Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW adalah utusan-Nya. Puja dan puji syukur kehadirat Allah
SWT, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarikh Tasyri’

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang waqof dan
ibtida’, menjadikan keterbatasan kami pula untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang
masalah ini.Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Darussalam,Aceh Besar , 27 Mei 2021

Taqwa Rizatullah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PEDAHULUAN....................................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan........................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. Masa Keemasan.........................................................................................................................4
B. Kondisi Hukum Islam dan Perkembangannya...........................................................................4
C. Kodifikasi Ilmu Pengetahuan.....................................................................................................6
D. Pembentukan Madzhab-madzhab Fiqh......................................................................................6
BAB III................................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11

2
BAB I
PEDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pertengahan abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H. Periode ini disebut sebagai periode
gemilang karena fiqh dan ijtihad ulama semakin berkembang. Pada periode inilah muncul berbagai
mazhab, khususnya mazhab yang empat, yaitu Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi’i dan
Mazhab Hanbali. Pertentangan antara Madrasah al-hadits dengan Madrasah ar-ra’yu semakin menipis
sehingga masing-masing pihak mengakui peranan ra’yu dalam berijtihad, seperti yang diungkapkan
oleh Imam Muhammad Abu Zahrah, guru besar fiqh di Universitas al-Azhar, Mesir, bahwa
pertentangan ini tidak berlangsung lama, karena ternyata kemudian masing-masing kelompok saling
mempelajari kitab fiqh kelompok lain.
Pada masa ini terkenal juga dengan masa keaktifan dan era keemasan dalam bidang Fiqih,
penyusunan ilmu pengetahuan, banyaknya para mujtahid, timbul dan berkembangnya mazhab-mazhab
Fiqih dan munculnya istilah-istilah Fiqih yang baru. Para khalifah era Abbasiah memberi perhatian
yang besar terhadap fiqh dan fuqaha’. Hal itu disebabkan dekatnya para khalifah dengan ulama dan
selalu meminta fatwa atau pengarahan tentang fiqih kepada para fuqaha’. Kondisi ini menjadikan para
mujtahid kian berkembang dan meluas sampai ke negara-negara Islam, ditambah lagi dengan
bebasnya berfikir dan berijtihad sehingga semakin banyak masalah-masalah baru yang disebabkan
berbedanya tempat dan kondisi negara-negara Islam lainnya, maka para mujtahid berfatwa dengan
ijtihadnya, kemudian muncullah aliran-aliran mazhab.

B. Rumusan Masalah

- Bagaimana sejarah berkembangnya Fiqih pada masa keemasan nya?

C. Tujuan

- Agar mengetahui lebih dalam tentang berkembangnya fikih didunia

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Keemasan

Setelah kekuasaan Umayyah berakhir, kendali pemerintahan Islam selanjutnya dipegang oleh
Dinasti Abbasiyah yang berlangsung sekitar 250 tahun sejak akhir abad ke-7 sampai awal abad 10 M.
Periode ini ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang seluruhnya masih dibuktikan
sampai saat ini.1

Periode ini merupakan periode keemasan umat Islam, yang ditandai dengan berkembangnya
berbagai bidang ilmu, seperti filsafat, pemikiran ilmu kalam, hukum, tasawuf, teknologi,
pemerintahan, arsitektur, dan berbagai kemajuan lainnya. Sejalan dengan berkembangnya
pemerintahan Islam sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan Islam ke belahan dunia Barat
dan Timur, dari daratan Spanyol (Eropa Barat) sampai perbatasan Cina (di Asia Timur), maka
terbentanglah peradaban Islam dari Granada di Spanyol sampai ke New Delhi di India, yang dirintis
sejak masa Khulafa al-Rasyidin, Khalifah Umayyah, dan Khalifah Abbasiyah.

Perluasan wilayah ini menyebabkan munculnya masalah-masalah baru yang belum terjadi
sebelumnya, sehingga permasalahan yang dihadapi umat Islam pun makin banyak dan kompleks.
Keadaan demikian memunculkan tantangan bagi para mujtahid untuk memecahkan hukum masalah-
masalah tersebut, dan hasil ijtihad mereka kemudian dibukukan dalam kitab-kitab fiqh (hukum).
Karena itu masa ini merupakan masa perkembangan dan pembukuan kitab fiqh, hasil ijtihad para
tokoh mujtahidin. Periode ini merupakan puncak lahirnya karya-karya besar dalam berbagai penulisan
dan pemikiran, ditandai antara lain dengan lahirnya kitab kumpulan hadits dan fiqh (hukum Islam)
dari berbagai madzhab.

