Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH TARIKH TASYRI’

“TASYRI’ AWAL ABAD II HIJRIAH SAMPAI DENGAN ABA IV


HIJRIAH”

DOSEN PEMBIMBING:

IRFAN ZULFIKAR,M.Ag

DISUSUN OLEH:

IHSAN ARYA DANENDRA

(12220115315)

JARIYAH NUR FADHILAH

(12220120691)

ABDUL ROHMAN GHOFAR

(12220111819)

MUHAMMAD DEO ARIANDA

(12220112356)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

PRODI HUKUM KELUARGA

KELAS B TAHUN 2022


KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah yang telah melimpahkan segala karunianya yang tidak
terhingga, khususnya nikmat iman dan islam. Yang dengan keduanya diperoleh kebahagiaan
dunia dan akhirat.

Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan
atas keluarga dan sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu
hingga akhir zaman.

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat kami
selesaikan, dengan tema yang telah ditentukan. Tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepadabapak Irfan sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Tarikh Tasyri’,
atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu

Kami jauh dari kata sempurna,dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesugguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa diharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kita pada
khususnya dan pihak lain
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Tasyri’ pada masa awal abad II sampai dengan abad IV hijriah.....................................................6
B. Sumber Tasyri’ dan Pemegang Wewenangnya..............................................................................9
C. Perkembangan Pembukuan Al-Qur’an dan Hadist.......................................................................12
D. Beberapa faktor Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan.....................................................15
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
A.Kesimpulan...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Muhammad SAW adalah seorang revosulioner sejati, keberhasilannya


merubah pola masyarakat Arab hingga seluruh belahan dunia dalam berbagai aspek
kehidupan, menjadikannya layak mendapat julukan ini.Setidaknya pendapat ini
diyakini oleh semua umat Islam dan sebagian orientalis.Michael H. Hart dalam
bukunya yang berjudul 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh Di Dunia menempatkan
Nabi Muhammad dalam urutan yang pertama.Ia mengatakan bahwa Muhammad
adalah sosok manusia yang berhasil memimpin dan menyebarkan Agama Islam
hingga seluruh dunia. Namun setelah terjadinya perang salib akibat gerakan ekspansi
kekuasaan dan keagamaan yang dilakukan oleh pasukan Islam sejak masa Khulafa’
ar’Rasyidin menimbulkan kebencian di kalangan umat Kristen terhadap sosok Nabi
Muhammad SAW. Kebencian ini diwujudkan melalui cara, minsalnya saja melalui
propoganda melalui pendapat, tulisan-tulisan, buku yang semuanya bertujuan
menjatuhkan pamor Muhammad dihadapan umatnya dan umat manusia yang
lainnya.
Al-Quran dan hadis yang menjadi sumber hukum Islam juga tidak lepas dari
sasaran sebagian orientalis yang tidak menghendaki Islam berkembang.Mereka
mengatakan bahwa Al-Quran merupakan karya Muhammad yang disesuaikan
dengan kondisi Arab pada masa itu.Sehingga Al-Quran tidaklah wajib untuk diimani.
Hal ini kemudian bertentangan dengan doktrin Islam yang tercantum dalam Al-
Quran yang mengatakan bahwa Al-Quran berasal dari Allah SWT dan tidak ada
campur tangan manusia sama sekali di dalamnya, meskipun unsur kebudayaan Arab
pada masa itu menjadi latar belakang turunnya ayat-ayat Al-Quran.
Sejarah penetapan hukum Islam tidak le[pas dari fenomena di atas. Proses
penurunan ayat-ayat Al-Quran hingga masa wafatnya Nabi Muhammad SAW. Maka
pada makalah ini pemakalah akan membahas tentang tasyri’ pada masa awal abah II
hijriah sampai pertengahan abad IV hijriah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Tasyri’ Pada Masa Awal Abad II Hijriah Sampai Pertengahan Abad IV
Hijriah?
2. Apa Saja Yang Menjadi Faktor Penyebab Perkembangan Tasyri’ Pada Masa Itu?
3. Apa Saja Sumber Tasyri’ Pada Masa Itu Dan Siapa Pemegang Wewenangnya?
4. Bagaimana Perkembangan Pembukuan Al-Quran Dan Hadis Pada Masa Itu?
5. Dan Apa Saja Faktor Yang Menjadi Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada Masa Itu?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui Tasyri’ Pada Masa Awal Abad II Hijriah Sampai Pertengahan Abad IV
Hijriah.
2. Mengetahui Faktor Penyebab Perkembangan Tasyri’ Pada Masa Itu.
3. Mengetahui Sumber Tasyri’ Pada Masa Itu Dan Pemegang Wewenangnya.
4. Mengetahui Perkembangan Pembukuan Al-Quran Dan Hadis Pada Masa Itu.
5. Mengetahui Faktor Yang Menjadi Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada Masa Itu.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tasyri’ pada masa awal abad II sampai dengan abad IV hijriah


