DOSEN PEMBIMBING:
IRFAN ZULFIKAR,M.Ag
DISUSUN OLEH:
(12220115315)
(12220120691)
(12220111819)
(12220112356)
Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah atas Baginda Nabi Muhammad SAW, dan
atas keluarga dan sahabat beliau serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah mereka itu
hingga akhir zaman.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT makalah ini telah dapat kami
selesaikan, dengan tema yang telah ditentukan. Tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepadabapak Irfan sebagai Dosen Pembimbing mata kuliah Tarikh Tasyri’,
atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu
Kami jauh dari kata sempurna,dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesugguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan, maka kritik dan saran
yang membangun senantiasa diharapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kita pada
khususnya dan pihak lain
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................4
1.3 TUJUAN PENULISAN...............................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Tasyri’ pada masa awal abad II sampai dengan abad IV hijriah.....................................................6
B. Sumber Tasyri’ dan Pemegang Wewenangnya..............................................................................9
C. Perkembangan Pembukuan Al-Qur’an dan Hadist.......................................................................12
D. Beberapa faktor Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan.....................................................15
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
A.Kesimpulan...................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1. Bagaimana Tasyri’ Pada Masa Awal Abad II Hijriah Sampai Pertengahan Abad IV
Hijriah?
2. Apa Saja Yang Menjadi Faktor Penyebab Perkembangan Tasyri’ Pada Masa Itu?
3. Apa Saja Sumber Tasyri’ Pada Masa Itu Dan Siapa Pemegang Wewenangnya?
4. Bagaimana Perkembangan Pembukuan Al-Quran Dan Hadis Pada Masa Itu?
5. Dan Apa Saja Faktor Yang Menjadi Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada Masa Itu?
1. Mengetahui Tasyri’ Pada Masa Awal Abad II Hijriah Sampai Pertengahan Abad IV
Hijriah.
2. Mengetahui Faktor Penyebab Perkembangan Tasyri’ Pada Masa Itu.
3. Mengetahui Sumber Tasyri’ Pada Masa Itu Dan Pemegang Wewenangnya.
4. Mengetahui Perkembangan Pembukuan Al-Quran Dan Hadis Pada Masa Itu.
5. Mengetahui Faktor Yang Menjadi Penyebab Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pada Masa Itu.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’ (Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke Masa), cet-1 (Jakarta:
Amzah, 2013), hal 83-84.
Perluasan Daulah Abbasiyyah pada masa ini mencapai kepada ke Barat
(Andalusia) dan ke Timur (Cina).Perluasan wilayah yang dipimpin oleh Abu Al-
Abbas Al-Saffah mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan fiqh dan
tasyri’, karena pemerintahan mengatasnamakan agama.Tokoh-tokoh
pemerintahannya sangat memerhatikan agama dan perundang-undangan negara
diupayakan bersumberkan dari hukum Islam.
Upaya perluasan ini membutuhkan pembukuan perundang-undangan
sebagai pedoman para hakim dan gubernur dalam melaksanakan tugas.Buku
pedoman itu juga dibutuhkan rakyat yang menghendaki fatwa-fatwa untuk
segala urusan mereka dalam segala bidang.
3. Faktor Perbedaan Penggunaan Ra’yu
Secara etimologi ra’yu berarti keyakinan (i’tiqad), analogi (qiyas), dan
ijtihad.2Berdasarkan terminologi, Menurut para ulama, ra’yu atau akal
dinamakan juga dengan tafsir dirayah, Karena penafsiran kitabAllah bertitik tolak
dari pendapatnya dan ijtihadnya, tidak berdasarkan pada apa yang dinukilkan
dari sahabat atau tabi’in.[5] Yang dimaksud ra’yi di sini ialah ijtihad yang
didasarkan pada dalil-dalil yang shahih, kaidah yang murni dan tepat, bisa diikuti
serta sewajarnya digunakan oleh orang yang hendak menjalani tafsir al-qur’an
atau pengertiannya.
Pada periode ini para ulama dalam mengemukakan pemikirannya dapat
dapat digolongkan menjadi dua golongan.Pertama, ahli hadis yang dominan
menggunkan riwayat dan sangat “hati-hati” dalam penggunaan ra’yu.Kedua, ahli
ra’yu yang lebih banyak menggunakan ra’yu dibandingkan dengan
hadis.Perkembangan dua pemikiran tersebut dapat menyebabkan perbedaan
dalam menggunakan metode untuk memahami teks Al-Quran dan hadis,
menentukan sumber hukum Islam, dan menerapkan fatwa yang diberikan
kepada umat Islam.
4. Paktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Dalam bidang ilmu kalam, terjadi perdebatan bahwa setiap kelompok
memiliki cara berpikir tersendiri dalam memahami aqidah Islam. Selain itu,
terjadi pula perbedaan pendapat antara ahli ilmu kalam, ahli ilmu hadis, dan ahli
ilmu fiqh.Setelah dibukukannya Al-Quran dan hadis, ulamapun sudah paham
betul dengan keadaan yang terjadi.Mereka dapat memecahkan berbagai macam
permasalahan, sehingga pemecahan itu dapat dijadikan yurisprudensi hakim
masa ini.
Masyarakat wilayah taklukan Islam belajar agama di bawah bimbingan para
imam yang paham betul dengan Al-Quran dan hadis.Mereka yang belajar mulai
memasuki persaingan dalam pengembangan ilmu, di antaranya ilmu kedokteran
dan logika. Pada masa ini muncullah cendikiawan muslim, seperti Ibnu Rusyd, Al-
Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Ghazali.
2
Rosihan Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, Cet I, (Bandung: Pustaka setia, 2009), hal 188.
5. Faktor Lahirnya Para Tokoh Mujtahid
Mujtahid artinya orang yang berjuang, jamaknya mujtahidun.Mujtahidun
adalah para pendiri mazhab hukum Islam dan sejumlah tokoh besar mazhab
hukum Islam.3
Pada abad ini muncul para cendikiawan dalam berbagai bidang ilmu, seperti
teologi, hukum, dan tasawuf. Dalam bidang fiqh Islam, muncul berbagai tokoh,
seperti abu Hanifah dan ashhab-nya, Imam Malik dan ashhab-nya, Imam Al-
Syafi’i dan ashhab-nya, serta Imam Ahmad bin Hanbal dan ashhab-nya.
Pemikiran-pemikiran yang mereka miliki berperan dalam memproses suatu
hukum yang berkembang dalam masyarakat.
Berkembangnya keadaan membuat banyak permasalahan baru yang
terjadi.Dengan demikian, baik para pemimpin maupun hakim, mengembalikan
permasalahan-permasalahan yang terjadi kepada para mufti dan tokoh ahli
perundang-undangan.
Umat Islam pada masa ini berusaha agar ibadah dan muamalah sesuai
dengan hukum Islam.Mereka senantiasa bertanya atau meminta fatwa kepada
para ahli fiqh mengenai hal-hal baru yang tidak ada penjelasannya di dalam Al-
Quran dan hadis.
6. Faktor terbukukannya Sumber Tasyri’
Ulama yang ber-istinbath, memperoleh metode yang telah
ditetapkan.Mereka telah memperoleh dasar-dasar syariat yang memahami
peristiwa-peristiwa yang dialami orang-orang sebelumnya.Al-Quran telah
dibukukan dengan sempurna bahkan penulisannya ditambahkan titik dan
harakat.Model penulisan seperti ini telah tersebar lua di kalangan
masyarakat.Sunnah pun sebagian besar telah terkodifikasikan sejak pertengahan
abad II Hijriah dan mengalami kejayaan pada abad III Hijriah sehingga muncullah
buku-buku hadis induk.Tidak hanya itu, fatwa para sahabat dan tabi’in juga
mengalami perkembangan.Hal ini terlihat munculnya kitab Al-Umm dan Al-
Risalah yang ditulis oleh Al-Syafi’i.
3
Totol Jumatoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fiqih, cet-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2009 hal 220.
a. Al-qur’an adalah kalam Allah yang diuturunkan oleh-Nya melalui perantaraan
malaikat jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafazh
berbahasa arab dan makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi
Rasul atas pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undang-undang bagi
manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi qurbah dimana mereka
beribadah dengan membacanya.
b. As-Sunnah adalah segala sesuatu yang di sandarkan kepada nabi Muhammad
SAW baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.4
c. Ijma’ merupakan kebulatan pendapat semua ahli ijtihad pada suatu masa atas
suatu hukum syara’.
d. Qiyas ialah menetapkan sesuatu perbuatan yang belum ada ketentuan
hukumnya, berdasarkan sesuatu hukum yang sudah ditentukan oleh nash,
disebabkan adanya persamaan diantara keduanya.5
Apabila terjadi sesuatu peristiwa para ahli fatwa merujuk pada Al-quran. Mereka
memerhatikan nash yang menunjuk kepada hukum yang dimaksud dan memahami
nash itu. Pada periode ini ada dua hal yang dapat memengaruhi Alquran, yaitu
penelitiannya dan penjagaannya dari segala macam perubahan.Dari segolongan
umat Islam ada juga yang bersungguh-sungguh menghafal Alquran dan
memperbaiki sistem penulisannya dengan memberikan titik dan harakat.
