PEMBAHASAN
1. Iman
Kita tidak mungkin menjadi mukmin yang hakikitanpa mengenal profil nabi kita
Muhammad S.A.W.. sebab, hanya dengan itu kita tahu bagaimana seharusnya
mengamalkan agama islam ini.[1]§
Membahas tentang prihal iman maka pembahasan tersebut menjurus kepada ilmu
tauhid. Ilmu tauhid tidak dapat dipisahkan dengan permasalahan keimanan. Dengan
demikian, membahas ilmu tauhid berarti juga menerangkan segala sesuatu tentang
keimanan serta rukun-rukunnya sebab yang diisyaratkan dengan tauhid ialah al-iman.[2]§
Iman berasal dari kata : " " ايمانmerupakan bentuk masdar yang fi’il madhinya
adalah " " امن
ِ ا ٰ َم َن-aamana
ب bi = Percaya.[4]§
Menurut para ahli kalam yang termaktub (tercantum) dalam kitab al-a’lamah
as-syayid husein affandi al-jisri at-tharabilisi yang berjudul al husunul
hamidiyyah, pengertian iman adalah sebagai berikut :
“membenarkan apa-apa yang dibawa Rasulullah SAW. Yang diketahui
kedatangannya secara pasti, maksudnya tekad membenarkan apa-apa yang dibawa
nabi itu dari sisi Allah SWT, yang diketahui secara yakin kedatangannya disertai
ketundukan hati.[5]§
Menurut imam bukhari sendiri, iman adalah:االيمان قول وعمل يزيد وينقص
iman di jawab berbeda oleh ulama yang masuk dalam pembahasan ilmu kalam.
Apakah benar iman itu bisa bertambah serta bisa pula berkurang?
Kemudian menurut al-bazdawi iman tidak bisa naik maupun turun atau tidak
dapat bertambah maupun berkurang. Hanya saja beliau mencontohkan bahwa iman
tersebut adalah suatu benda yang terkena cahaya yang mana cahaya tersebut akan
membuat bayangan, bayangan benda tersebut dapat berupa bayangan yang sedikit
bisa pula berupa bayangan yang banyak sesuai dengan cahaya yang di berikan kepada
benda tersebut. Nah jika benda tersebut dimisalkan dengan iman, apakah benda tadi
dengan sendirinya bisa bertambah serta bisa berkurang? Tentu tidak bukan, karena
yang dapat bertambah serta berkurang adalah bayangan dari benda tersebut dan
bayangan itulah yang dimaksudkan sebagai iman yang bisa bertambah dan berkurang.
Ada pula riwayat hadits yang menjelaskan tentang keagungan iman, seperti riwayat
berikut.
Dikeluarkan oleh Bukhari (6443) dan Muslim (94) dari Abi Dzar r.a. ia
berkata: “pada suatu malam aku keluar rumah, tba-tiba kulihat Rasulullah s.a.w.
berjalan sendirian tidak ada seorangpun yang bersamanya, lalu aku berkata dalam
hati: mungkin Rasulullah saw. Ingin sendirian, “ Abu Dzar r.a. berkata “ aku
kemudian berjalan di bawah bayang-bayang rembulan, Rasulullah saw. Menoleh dan
melihatku, “kemudian berkata: “siapakah ini?”, aku menjawab: ” aku Abu Dzar, “
beliau berkata: “ wahai Abu Dzar kemarilah,” abu dzar r.a. berkata: “ lalu aku
berjaalan bersamanya sejam lamanya, “ maka beliau bersabda: “ sesungguhnya orang
yang memperbanyakharta didunia mereka itulah yang akan kemiskinan pada hari
kiamat, kecuali orang yang diberi kebaikan oleh Allah subhanahu wa taala, hingga ia
membelanjakan hartanya dari samping kanan, kiri, dari depan, belakang dan selalu
berbuat kebaikan, : Abu Dzar berkata: “ aku berjalan bersama beliau sejam lamanya”,
kemudian beliau berkata kepadaku: “duduklah di sini! “, Abu Dzar berkata:
“Rasulullah saw. Menyuruhku duduk di sebuah tempat luas yang dipenuhi dengan
batu, “ beliau berkata: “ tunggu di sini sampai aku kembali,” Abu Dzar r.a. berkata:
“Rasulullah saw. Pergi ke sebuah tempat yang dipenuhi batu hitam, hingga aku tidak
melihatnya, dan akupun lama menunggu beliau, tidak lama kemudian aku mendengar
suaranya ketika hendak dekat padaku, “ setelah datang dan aku tidak sabar aku
langsung bertanya kepadanya: “wahai nabi Allah ! dengan siapa kau berbicara
disana?: ”, aku tidak mendengar seorangpun yang menjawabmu?, beliau menjawab: “
itu Jibril yang sedang datang dengan membawa wahyu “, ia berkata kepadaku: “
Wahai Muhammad! Berilah kabar gembira umatmu dengan surga bagi siapapun yang
mati dan tidak berbuat syirik kepada Allah sekalipun,“ lalu aku bertanya: “ Wahai
Jibril! Meski ia melakukan zina dan mencuri? “, Jibril menjawab: “Ya”, aku (Abu
Dzar) bertanya: “ wahai Rasulullah! Meski berzina dan mencuri?”, beliau menjawab:
“Benar”, aku bertanya lagi:” meski berzina dan mencuri?”, kemudian beliau
menjawab: “ Ya, meskipun ia meminum khomer(minuman keras)”. (demikian