Masa tasyri’ periode ini dimulai pertengahan abad II sampai pertengahan
abad IV hijriah (250 tahun), yaitu masa Bani Abbasiyah dan mujtahidin.Periode ini
disebut sebagai periode perkembangan kematangan tasyri’ yang gemilang karena
fiqh dan ijtihad ulama mengalami perkembangan yang luar biasa. Masa ini juga
disebut masa penyempurnaan; di mana terjadi pembukuan sunnah, fatwa para
sahabat, fatwa tabi’in dan tabi’ tabi’in, hadis-hadis tafsir, ilmu-ilmu hadis, serta fiqh
dan ushul fiqh. Berbagai aspek kehidupan mengalami kemajuan; baik dalam bidang
sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun ilmu pengetahuan.
Pada periode ini muncul tokoh mujtahidin dan ulama besar yang menjadi
tokoh istinbat dari bernagai mazhab.Mazhab-mazhab tersebut, yaitu mazhab Hanafi,
mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan mazhab Hanbali.Pertentangan Madrasah Al-
Hadis dengan Madrasah Al-Ra’yi menipis sehingga masing-masing pihak mengakui
peranan ra’yu dalam berijtihad.
Seperti yang diungkapkan oleh Imam Muhammad Abu Zahrah, guru besar
fiqh di Universitas Al-Azhar, Mesir; bahwa pertentangan ini tidak berlangsung lama,
karena ternyata kemudian masing-masing kelompok saling mempelajari kitab fiqh
kelompok lain. Imam Muhammad bin Hasan Al-Syaibani, ulama dan mazhab Hanafi
yang dikenal sebagai ahli ra’yu, datang ke Madinah untuk berguru kepada Imam
Malik dan mempelajari kitabnya, Al-Muwaththa’ (buku hadis dan fiqh). Imam Al-
Syafi’i, salah seorang tokoh ahli hadis, belajar kepada Muhammad bin Hasan Al-
Syaibani. Imam Abu Yusuf, tokoh ahli ra’yu, banyak yang mendukung pendapat ahli
hadis dengan mempergunakan hadis-hadis Rasulullah SAW. Oleh sebab itu, menurut
Imam Muhammad Abu Zahrah, ktab-ktab fiqh banyak berisi ra’yu dan hadis.Hal ini
menunjukkan adanya titik temu antara masing-masing kelompok.
Kitab-kitab fiqh mulai disusun pada periode ini dan pemerintah Daulah
Abbasiyah pun menganut mazhab Hanafi sebagai pegangan para hakim di
pengadilan.Di samping sempurnanya penyusunan kitab fiqh dalam berbagai mazhab,
dalam periode ini juga disusun kitab-kitab ushul fiqh, seperti kitab Al-Risalah yang
disusun oleh Imam Al-Syafi’i. Fiqh iftiradi (fiqh berdasarkan pengandaian tentang
persoalan yang akan terjadi di masa datang) pun semakin berkembang karena
pendekatan yang dilakukan tidak lagi bersifat aktual, tetapi mulai bergeser pada
pendekatan teoritis. Oleh sebab itu, hukum untuk permasalahan yang mungkin akan
terjadi sudah ditentukan.
Fiqh sudah menjelma sebagai salah satu cabang ilmu yang mengandung
pengertian hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliah (praktis) dan dalil-dalilnya
yang terinci.Ushul fiqh pun telah matang menjadi salah satu cabang ilmu.Berbagai
metode ijtihad, seperti qiyas, istihsan, dan istislah; telah dikembangkan oleh ulama
fiqh. Dalam perkembangannya, fiqh tidak saja membahas persoalan aktual, tetapi
juga menjawab persoalan yang akan tejadi, sehingga bermunculanlah fiqih iftiradhi.

A. Beberapa faktor penyebab perkembangan tasyri’.


Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan.
1. Faktor Politik
Politik adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan kekuasaan untuk
memengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan, suatu bentuk
susunan masyarakat1
Pada fase ini, perkembangan hukum Islam ditandai dengan munculnya aliran-
aliran politik yang secara implisit mendorong terbentuknya aliran hukum. Daulah
Abbasiyah fanatik terhadap dua hal, yaitu terhadap Arab dan Persia.. Fanatik Arab
memegang kekuasaan dan fanatik Persia sebagai propagandis Abbasiyah.Keduanya
saling menolong. Bahkan Al-Ma’mun yang terdidik Persia ingin menghapuskan
fanatik Arab.. Pemberontakan yang pertama dari golongan Syiah terjadi di Andalusia,
ketika keturunan Bani Umayyah mengasingkan diri dan mendirikan kekhalifahan di
sana. Syiah merasa lebih berhak atas kekhalifahan ini dari pada golongan lain.
Kemudian terjadi pemberontakan berikutnya di Mekah yang dipimpin Musa Al-Hadi
bin Muhammad Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur, tetapi ia terbunuh.
Imam keenam Syiah, Ja’far bin Muhammad Al-Shadiq, ketika ia meninggal,
Syiah terbagi menjadi dua:
a. Syia Itsna Asyariyyah dipimpin oleh Musa Al-Kazham yang dikenal dengan
Musawiyah. Sesudah Musa wafat, imamah diberikan kepada cucunya yang kedua
belas, yaitu Abu Al-Qasim Muhammad Al-Askari bin Hasan Al-Askari bin Ali Al-Hadi
bin Muhammad Al-Jawad bin Ali Ridha bin Musa Al-Kazhim bin Ja’far Shadiq bin
Muhammad Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib. Syiah
Imamiyyah memercayai setelah ayahnya meninggal, imam akan muncul pada akhir
zaman.
b. Syiah Ismailiyyah dipimpin oleh Ismail bin Ja’far Sahdiq. Mereka berusaha
memperoleh khalifah.Oleh sebab itu, muncullah Imam Ubaidillah Al-Mahdi di afrika
yang membentuk Daulah Fathimiyyah.
2. Faktor Perluasan Daerah

