Anda di halaman 1dari 15

Nama : Anggy Akhmad Perdani

NPM : 110 120 160 043

Matakuliah : Hukum Pasar Modal

Dosen : Dr. R. KARTIKASARI, S.H., M.H.

Dr. SUDARYAT PERMANA, S.H., M.H.

Resume Kelompok I : “Eksistensi Prinsip Keterbukaan Dan Perlindungan Hukum


Bagi Investor Akibat Praktik Insider Trading Dalam Transaksi Efek Di Pasar
Modal”.

Sumber hukum utama yang menjadi landasan dan ruang lingkup kehidupan dari
industry pasar modal adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal, Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal (PP ini mencabut keberlakuan Keppres Nomor 53
Tahun 1990 tentang Pasar Modal), Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1995
tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal serta selebihnya adalah
peraturan dari Otoritas Jasa Keuangan (POJK).

Hakikatnya, orang dalam (insider) yang membeli saham perusaham dan


kemudian menjualnya ketika harganya naik, merupakan suatu peristiwa yang biasa.
Yang membuatnya menjadi tidak biasa adalah apabila orang dalam melakukan
pembelian dan penjualan tersebut, orang dalam itu mendasarkan perbuatannya kepada
adanya informasi material tentang perusahaan yang belum diinformasikan kepada
publik, misalnya tentang rencana perusahaan untuk melakukan merger, atau rencana
akan mengakuisisi perusahaan lain yang akan membuat nilai perusahaan itu menjadi
naik.1

Apabila hal ini terjadi maka bukan saja perbuatan tersebut menjadi perbuatan
yang tidak biasa, bahkan perbuatan itu akan mengakibatkan orang dalam tersebut

1
Azril Sitompul (et.al), Insider Trading : Kejahatan Di Pasar Modal, Bandung, Citra, 2007, hlm. 3-4.

1
dapat dikenakan tuduhan melakukan kejahatan pasar modal yang dinamakan insider
trading atau perdagangan orang dalam. Yang disebut orang dalam adalah direksi,
komisaris, pemegang saham utama atu orang yang mempunyai relasi dekat dengan
manajemen emiten. Insider trading merupakan istilah teknis yang hanya dikenal di
pasar modal. Istilah tersebut mengacu kepada praktik di mana orang dalam (corporate
insider) melakukan transaksi sekuritas dengan menggunakan informasi eksklusif yang
mereka miliki yang belum tersedia bagi masyrakat atau investor. Insider trading adalah
istilah yang dipinjam dari praktek perdagangan saham yang tidak fair di Amerika yang
dihubungkan dengan penggunaan informasi-informasi yang confidential oleh pejabat
perusahaan yang karena jabatannya dapat menarik keuntungan, sebab informasi
tersebut tidak diberikan kepada masyarakat luas.2

Prinsip keterbukaan informasi atau disebut Disclosure Principle wajib diterapkan


pada perusahaan yang go public, hal ini dikarenakan perusahaan yang telah go public
mengemban kepentingan masyarakat dan wajib memberikan perlindungan kepada
investor. Penerapan prinsip disclosure principle dalam pasar modal mengalami dilema
yang cukup rumit, yakni selain menjaga keseimbangan antara kepentingan perusahaan
untuk menjaga rahasia perusahaan di satu pihak dan hak-hak pemegang saham untuk
melindungi investasi mereka di pihak lain, sehingga hal tersebut merupakan suatu
dilema. Dengan semakin banyaknya pelaku pasar modal, tidak menutup kemungkinan
adanya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku pasar modal atas aturan-aturan pasar
modal yang ada. Pelanggaran terhadap aturan main dalam transaksi efek sering
disebabkan karena lemahnya sistem pengawasan yang dilakukan oleh pihak pengelola
bursa maupun pengawas bursa, sehingga apabila terjadi pelanggaran transaksi efek
baik karena manipulasi, informasi yang menyesatkan maupun insider trading sulit
terdeteksi secara dini.