Jika apa yang mereka maksud tidak terdapat dalam kitabullah, mereka baru
beralih ke sunnah; karena sunnah berfungsi menerangkan Alquran. Tidak ada yang
menentang pendapat ini. Ulama mufti berhenti pada nash yang mereka peroleh
dalam Alquran dan sunnah. Mereka tidak beranjak lagi dari nash-nash tersebut.
Jika mereka tidak mendapatkan pula dalam nash-nash Alquran dan hadis, mereka
mencari ijma’ ulama salaf.Jika terdapat di dalam ijma’, mereka mengamalkannya.
Jika tidak terdapat dalam ijma’, barulah mereka berijtihad dengan menggunakan
qiyas atau memerhatikan ruh syariat dengan jalan qiyas atau dengan jalan istinbath
yang lain.
2. Pemegang Wewenang Tasyri’
Pada periode ini tabi’ tabi’in adalah pemegang wewenang tasyri’.Mereka
adalah generasi tabi’in yang memerhatikan prinsip-prinsip umum dalam men-tasyri-
kan hukum.Mereka lalu digantikan para muridnya, yaitu para imam mujtahid.
Muztahidin empat mazhab mengambil periwayatan dari Ibnu Umar, anak
Ibnu Umar Salim dan Nafi’, “fuqaha tujuh” di Madinah.Fuqaha tujuh tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Sa’id bin Al-Musayyab (w. 92 H). Ia lahir pada masa kekhalifahan Umar bin Al-
Khaththab. Imam Malik hanya bertemu muridnya, yaitu Ibnu Syihab.
b. Urwah bin Al-Zubair (w. 94 H), keponakan Aisyah.
c. Abu Bakar bin Udaid bin Al-Harits, mengambil periwayatan dari Aisyah.
4
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cet I, (Semarang: Dina Utama, 1994), hal 18
5
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 1978), hal 40.
d. Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar Al-Shiddiq (w. 108 H).
e. Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud. Ia diantaranya mengambil dari
Aisyah dan Ibnu Abbas. Salah satu muridnya adalah Umar bin Abdul Aziz (w. 99
H).
f. Sulaiman bin Yasar; maula ummul mukminin, Maimunah. Ia adalah murid Zaid
bin Tsabit; Abdullah bin Umar; Abu Hurairah; serta dua ummul mukminin,
Maimunah dan Ummu Salamah.
g. Kharijah bin Zaid bin Tsabit. Ia mewarisi ilmu faraidh dari ayahnya.
3. Fuqaha sebagai Mahaguru dan Perawi Hadis.
Mahaguru adalah guru besar atau Profesor pada perguruan
tinggi.Sedangkan.Perawi adalah orang yang menerima hadist dan menyampaikannya
dengan salah satu bahasa penyampainnya. 6
Di antara generasi ulama tasyri’ yang terkenal pada periode ini adalah sebagai
berikut.
a. Di Madinah
Di antara ulama tasyri’ dari kalangan sahabat, yaitu Umar bin Al-Khaththab, Ali
bin Abi Thalib, Urwah bin Zubair, Sa’id bi Al-Musayyab, Sulaiman bin Yasar,
Kharijah bin Zaid bin Tsabit, Ubaidillah bin Abdillah, Abdullah bin Umar, dan Zaid
bin Tsabit.
Sementara itu, dari kalangan tabi’in adalah Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al-
Haris bin Hisyam dan Al-Qarim bin Muhammad bin abu Bakar Al-Shiddiq. Adapun
dari kalangan tabi’ tabi’in adalah Muhammad bin Syihab Al-Zhuhri dan Yahya bin
Syu’ib. Tidak hanya itu, dari kalangan imam mujtahid adalah Malik bin Anas dan
para sahabatnya.
b. Di Mekkah
Ulama tasyri’ dari kalangan sahabat adalah Abdullah bin Abbas. Dari kalangan
tabi’in adalah Ikrimah, Mujahid, dan Atha’.Sementara itu, dari kalangan tabi’
tabi’in adalah Sufyan bin Uyainah dan Muslim bin Khalid (mufti Al-Haram).
