DOSEN PEMBIMBING
BUDHI PURWOKO ST, MT
Disusun Oleh :
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah
dan rahmat- Nya maka dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
referensi dari pengetahuan yang kami miliki seputar hal ini, Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik
TEDI SETIAWAN
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PERMASALAHAN
2
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Pengertian
Sebelum kita membahas tentang sistem ketatanegaraan, terlebih
dahulu kita harus tahu apa itu negara. Menurut Max Weber, negara
merupakan masyarakat yang terintegrasi dan memiliki wewenang memaksa
pada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.
Sedangkan menurut Logemann, negara merupakan organisasi
kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur/mengurus
satu masyarakat tertentu. Dan menurut International Encyclopaedia, negara
merupakan sekumpulan rakyat (bangsa) yang mendiami suatu wilayah
tertentu dan diorganisir dibawah satu pemerintahan yang biasanya berdaulat
kedalam dan keluar.
· Hak negara ini bersifat legal. agar tercipta tata tertib dan
menghindari tindakan anarki.
3
b. Sifat monopoli
a) Penduduk
Penduduk adalah semua orang yang pada suatu waktu bertempat
tinggal mendiami (menetap dalam) wilayah negara tertentu.
b) Wilayah
Wilayah adalah daerah teritorial tertentu sebagai tempat kedudukan
suatu negara, dalam mana kekuasaan negara berlaku atas seluruh
penduduk yang bertempat tinggal menetap didalam daerah teritorial
tersebut.
c) Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang mengatur, menyelenggarakan dan
melaksanakan kekuasaan negara.
4
berdasarkan penunjukkan/pengangkatan kepala negaranya, Indonesia
merupakan Negara Republik yaitu negara yang Kepala Negaranya ditunjuk
dan atau diangkat berdasarkan pemilihan.
3. Tujuan Negara:
· Menegakkan keadilan
· Menyelenggarakan pertahanan
5. Fungsi Negara
5
· Kontrol yaitu mengawasi tindakan Presiden (dilaksanakan DPR)
Dasar 1945
1. BerdasarkanPancasila
6
Hal ini tampak pada sejarah meskipun dituangkan dalam rumusan yang
agak berbeda, namun dalm tiga buah UUD yang pernah kita miliki
Pancasila selalu dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional. Pancasila
selalu menjadi pegangan bersama pada saat-saat terjadi krisis nasional dan
ancaman eksistensi bangsa kita yang merupakan sejarah bahwa pancasila
memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia.
2. BerdasarkanUndang-UndangDasar
7
Opini. Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) yang
dibentuk pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun
rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama yang berlangsung
dari tanggal 28 Mei-1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan
tentang “Dasar Negara” yang diberi nama Pancasila. Kemudian BPUPK
membentuk panitia kecil yang terdiri dari 8 orang untuk
menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni1945, 38
anggota BPUPK membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang
untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak kalimat "dengan
kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka
naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang
disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada
tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena
hanya diperuntukkan untuk tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK
untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli1945. Tanggal
18 Agustus1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia.
8
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.
Namun pelaksanaannya ternyata menyimpang dari Pancasila dan UUD
1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23 (hutang
Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt)
dan 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk
menghancurkan hutan dan sumber alam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang
sangat "sakral", diantara melalui sejumlah peraturan:
9
kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan
diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structur) kesatuan atau
selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), serta mempertegas system pemerintahan presidensil.