Praktik insider trading terjadi apabila seseorang membeli atau menjual saha
berdasarkan informasi dari orang dalam yang tidak publik sifatnya. Posisi investor yang
memperoleh informasi dari orang dalam tersebut lebih baik dibandingkan dengan

2
Erman Radjaguguk, Keungkinan-kemungkinan Tindak Pidana dalam Kegiatan Pasar Modal, makalah
seminar potensi-potensi Kejahatan di Bursa Efek, Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UII, Yogyakarta, 28 September,
1996, hlm. 2.

2
investor lain dalam perdagangan saham. Mereka melakukan perdagangan saham yang
tidak fair. Sebab, praktik insider trading menciptakan distorsi pada harga saham, karena
harga saham tersebut tidak direfleksikan berdasarkan informasi pasar yang efisien.
Untuk menghindari akibat yang berpotensi merugikan dan melindungi investor dari
praktik insider trading, maka insider trading dikategorikan dalam penipuan. Peraturan
Pasar Modal Indonesia juga telah membuat larangan insider trading.3

Menurut ahli hukum, insider trading merupakan suatu bentuk transaksi efek yang
dilarang. Hal ini disebabkan antara lain oleh:4

1. Insider trading berbahaya bagi mekanisme pasar yang fair dan efisien. Hal
tersebut akan berakibat pada:

a. Pembentukan harga yang tidak fair (informed market theory). Pembentukan


harga tersebut disebabkan kurangnya informasi yang merata yang dimiliki
para pelaku bursa, artinya hanya dimiliki oleh orang dalam atau sekelompok
orang tertentu yang mempunyai akses terhadap orang dalam.

b. Perlakuan yang tidak adil diantara pelaku pasar (market egalitarism theory
atau fair play).

c. Berbahaya bagi kelangsungan hidup pasar modal. Hilangnya kepercayaan


investor terhadap bursa akan menyebabkan perubahan kebijakan investasinya
dan akhirnya bursa tidak lagi dianggap sebagai alternatif sumber pembiayaan
yang menguntungkan.

2. Insider trading berdampak negatif bagi emiten. Hilangnya kepercayaan


investor terhadap emiten merupakan salah satu penyebab hilangnya
pandangan positif investor, dan apabila hal tersebut terjadi maka sulit bagi
emiten merebut kembali simpati masyarakat. Hal tersebut akan berdampak
negatif secara luas baik dari aspek ekonomis, sumber daya serta pangsa
pasar yang ada.

3
I.G. Raywidjaja, Hukum Pasar Modal, Jakarta: Maspion, 2001. hlm. 214
4
Najib A. Gisymar, Op-Cit, hlm. 52-53.

3
3. Kerugian bagi investor. Kerugian tersebut disebabkan karena investor
membeli efek pada harga yang mahal dan menjualnya pada harga yang
murah, sehingga investor merasa dirugikan dan tidak mendapatkan
perlindungan.

4. Kerahasiaan itu milik perusahaan (business property theory), artinya rahasia


perusahaan tidak dapat dipergunakan semaunya sendiri bagi pemegang
informasi material, hal ini akan mengakibatkan kerugian secara ekonomis
secara luas bagi perusahaan.

Dampak insider trading bagi pasar modal di Indonesia, merupakan hal yang
sangat merugikan bagi investor yang tidak memiliki akses kepada orang dalam, dan
undang- undang pasar modal di Indonesia masih memakai fiduciary duty dalam
menetapkan kejahatan insider trading, dimana undang-undang pasar modal Indonesia
merupakan produk dari anglo saxon, akan tetapi Negara seperti Amerika Serikat
sekarang telah meninggalkan fiduciary duty theory (menetapkan orang dalam dengan
konsep traditional insider) dengan mengembangkan konsep baru misappropriation
theory untuk menjerat pelaku insider trading.

Perlindungan hukum investor menjadi salah satu kunci bagi keberhasilan pasar
modal baik sebagai alternatif pembiayaan maupun sarana investasi. Tanpa adanya
kepastian hukum khususnya penegakan hukum bagi pelanggaran di pasar modal, maka
dapat dipastikan investor enggan menanamkan modalnya. Pada dasarnya UUPM telah
meletakkan landasan bagi penegakan hukum untuk setiap pelanggaran terthadap
kegiatan pasar modal, yakni:5

1. Sanksi administratif (Pasal 102 UUPM),

2. Sanksi pidana (Pasal 103 UUPM),

3. Tuntutan ganti rugi secara perdata (Pasal 111 UUPM).

Permasalahan penegakan hukum di pasar modal ini menjadi penting mengingat


pasar modal merupakan aktivitas ekonomi yang rentan terhadap berbagai pelanggaran

5
Lastuti Abubakar, Transaksi Derivatif Di Indonesia: Tinjauan Hukum Tentang Perdagangan Derivatif Di
Bursa Efek, Bandung, Books Terrace & Library, 2009, hlm. 316.

