Anda di halaman 1dari 79

Hubungan Gaya Berpakaian Mahasiswi Terhadap

Tindakan Kriminal
(Studi Kasus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh:

Renggi Anggraini
1110111000003

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015
ABSTRAK

Skripsi ini menganalisis tentang hubungan gaya berpakaian mahasiswi


UIN Syarif Hidayatullah terhadap tindakan kriminal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran cara gaya berpakaian mahasiswi di UIN Syarif
Hidayatullah dan mengetahui apakah terdapat hubungan gaya berpakaian
mahasiswi dengan tindakan kriminal.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012-
2013 yang masih aktif berkuliah. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 367
orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan angket.
Temuan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya berpakaian
mahasiswi terbanyak adalah gaya berpakaian jilboob (39%), kemudian gaya
berpakaian Syar’i (32%), yang terakhir yaitu gaya berpakaian hijaber (29%).
Adapun mahasiswi yang pernah mengalami tindakan kriminal (65,4%). Tindakan
kriminal yang paling sering dialami oleh mahasiswi adalah pelecehan seksual non
fisik atau verbal dan kebanyakan mahasiswi yang mengalami tindakan pelecehan
seksual non fisik atau verbal ini adalah mahasiswi yang berpakaian jilboob.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat karunianya penulis

berhasil menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya

Berpakaian Mahasiswi Terhadap Tindakan Kriminal” sebagai tugas akhir

dari perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan

Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, serta para pengikut-Nya

hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi

pada Program Studi Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam

penyusunannya, banyak dukungan, bantuan, bimbingan, dan terutama do'a dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Zulkifli, MA.selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Program Studi Sosiologi yaituIbu Dr. Cucu

Nurhayati dan Bapak Husnul Khitam, M.Si.

3. Bapak Husnul Khitam, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii
4. Ibu Dra. Ida Rosyidahselaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan pengarahan dalam permasalahan akademis penulis.

5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah

mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada penulis selaku mahasiswa.

6. Kedua orang tua penulis, Ayah dan Ibu yang selalu menyayangi penulis

dan tak pernah bosan memberi doa, dukungan, nasihat dan

mengupayakan segala hal dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih

atas kesabaran dan pengertian kalian selama ini.

7. Adek Rendi dan Dinda yang selalu memberi dukungan dan hadiah

kelulusan yang terlampau cepat namun menjadi motivasi penulis dalam

penyelesaian skripsi ini.

8. Spesial teruntuk Wirawan Muhammad atas doa, dukungan dan

waktunya dalam menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Kawan-kawan dari jurusan sosiologi angkatan 2010 atas dukungan dan

telah menjadi rekan diskusi selama ini.

10. Para responden yang terpilih yang mau meluangkan waktunya untuk

menjawab lembar kuesioner. Dan segenap pihak yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

iii
Akhir kata, penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan

dalam penulisan skripsi ini. Penulis pun berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi masyarakat Indonesia khususnya para pembaca dan membantu

pihak-pihak yang bersangkutan dalam penelitian seterusnya.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuhu

Jakarta, 1 Oktober2015

Renggi Anggraini

iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR……………………………………………………..ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………..v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..vii
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………ix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah……………………………………… 1
B. Pertanyaan Penelitian…………………………….……… 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………….. 4
D. Tinjauan Pustaka………………………………………… 5
E. Kerangka Teori………………………………………….. 8
F. Hipotesis………………………………………………… 10
G. Definisi Konseptual……………………………………...10
1. Gaya Berpakaian…………………………………….. 10
a. Jilbab…………………………………………….. 11
b. Khimar atau Kerudung………………………….. 13
2. Tindakan Kriminal………………………………….. 14
H. Operasionalisasi Konsep………………………………… 15
I. Metodologi Penelitian…………………………………… 17
J. Sistematika Penulisan…………………………………… 23

BAB II: GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……………….. 24


B. Gambaran Sosial Ekonomi Mahasiswi UIN…………….. 27
1. Berdasarkan Penghasilan Orang Tua……………….. 27
2. Berdasarkan Pendidikan Orang Tua…………………. 28
C. Letak Geografis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta……… 29
D. Demografis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.................. 29
1. Fakultas dan Jurusan UIN Syarif Hidayatullah.......... 30
2. Populasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah........... 32

BAB III: ANALISIS DESKRIPTIF

A. Uji Validitas dan Reabilitas Variabel………………….. 34


B. Analisis Deskriptif Profil Responden Penelitian………. 36

v
C. Analisis Deskriptif Variabel Gaya Berpakaian.............. 43
D. Analisis Deskriptif Variabel Tindakan Kriminal........... 46
E. Uji crosstab variabel gaya berpakaian mahasiswi......... 53
terhadap tindakan kriminal

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………… 55
B. Saran…………………………………………………. 56

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. x

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel I.H.1 Operasionalisasi Konsep Gaya Berpakaian Mahasiswi…………15

Tabel I.H.2 Operasionalisasi Konsep Tindakan Kriminal ….……………….. 17

Tabel I.I.1 Populasi Penelitian………..……………………………………. 18

Tabel I.I.2 Sampel Populasi ……………………………………………..…. 20

Tabel I.I.3 Skala Pengukuran ……………………………...……………….. 22

Tabel II.B.1 Penghasilan Orangtua …………………………………………... 27

Tabel II.B.2.1 Pendidikan Ayah ……………………………...……………….. 28

Tabel II.B.2.2 Pendidikan Ibu ……………………………………………….... 29

Tabel II.D.1.1 Jumlah Jurusan Tiap Fakultas UIN ...……………………….….. 30

Tabel II.D.1.2 Prodi/Jurusan pada Fakultas UIN ……………..……………….. 31

Tabel II.D.2.1 Populasi Mahasiswa UIN berdasarkan Jenis Kelamin ………… 32

Tabel II.D.2.2 Jumlah Mahasiswi angkatan 2012-2013……………………….. 33

Tabel III.A.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas…………………………...... 35

Tabel III.B.4 Uang Saku Responden …….…………………………………… 39

vii
Tabel III.E.1 Crosstab variabel gaya berpakaian terhadap

tindakan kriminal………………………….…………...………. 53

Viii
DAFTAR GAMBAR

Grafik I.A.1 Jumlah kekerasan terhadap perempuan tahun 2010-2014 ............3

Grafik III.B.1 Jumlah Responden per-angkatan …..………………………….. 37

Grafik III.B.2Responden tiap fakultas ……………………………………........38

Grafik III.B.3 Asal sekolah responden ………………………………………. 39

Grafik III.B.5 Alasan responden berjilbab ……………………….….............. 40

Grafik III.B.6Orang yang mempengaruhi keputusan berjilbab …………….... 41

Grafik III.B.7 Perubahan gaya berpakaian ………………….………............. 42

Grafik III.B.8Alasan perubahan gaya berpakaian ………..………………….. 43

Grafik III.C.1.1Gaya berpakaian syari ……………………………...……….. 44

Grafik III.C.1.2Gaya berpakaian hijaber…………………………………….... 45

Grafik III.C.1.3Gaya berpakaian jilboob …………………………………….. 46

Grafik III.D.2.1Pelecehan seksual non fisik …………………………………. 47

Grafik III.D.2.2Pelecehan seksual fisik ……………………………………… 48

Grafik III.D.2.3Pelecehan seksual ditampakkan alat kelamin ………………... 49

Grafik III.D.2.4Pencopetan …………………………………………………… 50

Grafik III.D.2.5Penjambretan ………………………………………………… 52

Grafik III.D.2.6Pencurian ……………………………………………………. 53

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini meneliti hubungan gaya berpakaian mahasiswi terhadap

tindakan kriminal yang dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

saat ini sangat marak tindakan kriminal dan yang menjadi korbannya adalah

perempuan.Bahkan perempuan yang telah menjalankan kewajibannya

menggunakan jilbab dan berpakaian menutup aurat bisa menjadi korban tindakan

kriminal.Sudah banyak kasus kriminal yang terjadi dikalangan perempuan,

khususnya mahasiswi. Peneliti juga tertarik untuk meneliti permasalahan ini di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena kampus ini adalah kampus islam. Begitu

pula dalam hal etika UIN mewajibkan seluruh mahasiswinya untuk menggunakan

busana muslimah dan jilbab. Hal ini pun disesuaikan dengan visi UIN yakni

menjadikan lembaga pendidikan tinggi yang terkemuka dalam mengintegrasikan

aspek keilmuan, keislaman, dan keindonesiaan (Nadzariyah,2009 : 6).

Keseluruhan mahasiswi yang belajar di kampus UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta ini sudah baligh dan menjalankan kewajibannya berjilbab dan menutup

aurat. Namun pada realitanya, masih ada mahasiswi yang hanya menggunakan

jilbab ketika kuliah saja, tetapi ketika diluar kampus mereka membuka jilbab.

1
Sebagai seorang muslimah menggunakan jilbab dan berpakaian menutup

aurat adalah wajib hukumnya. Islam bukan hanya mengajarkan tentang ibadah

kepada Allah akan tetapi Islam juga dapat menjadi pelindung dan penjaga bagi

makhluk ciptaan-Nya, terutama perempuan. Ajaran Islam memerintahkan bagi

tiap muslimah agar mengenakan pakaian yang menutup aurat dan jilbab sehingga

dapat menghindari dari yang namanya fitnah dan kejahatan (Aminah, 1997 : 108).

Karena tiap dari tubuh perempuan Allah memberikan kekhususan yang dapat

membedakan perempuan dengan laki-laki.

Dalam ajaran agama islam, busana yang menutup aurat bukan semata-mata

sebuah kultur, namun lebih dari itu merupakan tindakan ritual dan sakral yang

dijanjikan pahala sebagai imbalannya dari Allah SWT. Indonesia dengan

mayoritas masyarakatnya yaitu umat muslim khususnya perempuan sebagian

besar melaksanakan kewajiban menggunakan jilbab dan busana muslimah.

Namun, busana yang mereka pakai sangat beragam dan telah mengalami

perubahan dari zaman ke zaman.Beragam model busana muslimah saat ini, ada

yang berpakaian kasual atau santai dan jilbab pendek namun ketat membentuk

press body atau juga ada yang syar’i seperti menggunakan gamis longgar dan

kerudung lebar.

Salah satu penyebab terjadinya perubahan yang sangat pesat didalam

perkembangan busana muslimah yaitu globalisasi. Globalisasi ini ditandai dengan

perkembangan informasi, komunikasi dan teknologi.

2
Adanya arus globalisasi ini tampaknya telah banyak mereduksi nilai-nilai moral

kemanusiaan.Perubahan dan pergeseran budaya terasa sangat cepat dan jauh dari

budaya asli kita.

Pada saat ini tindakan kriminal seringkali terjadi di masyarakat seperti,

kasus-kasus perkosaan atau kekerasan terhadap perempuan yang banyak terjadi di

tengah-tengah masyarakat saat ini diakibatkan karena berbagai macam pengaruh

yang sering mereka lihat dari berbagai media bahkan juga pengaruh dari gerak-

gerik serta cara berpakaian perempuan yang dapat mempengaruhi laki-laki

sebagai kaum adam untuk melakukan tindak kejahatan perkosaan terhadap kaum

hawa (Legesan, 2012 : 10-11). Berdasarkan data dibawah dapat dilihat bahwa dari

tahun ke tahun tindakan kriminal yang dialami oleh perempuan mengalami

fluktuatif.Namun pada tiga tahun terakhir yaitu 2012, 2013 dan 2014 mengalami

peningkatan yang sangat tinggi.

Grafik I.A.1
Jumlah Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2001-2014
Sumber: Komnas Perempuan 2014

3
Mahasiswi pada zaman modern ini tentunya juga mengikuti perkembangan

fashion termasuk mahasiswi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Banyak

mahasiswi sekarang dengan gaya berpakaian yang bermacam-macam, bahkan

pakaian muslimah saat ini pun beragam dan sangat modis. Fenomena ini tercetus

karena banyaknya perancang busana, model ataupun blogger fashion yang

menyuarakan tren-tren fashion masa kini.