PERTAMA
(19-10-1999)
KEDUA
(18-08-2000)
KETIGA
(10-11-2001)
KEEMPAT
10
(10-08-2002)
Pasal 5 ayat 1
Pasal 18
Pasal 2 ayat 1
Pasal 7
Pasal 18 A
Pasal 8 ayat 3
Pasal 9
Pasal 18 B
Pasal 23 B
Pasal 19
Pasal 23 D
Pasal 14
Pasal 20 ayat 5
Pasal 7A
Pasal 24 ayat 3
Pasal 15
11
Pasal 20 A
Pasal 17 ayat 2
Pasal 22 A
Pasal 7 C
Pasal 17 ayat 3
Pasal 22 B
Pasal 8 ayat 1, 2
Pasal 20
Pasal 11 ayat 2, 3
Pasal 21
Pasal 17 ayat 4
Pasal 27 ayat 3
12
Bab X a pasal 28 A, 28 B, 28 C, 28 D, 28 F, 28 G, 28 H, 28 I, 28 J
Pasal 23 A
Bab XV Pasal 36 A
Pasal 23 C
Bab XV Pasal 36 B, 26 C
Pasal 23 F ayat 1, 2
Pasal 23 G ayat 1, 2
Pasal 24 ayat 1, 2
13
kata-katanya mengandung arti dan makna yang sangat dalam,
mempunyai nilai-nilai yang universal dan lestari. Universal karena
mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa-bangsa
yang berada dimuka bumi. Lestari, karena mengandung dinamika
masyarakat dan akan tetap menjadi landasan perjuangan bangsa dan
Negara selama bangsa Indonesia tetap setia terhadap Negara
proklamasi 17 Agustus 1945.
14
Alenia yang ketiga menegaskan lagi apa yang menjadi
motivasi riil dan materil bangsa Indonesia untuk menyatakan
kemerdekaanya, tetapi juga menjadi keyakinan, motivasi spiritual,
bahwa maksud dan tindakannya menyatakan kemerdekaan itu
diberkahi oleh Allah Yang Maha Kuasa. Dengan ini digambarkan
bahwa bangsa Indonesia mendambakan kehidupan yang
berkeseimbangan antara kehidupan material dan sprituil,
keseimbangan kehidupan baik di dunia maupun di akhirat.
15
c. Batang Tubuh UUD 1945
UUD 1945 yang terdiri dari 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2
ayat aturan tambahan, yang mengandung semangat dan merupakan
perwujudan dari pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan UUD 1945, juga merupakan rangkaian kesatuan pasal-pasal
yang bulat dan terpadu. Didalamnya berisi materi yang dibedakan
menjadi dua, yaitu:
· Menetapkan UUD
16
· Menetapkan GBHN
17
Sehubungan dengan itu penting disadari bahwa sistem ketatanegaraan
Indonesia setelah Perubahan Keempat UUD 1945 itu telah mengalami
perubahan-perubahan yang sangat mendasar. Perubahan-perubahan itu
juga mempengaruhi struktur dan mekanisme struktural organ-organ
negara Republik Indonesia yang tidak dapat lagi dijelaskan menurut
cara berpikir lama. Banyak pokok-pokok pikiran baru yang diadopsikan
ke dalam kerangka UUD 1945 itu. Empat diantaranya adalah:
18
berdasarkan atau hukum(constitutional democracy) yang tidak terpisahkan
satu sama lain.
19
Bersamaan dengan itu, negara Indonesia juga disebut sebagai Negara
Hukum (Rechtstaat), bukan Negara Kekuasaan (Machtstaat). Di dalamnya
terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hokum
dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan
menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang-Undang Dasar,
adanya jaminan-jaminan hak asasi manusia dalam Undang-Undang dasar,
adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjamin
persamaan setiap warga negara dalam hukum, serta menjamin keadilan bagi
setiap orang termasuk terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang
berkuasa. Dalam paham negara hukum yang sedemikian itu, pada hakikatnya
hukum itu sendirilah yang menjadi penentu segalanya sesuai dengan prinsip
nomokrasi (nomcrasy) dan doktrin ‘the Rule of Law, and not of Man’. Dalam
kerangka ‘the rule of Law’ itu, diyakini adanya pengakuan bahwa hukum itu
mempunyai kedudukan tertinggi (supremacy of law), adanya persamaan
dalam hukum dan pemerintah (equality before the law), dan berlakunya asas
legalitas dalam segala bentuknya dalam kenyataan praktek (due process of
law). Namun demikian, harus pula ada jaminan bahwa hukum itu sendiri
dibangun dan ditegakkan menurut prinsip-prinsip demokrasi. Karena prinsip
supremasi hukum dan kedaulatan hukum itu sendiri pada pokoknya berasal
dari kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu, prinsip negara hukum hendaklah
dibangun dan dikembangkan menurut prinsip-prinsip demokrasi atau
kedaulatan rakyat(democratische rechtsstaat). Hukum tidak boleh dibuat,
ditetapkan, ditafsirkan dan ditegakkan dengan tangan besi berdasarkan
kekuasaan belaka(Machtstaat). Prinsip Negara Hukum tidak boleh ditegakkan
dengan mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang diatur dalam Undang-
Undang Dasar.