4
salah satunya perdagangan orang dalam (insider trading), Bab XI Pasal 90- Pasal 99
Tentang Penipuan, manipulasi pasar dan perdagangan orang dalam, yang secara tegas
mengklasifikasikan pelanggaran-pelanggaran tersebut ke dalam tindak pidana. Romli
atmasasmita berpendapat bahwa UUPM merupakan undang-undang administratif yang
diberi kekuatan sanksi baik sanksi administratif maupun sanksi pidana. UUPM bukan
undang-undang pidana khusus sekalipun di dalamnya dimuat ketentuan sanksi,
sehingga setiap pelanggran pidana terhadap UUPM lebih tepat disebut sebagai tindak
pidana dalam kegiatan praktik pasar modal, bukan tindak pidana pasar modal.6

UUPM dianggap kurang mendukung perlindungan kepada investor, sebab


prinsip pengaturan UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut teori
penyalahgunaan (misapproprition theory) maka ketika terjadi praktik-praktik
perdagangan orang dalam tidak efektif memberikan sanksi hukum kepada keterlibatan
orang dalam dalam insider trading sebab UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
masih menganut teori hubungan kepercayaan (fiduciary duty theory).

Teori penyalahgunaan (misappropriation theory) mengatakan setiap orang yang


menggunakan inside information atau informasi yang belum tersedia untuk publik
melakukan perdagangan saham atas informasi tersebut dikategorikan sebagai insider.
Walaupun orang yang melakukan perdagangan itu tidak mempunyai fiduciary duty
dengan perusahaan. Apabila Pasal 95 ini dicermati lebih mendalam lagi, maka masih
terdapat celah hukum yang dipakai oleh orang dalam (Insider), maupun orang luar yang
menerima informasi (Insider) untuk melakukan transaksi efek yang dilarang atau Insider
trading. Pasal 95 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 hanya menjangkau orang
dalam kapasitas Fiduciary duty theory, sehingga para pelaku yang masuk dalam
kategori Misappropriation theory hampir dapat dipastikan akan terhindar dari
pelaksanaan. 7 Pasal 104 Undang-Undang No 8 tahun 1995 yaitu mengenai sanksi
yang dapat dikenakan bagi pelaku Insider trading. Dalam pasal 104 UU No 8 Tahun
1995 jelas diutarakan bahwa kejahatan insider trading hukumannya adalah denda
maksimal 15 miliar rupiah dan maksimal penjara 10 tahun.

6
Ibid, hlm.317.

5
Perlindungan hukum kepada investor akibat insider trading sebenarnya masih
kurang, karena kurangnya peraturan yang mengatur tentang hukuman maupun kriteria-
kriteria pelaku insider trading yang semakin berkembang mengikuti perkembangan
seperti di Amerika Serikat. Karena perlindungan hukum terhadap investor sangat
diperlukan bila terjadi insider trading. Perlindungan hukum tersebut dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu dengan memberikan kepastian hukum melalui peraturan
perundang-undangan dan kepastian hukum melalui penegakan hukumnya. Dengan
adanya kepastian hukum melalui peraturan perundang-undangan akan memberikan
perlindungan kepada investor untuk mendapatkan informasi yang lengkap, akurat dan
benar sehingga investor dapat mengambil keputusan yang benar karena didukung oleh
informasi yang kuat. Selain itu adanya kepastian hukum melalui penegakan hukumnya
yang dilakukan oleh Bapepam (sekarang OJK) dengan melakukan tindakan preventif,
yakni dalam bentuk aturan, pedoman, bimbingan, dan pengarahan dan tindakan
represif, yakni dalam bentuk pemeriksaan, penyidikan, dan penerapan sanksi-sanksi
akan dapat membangun kepercayaan dari para investor terhadap pasar modal itu
sendiri.