Jadi, menurut peneliti sudah seharusnya dengan berpakaian yang menutup

aurat tersebut dapat melindungi perempuan dari hal-hal yang negatif. Oleh karena

itu, peneliti ingin mengetahui apakah tindakan kriminal memilki hubungan

dengan gaya berpakaian mahasiswi atau memang niat pelaku itu sendiri.

B. Pertanyaan Penelitian

Dari pernyataan masalah diatas, terdapat beberapa pertanyaan yang hendak

diteliti seperti berikut:

1. Bagaimana cara berpakaian mahasiwi UIN Syarif Hidayatullah?

2. Apakah ada hubungan gaya berpakaian mahasiswi dengan tindakan

kriminal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui cara berpakaian mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah pada

saat kuliah.

4
b. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara gaya berpakaian

mahasiswi dengan tindakan kriminal.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pengembangan ilmu

sosiologi di FISIP sendiri atau bahkan di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai referensi untuk penelitian-penelitian dari mahasiswa

lainnya.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat membantu mencarikan solusi atas

permasalahan-permasalahan seputar tindakan-tindakan kriminal yang

masih kerapkali terjadi di masyarakat bahkan terjadi juga pada

mahasiswi-mahasiswi di kampus.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian yang berkaitan dengan hubungan gaya berpakaian mahasiswi

terhadap tindakan kriminal memang telah banyak mendapat perhatian yaitu

berupa karya tulis ilmiah.

Pertama, tesis I’anatul Imtihanah (2009) meneliti tentang jilbab dalam

perdebatan; penafsiran klasik dan kotemporer. Ada dua pendapat mengenai batas

aurat dan kewajiban jibab yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut, yaitu

pendapat pertama bahwa ayat jilbab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw dan konteks socio-historis.

5
Pada waktu itu menunjukkan bahwa jilbab bukan sebuah kewajiban dan

persoalan aurat tidak ada nash secara paten menjelaskannya. Sedangkan pendapat

kedua bahwa jilbab adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perempuan

muslimah.Metode yang peneliti gunakan adalah kualitatif yang masuk dalam

kategori library research. Oleh karenanya, peneliti berusaha menemukan

kesimpulan dengan melakukan pengkajian secara mendalam terhadap sumber-

sumber data penelitian baik primer maupun sekunder.

Kedua, dalam tesis Ayub Mursalin (2006) meneliti tentang penerapan

sanksi atas tindak pidana perzinahan, pembunuhan dan pencideraan di Jambi

(studi tentang tarik menarik antara hukum adat dan hukum islam). Tujuan dari

penelitian ini adalah (1) untuk menggambarkan bentuk dan proses penerapan

undang-adat jambi yang sampai sekarang masih diterapkan oleh komunitas

masyarakat adat Jambi, khususnya perzinahan, pembunuhan dan pencideraan serta

(2) untuk menjelaskan bagaimana bentuk perpaduan antara islam dan adat lokal

dalam penerapan sanksi bagi pelaku perzinahan, pembunuhan dan pencideraan

menurut undang-undang Jambi. Metode yang peneliti gunakan adalah penelitian

pustaka (library research). Sumber utama adalah manuskrip “undang-undang

kesultanan Jambi abad XVI-XVIII” yang terdapat di Perpustakaan Nasional

Indonesia dan juga tersimpan di museum negeri Jambi serta diperkaya dengan

buku-buku maupun karya-karya lain yang terkait dengan hukum islam dan adat

jambi. Peneliti juga melakukan wawancara mendalam (indepth interview) dengan

beberapa toloh adat Jambi.

6
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis isi (content analysis)

yaitu menganalisa data tentang objek yang dipelajari menurut isi dengan

pendekatan kualitatif.

Ketiga, dalam tesis yang ditulis oleh Budiastuti (2012) mengenai Jilbab

dalam perspektif sosiologi (studi pemaknaan jilbab di fakultas hukum Universitas

Muhamadiyah Jakarta). Tesis ini ditujukan untuk menggali alasan, motif, ataupun

hal-hal yang dapat melatarbelakangi seseorang untuk berjilbab. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jumlah narasumber sebanyak 12

orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna jilbab di lingkungan

fakultas hukum UMJ, merupakan bagian dari cara berpakaian yang bernuansa

agama, yang direalisasikan dalam beragam bentuk model ataupun cara berjilbab.

Selain itu, jilbab juga melekatkan fungsi pakaian, yaitu sebagai penutup dan

pelindung tubuh, serta memiliki fungsi untuk mempercantik diri dan simbol

identitas muslim.

Keempat,dalam jurnal yang ditulis oleh Fonny Dameaty Hutagalung dan

Arifin Hj Jainal (2012) yang berjudul hubungan antara pelecehan seksual dengan

kepuasan kerja dan tekanan kerja pada karyawan wanita di tiga universitas negeri

kawasan Lembah Klang, Malaysia. Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui

hubungan pelecehan seksual dengan kepuasan kerja pada karyawan di tiga

universitas negeri kawasan Lembah Klang, Malaysia, (2) untuk meneliti

perbedaan pelecehan seksual berdasarkan perbedaan kategori umur pekerja serta

kepuasan kerja dan tekanan kerja.

7
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan partisipan sebanyak

1423 orang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan keseluruhan pelecehan seksual

terjadipada level sedang sebanyak 53%, ada hubungan negatif signifikan antara

pelecehan seksual dengan kepuasan kerja dan ada hubungan positif signifikan

antara pelecehan seksual dengan tekanan kerja. Hasil juga menunjukkan ketiadaan

interaksi antara pelecehan seksual dan umur terhadap kepuasan kerja dan tekanan

kerja.

Perbedaan dari keempat penelitian diatas dengan penelitian peneliti adalah

yang pertama hanya menjelaskan mengenai jilbab dan perdebatanya, yang kedua

adalah penerapan sanksi atas tindak pidana perzinahan, pembunuhan dan

pencideraan di Jambi, yang ketiga mengenai Jilbab dalam perspektif sosiologi,

yang keempat hubungan antara pelecehan seksual dengan kepuasan kerja dan

tekanan kerja pada karyawan wanita di tiga universitas negeri kawasan Lembah

Klang, Malaysia dan peneliti sendiri meneliti pengaruh gaya berpakaian terhadap

tindakan kriminal. Sedangkan persamaan keempat penelitian ini dengan penelitian

peneliti adalah sama-sama membahas mengenai gaya berpakaian atau jilbab atau

tindakan kriminal.

E. Kerangka Teori

1. Teori Viktimisasi

Pada abad ke-19 usaha-usaha dalam mencari sebab-sebab kejahatan dalam

aspek sosial telah dilakukan di Prancis.Sehingga banyak bermunculan tokoh-

tokoh yang meneliti dan mengemukakan teori-teori sosiologi kriminal.

8
Teori-teori tersebut berupa teori anomie, teori ketegangan (strain), teori

sub-budaya delinkuen, teori ekologis, teori konflik kebudayaan, teori faktor

ekonomi, teori differential association dan teori viktimisasi.

Studi ini menggunakan teori viktimisasi yang dikaitkan dengan korban

terhadap tindakan asusila.Istilah “victimology” untuk pertama kali digunakan oleh

B. Mendelshon pada tahun 1946 dalam makalah “new bio-psycho-social horizons:

Victimology”. Secara etimologis, viktimologi berasal dari kata victim (latin) yang

berarti korban (dalam keagamaan) dan logos (yunani) yang berarti pengetahuan.

Dengan demikian viktimologi dapat dikatakan sebagai pengetahuan yang

mempelajari korban dari berbagai aspek (Soesanto, 2011 : 201). Yang dimaksud

korban didalam penelitian ini adalah korban kejahatan.

Dalam perkembangannya, studi mengenai kejahatan atau criminal tidak

lagi mengenai pelaku atau aktornya melainkan sudah merambah studi mengenai

korban kejahatan. Hal ini dipengaruhi oleh tulisan dari Hans Von Hentig dan B.

Mendehlsohn dalam bukunya “The Criminal and His Victim” (1949). Von Hentig

menunjukkan bahwa dalam kejahatan-kejahatan tertentu korban mempunyai

peranan yang sangat penting dalam terjadinya kejahatan (Soesanto, 2011 : 36).

Teori viktimisasi lebih menekankan pada korbannya, karena korban itu sendirilah

mengapa kejahatan terjadi. Von Hentig bersikeras bahwa banyak korban

kejahatan berkontribusi terhadap mereka sendiri, misalnya dengan menghasut atau

memprovokasi pidana atau dengan menciptakan atau mengembangkan situasi

yang kemungkinan akan mengarah pada kejahatan tersebut.

9
F. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan penelitian yang belum sempurna, sehingga

perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis ini melalui

penelitian (Bungin, 2005 : 75) .

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini sebagai berikut:

H0 : Tidak Ada hubungan antara gaya berpakaian mahasiswi terhadap

tindakan kriminal.

Ha : Ada hubungan antara gaya berpakaian mahasiswi terhadap tindakan

kriminal.

G. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah definisi dari suatu konsep, sehingga dapat

dibedakan antara satu konsep dengan konsep yang lain. Dalam penelitian ini

variabel yang didefinisikan adalah gaya berpakaian dan tindakan kriminal.

1. Gaya Berpakaian

Gaya berpakaian atau fashion adalah cara berpakaian yang popular dalam

suatu budaya. Secara etimologi menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI),

mode merupakan ragam cara atau bentuk terbaru pada waktu tertentu (tata

pakaian, potongan, rambut, corak hiasan dsb).

10
Maksud gaya berpakaian dalam penelitian ini ialah busana muslimah yang

digunakan oleh mahasiswi untuk kekampus yaitu, berbagai jenis busana yang

dipakai oleh wanita muslimah sesuai dengan ketentuan syariat Islam, dimaksud

untuk menutupi bagian-bagian tubuh yang tidak pantas untuk diperlihatkan pada

publik. Gaya berpakaian dimaksud disini adalah hijab yang terdiri dari jilbab dan

khimar atau kerudung.

Peneliti membagi jilbab dan khimmar/kerudung kedalam tiga kategori

yaitu gaya berpakaian syar’i, gaya berpakaian hijaber dan gaya berpakaian

jilboob.

a. Jilbab

Pengertian jilbab oleh masyarakat Indonesia sering disalah artikan sebagai

kerudung/khimar.Arti sebenarnya dari jilbab adalah pakaian yang lapang dan

dapat menutup aurat wanita kecuali muka dan telapak tangan. Imam Al-Qurthuby

pun menyimpulkan jika jilbab adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh,

kecuali wajah dan telapak tangan (Zami, 2014 : 3). Peneliti membagi jilbab yang

sesuai dengan gaya berpakaian dibawah ini:

1) Jilbab dalam gaya berpakaian syar’i

Pakaian yang digunakan oleh mahasiswi dengan gaya syar’i adalah

pakaian yang longgar, tidak ketat dan tidak membentuk tubuh contohnya seperti

gamis atau dua potong (atasan dan rok); tidak berbahan tipis dan transparan;

menutupi tubuh kecuali tangan dan muka; menggunakan kaos kaki serta tidak

menggunakan wewangian atau parfum (Zami, 2014 : 47).

11
Aksesoris yang digunakan mahasiswi dengan gaya berpakaian syar’i ini

biasanya menggunakan inner/ciput, kaos kaki, manset dan bros.

2) Jilbab dalam gaya berpakaian hijaber

Kategori ini disebut karakteristik hijaber karena, gaya busana dan

kerudung yang digunakan informan berkiblat dan menyerupai gaya

komunitashijaber yang bernama hijabist community.