20
Indonesian constitution’. Ketentuan mengenai cita-cita negara hukum ini
secara tegas dirumuskan dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang
menyatakan: “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”. Sebelum ini,
rumusan naskah asli UUD 1945 tidak mencantumkan ketentuan mengenai
negara hukum ini, kecuali hanya dalam penjelasan UUD 1945 yang
menggunakan istilah ‘rechtsstaat’. Rumusan eksplisit bahwa Indonesia adalah
negara hukum baru terdapat dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat
tahun 1949 dan Undang-Undang Dasar SementaraTahun 1950. Untuk
mengatasi kekuarangan itulah maka dalam perubahan ketiga UUD 1945, ide
negara hukum (rechtstaat atau the rule of law) itu diadopsikan secara tegas ke
dalam rumusan pasal UUD, yaitu pasal 1 ayat(3) tersebut diatas. Sementara
itu, ketentuan mengenai prinsip kedaulatan rakyat terdapat dalam pembukaan
dan juga pada pasal 1 ayat (2). Cita-cita kedaulatan tergambar dalam
pembukaan UUD 1945, terutama dalam rumusan alinea IV tentang dasar
negara yang kemudian dikenal dengan sebutan Pancasila. Dalam alinea ini,
cita-cita kerakyatan dirumuskan secara jelas sebagai “Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”.Sedangkan dalam rumusan pasal 1 ayat (2),
semangat kerakyatan itu ditegaskan dalam ketentuan yang menegaskan
bahwa “kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar”.
21
kekuasaan-kekuasaan yang dinisbatkan sebagai fungsi lembaga-lembaga
negara yang sederajat dan saling mengendalikan satu sama lain berdasarkan
prinsip ‘checks and balaces’. Cabang kekuasaan legislatif tetap berada di
Majelis Permusyawaratan Rakyat, tetapi majelis ini terdiri dari dua lembaga
perwakilan yang sederajat dengan lembaga negara lainnya. Untuk melengkapi
pelaksanaan tugas-tugas pengawasan, disamping lembaga legislatif dibentuk
pula Badan Pemeriksa Keuangan. Cabang kekuasaan eksekutif berada
ditangan Presiden dan Wakil Presiden. Untuk memberikan nasehat dan saran
kepada Presiden dan WakilPresiden, dibentuk pula Dewan Pertimbangan
Agung. Sedangkan cabang kekuasaan kehakiman dipegang oleh Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi. Majelis Permusyawaratan Rakyat tetap
merupakan rumah penjelmaan seluruh rakyat yang strukturnya dikembangkan
dalam dua kamar, yaitu DewanPerwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. Oleh karena itu, prinsip perwakilan daerah dalam Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah harus dibedakan hakikatnya dari prinsip
perwakilan rakyat dalam Dewan Perwakilan Rakyat. Maksudnya ialah agar
seluruh aspirasi rakyat benar-benar dapat dijelmakan ke dalam Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang terdiri dari dua pintu.
22
Presiden adalah kepala eksekutif. Disamping itu, ada pula ketentuan
mengenai kewenangan MPR yang tidak lagi dijadikan tempat kemana
presiden harus bertanggungjawab atau menyampaikan pertanggung-jawaban
jabatannya. Selain itu, ketentuan mengenai Mahkamah Konstitusi yang diberi
kewenangan untuk melakukan pengujian atas Undang-Undang terhadap
Undang-Undang Dasar seperti ditentukan dalam pasal 24 ayat (1) juga
mencerminkan dianutnya asas pemisahan kekuasaan dan prinsip “check and
balances’ antara cabangkekuasaan legislatif dan yudikatif. Ketiga ketentuan
itu memastikan tafsirberkenaan dengan terjadinya pergeseran MPR dari
kedudukannya sebagailembaga tertinggi menjadi lembaga yang sederajat
dengan Presidenberdasarkan pemisahan kekuasaan dan prinsip ‘check and
balances’.
(2) Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung dan
karena itu secara politik tidak bertanggungjawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau lembaga parlemen, melainkan
bertanggungjawab langsung kepada rakyat yang memilihnya.