1
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’ (Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke Masa), cet-1 (Jakarta:
Amzah, 2013), hal 83-84.
Perluasan Daulah Abbasiyyah pada masa ini mencapai kepada ke Barat
(Andalusia) dan ke Timur (Cina).Perluasan wilayah yang dipimpin oleh Abu Al-
Abbas Al-Saffah mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan fiqh dan
tasyri’, karena pemerintahan mengatasnamakan agama.Tokoh-tokoh
pemerintahannya sangat memerhatikan agama dan perundang-undangan negara
diupayakan bersumberkan dari hukum Islam.
Upaya perluasan ini membutuhkan pembukuan perundang-undangan
sebagai pedoman para hakim dan gubernur dalam melaksanakan tugas.Buku
pedoman itu juga dibutuhkan rakyat yang menghendaki fatwa-fatwa untuk
segala urusan mereka dalam segala bidang.
3. Faktor Perbedaan Penggunaan Ra’yu
Secara etimologi ra’yu berarti keyakinan (i’tiqad), analogi (qiyas), dan
ijtihad.2Berdasarkan terminologi, Menurut para ulama, ra’yu atau akal
dinamakan juga dengan tafsir dirayah, Karena penafsiran kitabAllah bertitik tolak
dari pendapatnya dan ijtihadnya, tidak berdasarkan pada apa yang dinukilkan
dari sahabat atau tabi’in.[5] Yang dimaksud ra’yi di sini ialah ijtihad yang
didasarkan pada dalil-dalil yang shahih, kaidah yang murni dan tepat, bisa diikuti
serta sewajarnya digunakan oleh orang yang hendak menjalani tafsir al-qur’an
atau pengertiannya.
Pada periode ini para ulama dalam mengemukakan pemikirannya dapat
dapat digolongkan menjadi dua golongan.Pertama, ahli hadis yang dominan
menggunkan riwayat dan sangat “hati-hati” dalam penggunaan ra’yu.Kedua, ahli
ra’yu yang lebih banyak menggunakan ra’yu dibandingkan dengan
hadis.Perkembangan dua pemikiran tersebut dapat menyebabkan perbedaan
dalam menggunakan metode untuk memahami teks Al-Quran dan hadis,
menentukan sumber hukum Islam, dan menerapkan fatwa yang diberikan
kepada umat Islam.
4. Paktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ilmu kalam, terjadi perdebatan bahwa setiap kelompok
memiliki cara berpikir tersendiri dalam memahami aqidah Islam. Selain itu,
terjadi pula perbedaan pendapat antara ahli ilmu kalam, ahli ilmu hadis, dan ahli
ilmu fiqh.Setelah dibukukannya Al-Quran dan hadis, ulamapun sudah paham
betul dengan keadaan yang terjadi.Mereka dapat memecahkan berbagai macam
permasalahan, sehingga pemecahan itu dapat dijadikan yurisprudensi hakim
masa ini.
Masyarakat wilayah taklukan Islam belajar agama di bawah bimbingan para
imam yang paham betul dengan Al-Quran dan hadis.Mereka yang belajar mulai
memasuki persaingan dalam pengembangan ilmu, di antaranya ilmu kedokteran
dan logika. Pada masa ini muncullah cendikiawan muslim, seperti Ibnu Rusyd, Al-
Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.

2
Rosihan Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, Cet I, (Bandung: Pustaka setia, 2009), hal 188.
5. Faktor Lahirnya Para Tokoh Mujtahid
Mujtahid artinya orang yang berjuang, jamaknya mujtahidun.Mujtahidun
adalah para pendiri mazhab hukum Islam dan sejumlah tokoh besar mazhab
hukum Islam.3
Pada abad ini muncul para cendikiawan dalam berbagai bidang ilmu, seperti
teologi, hukum, dan tasawuf. Dalam bidang fiqh Islam, muncul berbagai tokoh,
seperti abu Hanifah dan ashhab-nya, Imam Malik dan ashhab-nya, Imam Al-
Syafi’i dan ashhab-nya, serta Imam Ahmad bin Hanbal dan ashhab-nya.
Pemikiran-pemikiran yang mereka miliki berperan dalam memproses suatu
hukum yang berkembang dalam masyarakat.
Berkembangnya keadaan membuat banyak permasalahan baru yang
terjadi.Dengan demikian, baik para pemimpin maupun hakim, mengembalikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi kepada para mufti dan tokoh ahli
perundang-undangan.
Umat Islam pada masa ini berusaha agar ibadah dan muamalah sesuai
dengan hukum Islam.Mereka senantiasa bertanya atau meminta fatwa kepada
para ahli fiqh mengenai hal-hal baru yang tidak ada penjelasannya di dalam Al-
Quran dan hadis.
6. Faktor terbukukannya Sumber Tasyri’
Ulama yang ber-istinbath, memperoleh metode yang telah
ditetapkan.Mereka telah memperoleh dasar-dasar syariat yang memahami
peristiwa-peristiwa yang dialami orang-orang sebelumnya.Al-Quran telah
dibukukan dengan sempurna bahkan penulisannya ditambahkan titik dan
harakat.Model penulisan seperti ini telah tersebar lua di kalangan
masyarakat.Sunnah pun sebagian besar telah terkodifikasikan sejak pertengahan
abad II Hijriah dan mengalami kejayaan pada abad III Hijriah sehingga muncullah
buku-buku hadis induk.Tidak hanya itu, fatwa para sahabat dan tabi’in juga
mengalami perkembangan.Hal ini terlihat munculnya kitab Al-Umm dan Al-
Risalah yang ditulis oleh Al-Syafi’i.