Komunitas tersebut menamakan gaya busana yang mereka gunakan dan

kenalkan sebagaihijabist style. Sehingga gaya ini juga dikenal oleh masyarakat

luas dengan sebutanhijabist style (Irama, 2013 : 6). Jilbab ini biasanya dipadankan

dengan pakaian muslimah berbagai model (long dress, outer atau gamis modern)

biasanya, mahasiswi menggunakan aksesoris, tas yang senada dengan pakaiannya

(Budiastuti, 2012 : 101). Beberapa aksesoris yang biasa ditambahkan oleh para

hijaber seperti bros, kalung, anting-anting, headband dll. Para hijaber ini biasanya

dari kalangan menengah keatas karena terlihat dari gaya berpakaiannya yang

selalu up-to-date, menggunakan barang-barang bermerek dan hang out ke mall,

cafe, dll.

3) Jilbab dalam Gaya Berpakaian Jilboob

Tren mengenakan jilbab dengan padanan busana yang serba sempit, ketat,

dan menerawang, Gaya berpakaian ini biasanya disebut jilboob.

12
Jilbab dipadukan dengan pakaian yang “tanggung”, karena ada kalanya

menggunakan blus (berupa kemeja pendek atau kaus ketat) sehingga terlihat

bentuk buah dada, tidak berlengan panjang dan tanpa manset, ukuran panjang

lengan hanya sampai siku, dan menggunakan celana panjang ketat (seperti jeans

atau legging, yang terbuat dari bahan tipis, seperti stocking), sehingga

memperlihatkan lekuk tubuh (Budiastuti, 2012 : 101).

b. Khimar atau kerudung

Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa kerudung atau khimar adalah kain

yang menutup kepala wanita sampai batas dada (Zami,2014 : 4). Sedangkan

menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kerudung adalah tudung atau kain

penutup kepala perempuan. Dibawah ini peneliti akan membagi khimar/kerudung

sesuai dengan gaya berpakaian:

1) Gaya berpakaian syar’i

Kerudung/khimar yang digunakan adalah kain yang menutupi kepala

dengan bahan tebal, menutupi dada, tidak berpunuk unta atau cepol dan diulur

bukan dililit (Zami, 2014 : 47) atau biasanya menggunakan kerudung segi empat

paris yang didobel dua.

2) Gaya berpakaian Hijaber

Kerudung hijaber modelnya telah dimodifikasi, tidak hanya dililit

dibelakang leher akan tetapi ditarik hingga keatas kepala atau disamping telinga,

kemudian ditambah aksesoris seperti bros atau peniti hias. Ada pula yang

dibentuk seperti topi, bunga atau pita menggunakan dua bahan dan warna berbeda.

13
Jenis kerudung yang digunakan beragam bentuknya seperti scarf,

pashmina, segi empat, dll.dan juga dengan bahan-bahan seperti paris, sifon/ceruti,

kasmir, katun, satin, rajut dll (Budiastuti, 2012 : 102)

3) Gaya Berpakaian Jilboob

Kerudung jilboob dinaikkan kebagian leher dan dililitkan sehingga dada

tidak tertutupi atau rambut yang masih terlihat.Dan terkadang leher masih

kelihatan atau tampak karena bahannya yang tipis atau terlalu dinaikkan (Partic,

2014: 40). Memakai jilbab sekarang tidak hanya sekedar menggunakan kain besar

yang menutupi semua bagian tubuh.

Tetapi para pengguna jilbab dapat berkreasi dengan menutup bagian

kepala kemudian memasukan sisa kain kedalam baju dan dipadu pakaian press

body sehingga terlihat lebih praktis(Yogasaputra, 2012 : 2). Kerudung yang

digunakan biasanya paris, satin, scarf sifon, ceruti, pasmina, kasmir dll.

2. Tindakan kriminal

Definisi Kriminal terbagi dalam dua point yaitu:

a. Dari sudut pandang hukum, batasan kejahatan dari sudut pandang


ini adalah setiap tingkah laku yang melanggar hukum pidana.
Tindakan kriminal menurut Sutherland adalah behavior in
violation of the criminal law no matter what the degree of
immorality, reprehensibility, or indecency of an act it is not a
crime unless it is prohibited by criminal law.
b. Dari sudut pandang masyarakat (a crime from the sociological
point of view). Batasan kejahatan dari sudut pandang ini adalah :
setiap perbuatan yang melanggar norma-norma yang masih hidup
di dalam masyarakat: Contoh di dalam hal ini adalah: bila seorang
muslim meminum minuman keras sampai mabuk, perbuatan itu
merupakan dosa (kejahatan) dari sudut padang masyarakat Islam,
dan namun dari sudut pandangan hukum bukan kejahatan (Alam,
2010 : 15).
14
Jadi, kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti adalah kejahatan dapat

berupa dua yaitu kejahatan yang melanggar undang-undang dan kejahatan yang

melanggar aturan-aturan atau norma yang ada di masyarakat. Peneliti membagi

tipe kejahatan dalam tiga bentuk (Alam,2010 : 19-20) yaitu:

1. Kejahatan terhadap harta benda (crime against property) misalnya

pencurian, perampokan, pemalsuan, pencopetan, dll.

2. Kejahatan terhadap kesusilaan umum (crime against public decency)

misalnya perbuatan cabul, pelecehan seksual, pornografi, pornoaksi,

perkosaan, dll.

H. Operasionalisasi Konsep
1. Gaya Berpakaian Mahasiswi
Tabel I.H.1
Operasionalisasi Konsep Gaya Berpakaian Mahasiswi
Variabel Operasionalisasi Indikator
konsep Jilbab atau Khimar atau
pakaian Kerudung
Gaya Gaya Berpakaian -gamis atau dua - kain yang menutupi
berpakaian Syar’i potong (atasan kepala dengan bahan
dan rok) tebal
-menggunakan - atau kerudung segi
aksesoris pin/bros empat paris yang
sederhana didobel dua
- menutupi dada
-tidak berpunuk unta
atau cepol dan diulur

15
Gaya Berpakaian -pakaian yang -Kerudung dililit
hijaber digunakan long dengan gaya yang
dress dan outer, sedang tren.
atasan dan rok, -Jenis kerudung
atasan dan celana yang digunakan
atau minidress beragam bentuknya
dan outer. - seperti scarf,
menggunakan pashmina, segi
aksesoris yang empat
mencolok seperti -dengan bahan-
tas bermerek, bahan seperti paris,
bros/pin, kalung, sifon, kasmir, katun,
anting-anting, satin, hycon, ceruti,
headband, rajut.
headpiece dll. -Ada yang menutup
dada tetapi ada juga
yang tidak.
Gaya berpakaian -menggunakan - Kerudung yang
jilboob blus (berupa digunakan biasanya
kemeja atau paris, satin, scarf
kaus), berlengan sifon, ceruti,
panjang atau pasmina, kasmir dll.
panjang hanya -tidak menutup dada
sebatas siku.
- menggunakan
celana panjang
yaitu jeans,
legging atau
stocking

16
2. Tindakan Kriminal

Tabel I.H.2
Operasionalisasi Konsep Tindakan Kriminal
Variabel Operasionalisasi Konsep Indikator
Tindakan Kriminal Kejahatan Terhadap Orang -pembunuhan
-penganiayaan
Kejahatan Terhadap Harta -Pencurian
Benda -perampokan
-pencopetan
-penjambretan
Kejahatan Terhadap -pelecehan seksual ringan
Kesusilaan Umum (intimidasi nonfisik
seperti, kata -kata, bahasa,
gambar, dan intimidasi
gerakan fisik seperti
gerakan kasat mata dengan
memegang, menyentuh,
meraba, mencium,
menunjukkan alat
kelamin)
-pelecehan seksual berat
(pornografi, pornoaksi,
perkosaan)

I. Metodologi penelitian

1. Jenis penelitian

Metodologi penelitian skripsi ini menggunakan metode kuantitatif.

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan isi dengan

menggunakan akurasi statistik untuk mengukur peristiwa. Penelitian kuantitatif

menggunakan metode-metode analisis yang jelas dan sistematis guna menarik

kesimpulan-kesimpulan dan mengujinya secara seksama (Silalahi, 2012 : 39).

17
Tempat yang akan diteliti adalah Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Alasan peneliti meneliti di UIN Syarif Hidayatullah karena

tempatnya terjangkau dekat dari rumah dan peneliti pun kuliah disana.

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswi UIN

seluruh fakultas dari angkatan 2012-2013 berjumlah 4524 orang dikarenakan

angkatan ini adalah mahasiswi yang masih aktif kuliah.

2. Populasi dan Objek penelitian

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang ditentukan. Pengertian lain dari populasi adalah

keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan,

nilai, tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu

di dalam suatu penelitian (Zuriah, 2007 : 116). Objek dalam penelitian ini adalah

mahasiswi aktif angkatan 2012-2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebagaimana data dibawah ini:

Tabel I.I.1
Populasi Penelitian
Angkatan
No. Fakultas 2012 2013 Jumlah
1 Ilmu Tarbiyah & Keguruan 637 605 1242
2 Adab & Humaniora 205 255 460
3 Ushuluddin 94 126 220
4 Syariah & Hukum 218 191 410
5 Dakwah & Ilmu Komunikasi 211 264 475
6 Ekonomi & Bisnis 176 234 410
7 Dirasat Islamiyah 36 32 68
8 Psikologi 90 109 199
9 Sains & Teknologi 155 176 331
10 Kedokteran & Ilmu Kesehatan 259 230 489
11 Ilmu Sosial & Ilmu Politik 96 114 210
Jumlah 2178 2346 4524

18
Setelah keseluruhan angkatan dijumlah, dapat diketahui populasi

mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2012-2013 berjumlah 4524

orang.Alasan peneliti adalah karena angkatan yang disebutkan diatas masih ada

kegiatan kuliah dikampus.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi.Oleh karena itu, sampel harus

dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri.

Untuk membuat sebuah batasan populasi, terdapat tiga kriteria yaitu isi, cakupan

dan waktu (Prasetya dan Jannah, 2005 : 119). Sampel dalam penelitian ini

dihitung menggunakan rumus Slovin yaitu:

Ket: - n = ukuran sampel


n=
- N= ukuran populasi
(berjumlah 4524
n= orang)
- e = margin of error
(5%)
n=

n=

n=

n = 367, 5 (maka sampel yang diperoleh adalah 367 mahasiswi)

Dikarenakan setiap fakultas mempunyai jumlah yang berbeda maka

peneliti menggunakan distribusi proporsional, yaitu:

populasi seluruh mahasiswi = 4524 orang

19
Sampel =

Tabel I.I.2
Sampel Populasi

No. Fakultas Sampel= Jumlah

1 Ilmu Tarbiyah 101


& Keguruan
2 Adab & 37
Humaniora
3 Ushuluddin 18

4 Syariah & 33
Hukum
5 Dakwah & Ilmu 39
Komunikasi
6 Ekonomi & 33
Bisnis
7 Dirasat 6
Islamiyah
8 Psikologi 16

9 Sains & 27
Teknologi
10 Kedokteran & 40
Ilmu Kesehatan
11 Ilmu Sosial & 17
Ilmu Politik
Jumlah 367

4. Teknik Pengambilan sampling

Sehubungan dengan karakter populasi yang telah dikenal peneliti dan

dengan sampel diatas maka peneliti menggunakan teknik sampel sistematis yaitu

rancangan yang dilaksanakan dengan mengambil unit populasi dari atas kebawah

secara sistematis (Bungin, 2005 : 108).

20
Teknik sistematis ini digunakan jika populasi relatif besar, daftar dari

elemen secara baik tersedia, populasi memiliki pola beraturan dan populasi

bersifat homogen (Silalahi, 2012 : 264). Peneliti mendatangi mahasiswi yang

terpilih menjadi responden, namun sebelumnya peneliti mencari tau jadwal mata

kuliah perangkatan agar dapat mempermudah peneliti dalam mendapatkan data.