Resume Kelompok II : Perlindungan Dana Investor Pasar Modal Oleh Securities


Investor Protection Fund (Sipf) Akibat Terjadinya Kejahatan Pada Pasar Modal
Ditinjau Dari Teori Perlindungan Hukum.

Securities Investor Protection Fund (SIPF) merupakan lembaga penyelenggara


dana perlindungan pemodal yang berbentuk badan hukum yaitu perseroan yang telah
mendapatkan izin usaha dari OJK untuk menyelenggarakan dan mengelola dana
perlindungan pemodal. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
49/POJK.04/2016 tentang Penyelenggara Dana Perlindungan Pemodal dijelaskan pada
bagian menimbang bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan, sejak tanggal 31 Desember 2011 fungsi, tugas, dan
wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal
termasuk terkait dengan pengaturan mengenai penyelenggara dana perlindungan

6
pemodal beralih ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke Otoritas
Jasa Keuangan (selanjutnya disingkat OJK).
Pembentukan Securities Investor Protection Fund (SIPF) memang tidak
diamanatkan secara langsung dalam UUPM namun, jika dikaji berdasarkan Pasal 4
UUPM yang menyatakan bahwa pembinaan, pengaturan, dan pengawasan dalam
pasar modal memiliki tujuan agar terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar,
dan efesien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.

Dibentuknya lembaga SIPF untuk melindungi aset investor adalah bentuk


perlindungan hukum maksud dan tujuan dari dibentuknya penyelenggara dana
perlindungan pemodal adalah sebagai berikut 7:

1. Menatausahakan dan mengelola dana perlindungan pemodal di pasar modal


Indonesia,
2. Melakukan investasi atas dana perlindungan pemodal di pasar modal
Indonesia,
3. Melakukan pemeriksaan, verifikasi, membuat analisa untuk melakukan
pembayaran dan tindakan lainnya sehubungan dengan klaim yang diilakukan
oleh pemodal,
4. Menerima tambahan dana dan atau memungut biaya sehubungan dengan
kegiatan perlindungan pemodal di pasar modal Indonesia.
5. Melakukan tindakan untuk pengembalian (recovery) dana yang telah
dikeluarkan dari Dana Perlindungan Aset Pemodal untuk pembayaran klaim
berdasarkan subrogasi atas hak pemodal terhadap pihak yang telah
menimbulkan kerugian, termasuk namun tidak terbatas ikut serta dalam proses
hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan, Serta melakukan segala
kegiatan pendukung lainnya yang berkaitan dengan maksud dan tujuan di atas
SIPF sebagai suatu lembaga yang didirikan untuk melindungi aset investor di
pasar modal dari kerugian yang disebabkan risiko kejahatan oleh karyawan
atau manajemen perusahaan efek dan risiko kebangkrutan perusahaan efek.
Risiko karena kondisi pasar dan risiko investasi lainnya tidak termasuk jenis
7
http://www.indonesiasipf.co.id/dana-perlindungan-modal.sipf, diakses pada tanggal 1 Mei 2017, pukul
00.21 WIB

7
risiko yang dilindungi oleh SIPF.8 Berdasarkan teori perlindungan hukum,
menurut Fitzgerald , teori perlindungan hukum Salmond bahwa hukum
bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan
dalam masyarakat karena dalam suatu lalulintas kepentingan, perlindungan
terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi
berbagai kepentingan di lain pihak. Perlindungan hukum harus melihat tahapan
yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala
peraturan hukum yang diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya
merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan
perilaku antara angota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan
pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat. Pembentukan
lembaga SIPF di Indonesia untuk memberikan perlindungan hukum bagi para
investor. Investor tergolong sebagai masyarakat yang dalam menjalankan
aktivitas hidupnya perlu memperoleh perlindungan yang sudah menjadi haknya.
Pengaturan hubungan antara kehidupan bermasyarakat oleh pemerintah suatu
negara sebagai regulator menjadi sangat penting.
Pada akhirnya pelanggaran yang signifikan dari segi jumlah dan kualitas akan
meruntuhkan kredibilitas pasar modal.9 Berdasarkan hal tersebut dapat menjadi alasan
dibentuknya SIPF di Indonesia. Kedewasaan dan kematangan para investor dalam
melakukan aktivitas di bidang pasar modal terus-menerus dituntut, jangan terlalu rentan
terhadap rumor dan isuu yang diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab, serta semakin terlatih dalam menganalisis risiko investasi dan membaca hal-hal
yang semula tidak dapat di prediksi menjadi sesuatu yang dapat diolah dan mampu
mengambil keputusan yang tepat dan aman.10 Dibentuknya SIPF di Indonesia
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan dan memberikan kepastian hukum
investor pada pasar modal di Indonesia.