B. Sumber Tasyri’ dan Pemegang Wewenangnya


1. Sumber Tasyri’
Sumber-sumber prundang-undangan pada periode ini ada empat, yaitu Al-Quran,
hadis, ijma’, dan qiyas.

3
Totol Jumatoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fiqih, cet-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 hal 220.
a. Al-qur’an adalah kalam Allah yang diuturunkan oleh-Nya melalui perantaraan
malaikat jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafazh
berbahasa arab dan makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi
Rasul atas pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undang-undang bagi
manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi qurbah dimana mereka
beribadah dengan membacanya.
b. As-Sunnah adalah segala sesuatu yang di sandarkan kepada nabi Muhammad
SAW baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.4
c. Ijma’ merupakan kebulatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa atas
suatu hukum syara’.
d. Qiyas ialah menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan
hukumnya, berdasarkan sesuatu hukum yang sudah ditentukan oleh nash,
disebabkan adanya persamaan diantara keduanya.5
Apabila terjadi sesuatu peristiwa para ahli fatwa merujuk pada Al-quran. Mereka
memerhatikan nash yang menunjuk kepada hukum yang dimaksud dan memahami
nash itu. Pada periode ini ada dua hal yang dapat memengaruhi Alquran, yaitu
penelitiannya dan penjagaannya dari segala macam perubahan.Dari segolongan
umat Islam ada juga yang bersungguh-sungguh menghafal Alquran dan
memperbaiki sistem penulisannya dengan memberikan titik dan harakat.
Jika apa yang mereka maksud tidak terdapat dalam kitabullah, mereka baru
beralih ke sunnah; karena sunnah berfungsi menerangkan Alquran. Tidak ada yang
menentang pendapat ini. Ulama mufti berhenti pada nash yang mereka peroleh
dalam Alquran dan sunnah. Mereka tidak beranjak lagi dari nash-nash tersebut.
Jika mereka tidak mendapatkan pula dalam nash-nash Alquran dan hadis, mereka
mencari ijma’ ulama salaf.Jika terdapat di dalam ijma’, mereka mengamalkannya.
Jika tidak terdapat dalam ijma’, barulah mereka berijtihad dengan menggunakan
qiyas atau memerhatikan ruh syariat dengan jalan qiyas atau dengan jalan istinbath
yang lain.
2. Pemegang Wewenang Tasyri’
Pada periode ini tabi’ tabi’in adalah pemegang wewenang tasyri’.Mereka
adalah generasi tabi’in yang memerhatikan prinsip-prinsip umum dalam men-tasyri-
kan hukum.Mereka lalu digantikan para muridnya, yaitu para imam mujtahid.
Muztahidin empat mazhab mengambil periwayatan dari Ibnu Umar, anak
Ibnu Umar Salim dan Nafi’, “fuqaha tujuh” di Madinah.Fuqaha tujuh tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Sa’id bin Al-Musayyab (w. 92 H). Ia lahir pada masa kekhalifahan Umar bin Al-
Khaththab. Imam Malik hanya bertemu muridnya, yaitu Ibnu Syihab.
b. Urwah bin Al-Zubair (w. 94 H), keponakan Aisyah.
c. Abu Bakar bin Udaid bin Al-Harits, mengambil periwayatan dari Aisyah.