Teknik pengambilan:

5. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data kuesioner sebagai data

utama. Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur atau sistematis yang berisikan

daftar pertanyaan yang mengukur variabel-variabel, hubungan di antara variabel

yang ada, atau juga pengalaman atau opini dari responden. Pertanyaan apa sajakah

yang dapat ditanyakan melalui kuesioner, yaitu perilaku, sikap atau opini,

karakteristik, harapan, identitas diri dan pengetahuan (Prasetya dan Jannah, 2005 :

143-144).

6. Skala Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala nominal untuk kedua variabel yaitu

independent variable dan dependent variable. Skala nominal adalah skala yang

mengindikasikan bahwa hanya ada satu perbedaan antara kategori, data yang

diperoleh dari skala nominal adalah data categories atau classifiable (Silalahi,

2012 : 218).

21
Tabel I.I.3
Skala Pengukuran
Kategori Poin
Ya 1
Tidak 0

7. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan peneliti adalah teknik analisis

statistik dengan memanfaatkan software SPSS 20. Selanjutnya peneliti

menggunakan distribusi frekuensi untuk statistik deskriptif, statistik deskriptif

memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena

(Prasetya dan Jannah, 2011: 42). Perhitungan data dengan distribusi frekuensi ini

dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi data tersebut kemudian

dipresentasekan.

Setelah dihitung menggunakan rumus distribusi frekuensi maka

dilanjutkan dengan membuat grafik dalam bentuk histogram, polygon, ogive dan

serabi (Bungin, 2005 : 172). Untuk pengujian hipotesis atau menentukan ada atau

tidak adanya hubungan antar variabel peneliti menggunakan crosstab atau tabulasi

silang.

22
J. Sistematika Penulisan

Dalam kajian ini dapat dijelaskan pada pokok pikiran yang disusun secara

sistematika adalah sebagai berikut:

Bab I. Pendahuluan dalam bab ini berisi pernyataan masalah, pertanyaan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

hipotesis, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II. Gambaran Umum dalam bab ini berisi gambaran umum tentang

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bab III. Analisis deskriptif dalam bab ini berisi tentang deskripsi profil

responden, variabel yang diolah dalam bentuk grafik dan uji analisa data.

Bab IV. Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, dan serta saran

yang berguna untuk keperluan penelitian selanjutnya.

23
BAB II

Gambaran Umum Penelitian

A. Sejarah Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Selama lebih dari setengah abad, UIN Syarif Hidayatullah telah

menjalankan mandatnya sebagai institusi pembelajaran dan transmisi ilmu

pengetahuan, sebagai institusi riset dan sebagai institusi pengabdian masyarakat

yang terus mendorong program-program peningkatan kesejahteraan sosial. UIN

syarif hidayatullah telah melewati beberapa periode sejarah seperti periode

perintisan, periode ADIA, periode fakutas IAIN Al-Jami’ah Yogyakarta, periode

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan periode UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Masa perintisan dimulai pada zaman penjajahan Belanda oleh Dr. Satiman

Wirjosandjojo, seorang muslim terpelajar yang pernah berusaha mendirikan

pesantren luhur sebagai lembaga pendidikan tertinggi islam. Namun usaha ini

digagalkan oleh pihak penjajah belanda. Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di

Padang pun mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI) namun lagi-lagi mengalamai

hambatan karena pendudukan jepang.

Pada 8 Juli 1945, didirikan juga STI di Jakarta yang dipimpin oleh Abdul

Kahar Mudzakkir. Beberapa tokoh muslim pun turut andil dan berjasa dalam

pengembangan STI yaitu Muhammad Hatta, K.H. Kahar Mudzakkir, K.H. Wahid

Hasyim, K.H. Mas Mansur, K.H. Faturrahman Kafrawi dan Farid Ma’ruf. Setahun

setelah itu, STI dipindahkan ke Yogyakarta karena mengikuti kepindahan Ibukota

Negara dari Jakarta ke Yogyakarta (Pedoman Akademik UIN, 2013: 6).

24
Pada tanggal 22 Maret 1948 nama STI dirubah menjadi Universitas Islam

Indonesia (UII) yang memiliki empat fakultas yaitu Fakultas Agama, Fakultas

Hukum, Fakultas Ekonomi dan Fakultas Pendidikan.

Setelah UII lahir, fakultas agama yang berada didalamnya kemudian

berdiri sendiri dan menjadi sebuah Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri

(PTAIN) pada tanggal 26 September 1950. PTAIN dipimpin oleh K.H.

Muhammad Adnan, yang didalamnya terdapat tiga jurusan yakni jurusan

Tarbiyah, jurusan Qadla, dan jurusan Dakwah (Thaha, 2006 : 9).

Pada tanggal 1 Juni 1957 didirikanlah Akademi Dinas Ilmu Agama

(ADIA) oleh pemerintah. Didirikannya ADIA bertujuan untuk mendidik dan

mempersiapkan para pegawai negeri yang akan diangkat menjadi tenaga ahli

dalam bidang pendidikan agama, baik pada Sekolah Menengah Umum, Sekolah

Menengah Kejuruan maupun Sekolah Agama. Waktu belajar di ADIA adalah lima

tahun, terdiri atas tingkat semi akademi tiga tahun dan tingkat akademi dua tahun.

Mahasiswa yang mengikuti akademi ini hanya terbatas bagi mahasiswa yang

sedang tugas belajar yaitu para pegawai/guru agama di lingkungan Departemen

Agama yang berasal dari berbagai perwakilan daerah di Indonesia.

ADIA dipimpin oleh Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai Dekan dan Prof.

A. Gani sebagai Wakil Dekan.Pada awalnya ADIA memilliki dua jurusan yaitu

Jurusan Syari’ah dan Jurusan Bahasa Arab, namun seiring dengan

perkembangannya didirikan juga jurusan khusus yaitu Jurusan Imam Tentara.

25
Selama kurang lebih sepuluh tahun berjalan, PTAIN mengalami kemajuan

pesat, baik dari segi jumlah mahasiswa maupun bidang studi Agama Islam yg

dipelajari.Perkembangan dalam bidang studi Agama Islam membuat PTAIN

merasa perlu menambahkan mata kuliah yang mencakup berbagai aspek dalam

kehidupan umat Islam dan perkembangan Islam. Oleh karena itu, seiring dengan

perkembangan tersebut dalam rangka meningkatkan pendidikan tinggi islam,

maka terjadilah pengintegrasian antara PTAIN yang ada di Yogyakarta dengan

ADIA yang di Jakarta. Sejak itu nama PTAIN berubah menjadi Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) yang diresmikan di Yogyakarta (Thaha, 2006 : 10).

Perkembangan IAIN semakin pesat yang ditandai dengan adanya cabang-

cabang IAIN dengan fakultas-fakultasnya yang tersebar diseluruh Indonesia.

Maka pemerintah mengeluarkan keputusan Menteri Agama RI nomor 49 tahun

1963 pada tanggal 25 februari 1963 yang berisikan tentang dibentuknya dua IAIN,

yakni IAIN Sunan Kalijaga di Yogyakarta dan IAIN Syarif Hidayatullah di

Jakarta (Thaha, 2006 : 13). Semasa rektor dijabat oleh Prof Dr. Harun Nasution

(1973-1984), IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dikenal luas sebagai “Kampus

Pembaharu”.Hal ini dikarenakan Harun Nasution pada waktu itu banyak

melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam pemikiran Islam rasional. Untuk

mengembangkan pembaharuan pemikiran Islam tersebut, Harun Nasution

melakukan perubahan terhadap kurikulum IAIN, yaitu memasukkan mata kuliah

filsafat dan menyelenggarakan Program Pascasarjana (PPs) (Thaha, 2006 : 14).

26
Setelah banyaknya perkembangan termasuk dengan adanya pembukaan

program studi umum dan kerjasama dengan berbagai agensi internasional

merupakan titik awal dari perubahan IAIN menjadi UIN. Peresmian perubahan

nama lembaga ini dilakukan oleh Wakil Presiden RI, Hamzah Haz, pada tanggal 8

Juni 2002. Setelah seluruh pembangunan gedung Kampus, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pun menambah Fakultas baru yaitu Fakultas Ilmu

Kedokteran dan Kesehatan (FKIK) (Thaha, 2006 : 17-18).

B. Gambaran Sosial Ekonomi Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah

1. Berdasarkan Penghasilan Orangtua

Pada tabel dibawah ini menunjukkan bahwa pendapatan orangtua perbulan

yang paling banyak berada pada angka Rp. 1.000.001 –Rp. 3.600.000 dari tahun

2012 hingga 2015. Hal ini berarti kebanyakan mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah berada pada kelas ekonomi menengah kebawah.

Pada umumnya lapisan atas (upper class) memang tidak terlalu banyak

apabila dibandingkan dengan lapisan menengah (middle class) dan lapisan bawah

(lower class). Bila digambarkan lapisan kelas ini akan membentuk segitiga yang

semakin melebar kebawah (Soekanto, 2012 : 226).

Tabel II.B.1
Penghasilan Orangtua berdasarkan sumber PUSTIPANDA
Penghasilan Orangtua/Tahun Angkatan 2012 2013 2014 2015
Rp. 0 –Rp. 1.000.000 1224 1264 896 1056
Rp. 1.000.001 –Rp. 3.600.000 1891 1865 2246 2414
Rp. 3.600.001 –Rp. 7.600.000 595 785 1204 1295
Rp. 7.600.001 –Rp. 15.000.000 122 165 408 388
Rp. 15.000.001 –Rp. 25.000.000 41 61 114 99
Rp. 25.000.001 –Rp. 100.000.000 22 34 46 51

27
2. Berdasarkan Pendidikan Orangtua

Data dibawah ini menunjukkan bahwa pendidikan ayah yang paling besar

jumlahnya adalah tingkat SLTA/MA, begitupun dengan pendidikan ibu juga yang

paling banyak jumlahnya pada tingkat SLTA/MA. Dibuktikan dengan banyaknya

jumlah tiap tahunnya. Salah satu kriteria untuk menggolongkan anggota

masyarakat kedalam suatu lapisan adalah ilmu pengetahuan. Akan tetapi, ukuran

tersebut tidak terlalu menjamin karena nyatanya saat ini bukan ilmu pengetahuan

yang menjadi ukuran tetapi gelar kesarjanaannya (Soekanto, 2012 : 208).

Bila orang tua yang berpendidikan rendah dapat menyekolahkan anaknya

hingga ke jenjang perkuliahan, maka akan terjadi gerak sosial atau mobilitas

sosial vertikal naik (social climbing). Hal ini dikarenakan lembaga pendidikan

dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan yang

paling rendah ke kedudukan yang paling tinggi (Soekanto, 2012 : 223).

Tabel II.B.2.1
Pendidikan Ayah
Sumber: PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pendidikan Ayah/Tahun Angkatan 2012 2013 2014 2015
Tidak Tamat SD/MI 119 109 83 107
SD/MI 422 428 564 657
SLTP/MTS 325 360 419 519
SLTA/MA 1472 1520 1983 2154
Diploma/SM 248 276 329 313
S1 836 891 1226 1152
S2 239 295 396 363
S3 37 53 51 38

28
Tabel II.B.2.2
Pendidikan Ibu
Sumber: PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pendidikan Ibu/Tahun Angkatan 2012 2013 2014 2015
Tidak Tamat SD/MI 172 147 110 132
SD/MI 602 658 858 918
SLTP/MTS 482 507 625 750
SLTA/MA 1435 1509 1965 2064
Diploma/SM 243 267 387 350
S1 682 754 988 958
S2 90 83 153 125
S3 12 16 12 6

C. Letak Geografis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tiga lokasi kampus.Pertama,

Kampus I yang berada di Jl. Ir. H. Juanda Ciputat. Lalu yang kedua, Kampus II

yang terletak di Jl. Kertamukti Ciputat.Ketiga, Kampus III yang terletak di Desa

Cikuya, Tigaraksa, Kabupaten Tangerang yang rencananya akan digunakan

sebagai laboratorium agribisnis (Pedoman Akademik UIN, 2013: 15).