B. Kondisi Hukum Islam dan Perkembangannya

Belum pernah tercatat dalam sejarah perkembangan fiqih sebagaimana terjadi pada periode ini.
Kekayaan tsarwah fiqhiyah benar-benar memperlihatkan kedalaman dan orisinalitas yang
mengagumkan. Saat itu fiqih menjadi disiplin ilmu tersendiri, mulai dirintis penulisan ushul fiqih
(kaidah-kaidah fiqhiyah) dan perumusan metodologi serta kaidah-kaidah ijtihad yang dipakai oleh
para mujtahidin dan fuqaha dalam menyimpulkan hukum-hukum dari sumber fiqih.

Sejarah juga mencatat periode ini sebagai suatu fase dimana fiqih tidak sekedar berputar di sekitar
masalah-masalah pengambilan hukum atau fatwa-fatwa fuqaha sahabat, seperti yang menjadi concern

1
Sunanto, M. Sejarah Peradaban Islam Indonesia . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. (2010).hlm 26

4
fuqaha sebelumnya, tetapi merambah ke dalam persoalan-persoalan metodologis dan kemungkinan
pencarian “rumusan alternatif” bagi pengembangan kajian fiqh.

Ada beberapa faktor yang mempunyai andil dalam menghantarkan fiqih menuju era
keemasan. Faktor-faktor itu di antaranya :

1. Adanya perhatian para khalifah Bani Abbas terhadap fiqh dan para fuqahanya.

Berbeda dengan Khulafa’ Bani Umayyah yang “memasung” para fuqaha membatasi gerak mereka
yang berani menantang kebijaksanaan pemerintah. Khulafa’ Bani Abbas malah mendekati para
fuqaha dan meletakkan mereka pada posisi yang terhormat. Perhatian yang begitu besar, misalnya
dapat dilihat ketika khalifah Harun al-Rasyid memanggil Imam Malik untuk mengajarkan kitab
Muwattha’ kepada kedua putranya, al-Amin dan al-Makmun. 2

2. Kebebasan berpendapat

Perhatian khulafa’ Bani Abbas yang besar terhadap fiqih dan fuqaha juga tergambar dalam
kebebasan berpendapat dan berbagai stimulasi yang diberikan untuk membangkitkan keberanian
berijtihad para fuqaha. Pemerintahan Daulah Abbasiyah tidak ikut campur dalam urusan fiqh,
misalnya dengan meletakkan peraturan yang mengikat kebebasan berpikir dan tidak pula membatasi
madzhab tertentu yang mengikat para hakim, mufti atau ahli fiqh memiliki kebebasan untuk
menentukan hukum sesuai dengan metodologi dan kaidah-kaidah ijtihad yang mereka gunakan.

3. Banyaknya fatwa pada periode ini


4. Kodifikasi ilmu
5. Tersebarnya perdebatan dan tukar pikiran diantara para Faqihi

Pada permulaan masa ini, mulailah timbul munadzarah (pertukaran fikiran) dan perselisihan paham
yang meluas yang mengakibatkan timbulnya khittah-khittah baru dalam mentasyri’kan hukum bagi
pemuka-pemuka tasyri’ itu. Terjadinya perselisihan paham di masa sahabat itu adalah karena
perbedaan paham diantara mereka dan perbedaan nash yang sampai kepada mereka, karena
pengetahuan mereka dalam soal hadis tidak bersamaan dan pula karena perbedaan pandangan tentang
mashlahah yang menjadi dasar bagi penetapan suatu hukum, disamping itu juga adalah karena
berlainan tempat.

6. Pembukuan fiqh / hukum Islam

Gagasan penulisan hukum-hukum fiqhiyah sebenarnya sudah muncul pada akhir pemerintahan
Bani Umayyah, yaitu ketika beberapa ulama mulai menulis fatwa-fatwa diantara syeikh mereka

2
Yatim, B. Sejarah Peradaban Islam . Jakarta; Grafindo. 2008.

5
karena khawatir lupa atau hilang. Sejak saat itu inisiatif untuk menulis hukum-hukum syar’iyah terus
berkembang. Beberapa fuqaha Madinah mulai mengumpulkan fatwa-fatwa sahabat dan tabi’in seperti
Siti Aisyah, Ibnu Umar dan Ibnu Abbas sebagaimana terlihat dalam kitab Muwattha’, karya
monumental Imam Malik.

C. Kodifikasi Ilmu Pengetahuan

Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah berkembangnya ilmu
pengetahuan di dunia Islam. Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di dunia Islam disebabkan oleh
hal-hal berikut :

1. Banyaknya mawali yang masuk Islam

Sebagian orang yang daerahnya dikuasai umat Islam menjadi penganut agama Islam. Kemudian
mereka belajar agama Islam di bawah bimbingan para imam. Di bawah pemerintahan Harun al-
Rasyid, dimulailah penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada awalnya, upaya
penerjemahan di utamakan pada buku-buku kedokteran, tetapi kemudian dipelajari pula buku-buku
ilmu pengetahuan dan filsafat.

