FIQIH`
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat
taufik dan hidayahnya kepada kita semua. Dan tak lupa pula salawat serta salam
kami haturkan kepangkuan baginda nabi besar Muhammad Saw, karena berkat
perjuangan dan usaha beliau kita semua dapat menikmati islam dengan sebaik-
baiknya agama.
Syukur alhamdulillah munaqosah ini bisa selesai tepat pada waktunya.
Didalam munaqosah ini kami akan membahas tentang “Pembentukan Madzhab-
Madzhab Fiqh”. Dengan rendah hati, saya ingin menyampaikan beribu maaf
apabila terjadi kesalahan dan kekeliruan pada penulisan makalah ini. Kami juga
mohon kritik dan sarannya dalam penyempurnaan makalah ini, karena kami
masih dalam tahap belajar.
Akhirul kalam jazakumullahu khairon ,wassalam.
Penyusun
Asha wardana
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita khususnya para
mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang :
1. pengertian mazhab,
2. latar belakang munculnya madzhab
3. macam – macam madzhab dalam fiqh
BAB II
PEMBAHSANAN
2
Sementara Jalaluddin Rahmat melihat penyebab ikhtilaf dari sudut pandang
yang berbeda, Ia berpendapat bahwa salah satu sebab utama ikhtilaf di antara
para sahabat adalah prosedur penetapan hukum untuk masalah-masalah baru yang
tidak terjadi pada zaman Rasulullah SAW.
Setelah berakhirnya masa sahabat yang dilanjutkan dengan masa Tabi’in,
muncullah generasi Tabi’it Tabi’in. Ijtihad para Sahabat dan Tabi’in dijadikan
suri tauladan oleh generasi penerusnya yang tersebar di berbagai daerah wilayah
dan kekuasaan Islam pada waktu itu. Generasi ketiga ini dikenal dengan Tabi’it
Tabi’in. Di dalam sejarah dijelaskan bahwa masa ini dimulai ketika memasuki
abad kedua hijriah, di mana pemerintahan Islam dipegang oleh Daulah
Abbasiyyah.
Dari mata rantai sejarah ini jelas terlihat bahwa pemikiran fiqih dari zaman
sahabat, tabiin hingga munculnya mazhab-mazhab fiqih pada periode ini. Dari
sini pula kita dapat merumuskan apa sebab-sebab munculnya mazhab pada
periode ini. Namun mazhab-mazhab muncul pada periode ini tidak terbatas pada
empat mazhab – Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’ie dan Hambali – seperti yang ada
sekarang.
.Muhammad Khudari Beik (ahli fiqh dari Mesir) membagi periodisasi fiqh
menjadi enam periode. Yaitu Periode risalah, Periode khulafaurrasyidun, Periode
awal pertumbuhan fiqih, Periode keemasan, Periode tahrir, takhrij dan tarjih
dalam mazhab fiqih, dan yang terakhir adalah periode kemunduran fiqih .
1. Periode risalah.
Periode ini dimulai sejak kerasulan Muhammad S.A.W. sampai wafatnya Nabi
S.A.W. (11 H./632 M.). Pada periode ini kekuasaan penentuan hukum
sepenuhnya berada di tangan Rasulullah S.A.W. Sumber hukum ketika itu adalah
Al-Qur'an dan sunnah Nabi S.A.W.
Periode awal ini juga dapat dibagi menjadi periode Makkah dan periode
Madinah.
2. Periode al-Khulafaur Rasyidun.
Periode ini dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad S.A.W sampai
Mu'awiyah bin Abu Sufyan memegang tampuk pemerintahan Islam pada tahun
41 H./661 M. Sumber fiqh pada periode ini, disamping Al-Qur'an dan sunnah
Nabi S.A.W., juga ditandai dengan munculnya berbagai ijtihad para sahabat.
Ijtihad ini dilakukan ketika persoalan yang akan ditentukan hukumnya tidak
dijumpai secara jelas dalam nash. Pada masa ini, khususnya setelah Umar bin al-
Khattab menjadi khalifah (13 H./634 M.), ijtihad sudah merupakan upaya yang
luas dalam memecahkan berbagai persoalan hukum yang muncul di tengah
masyarakat.
3. Periode awal pertumbuahn fiqh.
Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H.
Periode ketiga ini merupakan titik awal pertumbuhan fiqh sebagai salah satu
disiplin ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para sahabat ke berbagai daerah
semenjak masa al-Khulafaur Rasyidun (terutama sejak Usman bin Affan
menduduki jabatan Khalifah, 33 H./644 M.), munculnya berbagai fatwa dan
ijtihad hukum yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat daerah tersebut.