Selain fasilitas dan sarana pendidikan yang ada di Kampus I dan II, UIN

Syarif Hidayatullah memiliki dua buah Klinik Pelayanan Kesehatan Masyarakat

(KPKM) di Desa Reni Jaya, Pamulang, dan Desa Buaran, Serpong, Kota

Tangerang Selatan yang dikelola oleh Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

D. Demografis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara demografis, Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah memiliki

banyak komponen didalamnya, namun peneliti hanya memfokuskan penelitian

pada mahasiswi yang menempuh studi strata 1 (S-1).

29
1. Fakultas dan Jurusan di UIN Syarif Hidayatullah

UIN Syarif Hidayatullah jakarta memiliki 12 Fakultas yang masing-

masing berada pada Kampus I dan Kampus II. Sedangkan untuk Jurusan atau

Program Studi, UIN Syarif Hidayatullah memiliki 56 Jurusan. Fakultas Dirasat

Islamiyah dan Fakultas Psikologi hanya memiliki satu jurusan saja yaitu sama

dengan Fakultasnya. Fakultas lainnya memiliki lebih dari satu jurusan didalamnya

dan fakultas paling terbanyak jurusannya yaitu Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang memiliki 11 jurusan.

Tabel II.D.1.1
Jumlah Jurusan pada tiap Fakultas UIN berdasarkan
PUSKOM (Pusat Komunikasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Nama Fakultas Jurusan
1 Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 11
2 Adab dan Humaniora 5
3 Ushuluddin 3
4 Syariah dan Hukum 6
5 Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 5
6 Dirasat Islamiyah 1
7 Psikologi 1
8 Ekonomi dan Bisnis 7
9 Sains dan Teknologi 7
10 Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 4
11 Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3
12 Sumber Daya Alam dan Lingkungan 3
Total 56

30
Tabel II.D.1.2
Program Studi/Jurusan pada Fakultas UIN berdasarkan
PUSKOM (Pusat Komunikasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
No. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu No. Fakultas Psikologi
Keguruan
1 Pendidikan Agama Islam 1 Psikologi
2 Pendidikan Bahasa Arab No. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
3 Pendidikan Bahasa Inggris 1 Manajemen
4 Pendidikan Matematika 2 Akuntansi
5 Pendidikan Biologi 3 Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan
6 Pendidikan Kimia 4 Ekonomi Syariah
7 Pendidikan Fisika 5 Perbankan Syariah
8 Manajemen Pendidikan No. Fakultas Sains dan Teknologi
9 Pendidikan Bahasa dan sastra 1 Agribisnis
Indonesia
10 Pendidikan Ilmu Pengetahuan 2 Teknik Informatika
Sosial
11 Pendidikan Guru MI 3 Sistem Informasi
No. Fakultas Adab dan 4 Matematika
Humaniora
1 Bahasa dan Sastra Arab 5 Biologi
2 Sejarah dan Kebudayaan Islam 6 Kimia
3 Tarjamah 7 Fisika
4 Ilmu Perpustakaan No. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan
5 Bahasa dan sastra Inggris 1 Kesehatan Masyarakat
No. Fakultas Ushuluddin 2 Farmasi

1 Perbandingan Agama 3 Pendidikan Dokter


2 Aqidah Filsafat 4 Ilmu Keperawatan
3 Tafsir Hadits No. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
No. Fakultas Syariah dan Hukum 1 Sosiologi
1 Akhwal Syakhsyiyah 2 Ilmu Politik
2 Perbandingan Madzhab dan 3 Hubungan Internasional
Hukum
3 Jinayah Siyasah N
Fakultas Sumber Daya Alam
No. dan Lingkungan
4 Mu’amalat (Ekonomi Islam) 1 Teknik Geologi
1

31
5 Ilmu Hukum 2 Teknik Pertambangan
2
No. Fakultas Dakwah dan Ilmu 3 Teknik Perminyakan
Komunikasi 3
1 Komunikasi dan penyiaran
Islam
2 Bimbingan dan penyuluhan
Islam
3 Manajemen Dakwah
4 Pengembangan Masyarakat
Islam
5 Kesejahteraan Sosial
No. Fakultas Dirasat Islamiyah
1 Dirasat Islamiyah

2. Populasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Data populasi mahasiswa laki-laki dan perempuan berdasarkan pustipanda

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014 yaitu sebanyak 10845 laki-laki dan

13848 perempuan. Berdasarkan data dibawah, jumlah mahasiswa terbanyak yaitu

pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan jumlah 5973 (1591 laki-laki

dan 4382 perempuan). Sedangkan jumlah mahasiswa paling sedikit yaitu fakultas

Sumber Daya Alam dan Lingkungan sebanyak 79 orang (57 laki-laki dan 22

perempuan).

Tabel II.D.2.1
Populasi Mahasiswa UIN Berdasarkan Jenis Kelaminoleh
PUSTIPANDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
NO. Fakultas Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Ilmu Tarbiyah & Keguruan 1591 4382 5973
2 Adab & Humaniora 1051 1240 2291
3 Ushuluddin 985 615 1600
4 Syariah & Hukum 1681 1181 2862
5 Ilmu Dakwah & Ilmu Komunikasi 1193 1269 2462
6 Dirasat Islamiyah 275 171 446

32
7 Psikologi 274 638 912
8 Ekonomi & Bisnis 1110 1173 2283
9 Sains & Teknologi 1427 1200 2627
10 Kedokteran & Ilmu Kesehatan 435 1364 1799
11 Ilmu Sosial & Ilmu Politik 766 593 1359
12 Sumber Daya Alam &Lingkungan 57 22 79
Jumlah 10845 13848 24693

Jumlah mahasiswi angkatan 2012-2013 yang peneliti peroleh dari

PUSTIPANDA yaitu sebanyak 4524 orang. Masing-masing angkatan berjumlah

2178 orang untuk angkatan 2012 sedangkan angkatan 2013 berjumlah 2346

orang. Adapun rincian berbentuk tabel sebagai berikut:

Tabel II.D.2.2
Jumlah Mahasiswi angkatan 2012-2013
Sumber: Pustipanda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan
No. Fakultas 2012 2013 Jumlah
1 Ilmu Tarbiyah & Keguruan 637 605 1242
2 Adab & Humaniora 205 255 460
3 Ushuluddin 94 126 220
4 Syariah & Hukum 218 191 410
5 Dakwah & Ilmu Komunikasi 211 264 475
6 Ekonomi & Bisnis 176 234 410
7 Dirasat Islamiyah 36 32 68
8 Psikologi 90 109 199
9 Sains & Teknologi 155 176 331
10 Kedokteran & Ilmu Kesehatan 259 230 489
11 Ilmu Sosial & Ilmu Politik 96 114 210
Jumlah 2178 2346 4524

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian di UIN Syarif Hidayatullah

karena menurut peneliti di lokasi ini gaya berpakaian mahasiswinya yang

beragam. Selain itu peneliti juga ingin mencari tahu apakah gaya berpakaian

mahasiswi memiliki hubungan dengan tindakan kriminal karena seiring dengan

maraknya kasus-kasus kriminal terhadap perempuan.

33
BAB III

Analisis Deskriptif

A. Uji Validitas dan Reabilitas variabel

Validitas ialah berbicara mengenai suatu alat ukur yang digunakan

memang telah mengukur apa yang ingin diukur, dan reabilitas adalah sejauhmana

hasil pengukuran yang dilakukan tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran

kembali pada orang yang sama diwaktu yang berbeda atau pada orang yang

berbeda diwaktu yang sama (Nisfiannoor, 2009:211).

Peneliti telah melakukan try out kepada 20 orang untuk menguji kelayakan

kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti. Setelah dilakukannya try out maka akan

didapatkan hasilnya apakah pertanyaan tersebut valid atau reliabel. Namun ada

juga yang tidak valid dan tidak reliabel. Pertanyaan yang akan diuji sesungguhnya

kepada responden hanyalah yang valid dan reliabel sedangkan yang tidak valid

dan tidak reliabel bisa dihilangkan atau diganti. Selanjutnya yaitu penyebaran

angket untuk pengambilan data penelitian. Berikut adalah tabel hasil uji validitas

dan reliabilitas yang digunakan pada angket penelitian:

34
Tabel III.A.1
Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
Variabel Item Corrected Ket. Alphacro Ket.
nbach’s
Item Total

Corelation
Gaya Berpakaian Syar’i1 .580 Valid .779
Mahasiswi Syar’i2 .668 Valid
Syar’i3 .676 Valid
Syar’i4 .601 Valid
Hijaber1 .940 Valid .
Hijaber2 .803 Valid 901
Hijaber3 .667 Valid
Hijaber4 .539 Valid
Hijaber5 .925 Valid
Hijaber6 .832 Valid
Hijaber7 .352 Valid
Reliabel
Hijaber8 .391 Valid
Jilboob1 .870 Valid .
Jilboob2 .609 Valid 865
Jilboob3 .698 Valid
Jilboob4 .852 Valid
Jilboob5 .291 Valid
Jilboob6 .625 Valid
Jilboob7 .474 Valid
Tindakan TK1 .297 Valid .
Kriminal TK2 .294 Valid 565
TK3 .321 Valid
TK4 .343 Valid
TK5 .314 Valid
TK6 .311 Valid

Tabel di atas menjelaskan bahwa, Butir pertanyaan bisa dikatakan reliabel

apabila memiliki nilai > 0,2. Bisa dilihat pada kolom Corrected Item-Total

Correlation semua butir pertanyaan memiliki nilai > 0,2. Maka, semua pertanyaan

telah memenuhi standar kelayakan dan valid (Nisfiannoor,2009:229).

35
Pada variabel “Gaya Berpakaian” semua butir pertanyaannya adalah valid

dan reliabel. Sedangkan, pada variabel “Tindakan Kriminal” seharusnya

berjumlah 10 butir pertanyaan namun terdapat 4 butir yang tidak valid sehingga

peneliti hanya menggunakan 6 butir pertanyaan saja. Setelah itu, butir-butir yang

valid dan reliabel pun kembali diuji dan didapatkah hasilnya semua valid dan

reliabel seperti tabel yang diatas.

B. Analisis Deskriptif Profil Responden Penelitian

Gambaran responden dari berbagai kategori seperti angkatan/semester,

fakultas, uang saku, asal sekolah, alasan menggunakan jilbab, orang yang paling

berpengaruh dalam keputusan berjibab, perubahan gaya berpakaian, dan alasan

yang melatarbelakangi perubahan gaya berpakaian dari yang terdahulu hingga saat

ini dll.

1. Jumlah responden per-angkatan

Pada tabel dibawah tampak jumlah responden per-angkatan hampir sama

jumlahnya yaitu untuk mahasiswi angkatan 2012 berjumlah 183 orang (49,86%)

sedangkan untuk mahasiswi angkatan 2013 berjumlah 184 orang (50,14%).

Peneliti hanya mengkhususkan pada mahasiswi angkatan 2012-2013 karena

angkatan ini masa-masa teraktif sebagai mahasiswi.Berikut diagramnya:

36
Grafik III.B.1
Jumlah Responden per-Angkatan

183 184
49,86% 50,14%

Angkatan 2012 Angkatan 2013

Jumlah Responden per Angkatan

2. Responden tiap fakultas

Berikutnya, pada tabel diatas tampak responden tiap fakultas.Dari

keseluruhan jumlah responden yaitu 367 orang, tiap fakultasnya memiliki

disitribusi responden yang berbeda. Dan jumlah tersebut terdistribusi secara

proporsional dengan jumlah tiap fakultasnya yaitu FITK sebanyak 101 (27,5%),

FAH sebanyak 37 (10,6%), FEB sebanyak 37 (10,6%), FSH sebanyak 33 (9%),

FISIP sebanyak 17 (4,6%), FUSH sebanyak 18 (4,9%), FPSI sebanyak 16 (4,4%),

FKIK sebanyak (10,9%), FDI sebanyak 6 (1,6%), FIDKOM sebanyak 33 (9%),

FST sebanyak 27 (7,4%).