4
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cet I, (Semarang: Dina Utama, 1994), hal 18
5
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 1978), hal 40.
d. Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Al-Shiddiq (w. 108 H).
e. Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud. Ia diantaranya mengambil dari
Aisyah dan Ibnu Abbas. Salah satu muridnya adalah Umar bin Abdul Aziz (w. 99
H).
f. Sulaiman bin Yasar; maula ummul mukminin, Maimunah. Ia adalah murid Zaid
bin Tsabit; Abdullah bin Umar; Abu Hurairah; serta dua ummul mukminin,
Maimunah dan Ummu Salamah.
g. Kharijah bin Zaid bin Tsabit. Ia mewarisi ilmu faraidh dari ayahnya.
3. Fuqaha sebagai Mahaguru dan Perawi Hadis.
Mahaguru adalah guru besar atau Profesor pada perguruan
tinggi.Sedangkan.Perawi adalah orang yang menerima hadist dan menyampaikannya
dengan salah satu bahasa penyampainnya. 6
Di antara generasi ulama tasyri’ yang terkenal pada periode ini adalah sebagai
berikut.
a. Di Madinah
Di antara ulama tasyri’ dari kalangan sahabat, yaitu Umar bin Al-Khaththab, Ali
bin Abi Thalib, Urwah bin Zubair, Sa’id bi Al-Musayyab, Sulaiman bin Yasar,
Kharijah bin Zaid bin Tsabit, Ubaidillah bin Abdillah, Abdullah bin Umar, dan Zaid
bin Tsabit.
Sementara itu, dari kalangan tabi’in adalah Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-
Haris bin Hisyam dan Al-Qarim bin Muhammad bin abu Bakar Al-Shiddiq. Adapun
dari kalangan tabi’ tabi’in adalah Muhammad bin Syihab Al-Zhuhri dan Yahya bin
Syu’ib. Tidak hanya itu, dari kalangan imam mujtahid adalah Malik bin Anas dan
para sahabatnya.
b. Di Mekkah
Ulama tasyri’ dari kalangan sahabat adalah Abdullah bin Abbas. Dari kalangan
tabi’in adalah Ikrimah, Mujahid, dan Atha’.Sementara itu, dari kalangan tabi’
tabi’in adalah Sufyan bin Uyainah dan Muslim bin Khalid (mufti Al-Haram).
Adapun dari kalangan imam mujtahid adalah Muhammad bin Idris Al-Syafi’i.
Selanjutnya, murid-murid Al-Syafi’i yang memiliki mazhab tersendiri adalah
Ahmad bin Hanbal dan Dawud bin Ali Al-Zhahiri.
c. Di Kuffah
Sahabat yang menjadi ulama tasyri’ di Kuffah adalah Abdullah bin Mas’ud. Dari
kalangan tabi’in adalah Alqamah bin Qais dan Al-Qadhi Syuraih. Dari kalangan
tabi’ tbai’in adalah Ibrahim Al-Nakha’i. Selanjutnya, murid Ibrahim yang terkenal
adalah Hammad bin Sulaiman dan Abu Hanifah.
d. Di Mesir
Ahli tasyri’ dari kalangan sahabat adalah Abdullah bin Amr bin Al-Ash. Dari
kalangan tabi’in adalah Yazid bin Habib (mufti Mesir). Dari kalangan tabi’ tabi’in

6
Nuruddi, Ulumul Hadist, Cet 1, (Bandung: Rosda Karya, 2012), hal 66.
adalah Al-Laits bin Sa’ad dan Abdullah bin Hakam. Dan kalangan imam mujthid
adalah Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, setelah pindah dari Baghdad.

C. Perkembangan Pembukuan Al-Qur’an dan Hadist


1. Pembukuan Al-Qur’an
Kita mengetahui bahwa AL-quran pertama kali dibukukan pada masa khalifah
Utsman dan itu merupakan karya besar monumental beliau. 7 Dan pada periode ini,
para penghafal Al-Qur’an bertambah banyak dan tersebar di seluruh wilayah Islam.
Di setiap wilayah, terdapat para qari dan pengahafal Al-Qur’an.Pada abad II hijrah
ini, timbul banyak bacaan Al-Qur’an yang berbeda.Ada sekitar sepuluh samapi empat
belas bacaan.Akan tetapi, bacaan tersebut diseleksi oleh ulama.Tujuh diantaranya
mutawatirdan dapat diterima umt Islam.Tujuh bacaan tersebut dinamakan Qiraah
Imam Tujuh (Qiraah Sab’ah). Berikut ini adalah nama tujuh Imam berikut:
a. Abu Amr bin Ali Al-Mazini. Ia berasal dari Kaziruni yang belajar dari murid-murid
Ibnu Abbas. Ia meninggal di Kuffah pada athaun 154 Hijriah. Di antara periwayat
qiraahnya adalah Yahya bin Mubarak Al-Yazidi yang kemudian diriwayatkan oleh
Abu Hafash bin Umar Al-Duri (w. 264 H) di Baghdad dan Abu Syu’ib Shalih bin
Zayad Al-Susi (w. 291 H). Mayoritas penduduk Sudan belajar dengan Abu Amr.
b. Ibnu Katsir (w. 120 H). Nama aslinya adalah Abdullah bin Katsir, maula Amr bin
Alqamah yang berasal dari Persia. Muridnya yang terkenal adalah Abu Al-Hasan
Ahmad bin Abdillah Al-Bazzi (w. 250 H) dan Abu Umar Muhammad yang
diapnggil Qunbul (w. 291 H) keduanya tinggal di Mekkah.
c. Nafi’ bin Nua’im (w. 120 H), maula Ja’unah Al-Madani. Nafi’ belajar dari murid-
murid Ibnu Abbas.Adapun di antara muridnya yang terkenal adalah Isa bin Mina
yang dipanggil Qalun (w. 205 H) di Madinah dan Abu Sa’id Utsman bin Sa’id
Mishri yang diapnggil Warasy (w. 198 H) di Mesir. Qiraahnya diikuti mayoritas
penduduk Maghribi.
d. Ibnu Amir Al-Syami Abdullah bin Amir (w. 118 H). Ia belajar dari murid-murid
Utsman dan Abu Darda’. Di antara muridnya yang terkenal bernama Abu Al-
Walid Hisyam bin Amr Al-Dimasyqi (w. 245 H) dan Abu Amr Abdillah bin Ahmad
bin Basyir bin Dzakwan (w. 242 H). Keduanya tinggal di Damaskus.
e. Ashim Al-Kufi (W. 128 H). Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Ashim bin Abi Al-
Nujud. Ia belajar dari murid-murid Utsman , Ali, Ibnu Mas’ud, Ubai bin Ka’b, dan
Zaid bin Tsabit. Ia meninggal di Kufah. Di antara muridnya bernama Syu’bah bin
Iyasyi Ak-Kufi (w. 193 H) dan Hafash bin Sulaiman (w. 180 H). Keduanya berada di
Kufah. Penduduk Mesir dan qiraahnya.
f. Hamzah bin Habib Al-Zayyah Al-Kufi (w. 145 H). Ia belajar dari sanad Ali, Ibnu
Abbas, dan Utsman. Di antara muridnya yang terkenal bernama Khalaf bin
Hisyam Al-Bazar (w. 229 H) di Baghdad dan Isa bin Khalid yang dipanggil Khalad
(w. 220 H) di Kufa.
7
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, cet-10, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal 92.
g. Al-Kisa’i Al-Kufi (w. 179 H). Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan Ali bin
Hamzah bin Habib. Di antara muridnya bernama Abu Al-Harits Al-Laits bin Khalid
(w. 240 H) di Baghdad dan Al-Duri (w. 246 H) di Baghda, menurut riwayat Abu
Amr bin Al-Ala.