Adapun dari kalangan imam mujtahid adalah Muhammad bin Idris Al-Syafi’i.
Selanjutnya, murid-murid Al-Syafi’i yang memiliki mazhab tersendiri adalah
Ahmad bin Hanbal dan Dawud bin Ali Al-Zhahiri.
c. Di Kuffah
Sahabat yang menjadi ulama tasyri’ di Kuffah adalah Abdullah bin Mas’ud. Dari
kalangan tabi’in adalah Alqamah bin Qais dan Al-Qadhi Syuraih. Dari kalangan
tabi’ tbai’in adalah Ibrahim Al-Nakha’i. Selanjutnya, murid Ibrahim yang terkenal
adalah Hammad bin Sulaiman dan Abu Hanifah.
d. Di Mesir
Ahli tasyri’ dari kalangan sahabat adalah Abdullah bin Amr bin Al-Ash. Dari
kalangan tabi’in adalah Yazid bin Habib (mufti Mesir). Dari kalangan tabi’ tabi’in
6
Nuruddi, Ulumul Hadist, Cet 1, (Bandung: Rosda Karya, 2012), hal 66.
adalah Al-Laits bin Sa’ad dan Abdullah bin Hakam. Dan kalangan imam mujthid
adalah Muhammad bin Idris Al-Syafi’i, setelah pindah dari Baghdad.
Di antara tujuh imam di atas, yang paling banyak diikiti oleh mayoritas umat Islam
Indonesia adalah qiraah Imam Ashim Al-Kufi melalui periwayatan muridnya, Hafash
bin Sulaiman.
Pada abad III Hijriah, keindahan khat Al-Qur’an berkembang dari sistem penulisan
dasar naskhi menjadi berbagai bentuk tulisan, di antaranya seperti kufi, maghribi,
dan riq’i. Demikian juga terjadi perkembangan pada tanda-tanda di dalam Al-Qur’an,
seperti lambang akhir ayat, serta tanda wakaf, juz, dan hizb.
Pengodifikasian hadis ini terjadi sekitar tahun 140 Hijriah .namun, hadis pad abad ini
masih bercampur denagn perkataan sahabat. Materi hadisnya dihimpun dari shuhup
8
Abdul Majid Khon, Ikhtisar. . . hal 91-93
yang ditulis oleh para sahabat sebelumnya dan diperoleh melalui periwayatn secara
lisan, baik dari sahabat maupun tabi’in. Kitab-kitab hadis yang samapi kepada kita di
antaranya Al-Muwaththa’ yang ditulis oleh Imam Malik dan Musnad Al-Syafi’i.
Kitab hadis pada mulanya di tulis per bab. Pendapat para sahabat dan tabi’in,
dimasukkan ke dalamnya.Pembukuan hadis seperti ini disebut mushannaf.Di
antaranay mushannaf yang terkenal adalah Al-Muwaththa’. Sebagian ulam ada yng
mengumpulkan hadis dan mengurutkannya berdasarkan nama para sahabt yang
menerima riwayat dari Rasulullah. Kitab ini disebut Musnad, seperti Musnad Al-
Syafi’i dan Musnad Al-Imam Ahmad.
Pada abad III Hijriah, terjadi kemajuan dalam pengodifikasian yang disebut azha
‘ushur al-sunnah al-nabawiyyah (masa keemasan sunnah). Pada masa ini, kegiatan
rihlah untuk mencari sunnah serta pembukuannya mengalami puncak keberhasilan
yang luar biasa. Hampir seluruh hadis telah berhasil dilakukan.Di samping itu, ulama
telah ammpu memfilter antara hadis dari Nabi dan perkataan sahabat.Mereka juga
mmapu menyeleksi dan mengklasifikasikan antara hadis yang shahih dan yang tidak
shahih. Oleh sebab itu, lahirlah buku hadis Musnad, Buku Enam, Buku hadis Sunan,
dan buku hadis Shahih yang dijadiakn pedoman oleh umat Islam.
buku induk ini terdiri atas enam buku hadis yang berbeda.