Responden penelitian terbanyak adalah FITK dikarenakan jumlah

populasinya pun sangat besar bila dibandingkan dengan fakultas lain yang ada di

UIN Jakarta. Lihat grafik dibawah ini:

37
Grafik III.B.2
Responden tiap Fakultas

Fakultas
FITK FAH FEB FSH FISIP FUSH
FPSI FKIK FDI FIDKOM FST

FST 27
FIDKOM 33
FDI 6
FKIK 40
FPSI 16
FUSH 18
FISIP 17
FSH 33
FEB 39
FAH 37
FITK 101

3. Asal Sekolah Responden

Selanjutnya adalah kategori asal sekolah. Peneliti membagi kategori asal

sekolah menjadi SMA/SMK berjumlah 221 (60,2%), MAN/MAS berjumlah 93

(25,4%) dan Pesantren sebanyak 53 (14,4%).Lembaga pendidikan adalah

konsekuensi logis dari taraf perkembangan masyarakat yang sudah kompleks.

Selain pihak keluarga, perlu adanya pihak lain yang secara khusus mengurus

organisasi, mengapresiasi pengetahuan dan mengupayakan pentransformasian

pengetahuan kepada generasi. Hal inilah yang melatarbelakangi berdirinya

sekolah sebagai lembaga pendidikan (Setiadi dan Kolip, 2011 : 911).

Ternyata mahasiswi yang berasal dari SMA lebih banyak jumlahnya

dibandingkan dengan yang berasal dari MAN/MAS dan Pesantren.Hal ini

mungkin dikarenakan UIN Syarif Hidayatullah mempunyai beberapa jurusan

umum yang menarik minat siswa yang berasal dari SMA.

38
Grafik III.B.3
Asal Sekolah Responden

Asal Sekolah
SMA/SMK MAN/MAS PESANTREN

53
14,4%
93 221
25,4% 60,2%

4. Uang saku per-bulan responden

Berdasarkan tabel dibawah, menjelaskan bahwa kebanyakan responden

mempunyai uang saku sebanyak Rp. 500.100,- s/d Rp. 1.000.000 dengan jumlah

139 orang. Salah satu ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk

menggolongkan masyarakat kedalam suatu lapisan adalah ukuran kekayaan

(Soekanto, 2012 : 208). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswi kemungkinan

kebanyakan tergolong dalam ekonomi menengah.

Tabel III.B.4
Uang Saku Responden
No Uang Saku Per-bulan Frekuensi Persentase

1 ≤ Rp. 500.000,- 58 15,8%

2 Rp. 500.100,- s/d Rp. 1.000.000 139 37,9%

3 Rp. 1.000.100,- s/d Rp. 1.500.000 80 21,8%

39
4 Rp. 1.500.100,-s/d Rp. 2.000.000 54 14,7%

5 Rp. 2.000.100,-s/d Rp. 2.500.000 23 6,3%

6 ≤ Rp. 2.500.000,- 13 3,5%

Total 367 100%

5. Data Alasan Responden Berjilbab

Data selanjutnya menunjukkan alasan responden berjilbab. Peraturan

kampus adalah alasan paling banyak dipilih oleh responden yaitu sebanyak 242

orang (65,9%). Peraturan kampus ini tercantum dalam kode etik mahasiswa pasal

tujuh mengenai busana dan penampilan mahasiswa (Pedoman Akademik UIN,

2013: 331-332) yaitu:

a. Tidak diperbolehkan memakai pakaian ketat dan/atau


tipis/transparan/tembus pandang;
b. Memakai baju yang panjang minimal 30 cm dari pinggang kebawah;
c. Baju lengan panjang sampai dengan pergelangan tangan;
d. Celana atau rok tidak ketat dan atau tipis yang panjangnya sampai
mata kaki;
e. Ketentuan-ketentuan khusus disesuaikan dengan kebijakan fakultas-
fakultas tertentu (FITK & FKIK).

Grafik III.B.5
Alasan Responden Berjilbab
Alasan Memakai Jilbab

- Dari Hati 1
- Kelepasan Ngomong 1
- Aturan Sekolah 4
- Aturan TK 1
- Malas Keramas Tiap Pagi 1
- Sesuai Mood 1
- Nyaman Berjilbab 5
- Pesantren 9
- Nazar 3
- Bersekolah di Madrasah 5
- Keinginan Sendiri 39
- Keluarga 6
- Lifestyle 39
Peraturan Kampus 242

40
6. Orang yang mempengaruhi keputusan berjilbab

Data selanjutnya yang ditunjukkan pada tabel diatas adalah orang yang

mempengaruhi terhadap keputusan berjilbab responden. Orang yang paling

berpengaruh terhadap keputusan berjilbab adalah diri sendiri 216 (58,9%),

keluarga 118 (32,2%), organisasi/masyarakat 11 (3%), teman dekat 13 (3,5%),

peraturan kampus 3 (0,8%), pihak sekolah 4 (1,1%), Allah 1 (0,3%) dan pacar 1

(0,3%).

Ternyata kebanyakan mahasiswi UIN telah memiliki kesadaran diri untuk

menggunakan jilbab. Hal ini mungkin dikarenakan sudah ada kesadaran dalam

diri bahwa berjilbab hukumnya wajib untuk tiap perempuan.

Grafik III.B.6
Orang yang Mempengaruhi Keputusan Berjilbab

orang yang mempengaruhi


keputusan berjilbab
500
216
118
11 13 3 4 1 1
0

- Diri sendiri - Keluarga


- Organisasi/Masyarakat - Teman dekat
- Peraturan kampus - Pihak sekolah
- Allah - Pacar

41
7. Perubahan dalam gaya berpakaian

Setelah itu, pada tabel adanya perubahan dalam gaya berpakaian

mahasiswi menunjukkan adanya perubahan sebanyak 250 orang (68%) sedangkan

yang mengaku tidak ada perubahan sebanyak 117 orang (32%).Hal ini

dikarenakan adanya penyesuaian diri disuatu lingkungan yang baru yaitu kampus.

Hal ini dijelaskan oleh Gillin dan Gillin perubahan sosial adalah variasi

dari cara-cara hidup yang telah diterima, yang disebabkan oleh perubahan kondisi

geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi, difusi dan

penemuan-penemuan baru dalam masyarakat (Setiadi dan Kolip, 2011 : 610).

Grafik III.B.7
Perubahan Gaya Berpakaian

Perubahan Gaya
Berpakaian
117 Ya Tidak
31,9% 250
68,1%

8. Alasan perubahan gaya berpakaian

Alasan yang paling banyak melatarbelakangi perubahan gaya berpakaian

mahasiswi adalah lingkungan masyarakat sebanyak 106 orang (28,9%).

Perubahan gaya berpakaian responden terbanyak dikarenakan oleh masyarakat

dimana masyarakat adalah salah satu agent of change yaitu pihak yang

mengadakan perubahan.

42
Perubahan sosial terbagi dalam empat golongan, seperti perubahan yang

dikehendaki (intended-change), perubahan yang direncanakan (planned-change),

perubahan yang tidak dikehendaki (unintended-change) dan perubahan yang tidak

direncanakan (unplanned-change) (Setiadi dan Kolip, 2011 : 645).

Grafik III.B.8
Alasan Perubahan Gaya Berpakaian

Alasan Perubahan Gaya


Berpakaian
106
120
100 63
80
60 29 25
40 11 1 2 1 4 5 2 1 1
20
0

C. Analisis Deskriptif Variabel Gaya Berpakaian

Pada tabel Gaya Berpakaian Syar’i, mahasiswi yang menjawab ya

sebanyak 118 orang (32%). Mahasiswi yang menggunakan gaya berpakaian syar’i

menempati peringkat kedua terbanyak setelah gaya berpakaian jilboob dalam

penelitian ini. Kebanyakan mahasiswi yang berpakaian syar’i ini biasanya

dikarenakan mereka turut berkecimpung dalam suatu organisasi islam dikampus

maupun luar kampus, seperti LDK, HTI, KAMMI, dll.

43
Serupa penelitian yang telah dilakukanoleh Astri yang dilakukan di

UNISBA, mahasiswi UNISBA yang berpakaian syar’i lebih sedikit dibandingkan

dengan mahasiswi berpakaian selain syar’i. Bedanya dalam penelitiaan Astri

pengguna gaya berpakaian selain syar’i disebut jilbab gaul, sedangkan di

penelitian yang peneliti lakukan dikelompokkan menjadi dua, yaitu gaya

berpakaian hijaber dan jilboob.

Adapun spesifikasi gaya berpakaian syar’i di UNISBA biasanya

menggunakan jilbab tebal dan panjang, baju lengan panjang, manset, kaos kaki,

dan bros/pin (Astri, 2010 : 101). Begitupun di UIN Syarif Hidayatullah, gaya

berpakaiannya serupa dengan penelitian diatas.

Grafik III.C.1.1
Gaya Berpakaian Syar’i

Gaya Berpakaian Syar'i


0%
118
32% Ya
249
68% Tidak

Pada grafik Gaya Berpakaian Hijaber, mahasiswi yang menjawab ya

sebanyak 105 orang (29%). Mahasiswi dengan gaya berpakaian hijaber ini lebih

sedikit jumlahnya dibandingkan dengan gaya berpakaian syar’i dan jilboob. Hal

ini dikarenakan mahasiswi pada angkatan 2012-2013 baru mencoba-coba

mengikuti tren yang sedang berkembang.

44
Data diatas serupa dengan penelitian yang telah dilakukan di Solo

mengenai demam tren fashion ala hijabers yang telah mewabah dimana-mana, hal

ini memunculkan euphoria dikalangan perempuan berjilbab.Para perempuan

mampu mengenakan jilbab yang modis dan mengikuti tren fashion kekinian dan

secara langsung menghapus stigma yang ada di masyarakat mengenai jilbab yang

kaku dan tidak fashionable (Novitasari, 2014).

Grafik III.C.1.2
Gaya Berpakaian Hijaber

Gaya Berpakaian Hijaber


105 Ya Tidak
29%
262
71%

Sedangkan pada tabel Gaya Berpakaian Jilboob mahasiswi yang menjawab

ya sebanyak 144 orang (39%). Dari ketiga gaya berpakaian mahasiswi UIN, gaya

berpakaian jilboob menempati posisi terbanyak dari seluruh sampel dalam

penelitian ini. Mayoritas mahasiswi yang berasal dari sekolah konvensional,

seperti SMA/SMK (bukan MA atau Pesantren), yang memungkinkan mahasiswi

UIN memilih gaya berpakaian yang simpel dan praktis serta kemungkinan hanya

untuk mematuhi peraturan kampus yang mewajibkan penggunaan jilbab.

Terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan hasilnya serupa dengan

penelitian yang dilakukan di STAIN Pekalongan, yang membuktikan ternyata

jilbab gaul/jilboob lebih disenangi oleh mahasiswi. Hal ini dikarenakan praktis

dan nyaman dikenakan serta tidak mengganggu aktivitas (Sopiah dkk, 2008 : 11).

45
Grafik III.C.1.3
Gaya Berpakaian Jilboob

Gaya Berpakaian Jilboob


Ya Tidak
144
223 39%
61%

D. Analisis Deskriptif Variabel Tindakan Kriminal

Pada tabel tindakan kriminal pelecehan seksual non fisik, mahasiswi yang

menjawab ya sebanyak 182 orang (49,6%). Pelecehan seksual non fisik yang

ditemukan biasanya berupa siulan, ucapan seronok dll.Hal ini mungkin

dikarenakan pelecehan seksual non fisik adalah bentuk pelecehan yang paling

gampang dilakukan.