23
Permusyawaratan Rakyat, yaitu sidang gabungan antara Dewan Perwakilan
Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Namun, sebelum diberhentikan,
tuntutan pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden yang didasarkan
atas tuduhan pelanggaran atau kesalahan, terlebih dulu harus dibuktikan
secara hukum melalui proses peradilan di Mahkamah Konstitusi. Jika tuduhan
bersalah itu dapat dibuktikan secara hukum oleh Mahkamah Konstitusi,
barulah atas dasar itu MPR bersidang dan secara resmi mengambil putusan
pemberhentian.
24
pejabat tinggi pemerintahan tersebut tanpa didahului dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat hanya dapat dilakukan oleh Presiden apabila yang
bersangkutan terbukti bersalah dan karena itu dihukum berdasarkan vonis
pengadilan yang bersifat tetap karena melakukan tindak pidana menurut tata
cara yang diatur dengan Undang-Undang.
25
3.7. Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum amandemen
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan
rakyat diberikan seluruhnya diberikan kepada MPR sebagai Lembaga
Tertinggi. MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power)
kepada 5 lembaga tertinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu: Mahkamah
Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Pertimbangan Agung (DPA), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Oleh karena itu, di dalam kehidupan yang menganut sistem demokrasi, selalu
menemukan adanya supra struktur politik dan infra struktur politik sebagai
pendukung tegaknya demokrasi. Dengan menggunakan konsep Montesquiue
maka supra struktur politik meliputi lembaga legislatif, eksekutif dan
yudikatif. Di Indonesia di bawah sistem UUD 1945 lembaga-lembaga negara
atau alat-alat perlengkapan negara (supra struktur politik) adalah:
c) Presiden
26
Sedangkan infra struktur politik suatu negara terdiri dari lima komponen
antara lain:
a) Partai Politik
e) Tokoh-Tokoh Politik
27
oleh ketentuan-ketentuan konstitusi dan juga oleh ketentuan-ketentuan
hukuim lain merupakan Produk konstitusional.
h) Pemerintah Daerah, diatur oleh Pasal 18 UUD 1945. Pada pasal 18 ayat 1
menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota itu mempunyai daerah yang
diatur dengan Undang-Undang, pasal 18 ayat 2 mengatur otonomi
pemerintahan daerah, ayat tersebut menyatakan bahwa pemerintah
daaerah propinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, atau
pengertian otonomi sama artinya mengatur rumah tangga sendiri.
28
i) Pemilihan Umum. Hasil amandemen UUD 1945 tahun 2002 secara
eksplisit mengatur tentang Pemilihan Umum dilakukan secara
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap 5 tahun sekali,
diatur pasal 22E ayat 2.
j) Wilayah Negara. Pada pasal 25A UUD 1945 hasil amandemen 2002
memuat ketentuan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang
batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.
k) Hak asasi manusia menurut UUD 1945. Hak asasi manusia tidak lahir
mendadak sebagaimana kita lihat dalam “Universal declaration of
Human Right” pada tanggal 10 Desember 1948 yang ditanda-tangani
oleh PBB. HAM sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan filosofi
manusia yang melatarbelakanginya.
A. Pembagian kekuasaan
29
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Negara pada hakikatnya adalah suatu sistem, yang terdiri dari berbagai
sub sistem yang merupakan prasyarat bagi keberfungsian dan keberlangsungan
negara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsep negara adalah sistem
yang statis (dalam pengertian tidak berubah-ubah atau tidak akan dirubah) ;
sementara sub sistem dalam negara tersebut konsep yang dinamis, berkembang
dan berubah-ubah. Mengingat hal tersebut, maka keberadaan pemerintah
(organisasi maupun produk hukum yang dihasilkan), harus selalu disempurnakan
sesuai dengan perkembangan masyarakat (dalam dan luar negeri). Sebab, sistem
pemerintahan dan ketatanegaraan yang statis akan membawa dampak kepada
kesejahteraan masyarakat dan sistem lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka uraian mengenai Sistem Ketatanegaraa RI seharusnya dapat dianalisa
dengan baik sehingga dapat diterima dan sekaligus mencerminkan kepentingan
masyarakat seluruhnya.
4.2. Saran
30