2. Berkembangnya pemikiran karena luasnya ilmu pengetahuan

Dalam bidang ilmu kalam terjadi perdebatan, setiap kelompok memiliki cara berfikir tersendiri dalam
memahami akidah Islam. Selain itu, saat itu terjadi pula pertarungan pemikiran antara mutakallimin,
muhadditsin, dan fuqaha.

3. Adanya upaya umat Islam untuk melestarikan al-Qur’an dengan dua cara, yaitu dicatat
(dikumpulkan dalam mushaf) dan dihafal.

Pada periode ini muncul usaha untuk menghimpun hadits Nabi, sebagai acuan dalam penetapan
hukum setelah al-Qur’an. Hadits dari usaha tersebut lahirlah kitab-kitab himpunan hadits, terutama
enam kitab hadits terkemuka (al-kutub al-sittah), karya ulama penghimpun hadits yaitu :

a. Imam Bukhari (wafat 256 H/870 M)


b.Imam Muslim (wafat 261 H/875 M)
c. Ibn Majah (wafat 273 H/877 M)
d.Abu Dawud (wafat 275 H/889 M)
e. Al-Tirmidzi (wafat 279 H/892 M)
f. Al-Nasa’i (wafat 303 H/915 M).

D. Pembentukan Madzhab-madzhab Fiqh

Dalam masa perkembangan ijtihad banyak para mujtahid ahli sunnah yang
menjelaskan/mengkhususkan perhatiannya kepada masalah fiqh. Para mujtahid mencurahkan hampir

6
segala hidup dan kehidupannya untuk mendalami ilmu fiqh. Baik itu untuk mengambil istimbath ilmu
fiqh, maupun dalam mengerjakannya.

Tiap-tiap mujtahid senantiasa dikelilingi oleh para siswa yang ingin mempelajari ilmu fiqhnya,
ataupun ingin mengajukan persoalan yang mereka hadapi. Para ahli fiqh ini telah banyak mewariskan
kumpulan-kumpulan hasil ijtihad mereka. Baik yang tertulis dalam buku-buku fiqh ataupun yang
berupa amanat yang senantiasa dipegang teguh oleh para siswa mereka. Kumpulan hasil ijtihad tadi
kemudian dikenal dengan aliran-aliran fiqh/al-madzhahibul fiqhiyyah 3.

Thaha Jabir Fayadl al-Ulwani (1987: 87-88) menjelaskan bahwa madzhab fiqih Islam yang muncul
setelah sahabat dan khabar al-tabi’in berjumlah 13 aliran. Ketiga belas aliran ini berafiliasi dengan
aliran ahlussunnah. Namun tidak semua aliran itu dapat diketahui dasar-dasar dan metode istimbath
hukum. Adapun di antara pendiri 13 itu adalah sebagai berikut :

1. Abu Sa’id al-Hasan ibn Yasar al-Bashri (w. 110 H)


2. Abu Hanifah al-Nu’man ibn Tsabit ibn Zuthi (w. 150 H)
3. Al-Auza’i Abu ‘Amr Abd al-Rahman ibn Amr ibn Muhammad (w. 157 H)
4. Sufyan ibn Sa’id ibn Masruq al-Tsauri (w. 160 H)
5. Al-Laits ibn Sa’d (w. 175 H)
6. Malik ibn Anas al-Bahi
7. Sufyan ibn Uyainah (w. 198 H)
8. Muhammad ibn Idris al-Syafi’i (w. 204 H)
9. Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (w. 241 H)
10. Daud ibn Ali al-Ashbahani al-Baghdadi (w. 270 H)
11. Ishaq ibn Rahawaih (w. 238 H)
12. Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalabi (w. 240 H).

Aliran hukum Islam yang terkenal dan masih ada pengikutnya hingga kini hanya beberapa di
antaranya :

1. Imam Abu Hanifah

Imam Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi. Nama lengkapnya Abu Hanifah an-Nu’man bin
Tsabit bin Zufiat al-Tamimi yang masih mempunyai pertalian hubungan kekeluargaan dengan Ali bin
Abi Thalib. Lahir di Kufah 80H/699 M pada masa pemerintahan al-Walid bin Abdul Malik. Semasa
hidupnya beliau dikenal sebagai seorang yang sangat dalam ilmunya, ahli zuhud, sangat tawadhu’,
dan sangat teguh memegang ajaran agama. Beliau wafat pada tahun 150 H/767 M pada usia 70 tahun.
Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam madzhab Hanafi adalah :

3
Ismaun. Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Pers, 2005.

7
a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Fatwa-fatwa sahabat
d. Qiyas
e. Istihsan
f. Urf

