam hal terjadinya forced delisting yang
timbul akibat dari tidak diterapkannya prinsip good corporate governance:
pemegang saham minoritas sebagai subjek hukum mempunyai hak untuk
menggugat Direksi atau Komisaris, apabila Direksi atau Komisaris menimbulkan
kesalahan atau kelalaian yang merugikan pemegang saham minoritas melalui
pengadilan negeri.
Hak pemegang saham minoritas tersebut dinamakan dengan Personal
Right. Hak tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (UUPT) Pasal 61 Ayat (1)., bentuk-bentuk perlindungan
hukum bagi pemegang saham minoritas lainnya yaitu hak penilaian. Hak penilaian
(Appraisal Right) adalah hak dari pemegang saham dalam rangka menilai harga
saham yang dipakai untuk membela kepentingannya. Appraisal Right pemegang
saham minoritas dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) pasal 62 ayat 1, dalam konteks perlindungan bagi pemegang
saham minoritas, hak derivatif atau (derivative right) adalah kewenangan
pemegang saham minoritas untuk menggugat direksi atau komisaris dengan
berdasarkan atau mengatasnamakan perusahaan.8
Pemegang saham minoritas memiliki hak untuk membela kepentingan
perseroan melalui otoritas lembaga peradilan dengan membuktikan adanya
kesalahan atau kelalaian direksi atau komisaris. Di dalam Undang Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dikenal dua hak derivatif atau
derivative right bagi pemegang saham yaitu pada pasal Pasal 97 ayat (6) dan pasal
114 ayat (6), bentuk perlindungan terakhir yang dapat diberikan kepada pemegang
saham minoritas adalah hak pemeriksaan. Hak pemeriksaan (Enquete Recht) atau
hak angket adalah hak yang diberikan kepada pemegang saham minoritas untuk
mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan melalui pengadilan,
dalam hal terdapat dugaan adanya kecurangan-kecurangan atau hal-hal yang
disembunyikan oleh direksi, komisaris maupun pemegang saham mayoritas.
Enquete Recht pemegang saham minoritas dalam Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) pada pasal 138 Ayat (3).

8
Ibid, hal. 312

15
Minority Stakeholders yang rugi memiliki hak untuk mengajukan tanggung jawab
direktur, pemegang saham utama ataupun karyawan atas pengelolaan kelalaian
perusahaan (mismanagement), pengalihan aset perusahaan dan manipulasi yang
membahayakan perusahaan.
Selama pelanggaran kewajiban fidusia tersebut tidak menimbulkan
kerugian besar untuk perusahaan, maka perusahaan tidak akan mengajukan segala
bentuk santunan kepada pengurus yang melanggar kewajiban fidusia tersebut. Jika
seorang anggota direksi mendapatkan keuntungan dari tindakan dia, dia mungkin
akan diminta untuk mengembalikan keuntungan tersebut kepada perusahaan.
Gugatan derivatif adalah cara menyelesaikan yang paling mendasar. Minority
Stakeholders yang rugi memiliki hak untuk mengajukan tanggung jawab direktur,
pemegang saham utama ataupun karyawan atas pengelolaan kelalaian perusahaan
(mismanagement), pengalihan aset perusahaan dan manipulasi yang
membahayakan perusahaan. Selama pelanggaran kewajiban fidusia tersebut tidak
menimbulkan kerugian besar untuk perusahaan, maka perusahaan tidak akan
mengajukan segala bentuk santunan kepada pengurus yang melanggar kewajiban
fidusia tersebut. Jika seorang anggota direksi mendapatkan keuntungan dari
tindakan dia, dia mungkin akan diminta untuk mengembalikan keuntungan
tersebut kepada perusahaan.