8
Gozha Primanda dan Wenny Setiawati, Analisis Pendirian Lembaga Securities Investor Protection Fund
(Dana Perlindungan Pemodal) sebagai Upaya Perlindungan terhadap Investor dalam Hukum Pasar Modal
Indonesia (Studi Komparasi antara Amerika Serikat dan Singapura), Universitas Indonesia, 2014, www.lib.ui.ac.id.,
diakses pada tanggal 1 Mei 2017, pukul 18.45 WIB.

9
Ibid., hlm. 262.
10
Ibid., hlm. 280.

8
Resume Kelompok III : Pemegang Saham Publik Terhadap Tindakan Go Private
yang Dilakukan Perseroan Terbatas Ditinjau dari Teori Kepastian Hukum.

Perseroan Terbatas di Indonesia setidaknya dapat berupa PerseroanTerbuka dan


Perseroan Tertutup. Perseroan Terbuka maupun PerseoranTertutup adalah tunduk
pada UndangUndang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan peraturan
pelaksananya. Perseroan Terbuka karena dalam kegiatan usahanya melakukan
penawaran efek, maka secara khusus juga tunduk pada Undang-Undang Nomor 8
tahun 1995 tentang Pasar Modal, peraturan Otoritas Jasa Keuangan (dahulu Bapepam-
LK, Selanjutnya disebut OJK), dan peraturan Bursa Efek Indonesia apabila listing di
Bursa.

Suatu Perseroan Tertutup dapat menjadi Perseroan Terbuka dan


istilahperubahan status dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka
dikenaldengan sebutan Go Publik. Perbedaan yang mendasar antara
PerseroanTerbuka dan Perseroan Tertutup adalah dengan diberlakukannya Peraturan
OJKkepada Perseroan Terbuka, maka Perseroan Terbuka memiliki kewajiban
untukmelakukan keterbukaan informasi ke publik. Keterbukan informasi tersebut
harusdilakukan baik pada saat melakukan Go Publik ataupun sesudah proses
GoPublik. Kewajiban tersebut berlangsung selama perseroan tersebut berstatussebagai
perseroan terbuka, hal ini sama sekali tidak dikenal dalam perseroan tertutup.

Perseroan tertutup tidak berkewajiban untuk memberitahukan kepadapublik


setiap transaksi-transaksi ataupun tindakantindakan lainnya yangdilakukan oleh
perusahaan tertutup tersebut, sedangkan Perseroan Terbukaharus segera
menyampaikan kepada OJK dan mengumumkan kepadamasyarakat mengenai
kebijakan-kebijakan perseroan yang dapat mempengaruhinilai efek.Perseroan yang
sudah berstatus sebagai Perseroan Terbuka dapatkembali merubah statusnya menjadi
Perseroan Tertutup. Perubahan statusperseroan dari perseroan terbuka menjadi
perseroan tertutup dikenal denganistilah go privat. Go privat bukanlah sesuatu yang
baru dalam praktik bisnis diIndonesia. Di Indonesia, go private pertama kali dilakukan
pada tahun 1996,yaitu pada tindakan go private PT Praxair Indonesia Tbk. Setelah PT

9
PraxairIndonesia, Tbk, beberapa perusahaan terbuka lain yang melakukan go
privateantara lain adalah PT Pfizer Indonesia, Tbk. (2002), PT Miwon Indonesia,
Tbk.(2002), PT Indocopper Investama Tbk. (2002), PT Bayer Indonesia, Tbk. (2003),PT
Central Proteinaprima Tbk. (2004), PT Surya Hidup Satwa, Tbk. (2004), PTIndosiar
Visual Mandiri Tbk. (2004), PT Multi Agro Persada, Tbk. (2005), dan PTKomatsu
Indonesia, Tbk. (2005).