Pada masa ini lahir huffazh dan pembesar kritikus hadis, seperti Ahmad bin Hanbal,
Ishaq bin Rawaih, Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma’in, Muhammad bin Muslim, Abu
Abdillah Al-Bukhari, Muslim bin Al-hajjaj, dan Abu Zur’ah, sekalipun menghadapi
ujian dari kaum Mu’tazilah. Untuk emnjawab tantanagn dari ahli kalam yang
menyerang matan dan sanad hadis, Ibnu Qutaibah (w. 234 H) menuliskan sebuah
buku yang berjudul Ta’wil Mukhtalif Al-Hadis.
Tidak banyak penambhan hadis pada abad IV Hijriah dan berikutnya dilakukan
teknik pembukuan dengan lebih sistematis. Kegiatan pengodifikasian hadis dibuat
dalam bentuk ikhtisar, istikhraj, dan syarh (ulasan). Berikut ini buku-buku hadis yang
muncul pad abad IV.
Dikalangan Syi’ah, terdapat pula beberapa kitab hadis yang disebut dengan Al-
Akhbar. Berikut kitab-kitab tersebut.
Kitab syi’ah yang muncul belakangan adalah Al-Majmu’ yang mengandung hadis-
hadis dan beberapa fatwa yang diriwayatkan dari Imam Zaid bin Ali, Imam Syiah
Zaidiyyah (w. 120 H). Kitab ini disyarahakn oelh Syafaruddin Al-Husain bin Ahmad Al-
Haimi (w. 1121 H). Syaraj itu diberi nama Al-Raudh Al-Nadhir, sSyarh Majmu’ Al-Fiqh
Al-Kabir. Buku inilah yang berkembang di kalangan Syi’ah Zaidiyyah dan menjadi
pedoman dalam hukum fiqh.
9
Abdul Majid Khon, Ikhtisar. . . hal 93-97.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Tasyri’ pada masa abad II Hijriah sampai dengan IV Hijriah adalah masa
Daulah Abbasiyah yang mengalami kemajuan dalam berbagai bidang termasuk
dalam bidang hukum Islam atau tasyri’. Bahkan ada yang menyebutkan masa
mujtahidin dan masa keemasan ini sebagai masa perkembangan kematangan
tasyri’ .pada periode ini, muncul para mujtahid dan ulama besar yang menjadi tokoh
istinbath dari berbagai mazhab. Mazhab-mazhab tersebut, yaitu mazhab Hanafi,
mazhab Syafi’i, mazhab Maliki, dan mazhab Hanbali.
Beberapa faktor yang penyebabnya tasyri’, yaitu faktor politik, perluasan wilayah,
perbedaan penggunaan ra’yu, perkembangan ilmu pengetahuan, lahirnya para tokoh
mujtahid, dan terbukukannya sumber tasyri’. Sember tasyri’ pada priode ini ada
empat,yaitu Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
Penerapan tasyri’ pada masa ini dipegang oleh tabi’in.Mereka selalu menyertai para
sahabat yang ahli dalam bidang fatwa tasyri’.Selanjutnya pada pertengahan abad II
Hijriah, kekuasaan tasyri’ dikendalikan oleh para imam mujtahid.
Para penghafal Al-Qur’an bertambah banyak dan tersebar di seluruh wilayah Islam.Di
setiap wilayah, terdapat qari dan penghafal Al-Qur’an yang terkenal.Di anatara
mereka ada yang menjadi imam qiraah.
Pada abad III Hijriah, perkembangan pengodifikasian hadis mengalami masa
keemasan.
Secara umum, faktor penyebab perkembangan ilmu pengetahun, ada dua, yaitu
maula yang mempelajari hukum Islam sehingga memiliki peran penting dalam
bidang politik, serta terjemahan buku-buku Persia dan Romawi yang berkembang
amat pesat. Adapun seacar khusus faktor penyebab perkembangan ilmu
pengetahaun adalah adanya kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan dukungan
dari para khalifah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abdul Majid Khon, Ikhtisar Tarikh Tasyri’ (Sejarah Pembinaan Hukum Islam dari Masa ke
Masa), cet-1 (Jakarta: Amzah, 2013).
2. Rosihan Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, Cet I, (Bandung: Pustaka setia, 2009)
3. Totol Jumatoro dan Samsul Munir Amin, Kamus Ushul Fiqih, cet-2 (Jakarta: Bumi Aksara,
2009).
4. Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, Cet I, (Semarang: Dina Utama, 1994)
5. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, (Semarang: Karya Toha Putra, 1978)