Penutup
Profesi penunjang pasar modal adalah lembaga/perusahaan yang
diperlukan untuk dijadikan mitra oleh emiten dalam rangka penawaran umum.
Adapun yang termasuk dalam profesi penunjang pasar modal itu adalah akuntan,
konsultan hukum, penilai, dan notaris. Dalam proses penawaran umum, beberapa
lembaga penunjang akan terlibat. Pihak-pihak ini memberikan dukungan kepada
manajemen (dan pemilik) perusahaan untuk memenuhi semua ketentuan yang
diwajibkan oleh peraturan dan perundangundangan. Untuk dapat memastikan
bahwa perusahaan sudah siap melakukan melalui penawaran umum efeknya,
profesi penunjang melakukan penelitian terhadap perusahaan tersebut. Penelitian
ini disebut due diligence.

16
Due diligence ini bukan hanya pcnting bagi perusahaan dan para profesi
penunjang seperti penjamin emisi konsultan hukum dan akuntan untuk melakukan
persiapan yang baik dan untuk memenuhi ketentuan Undang-undang dan
peraturan yang berlaku akan tetapi juga berguna bagi para profesional penunjang
untuk melindungi mereka apabila suatu waktu terjadi masalah atau gugatan
hukum yang diajukan terhadap mereka oleh pembeli efek perusahaan.
Perlindungan ini dinamakan due diligence defense. Undang-Undang Pasar Modal
Tahun 1995 tidak sscara eksptisit menyatakan tanggung jawab konsultan hukum
sebagai konsultan hukum perusahaan, namun terdapat beberapa pasal dari
Undang-undang tersebut yang membebankan tanggung jawab terhadap konsultan
hukum perusahaan, jika konsultan hukum tersebut membuat pernyataan atau
memberikan pendapatnya yang dicantumkan di dalam pernyataan pendaftaran,
bilamana pernyataan tersebut dimasukkan ke dalam kategori pernyataan pendapat
ahli.
Konsultan hukum pasar modal merupakan salah satu profesi yang
eksistensinya ditegaskan oleh Undang-Undang Pasar Modal (UUPM). Konsultan
ini didasarkan pada pemberian pendapat (opinion) atau penilaian (justification)
yang dilakukan secara independen tanpa memihak. Independen yang dimiliki
konsultan hukum dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya menuntut
adanya profesionalitas yang tercemin pada pengaturan benturan kepentingan
(conflict of interest) yang dapat muncul antara kepentingan etik dengan
kepentingan ekonomi klien.Kode Etik Konsultan Hukum Pasar Modal adalah
prasetia Penasehat/Konsultan Hukum yang merupakan pola sikap dan perilaku
serta sarana pembinaan dan pengawasan untuk meningkatkan mutu
Penasehat/Konsultan Hukum Pasar Modal dalam melaksanakan tugas dan
pengabdiannya selaku penasehat dan konsultan dalam bidang hukum
dilingkungan Pasar Modal yang wajib dijunjung tinggi dan ditaati oleh setiap
Penasehat/Konsultan Hukum Pasar Modal.
Keterbukaan informasi yang disyarakatkan dalam UUPM adalah semata-
mata untuk melindungi investor dari kesalahan mengambil keputusan untuk
berinvestasi. Hal ini sebagaiamana dijelaskan dalam Pasal 78 Ayat (1) UUPM
menegaskan bahwa prospektus merupakan salah satu dokumen pokok dalam