disebutkan dalam jam’ul fawaid jilid 1 hal 7, dan ada tambahan dalam Riwayat
Bukhari, Muslim Dan Tarmidzi dalam pertanyaan keempat: “ meski kau tidak bisa
menerimanya wahai Abu Dzar”)[8]§
2. Islam
Islam berasal dari kata Arab Aslama-Yuslimu-Islaman yang secara kebahasaan berarti
'Menyelamatkan'. beberapa istilah terpenting dalam pemahaman mengenai keislaman,
yaitu Islam dan Muslim. Kesemuanya berakar dari kata Salam yang berarti kedamaian.
Kata Islam lebih spesifik lagi didapat dari bahasa Arab Aslama, yang bermakna "untuk
menerima, menyerah atau tunduk" dan dalam pengertian yang lebih jauh kepada Tuhan.
Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan
aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima
selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah
swt. disebut sebagai orang Muslim.
Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam dari segi
kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah
swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan
atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai
makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada
Allah.
Adapun pengertian Islam dari segi istilah, banyak para ahli yang
mendefinisikannya di antaranya Prof. Dr. Harun Nasution. Ia mengatakan bahwa
Islam menurut istilah (Islam sebagai agama) adalah agama yang ajaran-ajarannya
diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw.
sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
mengenal satu segi, tetapi menganal berbagai segi dari kehidupan manusia.
a. Aspek vertikal
Mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya).
Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
b. Aspek horizontal
c. Aspek batiniah
Mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan
kedamaian, ketenangan batin maupun kemantapan rohani dan mental.
Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetian islam adalah sebuah agama
yang tidak membebani tidak pula memanjakan pemeluknya ( agama pertengahan)
yang mana tanpa ada paksaan untuk pemeluknya menyerah atau tunduk sesuai
dengan fitrahnya dan selamatlah mereka yang taat serta benar-benar memegangnya.
3. Ihsan
Ihsan ( ناسحI ) adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti “kesempurnaan” atau
“terbaik.” Dalam terminologi agama Islam, Ihsan berarti seseorang yang menyembah
Allah seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya,
maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Allah melihat perbuatannya.
[11]§
Seseorang tidak akan merasakan nikmatnya ibadah apabila dia tidak merasa
melihat dengan tuhannya. Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami
kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam
hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk
kebaikan manusia.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, disebutkan bahwa
Nabi Muhammad SAW bersabda:
a. Wajib
Yang hukumnya wajib, misalnya berbakti kepada orang tua dan bersikap
adil dalam bermuamalah.
b. Sunnah
Salah satu bentuk ihsan yang paling utama adalah berbuat baik kepada orang yang
berbuat jelek kepada kita, baik dengan ucapan atau perbuatannya.[14]§
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri
kepada Allah.
QS Ali-Imran ayat 19 :
Artinya:
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin
yang artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, iman, Islam, dan ihsan. Dengan
kata lain dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat
seseorang ber-Islam dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan
menjalankan syareatnya dan meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.
Selain itu iman, islam, dan ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara
ketiganya adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat.
Segitiga tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi
manusia yang bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam
dan ihsan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam, Iman dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu
dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar aqidah. Keyakinan
tersebut kemudian diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan
pelaksanaan rukun Islam dilakukan dengan cara ihsan, sebagai upaya pendekatan diri
kepada Allah.