Serupa dengan penelitian yang dilakukan di UNIKA oleh Theresia dan

Lucia, bentuk pelecehan seksual non fisik lebih dominan. Namun bentuk

pelecehan seksual non fisik tersebut berupa bahasa tubuh yang memberi kesan

ajakan melakukan hubungan seksual(Hastuti, 2003 : 143). Hal tersebut lebih

ekstrim dibandingkan dengan hasil penelitian yang peneliti dapatkan dalam

penelitian terhadap mahasiswi UIN.Hal ini mungkin disebabkan gaya berpakaian

yang berbeda antara mahasiswi UNIKA yang tidak berjilbab, sedangkan

mahasiswi UIN yang sebagian besar berjilbab walaupun di luar kampus.

46
Grafik III.D.2.1
Pelecehan Seksual Non Fisik
Pelecehan Seksual Non Fisik
182 185
185 49,6% 50,4%

180
ya
tidak

Selanjutnya pada tabel pelecehan seksual fisik, mahasiswi yang menjawab

ya sebanyak 52 orang (14,2%). Pelecehan seksual fisik yang dialami mahasiswi

UIN, seperti dipegang, diraba, dicium, diremasbagiantubuhnya.Hal ini bisa saja

dialami oleh siapapun termasuk mahasiswi UIN, namun dikarenakan gaya

berpakaian tertutup yang dikenakan oleh mahasiswi UIN membuat pelaku tindak

asusila merasa segan dibandingkan terhadap perempuan yang menggunakan

pakaian yang lebih terbuka. Sehingga didapati data bahwa mahasiswi UIN lebih

sedikit yang mengalami pelecehan seksual fisik dibandingkan pelecehan seksual

non fisik.

Bila dikaitkan dengan penelitian Willieano yang dilakukan di tempat kerja,

bentuk-bentuk pelecehan seksual fisik yang terjadi pada karyawati terbagi dua

berupa kontak seksual, seperti cubitan pada pinggang, memegang pantat,

menepuk pantat dengan kertas, senggolan pada pantat, senggolan pada payudara,

sedangkan kontak badan berupa menahan dan mengelitik tangan saat berjabat

tangan, merangkul pundak, memijit pundak, memijit lengan,

47
bisik-bisik mulut dan pipi dekat seperti akan dicium, memegang rambut, mencubit

pipi, memegang jidat (Dharma, 2012 : 10). Adapun persamaan penelitian diatas

dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu berfokus pada korban perempuan,

sedangkan perbedaannya yaitu yang menjadi korban adalah karyawati perempuan

sedangkan penelitian peneliti berfokus pada mahasiswi berjilbab.

Grafik III.D.2.2
Pelecehan Seksual Fisik

Pelecehan Seksual Fisik

52 315
14,2% 85,8%

ya
tidak

Kemudian tabel berikutnya yaitu pelecehan seksual dengan ditampakkan

alat kelamin, mahasiswi yang menjawab ya sebanyak 51 orang (13,9%). Ternyata

mahasiswi yang mengalami pelecehan seksual dengan ditampakkan alat kelamin

hampir sama jumlahnya dengan pelecehan seksual fisik. Hal ini membuktikan

ternyata cukup banyak mahasiswi yang mengalami hal tersebut mungkin

dikarenakan gaya berpakaian mahasiswi yang terlalu ketat, mencolok dengan

dandanan menor dan sering bepergian sendiri atau ke tempat sepi. Selain itu,

pelecehan seksual dengan ditampakkan alat kelamin boleh jadi dikarenakan

adanya kelainan atau perilaku seksual menyimpang dalam diri pelaku.

48
Peneliti menghubungkan penelitian ini dengan sebuah penelitian yang

dilakukan di kebumen oleh Tri Nur mengenai analisa hukum islam terhadap

hukuman bagi tindak pidana pencabulan disebabkan oleh penyakit eksibionisme.

Salah satu kasusnya adalah seorang terdakwa yang melakukan tindak pidana

pencabulan dengan menunjukkan alat kelaminnya kepada anak-anak dan ibu

rumah tangga (Validho, 2014 : 4).

Adapun perbedaan kedua penelitian tersebut ialah penelitian yang

dilakukan oleh Tri mengenai hukum bagi terdakwa yang melakukan tindak pidana

pencabulan sedangkan penelitian yang peneliti lakukan mengenai hubungan gaya

berpakaian mahasiswi terhadap tindakan kriminal.

Grafik III.D.2.3
Pelecehan Seksual dengan Ditampakkan Alat Kelamin

Pelecehan Seksual dengan


Ditampakkan Alat Kelamin
51 316
13,9% 86,1%

ya tidak

Selain pelecehan seksual adapun tindakan kriminal kejahatan harta benda

yang dialami oleh mahasiswi UIN, seperti pencopetan, penjambretan dan

pencurian.

49
Hasil crosstab data daya berpakaian dengan tindakan kriminal didapatkan

temuan bahwa yang paling sering mengalami kejahatan harta benda adalah

mahasiswi dengan gaya berpakaian hijaber. Pada bagian deskripsi kali ini akan

dikaitkan gaya berpakaian muslimah secara umum dengan kejahatan harta benda.

Tabel dibawah ini menjelaskan temuan mahasiswi UIN yang mengalami

pencopetan sebanyak 70 orang (19,1). Hal ini biasanya dikarenakan adanya niat

dan keahlian pelaku pencopetan didukung juga oleh kurangnya kewaspadaan dan

kelengahan perempuan, yang kebanyakan sebagai korban pencopetan, terhadap

harta bendanya yang melekat pada dirinya.

Terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan, ada penelitian yang

serupa, yakni mengenai pencopetan terhadap perempuan yang terjadi di

TransJakarta selama tahun 2008 sebanyak 33 kasus. Sebanyak 9 kasus terjadi di

halte dan 24 kasus kebanyakan terjadi di dalam bus itu sendiri (Abubakar, 2009 :

3).Kesamaan penelitian ini dengan yang peneliti lakukan adalah mengenai

pencopetan namun penelitian ini tidak semua perempuan berjilbab sedangkan

penelitian yang peneliti lakukan objeknya adalah perempuan yang seluruhnya

mahasiswi dan berjilbab.

Grafik III.D.2.4
Pencopetan

Pencopetan
ya tidak 70
19,1%
297
80,9%

50
Pada tabel tindakan kriminal penjambretan, mahasiswi yang menjawab ya

sebanyak 26 orang (7,1%).Dalam temuannya mahasiswi UIN pun ada yang

mengalami penjambretan, namun hanya sedikit dibandingkan dengan tindakan

kriminal lainnya, seperti pencopetan dan pencurian. Hal ini mungkin dikarenakan

gaya berpakaian hijabers pada khususnya, yang menggunakan banyak aksesoris,

termassuk menujukan perhiasan dan gadget yang melekat pada dirinya, seakan

membuatmahasiswi tersebut mengundang pelaku untuk melakukan tindakan

penjambretan tersebut.

Terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan terdapat sebuah penelitian

yang dilakukan di Pontianak, jumlah penjambretan dari tahun ketahun selalu

mengalami peningkatan yang meresahkan. Alasan penjambretan ini terjadi selain

karena faktor ekonomi ternyata juga penjambret memilih perempuan sebagai

korbannya dikarenakan mempunyai sifat lemah, cengeng dan perempuan

seringkali menggunakan perhiasan yang mencolok dan berlebihan (Lismana, 2015

: 67).Alasan penjambretan dalam penelitian diatas memiliki kesamaan dengan

penelitian peneliti yaitu perempuan yang seringkali menggunakan perhiasan atau

aksesoris yang mencolok dan berlebihan.Adapun perbedaannya adalah korban

yang menjadi penelitian diatas adalah perempuan secara umum, sedangkan

penelitian yang peneliti lakukan memfokuskan pada mahasiswi yang berjilbab

sebagai objek penelitiannya.

51
Grafik III.D.2.5
Penjambretan

Penjambretan
ya tidak

26
341
7,1%
92,9%

Setelah itu, pada tabel tindakan kriminal pencurian responden yang

menjawab ya sebanyak 100 orang (27,2%). Pencurian adalah tindakan kriminal

terbanyak yang dialami mahasiswi UIN dibandingkan dengan pencopetan dan

penjambretan. Pencurian yang dialami mahasiswi UIN disebabkan kurangnya

kewaspadaan dan lemah dalam melindungi barang-barang miliknya sehingga

menimbulkan kesempatan bagi pelaku untuk mencuri.

Peneliti mengaitkan penelitiannya dengan sebuah penelitian yang

dilakukan di Semarang, kasus-kasus pencurian yang sering terjadi adalah kasus

pencurian sepeda motor, telpon genggam dan laptop yang sasaran korbannya

adalah para mahasiswa dan mahasiswi yang mayoritas menjadi anak kos-kosan

(Asih, 2013 : 72). Terdapat kesamaan dari kedua penelitian ini, dengan

menjadikan mahasiswa sebagai objek penelitiannya. Namun, peneliti fokus

meneliti tentang gaya berpakaian mahasiswi yang dikaitkan pada tindakan

kriminal khususnya pencurian.

52
Grafik III.D.2.6
Pencurian

Pencurian

100
27,2% 267
72,8%

ya
tidak

E. Uji Crosstab Antara Gaya Berpakaian Mahasiswi Terhadap

Tindakan Kriminal

Setelah mengetahui masing-masing frekuensi dari profil responden, maka

peneliti pun menguji variabel gaya berpakaian mahasiswi terhadap tindakan

kriminal. Tampak pada tabel dibawah bahwa tindakan kriminal yang paling sering

terjadi adalah pelecehan seksual non fisik (Y1) sebanyak 105 orang dan mahasiswi

dengan gaya berpakaian jilbooblah yang paling banyak menjadi korban yaitu

sebanyak 50 orang.

Tabel III.E.1
Crosstab variabel gaya berpakaian terhadap tindakan kriminal
Variabel Tindakan Kriminal Total
Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Gaya Syar’i 47 30 29 9 2 0 1 118
Berpakaian Hijaber 45 25 15 2 9 7 2 105
Jilboob 35 50 40 9 7 2 1 144
Total 127 105 84 20 18 9 4 367

53
Ket: Y0 = Tidak Pernah Mengalami Tindakan Kriminal
Y1 = Pelecehan Seksual Non Fisik
Y2 = Pelecehan Seksual Fisik
Y3 = Pelecehan Seksual dengan ditampakkan alat kelamin
Y4 = Pencopetan
Y5 = Penjambretan
Y6 = Pencurian
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan gambaran diatas ialah mayoritas

gaya berpakaian mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah ialah gaya berpakaian

jilboob. Sedangkan tindakan kriminal yang paling sering dialami oleh mahasiswi

UIN Syarif Hidayatullah adalah pelecehan seksual non fisik atau verbal.

Dikarenakan kebanyakan mahasiswi berpakaian dengan gaya jilboob maka

tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswi dengan gaya berpakaian jilboob ini sering

mengalami pelecehan seksual. Hal ini dikarenakan ciri-ciri dari mahasiswi dengan

gaya berpakaian jilboob yaitu menggunakan baju dan celana ketat sehingga

menampakkan lekuk tubuh serta kerudung yang pendek tidak menutup dada.

54
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian Hubungan Gaya Berpakaian Mahasiwi

Terhadap Tindakan Kriminal adalah sebagai berikut:

1. Gambaran gaya berpakaian mahasiswi angkatan 2012 dan 2013

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Gaya berpakaian yang paling banyak diminati oleh mahasiswi adalah

gaya berpakaian jilboob dibandingkan dengan gaya berpakaian syar’i

ataupun hijaber. Hal ini dikarenakan mayoritas mahasiswi menyukai gaya

berpakaian yang simple, tidak ribet dan memakainya pun tidak

memerlukan waktu lama.