Pengaturan mengenai mekanisme go publik dalam peraturan hukum nasional


yang sudah sangat memadai, hal mana diatur secara tegas dalamUUPT dan UU Pasar
Modal. Berbeda hal nya dengan pengaturan mengenaimekanisme go publik,
pengaturan mengenai proses/mekanisme go privat masihtersebar. Dasar hukum
/pengaturan mengenai mekanisme go privat di Indonesiadiatur dalam UUPT. Pasal 21
ayat (2) huruf g UUPT menentukan bahwa : “statusperseroan yang tertutup dapat
menjadi perseroan terbuka atau sebaliknya.”Peraturan lainnya (bukan dalam Undang-
Undang) yang digunakan sebagai dasarhukum go privat adalah diatur dalam Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor54 /Pojk.04/2015 Tentang Penawaran Tender Sukarela
dan Peraturan No. IX.E.1- Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-
412/BL/2009 TentangBenturan Kepentingan.

Peraturan OJK dan Bapepam LK tersebut dibentuk karena pengaturan go privat


dalam UU PT tidak memadai untuk menyelesaikan persoalan go privatdalam praktik.
Persoalan go privat yang tidak dapat diselesaikan hanya denganpenerapan UUPT
adaah terkait perlindungan hukum kepada pemegang sahampublik. Banyak alasan atau
latar belakang Perseroan melakukan tindakan goprivat, akan tetapi pada dasarnya
pertimbangan perseroan dalam tindakan goprivat tersebut hanya memperhatikan
kepentingan perusahaan, dan kurangmemperhatikan kepentingan pemegang saham
publik. UUPT yang dianggapkurang memberikan perlindungan yang cukup kepada
pemegang saham publikdalam tindakan go privat, oleh karenanya Bapepam LK
menganggap perlu adanya suatu aturan yang dapat memberikan perlindungan yang
cukup terhadap pemegang saham publik, hal mana menjadi alasan filosofis
pembentukanPeraturan No. IX.E.1 - Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-
412/BL/2009 Tentang Benturan Kepentingan.UUPT memang mensyaratkan bahwa

10
setiap perseroan yang akanmelakukan go privat harus mendapatkan persetujuan dari
RUPS dan denganpersetujuan Menteri Kehakiman RI (Pasal 19 ayat (1) juncto Pasal
21 ayat (1)UUPT), akan tetapi apabila UUPT tersebut berjalan sendiri tanpa
adanyaPeraturan No. IX.E.1 - Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-
412/BL/2009 Tentang Benturan Kepentingan, maka keputusan go privateditentukan
oleh pemegang saham majoritas yang memang berkepentingandengan transaksi
tersebut, tanpa memperhatikan kepentingan-kepentingan daripemegang saham publik
(minoritas). Diundangkannya peraturan mengenaibenturan kepentingan, meskipun tidak
memiliki suara majoritas pemegangsaham independen yang tidak setuju dengan proses
go private dapat menolakrencana go private. Peraturan tersebut mensyaratkan bahwa
go private hanyadapat dilakukan dengan persetujuan RUPS Pemegang Saham
Independen yangdihadiri oleh lebih dari 50% saham yang dimiliki Pemegang Saham
Independen,dan disetujui oleh lebih dari 50% saham yang dimiliki oleh Pemegang
Saham Independen.

Resume Kelompok VI : Peranan Pemegang Obligasi Ritel Indonesia Terhadap


Ekonomi Nasional.

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu dari keseluruhan aspek


pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka,
berdaulat, bersatu, dalam suasana peri kehidupan berbangsa yang aman, tertib,
dinamis, dan damai. Hal ini bisa diwujudkan bila pertumbuhan ekonomi berlangsung
secara berkelanjutan, stabilitas moneter dan sector keuangan dapat terjaga, dan hasil
peningkatan kegiatan perekonomian dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat secara
berkeadilan. Adapun pembangunan nasional itu sendiri pada hakikatnya merupakan
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
seluruhnya, dengan Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedomannya. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, tugas untuk
mensejahterakan rakyat tidaklah semata-mata terletak di pundak pemerintah saja
tetapi terletak di pundak pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama.