2. Imam Malik ibn Anas

Dilahirkan di Madinah pada tahun 93 H. Imam Malik adalah seorang ulama yang sangat
terkemuka, terutama dalam ilmu hadits dan fiqh. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam
madzhab Maliki adalah :

a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma ulama Madinah
d. Fatwa sahabat
e. Qiyas
f. Masalihul mursalah

3. Imam Syafi’i

Nama lengkapnya Muhammad bin Idris asy-Syafi’i al-Quraisyi, dilahirkan di Ghazah, pada tahun
150 H. Beliau wafat di Mesir. Kitab-kitabnya hingga kini masih dibaca orang. Murid-muridnya yang
terkenal di antaranya adalah : Muhammad bin Abdullah bin al-Ahkam, Abu Ibrahim bin Ismail bin
Yahya al-Muzani. Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam madzhab Syafi’i adalah :

a. Al-Qur’an
b. Sunnah
c. Ijma
d. Qiyas
e. Istidlal

4. Imam Ahmad Hanbali

Nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal al-Syaibani.
Beliau dilahirkan di Baghdad pada bulan Rabiul Awal 164 H/780 M. Imam Ahmad bin Hanbal
banyak mempelajari dan meriwayatkan hadits. Dia berhasil menyusun kitab himpunan hadits, yang
terkenal dengan nama Musnad Ahmad Hanbali.

Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum Islam/dalil hukum Islam (mashadir al-ahkam, adillat al-
ahkam) madzhab Hanbali adalah :

8
a. Al-Qur’an
b. Sunnah (hadits shahih)
c. Fatwa para sahabat
d. Hadits yang lemah (dhaif/hasan)
e. Qiyas

5. Imam Ja’far

Nama lengkapnya Imam Ja’far ash-Shaddiq (80-146 H/699-765 M), adalah Ja’far bin Muhammad
al-Baqir bin Ali Zainal Abiding bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Beliau dilahirkan pada tahun 80 H
(699 M).

Ja’far al-Shadiq adalah seorang ulama besar dalam banyak bidang ilmu, seperti ilmu filsafat,
tasawuf, fiqh, kimia dan ilmu kedokteran. Beliau adalah Imam yang keenam dari dua belas Imam
dalam madzhab Syi’ah Imamiyah. Di kalangan kaum sufi beliau adalah guru syaikh yang besar,
sedang di kalangan ahli Kimia beliau dianggap sebagai pelopor ilmu Kimia, beliau adalah guru dari
Jabir bin Hayyan, ahli Kimia dan Kedokteran Islam.

Fiqh Ja’fari adalah fiqh dalam madzhab Syi’ah pada zamannya, karena sebelum dan pada masa
Ja’far ash-Shiddiq tidak ada perselisihan. Perselisihan dan perbedaan pendapat baru muncul sesudah
masanya.

Dasar-dasar yang menjadi sumber hukum/dalil hukum (mashadir al-ahkam, adillat al-ahkam),
madzhab Ja’fari adalah :

a. Al-Qur’an
b. Sunnah, yang diriwayatkan oleh Imam-imam (perawi-perawi) yang diakui oleh mereka
c. Ijma’, yang diakui oleh mereka adalah ijma’ di kalangan Syi’ah.
d. ‘Aqal (Ra’yu).

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Periode ke empat awal abad ke-2 s.d pertengahan abad ke-4 H merupakan periode keemasan
karena masa ini banyak loncatan-loncatan monumental terhadap perkembangan hokum Islam
dengan ditandahi adanya bembukuan As Sunnah dan Pembukuan Ushul Fiqh
2. Periode ini juga merupakan periode pengembangan Islam yang begitu besar, hal ini di tandai
dengan lahirnya Ulama’,dan Mujtahid besar yang melahirkan tulisan dan Kitab-Kitab penting
bagi Umat Islam seluruh dunia.
3. Kemunculan Imam-Imam Madzhab yang berbeda-beda pada hakekatnya tidak ada perbedaan,
karena sebenarnya mereka berusaha untuk mengajak Umat Islam selalu mendasarkan
kehidupanya kepada dasar yang utama yaitu Al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://moenawar.multiply.com/journal/item/12/TARIKH_TASYRI_Sejarah_perkembangan_mazhab_
- _ftnref1 Mun’im. A. Sirry, Sejarah Fiqh Islam, Islamabat : Risalah Bush, 1995, hal. 76

http://moenawar.multiply.com/journal/item/12/TARIKH_TASYRI_Sejarah_perkembangan_mazhab_
- _ftnref2 Mahjuddin, Ilmu Fiqih, Jember : P.T. GBI Pasuruan, 1991, hal. 111

11

Anda mungkin juga menyukai