2. Gambaran Tindakan-Tindakan Kriminal yang dialami oleh

mahasiswi angkatan 2012 dan 2013 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Pada variabel tindakan kriminal, pelecehan seksual non fisik adalah

tindakan kriminal terbanyak yang dialami mahasiswi. Hal ini dikarenakan

pelecehan seksual secara verbal/non fisik telah menjadi hal biasa dan

mudah dilakukan ketika seorang pelaku melihat perempuan dengan

bermacam gaya berpakaian yang menurut pelaku menarik. Dan mahasiswi

yang paling sering mengalami pelecehan seksual non fisik adalah

mahasiswi dengan gaya berpakaian jilboob.

55
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis

menyampaikanbeberapa saran sebagai berikut:

1. Penelitian ini dapat dikembangkan lagi dengan menggunakan variabel

bebas lainnya seperti tingkat religiusitas, faktor sosial, budaya,

ekonomi dll.

2. Untuk pihak kampus agar lebih memperhatikan mahasiswi yang

melanggar kode etik mahasiswa dalam berbusana dan berpenampilan.

3. Untuk para mahasiswi sebaiknya menggunakan baju yang sopan,

menutupi aurat, tidak menunjukkan lekuk tubuh dan tidak berlebihan

memakai aksesoris yang mencolok agar tidak terjadi tindakan kriminal

56
Daftar Pustaka

Abubakar.2009. Persepsi Penumpang Tentang Efektivitas Strategi Pencegahan


Kejahatan Transjakarta dalam Mengatasi Pencopetan. Depok:
Universitas Indonesia. Diakses pada tanggal 1 September 2015
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAAahUKEwjImvK9kfjHAhU
VVI4KHSC3Aec&url=http%3A%2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile
%3Ddigital%2F128885-T%252026665-Persepsi%2520penumpang-
HA.pdf&usg=AFQjCNFUCS7GdJZyhpCMlJOPcXarjuQALQ&bvm=
bv.102537793,d.c2E)
Alam, AS. 2010. Pengantar Kriminologi. Makassar: Pustaka Refleksi. Diakses
pada tanggal 1 mei 2014
(http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/7181?show=full)
Asih, Zulmi. 2013. Kinerja Polsek Gunungpati dalam Penanganan Kasus Tindak
Pencurian di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang.
Semarang: Universitas Negeri Semarang. Diakses pada 5 september
2015(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=14&cad=rja&uact=8&ved=0CDEQFjADOApqFQoTCPSr-
NiS-
McCFYFEjgodGk0IAg&url=http%3A%2F%2Flib.unnes.ac.id%2F18
548%2F1%2F3401408066.pdf&usg=AFQjCNHD7EcSQd5VARYsJg
WOYXwE2ytWUQ)
Aminah, St. 1997. Kunci Wanita Shalihah (bidang ibadah). Semarang: PT Karya
Toha Putra
Astri. 2010. Studi Komparasi Aspek Non Verbal Pengguna Jilbab Syar’i dengan
Jilbab Gaul. Bandung: Universitas Islam Bandung. Diakses pada
tanggal 5 September 2015
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCAQFjAAahUKEwiM-
MXXlffHAhXPBo4KHSw3C7Q&url=http%3A%2F%2Felibrary.unis
ba.ac.id%2Ffiles%2F10-
2091_Fulltext_1.pdf&usg=AFQjCNE4jPl_CcqT3YxnaOkh2hb9_Ew_
sQ&bvm=bv.102537793,d.c2E)

x
Budiati, Atik Catur. 2011. Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa. Surabaya:
IAIN Sunan Ampel. Diakses pada tanggal 13 september
2015(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=
web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjABahUKEwiZue36pvT
HAhXYj44KHdOnBtU&url=http%3A%2F%2Fjsi.uinsby.ac.id%2Fin
dex.php%2Fjsi%2Farticle%2Fview%2F5%2F3&usg=AFQjCNGNyI6
FWJtO9_1LKjpX_Uq8MHkaJg&bvm=bv.102537793,d.c2E)

Budiastuti. 2012. Jilbab Dalam Perspektif Sosiologi (studi pemaknaan jilbab di


lingkungan fakultas hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta).
Depok: Universitas Indonesia. Diakses tanggal 11 September 2014
(http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20315937-T31899-Jilbab%20dalam.pdf)

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi,


dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta:
Kencana
Dharma, Willieano Satya. 2012. Pelecehan Seksual Pada Wanita Di Tempat
Kerja. Jakarta: Universitas Guna Darma. Diakses pada tanggal 15
Oktober 2015
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCQQFjABahUKEwiA8cer4sPIAhW
BGo4KHegQCh0&url=http%3A%2F%2Fwww.gunadarma.ac.id%2Fl
ibrary%2Farticles%2Fgraduate%2Fpsychology%2F2009%2FArtikel_
10503203.pdf&usg=AFQjCNFLeljMWy9YUftVzeZNHo1Owml9OA
&bvm=bv.105039540,d.c2E)
Hastuti, Theresia D. Dan Lucia Hernawati. 2003. Bentuk Pelecehan Seksual dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Semarang: Universitas
Kristen Soegijapranata
Hutagalung, Fonny Dameaty dan Arifin HJ Zainal.2012. Hubungan Antara
Pelecehan Seksual dengan Kepuasan Kerja dan Tekanan Kerja Pada
Karyawan Wanita di Tiga Universitas Negeri Kawasan Lembah
Klang, Malaysia. Medan: Universitas Sumatra Utara. Diakses pada
tanggal 12 September 2014
(http://jurnal.usu.ac.id/index.php/psikologia/article/view/398/376)
Irama, Dina Hakha. 2013. Busana Wanita Muslim Sebagai Presentasi Diri.
Malang: Universitas Brawijaya. Diakses tanggal 12 Mei 2014
(file:///C:/Users/Toshiba%20C800/Downloads/JURNAL-libre.pdf)

Imtihanah, I’anatul. 2009. Jilbab Dalam Perdebatan; Penafsiran Klasik dan


Kotemporer. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

xi
Kinasih, Sri Endah. 2007. Perlindungan dan Penegakan HAM Terhadap
Pelecehan Seksual. Surabaya: Universitas Airlangga. Diakses tanggal
10 September 2014
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Perlindungan%20dan%20Penegakan%20
HAM.pdf)

Lismana, Deviyanti. 2015. Meningkatnya Pencurian Ringan (Penjambretan)


Terhadap Wanita di Kota Pontianak Ditinjau dari Sudut Kriminologis.
Pontianak: Universitas Tanjungpura. Diakses pada tanggal 9 september
2015 (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/9308)
Legesan, Andika. 2012. Korban Kejahtaan Sebagai Salah Satu Faktor Terjadinya
Tindak Pidana Pemerkosaan. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Diakses tanggal 20 September 2014
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=15826&val=1030&title
=)

Mursalin, Ayub. 2006. Penerapan Sanksi Atas Tindak Pidana Perzinahan,


Pembunuhan dan Pencideraan di Jambi (Studi Tentang Tarik Menarik
Antara Hukum Adat dan Hukum Islam). Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah
Nadzariyah. 2009. Pengaruh Agama Terhadap Gaya Berpakaian Studi Kasus:
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah. Diakses pada tanggal 5 Mei 2014
Nisfiannor, Muhammad. 2009. Pendekatan Statistika Modern Untuk Ilmu
Sosial.Jakarta : Salemba Humanika.
Novitasari, Yasinta Fauziah. 2014. Jilbab Sebagai Gaya Hidup Studi
Fenomonelogi Tentang Alasan Perempuan Memakai Jilbab dan
Aktivitas Solo Hijabers Community. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret. Diakses pada tanggal 13 september 2015
(http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/3620/2535)

Partic, Li. 2014.Jilbab Bukan Jilboob (101 Cara Berhijab Sempurna). Jakarta.
Penerbit Kalil.
Prasetyo, Bambang & Jannah, Lina Miftahul. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif
(Teori dan Aplikasi). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Setiadi, Elly M & Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi (Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi dan Pemecahannya).
Jakarta: Kencana
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
xii
Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Soesanto, I.S. 2005.Kriminologi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sopiah dkk.2008.Persepsi Mahasiswi Terhadap Jilbab Gaul. Pekalongan: STAIN


Pekalongan. Diakses pada tanggal 21 September 2014
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0CCMQFjAAahUKEwiulprQ1vPHAh
UDTo4KHbYdATY&url=http%3A%2F%2Fe-journal.stain-
pekalongan.ac.id%2Findex.php%2FPenelitian%2Farticle%2Fdownloa
d%2F241%2F213&usg=AFQjCNG1SO5YE3V9BbHOCCuYLfaKk6t
OpA&bvm=bv.102537793,d.c2E)

Thaha, Idris. 2006. Kampus Pembaharu Menuju Universitas Riset. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah

Validho, Tri Nur. 2014. Analisis Hukum Islam Terhadap Hukuman Bagi Pelaku
Tindak Pidana Pencabulan yang Disebabkan Oleh Penyakit
Eksibionisme (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Nomor:
86/Pid.Sus/2012/PN.Kbm). Semarang: UIN Walisongo. Diakses pada
tanggal 15 Oktober 2015
(https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&
cd=11&cad=rja&uact=8&ved=0CB4QFjAAOApqFQoTCLGe8P7Vx
MgCFYNajgodRVoAvw&url=http%3A%2F%2Feprints.walisongo.ac
.id%2F3820%2F2%2F102211033_Bab1.pdf&usg=AFQjCNGr2-
1ZXKe0P838ab9CWdkdNCcFFw&bvm=bv.105039540,d.c2E)

Tim Penyusun Pedoman Akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-2014.


2013. Pedoman Akademik Program Strata 1 2013/2014. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah

Yogasaputra, Andi Zulham. 2012. Transformasi Busana Muslim Oleh Komunitas


Hijabers Makassar Dalam Pengungkapan Identitas Diri. Makassar:
Universitas Hasanuddin. Diakses pada tanggal 29 april 2014
(http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2259/BAB
%201.pdf?sequence=1)

Zami, Elzami. 2014. A-Z Hijab (Panduan Lengkap Hijab). Jakarta: Pustaka Oasis

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Teori-


Aplikasi). Jakarta: PT Bumi Aksara

xiii
Uji Validitas dan Realibilitas
1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Gaya Berpakaian (Syar’i,
Hijaber, Jilboob)
a. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.851 19

b. Hasil Uji Validitas


Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
A1 .5500 .892 .408 .726
A2 .7000 1.168 .253 .777
A3 .5500 .682 .753 .486
A4 .6000 .779 .668 .557
B1 1.3000 4.537 .957 .893
B2 1.3500 4.766 .882 .901
B3 1.4000 5.516 .513 .931
B4 1.4500 5.313 .726 .914
B5 1.3000 4.537 .957 .893
B6 1.3500 4.766 .882 .901
B7 1.5000 5.737 .571 .925
B8 1.5500 6.155 .422 .933
C1 1.2500 3.776 .899 .878
C2 1.4000 4.358 .700 .901
C3 1.3500 4.134 .772 .894
C4 1.3000 3.800 .930 .874
C5 1.5000 4.895 .541 .916
C6 1.3500 4.239 .705 .901
C7 1.4500 4.682 .574 .913

2. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Variabel Tindakan Kriminal


a. Uji Realibilitas

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.827 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's
Item Deleted if Item Deleted Total Alpha if Item
Correlation Deleted
TK1 2.8000 3.116 .707 .775
TK2 3.0500 3.524 .424 .835
TK3 2.8000 3.432 .499 .819
TK4 2.6500 3.503 .589 .802
TK5 3.0000 3.263 .571 .804
TK6 2.9500 2.892 .814 .748

Anda mungkin juga menyukai