Di antara tujuh imam di atas, yang paling banyak diikiti oleh mayoritas umat Islam
Indonesia adalah qiraah Imam Ashim Al-Kufi melalui periwayatan muridnya, Hafash
bin Sulaiman.

Pada abad III Hijriah, keindahan khat Al-Qur’an berkembang dari sistem penulisan
dasar naskhi menjadi berbagai bentuk tulisan, di antaranya seperti kufi, maghribi,
dan riq’i. Demikian juga terjadi perkembangan pada tanda-tanda di dalam Al-Qur’an,
seperti lambang akhir ayat, serta tanda wakaf, juz, dan hizb.

2. Pembukukan Hadis Nabi SAW


Pada akhir abad I Hijriah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) menganggap
perlu sekali adanya pembukuan hadis. Ia khawatir lenyapnya ajaran-ajaran Nabi
dengan wafatnya para ulama, baik dari kalangan sahabat dan tabi’in. Ia
mengintruksikan kepada para gubernur di seluruh wilayah negeri Islam agar para
ulama membukukan hadis-hadis.
Seorang ulama yang populer dan banyak ansil dalam menghimpun hadis, baik
dari Nabi maupun dari sahabat, adalah Ibnu Al-Syihab Al-Zuhri. Mengenal
penghimpun ini, ia berkata, “Kami diperintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz
untukn menghimpun sunnah. Kami telah melaksanakannya dari buku ke buku,
kemudian dikirim ke setiap wilayah, kekuasaan khalifah satu buku.”
Selain Ibnu Al-Syihab Al-Zuhri, ulama lain yang juga berperan dalam
menghimpun hadis adalah:
a. Ibnu Juraij (w. 150 H) di Mekkah.
b. Al-Auza’i (w. 156 H) di Syiria.
c. Sufyan Al-Tsauri (w. 161 H) di Kufah. 8Dia adalah al-Hafidh adl-Dlabith
(penghapal yang cermat) al-Imam al-Hujjah Abu Abdillah Sufyan bin Sa’id bin
Masruq al-Kufi.
d. Imam Malik (w. 179 H) di Madinah.
e. Al-Rabi’in bin Shabih (w. 160 H) di Bashrah.
f. Husyaim Al-Wasithi (w. 188 H) di Wasith.
g. Ma’mar Al-Azdi (w. 153 H) di Yaman.
h. Jarir Al-Dhabi (W. 188 H) di Rei.
i. Ibnu Mubarak (w. 181 H) di Khurasan
j. Al-Laits bin Sa’ad (w. 175 H) di Mesir.

Pengodifikasian hadis ini terjadi sekitar tahun 140 Hijriah .namun, hadis pad abad ini
masih bercampur denagn perkataan sahabat. Materi hadisnya dihimpun dari shuhup
8
Abdul Majid Khon, Ikhtisar. . . hal 91-93
yang ditulis oleh para sahabat sebelumnya dan diperoleh melalui periwayatn secara
lisan, baik dari sahabat maupun tabi’in. Kitab-kitab hadis yang samapi kepada kita di
antaranya Al-Muwaththa’ yang ditulis oleh Imam Malik dan Musnad Al-Syafi’i.

Kitab hadis pada mulanya di tulis per bab. Pendapat para sahabat dan tabi’in,
dimasukkan ke dalamnya.Pembukuan hadis seperti ini disebut mushannaf.Di
antaranay mushannaf yang terkenal adalah Al-Muwaththa’. Sebagian ulam ada yng
mengumpulkan hadis dan mengurutkannya berdasarkan nama para sahabt yang
menerima riwayat dari Rasulullah. Kitab ini disebut Musnad, seperti Musnad Al-
Syafi’i dan Musnad Al-Imam Ahmad.