17
rangka Penawaran Umum. Oleh karena itu, informasi yang terkandung di
dalamnya harus memuat hal-hal yang benar-benar menggambarkan keadaan
Emiten yang bersangkutan sehingga keterangan atau informasi dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan keputusan investasinya. Apabila
informasi yang disajikan tidak benar tentang fakta yang material, atau tidak
mengungkapkan informasi yang benar tentang fakta yang material, hal tersebut
dapat mengakibatkan pemodal mengambil keputusan investasi yang tidak tepat.
Konsultan hukum sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal ikut
bertanggung jawab secara perdata, atas keterangan dan pendapat yang diberikan
dalam laporan pemeriksaan dan laporan pendapat hukum serta dokumen-dokumen
lain yang dibuatnya dalam rangka pernyataan pendaftaran. Sebaliknya konsultan
hukum tidak dapat diminta pertanggungjawaban apabila ia telah melaksanakan
tugasnya secara profesional. Tanggung jawab konsultan hukum ini terbatas pada
pendapat hukum yang diberikan saja. Akan tetapi perlu diingat bahwa pendapat
hukum yang diberikan oleh konsultan hukum merupakan kesimpulan dari
pemeriksaan hukum secara menyeluruh mengenai keadaan emiten. Ketidakhati-
hatian dalam melakukan pemeriksaan terhadap fakta-fakta dan informasi dalam
pemeriksaan hukum akan berpengaruh pada pemberian pendapat hukum yang
keliru. Pendapat hukum yang keliru tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi
investor.
Prinsip keterbukaan di pasar modal dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap,
yaitu primary market level, secondary market level, dan timely disclosure.
Keterbukaan di pasar modal selain untuk kepentingan perlindungan hukum
pemodal (investor) tetapi juga dapat menjadi suatu instrumen yuridis bagi upaya
membangun perusahaan yang sehat dengan pengelolaan yang baik. Prospektus,
sebagai dokumen yang disyaratkan bagi perusahaan dalam penyampaian
pernyataan pendaftaran di pasar modal, yang berisikan antara lain tentang latar
belakang, kondisi keuangan, status hukum, kekayaan, risiko, dan rencana-rencana
untuk masa yang akan datang yang dimiliki oleh perusahaan. UUPM menentukan
bahwa setiap prospektus dilarang memuat keterangan yang tidak benar tentang
fakta material atau tidak memuat keterangan yang benar tentang fakta material
yang diperlukan agar prospektus tidak memberikan gambaran yang menyesatkan.

18
Prospektus memiliki kedudukan dan konsekuensi hukum, terkait
kebenaran informasi yang dimuat dalam prospektus. Oleh karena itu, UUPM
menekankan bahwa jajaran direksi dan komisaris bertanggung jawab penuh untuk
menjamin kebenaran materi informasi yang disampaikan kepada pemegang saham
dan masyarakat luas. Artinya, apabila informasi yang dimuat dalam prospektus
adalah salah, tidak akurat dan menyesatkan, direksi dan komisaris mempunyai
kewajiban hukum untuk mempertanggungjawabkannya. Oleh karena prospektus
memiliki konsekuensi yuridis, maka sepatutnya pembuatan prospektus dilakukan
secara cermat dan mempertimbangkan akurasi substansi.
Dalam hubungannya dengan kasus ini jelas perusahaan publik atau emiten
yang tidak mampu menghindari kegagalan untuk melunasi kewajibannya terhadap
pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi, dengan ini perusahaan publik atau emiten
harus memberikan laporan mengenai hal ini kepada Bursa Efek dan Bapepam
dimana Efek Perusahaan Publik atau emiten tercatat secepatnya, paling lambat
akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya peristiwa tersebut. Bentuk
perlindungan hukum lainnya berupa gugatan keperdataan. Pemegang saham dapat
melakukan gugatan wanprestasi secara individu atau perseorangan atas nama
pribadi pemegang saham terhadap direksi Perseroan Terbatas (PT), dalam
keputusan ataupun tindakan direksi PT yang dirugikan yaitu pemegang saham itu
sendiri. Terdapat dalam Pasal 97 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.

DAFTAR PUSTAKA
Bismar Nasution, Hukum Pasar Modal, (Medan: Universitas Sumatera Utara,
2005).

C S T Kansil dan Christine S T Kansil, Pokok-pokok Hukum Pasar Modal,


(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004).

Hamud M Balfas, Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Tata Nusa, 2006).

Ramon Nofrial, “Tanggung Jawab Konsultan Hukum Sebagai Profesi Penunjang


Dalam Mewujudkan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal”, Jurnal Hukum
Samudera Keadilan, Vol. 10 No. 1 Januari-Juni 2015.

Subekti Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. 11, (Bandung: PT CitraAditya Bakti,


2014).

19

Anda mungkin juga menyukai