11
Masyarakat tidak boleh pasif dalam usaha untuk mencapai kesejahteraannya
sendiri. Pembangunan ekonomi Indonesia harus dilaksanakan dengan segenap daya
yang ada, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun yang dimiliki oleh masyarakat.
Pembangunan ekonomi Indonesia selalu mengikuti kebijakan yang ditempuh oleh
pemerintah yang berkuasa dari waktu ke waktu. Pada masa pemerintahan orde lama,
Indonesia menerapkan kebijakan ekonomi yang tertutup (inward oriented). Prinsip
berdiri di atas kaki sendiri (berdikari) dan kebijakan untuk tidak menerima bantuan dari
pihak luar mengakibatkan ekonomi nasional mengalamistagnasi. Pemerintah orde lama
juga menetapkan kebijakan anti investasi asing dengan semboyan go to hell with your
aid, dan bahkan melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan asing
yang ada di Indonesia.

Perekonomian Indonesia di masa orde lama semakin terisolasi dari rangkaian


perdagangan dunia, dan pembangunan ekonomi Indonesia praktis tidak mengalami
kemajuan karena ketiadaan sumber-sumber dana untuk membiayai kebutuhan
pembangunan. Pemerintah orde baru diwarisi dengan kompleksnya permasalahan
pembangunan ekonomi di antaranya utang luar negeri yang cukup besar, laju inflasi
yang tinggi, serta buruknya kondisi prasarana dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk
mendukung pembangunan dimaksud. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah orde
baru menetapkan langkah-langkah strategis jangka pendek dengan sasaran untuk
menghidupkan kembali roda perekonomian. Salah satu langkah penting yang ditempuh
pemerintah adalah mencairkan hubungan dengan International Monetary Fund (IMF)
dan World Bank yang sempat terputus pada masa pemerintahan sebelumnya.
Pembangunan ekonomi di era reformasi tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2000
Tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun 2000-2004, yang
ditujukan untuk membangun suatu sistem ekonomi kerakyatan dalam rangka
penanggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sistem
jaminan sosial, pemberdayaan usaha kecil, menengah dan koperasi. Hal tersebut
adalah sejalan dengan arah pembangunan nasional yang terkandung dalam UUD 1945
yang pada dasarnya sesuai dengan tujuan dari sebuah Negara kesejahteraan (welfare
state). Kebijakan pemerintah dalam hal pengelolaan dan pembiayaan hutang bertujuan
untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana pinjaman baik yang berasal dari dalam

12
maupun luar negeri serta menggerakkan pasar obligasi pemerintah (termasuk ORI).
Sasaran yang dituju dalam program ini adalah:

1. Tercapainya penyerapan pinjaman luar negeri yang maksimal sehingga dana


pinjaman dapat digunakan tepat waktu.

2. Adanya penyempurnaan strategi pinjaman pemerintah.

3. Adanya penyempurnaan kebijakan pinjaman/hibah daerah yang sesuai


dengan kemampuan fiskal daerah.

4. Adanya penyempurnaan mekanisme penerusan pinjaman dari pemerintah


pusat kepada pemerintah daerah, serta

5. Adanya penyempurnaan mekanisme sumber pembiayaan APBN melalui


pengelolaan Surat Utang Negara (SUN)

Penjaminan dari sudut hukum perdata sangat erat kaitannya dengan sebuah
penanggungan. Pada dasarnya, suatu penanggungan merupakan persetujuan, bahwa
untuk kepentingan dari kreditor seseorang/pihak ketiga berjanji dan mengikatkan diri
untuk memenuhi kewajiban debitor manakala debitor tidak memenuhi kewajiban-
kewajibannya kepada kreditor.11 Penanggungan yang disebutkan di atas mirip dengan
keberadaan jaminan dari pihak pemerintah atas Obligasi Negara Ritel yang terdapat
pada Undang-Undang No. 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara, meskipun tidak
dapat dipersamakan dengan itu. Ketentuan yang termuat pada Pasal 1 UU NO. 24
Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara menyebutkan bahwa Surat utang negara
adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran
bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia sesuai dengan masa berlakunya.