Pada abad III Hijriah, terjadi kemajuan dalam pengodifikasian yang disebut azha
‘ushur al-sunnah al-nabawiyyah (masa keemasan sunnah). Pada masa ini, kegiatan
rihlah untuk mencari sunnah serta pembukuannya mengalami puncak keberhasilan
yang luar biasa. Hampir seluruh hadis telah berhasil dilakukan.Di samping itu, ulama
telah ammpu memfilter antara hadis dari Nabi dan perkataan sahabat.Mereka juga
mmapu menyeleksi dan mengklasifikasikan antara hadis yang shahih dan yang tidak
shahih. Oleh sebab itu, lahirlah buku hadis Musnad, Buku Enam, Buku hadis Sunan,
dan buku hadis Shahih yang dijadiakn pedoman oleh umat Islam.

buku induk ini terdiri atas enam buku hadis yang berbeda.

a. Al-Jami’ Al-Shahih li Al-Bukhari (194-256 H).


b. Al-Jami’ Al-Shahih li Muslim (204-261 H). Kedua kitab ini disebut Al-Shahihain, Al-
Syaikhain, atau Muttafaq ‘Alaih.
c. Sunan Al-Nasa’i (215-303 H).
d. Sunan Abu Daud (202-276 H).
e. Al-Jami’ Al-Tirmidzi (209-269 H).
f. Sunan Ibn Majah (209-276 H).

Pada masa ini lahir huffazh dan pembesar kritikus hadis, seperti Ahmad bin Hanbal,
Ishaq bin Rawaih, Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Muslim, Abu
Abdillah Al-Bukhari, Muslim bin Al-hajjaj, dan Abu Zur’ah, sekalipun menghadapi
ujian dari kaum Mu’tazilah. Untuk emnjawab tantanagn dari ahli kalam yang
menyerang matan dan sanad hadis, Ibnu Qutaibah (w. 234 H) menuliskan sebuah
buku yang berjudul Ta’wil Mukhtalif Al-Hadis.

Tidak banyak penambhan hadis pada abad IV Hijriah dan berikutnya dilakukan
teknik pembukuan dengan lebih sistematis. Kegiatan pengodifikasian hadis dibuat
dalam bentuk ikhtisar, istikhraj, dan syarh (ulasan). Berikut ini buku-buku hadis yang
muncul pad abad IV.

a. Al-Mu’jam Al-Kabir, Al-Mu’jam Al-Ausath, dan Al-Mu’jamAl-Sshghar karya


Sulaiman bin Ahmad At-Thabrani (w. 360 H).
b. Shahih Ibn Hibban Al-Basti (w. 354 H).
c. Shahih Ibn Khuzaimah (w. 311 H).
d. Shahih Ibn Al-Sakan (w. 353 H).
e. Al-Mustadrak ‘ala Al-Shahihain yang ditulis Abu Abdullah Al-Hakim Al-Naisaburi
(w. 405 H).
f. Muntaqa Ibn Al-Jarud (w. 307 H).
g. Sunan Al-Dar Al-Quthni (w. 385 H).
h. Sunan Al-Baihaqi (w. 458 H).

Dikalangan Syi’ah, terdapat pula beberapa kitab hadis yang disebut dengan Al-
Akhbar. Berikut kitab-kitab tersebut.

a. Al-Kafi, karya Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaimi (w. 328 H).


b. Man La Yahdhuruh Al-Faqih, karya Ibnu Babawaih (w. 381 H).
c. Al-istibhar fi Ma Ukhtulifa min Al-Akhbar, karya Ibnu Babawaih (w. 381 H).
d. Tahdzib Al-Ahkam, karya Ja’far Muhammad Al-Thusi (w. 411 H).

Kitab syi’ah yang muncul belakangan adalah Al-Majmu’ yang mengandung hadis-
hadis dan beberapa fatwa yang diriwayatkan dari Imam Zaid bin Ali, Imam Syiah
Zaidiyyah (w. 120 H). Kitab ini disyarahakn oelh Syafaruddin Al-Husain bin Ahmad Al-
Haimi (w. 1121 H). Syaraj itu diberi nama Al-Raudh Al-Nadhir, sSyarh Majmu’ Al-Fiqh
Al-Kabir. Buku inilah yang berkembang di kalangan Syi’ah Zaidiyyah dan menjadi
pedoman dalam hukum fiqh.