4. Periode keemasan.
Periode ini dimulai dari awal abad ke-2 sampai pada pertengahan abad ke-4 H.
Dalam periode sejarah peradaban Islam, periode ini termasuk dalam periode
Kemajuan Islam Pertama. Seperti periode sebelumnya, ciri khas yang menonjol
pada periode ini adalah semangat ijtihad yang tinggi dikalangan ulama, sehingga
berbagai pemikiran tentang ilmu pengetahuan berkembang. Perkembangan
pemikiran ini tidak saja dalam bidang ilmu agama, tetapi juga dalam bidang-
bidang ilmu pengetahuan umum lainnya.
Dinasti Abbasiyah (132 H./750 M.-656 H./1258 M.) yang naik ke panggung
pemerintahan menggantikan Dinasti Umayyah memiliki tradisi keilmuan yang
kuat, sehingga perhatian para penguasa Abbasiyah terhadap berbagai bidang ilmu
sangat besar. Para penguasa awal Dinasti Abbasiyah sangat mendorong fuqaha
untuk melakukan ijtihad dalam mencari formulasi fiqh guna menghadapi
persoalan sosial yang semakin kompleks. Perhatian para penguasa Abbasiyah
terhadap fiqh misalnya dapat dilihat ketika Khalifah Harun ar-Rasyid
(memerintah 786-809) meminta Imam Malik untuk mengajar kedua anaknya, al-
Amin dan al-Ma'mun.
5. Periode tahrir, takhrij, dan tarjih
Periode ini dimulai dari pertengahan abad ke-4 sampai pertengahan abad ke-7
H. Yang dimaksudkan dengan tahrir, takhrij, dan tarjih adalah upaya yang
dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam mengomentari, memperjelas dan
mengulas pendapat para imam mereka. Periode ini ditandai dengan melemahnya
semangat ijtihad dikalangan ulama fiqh. Ulama fiqh lebih banyak berpegang pada
hasil ijtihad yang telah dilakukan oleh imam mazhab mereka masing-masing,
sehingga mujtahid mustaqill (mujtahid mandiri) tidak ada lagi. Sekalipun ada
ulama fiqh yang berijtihad, maka ijtihadnya tidak terlepas dari prinsip mazhab
yang mereka anut. Artinya ulama fiqh tersebut hanya berstatus sebagai mujtahid
fi al-mazhab (mujtahid yang melakukan ijtihad berdasarkan prinsip yang ada
dalam mazhabnya). Akibat dari tidak adanya ulama fiqh yang berani melakukan
ijtihad secara mandiri, muncullah sikap at-ta'assub al-mazhabi (sikap fanatik buta
terhadap satu mazhab) sehingga setiap ulama berusaha untuk mempertahankan
mazhab imamnya.
3
Secara umum penyebab muncul adanya madzhab adalah disebabkan oleh tiga
factor yang sangat menentukan bagi perkembangan hukum Islam sesudah
wafatnya Rasulullah yaitu:
Pada masa tabi’in, ijtihad sudah mempola dua bentuk yaitu yang lebih banyak
menggunakan ra’yu yang ditampilkan “Madrasah Kufah”, dan yang lebih banyak
menggunakan hadis atau sunnah yang ditampilkan “Madrasah Madinah”. Masing-
masing madrasah menghasilkan para mujtahid kenamaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasil ijtihad para imam mazhab itu setelah melalui penyempurnan di tangan
murid-muridnya, disusun secara sitematis sehingga mengasilkan kitab-kitab fiqh
mazhab. Ketentuan hukum dalam kitab-kitab fiqh itulah yang diikuti para
pengikutnya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan jadi rujukan para
hakim dalam menyelesaikan perkara. Kitabkitab fiqh peninggalan imam mazhab
ini merupakan salah satu faktor utama bagi kelangsungan dan perkembangan
pemikiran mazhab tersebut hingga sekarang Ringkasnya, pebedaan pendapat atau
timbulnya mazhab itu telah ada dimasa sahabat, terus berkembang hingga masa
tabi’in, kemudian meluas sesuai dengan makin berlipat gandanya “Peristiwa
Baru” yang bermunculan. Mereka telah berhasil memberikan beragam jawaban
terhadap masalah-masalah baru tersebut, malah ulama-ulama masa lampau itu
telah melewati peristiwa-peristiwa yang terjadi, sehingga mereka telah sukses
dalam menciptakan rumusan fiqh andaian
DAFTAR PUSTAKA
http://muhamadqbl.blogspot.com/2010/11/sejarah-empat-mazhab-
fiqih.html
http://himawarief.blogspot.com/2009/12/latar-belakang.html