Resume Kelompok V: Sukuk (Surat Berharga Syariah Negara) Atau Obligasi


Syariah Dan Imbalan Yang Digunakan.

Untuk menjamin keberadaan SBSN maka pada tanggal 7 Mei 2008 Pemerintah
telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 yaitu mengenai Surat
Berharga Syariah Negara (SBSB/SUKUK). Surat Berharga Syariah Negara

11
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan kesepuluh, Citra Aditya Bakti, Bandung 1995, hlm.164

13
(SBSN/SUKUK) ini adalah berupa surat berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan
prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing. Pengesahan Undang-Undang tersebut menjadi
hal yang sangat penting dan paling dinanti oleh para investor, baik oleh investor asing
maupun investor domestik. Dasar pertimbangan Pemerintah pada saat menyusun dan
mengesahkanundang-undang tersebut adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.32/DSN-MUI/IX/2002, yaitu dalam rangka mendukung keberhasilan
pembangunannasional guna mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

Surat Berharga Syariah Negara wajib mencantumkan ketentuan dan syarat yang
mengatur, antara lain mengenai :

i. Penerbit

ii. Nilai nominal

iii. Tanggal penerbit

iv. Tanggal jatuh tempo

v. Tanggal pembayaran Imbalan

vi. Besaran atau nisbah Imbalan

vii. Frekuensi pembayaran Imbalan

viii. Cara perhitungan pembayaran Imbalan

ix. Jenis mata uang atau denominasi

x. Jenis Barang Milik Negara yang dijadikan Aset SBSN

xi. Penggunaan ketentuan hukum yang berlaku

xii. Ketentuan tentang hak untuk membeli kembali SBSN sebelum jatuh tempo

xiii. Ketentuan tentang pengalihan kepemilikan.

14
SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat yang dapat

diperdagangkan atau tidak diperdagangkan di Pasar Sekunder. SBSN dengan


warkat adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang kepemilikannya berupa
sertifikat baik atas nama maupun atas unjuk. Sertifikat yang kepemilikannya tercantum,
sedangkan sertifikat atas unjuk adalah sertifikat yang tidak mencantumkan nama
pemilik sehingga setiap orang yang menguasainya adalah pemilik yang sah. SBSN
tanpa warkat atau scripless adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang
kepemilikannya dicatat secara elektronik (book entry system).

Dalam hal SBSN tanpa warkat bukti kepemilikan yang otentik dan sah adalah
pencatatan kepemilikan secara elektronis. Dimaksudkan agar pengadministrasian data
kepemilikan (registry) dan penyelesaian transaksi perdagangan SBSN di Pasar
Sekunder dapat diselenggarakan secara efisien,cepat, aman, transparan, dan dapat
dipertanggungjawabkan.Surat Berharga Syariah Negara Adalah Surat Utang Negara.
SBSN secara formal merupakan suatu grup debt instrument yang merupakan kontrak
dengan sejumlah pembayaran yang tetap dari yang mengeluarkan atau yang
memegang SBSN tersebut. SBSN pada saat jatuh tempo pembayaran kewajiban
Imbalan dan Nilai nominal dapat melebihi perkiraan anggaran disebabkan oleh, antara
lain: perbedaan kurs, dan/atau tingkat imbalan.

Pemerintah mengumpulkan dana melalui Surat Berharga Syariah Negara juga


menggunakan akad Istishna. Hal ini memanfaatkan segala bentuk dan jenis instrumen
keuangan untuk mengumpulkan dana. Pada istishna banyak digunakan dalam bank
syariah untuk membiayai nasabah untuk membeli barang yang diinginkan oleh
nasabah. Pembayaran dari pembelian barang tersebut dibayar sesuai kesepakatan
atau perjanjian atau akad yang telah disepakati bersama. Pembayaran yang dilakukan
oleh pembeli (nasabah) kepada penjual (bank) dapat secara tunai dan dapat pula
secara angsuran. Landasan atau dasar hukum juga tercantum pada Pasal 1 angka 9
Undang–Undang Surat Berharga Syariah Negara.

15

Anda mungkin juga menyukai