D. Beberapa faktor Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Ada beberapa faktor yang mungkin dianggap sebgai faktor penyebab berkemangnya
ilmu pengetahuan dan perdaban pada masa abad II sampai dengan abad IV Hijriah,
baik secar umum maupun secra khusus. Secara umum, faktor prnyebabnya ada dua,
yaitu sebgai berikut:
1. Maula
Sebagian maula (mantan budak) yang masih kecil semula menjadi tawanan kaum
muslimin kemudian dididik secara Islami oleh tuan-tuan mereka, sehingga
mereka mewarisi ilmu-ilmu keislaman bersumberkan Al-Qur’an dan hadis.Banyak
di antara mereka yang menjadi qari, ahli hadis, dan ilmuwan.Sementara itu,
sebagian maula yang masuk Islam sesudah dewasa, maupun mengawinkan
pemikiran yang lebih matang dan rasional.Mereka pun mempunyai peranan yang
besar dalam poloitik.
2. Terjemah Buku-Buku Persia dan Romawi
Pada masa Abu Ja’far Al-Mansyur (khalifah kedua Abbasiyah) samapi dengan
amsa Al-Ma’mun bin Al-Rasyid (awal abad III Hijriah) kegiatan terjemahan buku-
buku asing, seperti buku Persia dan Romawi semaikin meningkat, terutama
kesusastraan Yunani dan pendapat-pendapat Aristoteles. Apa yangb termuat di
dalamnya mempunyai peran yang besar dalam membekali pengetahuan bagi ahli
kalam dalam menumbangkan ahli hadis pada masa Al-Ma’mun, disamping
membantu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Al-Ma’mun mensukung
pemikiran ahli kalam yang menyatakan kemakhlukan Al-Qur’an.Ia juga
menjadikan pemikiran ahli kalam sebagai filsafat negara dan memaksa ahli hadis
untuk mengakuinya.
Dua hal di atas merupakan faktor penyebab berkembangnya ilmu pengetahuan pada
masa ini, termasuk perkembangan agama dalam berbgai aspeknya.
Adapun secara khusus, faktor penyebab perkembangan ilmu pengetahuan
dipaparkan sebagai berikut.
1. Dorongan ajaran agama itu sendiri sebagaimana dikemukakan di dalam sejumlah
teks Al-Qur’an dan Hadis.
2. Kecintaan para khalifah terhadap ilmu pengetahuan. Mereka mendorong ilmu
pengetahuan serta mendekatkan para ilmuan dan ulama ke istana. Kecintaan
para khalifah ini juga disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
a. Semangat keilmuan yang diajarkan oleh Islam itu sendiri.
b. Adanya prestise yang diperoleh dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan
berhimpun para ilmuan.
c. Ilmu pengetahuan dan kehadiran para ulama di sekitar istana merupakan
sumber legitimasi yang besar bagi kekuasaan para khalifah.
3. Para cendikiawan dan umat melihat dunia sebagai suatu karunia Ilahi yang harus
dimanfaatkan, bukan sebagi sesuatu yang buruk dan harus dijauhi.
Sikap terbuka ini telah membebaskan umat dari konservatisme yang
melumpuhkan dinamika.Sikap yang dipegang oleh umat ini telah membuat Islam
tidak membatasi diri terhadap peradaban mana pun. Mereka menjadi kreatif dan
proaktif dalam mengelola hasil peradaban bangsa lain, sehingga ilmu
pengetahuan berkembang pesat.
4. Dukungan ekonomi altruistis yang memadai dari sektor perwakafan. Pada zaman
itu, wakaf memainkan peran penting dalam pengembangan pendidikan dan riset
ilmiah. Perguruan-perguruan merupakan tempat belajar ilmu pengetahuan yang
gratis, karena di dukung dan wakaf.9

9
Abdul Majid Khon, Ikhtisar. . . hal 93-97.
BAB III

PENUTUP
A.Kesimpulan

Tasyri’ pada masa abad II Hijriah sampai dengan IV Hijriah adalah masa
Daulah Abbasiyah yang mengalami kemajuan dalam berbagai bidang termasuk
dalam bidang hukum Islam atau tasyri’. Bahkan ada yang menyebutkan masa
mujtahidin dan masa keemasan ini sebagai masa perkembangan kematangan
tasyri’ .pada periode ini, muncul para mujtahid dan ulama besar yang menjadi tokoh
istinbath dari berbagai mazhab. Mazhab-mazhab tersebut, yaitu mazhab Hanafi,
mazhab Syafi’i, mazhab Maliki, dan mazhab Hanbali.
Beberapa faktor yang penyebabnya tasyri’, yaitu faktor politik, perluasan wilayah,
perbedaan penggunaan ra’yu, perkembangan ilmu pengetahuan, lahirnya para tokoh
mujtahid, dan terbukukannya sumber tasyri’. Sember tasyri’ pada priode ini ada
empat,yaitu Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
Penerapan tasyri’ pada masa ini dipegang oleh tabi’in.Mereka selalu menyertai para
sahabat yang ahli dalam bidang fatwa tasyri’.Selanjutnya pada pertengahan abad II
Hijriah, kekuasaan tasyri’ dikendalikan oleh para imam mujtahid.
Para penghafal Al-Qur’an bertambah banyak dan tersebar di seluruh wilayah Islam.Di
setiap wilayah, terdapat qari dan penghafal Al-Qur’an yang terkenal.Di anatara
mereka ada yang menjadi imam qiraah.
Pada abad III Hijriah, perkembangan pengodifikasian hadis mengalami masa
keemasan.
Secara umum, faktor penyebab perkembangan ilmu pengetahun, ada dua, yaitu
maula yang mempelajari hukum Islam sehingga memiliki peran penting dalam
bidang politik, serta terjemahan buku-buku Persia dan Romawi yang berkembang
amat pesat. Adapun seacar khusus faktor penyebab perkembangan ilmu
pengetahaun adalah adanya kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan dukungan
dari para khalifah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’ (Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke
Masa), cet-1 (Jakarta: Amzah, 2013).
2. Rosihan Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, Cet I, (Bandung: Pustaka setia, 2009)
3. Totol Jumatoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fiqih, cet-2 (Jakarta: Bumi Aksara,
2009).
4. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cet I, (Semarang: Dina Utama, 1994)
5. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 1978)

Anda mungkin juga menyukai