Anda di halaman 1dari 12

Makalah dalam prosiding ini telah dipresentasikan dalam

Seminar Nasional Matematika LSM XVII

Pada tanggal 4 April 2009

Yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta

Tim Penyusun Makalah Seminar :

1. Prof. Suryanto
2. Prof. Dr. Rusgianto H.S.
3. Dr. Hartono
4. Tuharto, M.Si.
5. Kana Hidayati, MPd.
6. Sugiyono, M.Si.
SAMBUTAN KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, puji syukur sudah sepatutnya kita panjatkan kepada Allah

SWT, karena hanya dengan rahmat dan lindunganNya, pada kesempatan kali ini kita dapat
berkumpul kembali pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika dalam rangkaian
kegiatan Lomba dan Seminar Matematika (LSM) Ke-XVII.

Lomba dan Seminar Matematika (LSM) merupakan agenda rutin tahunan yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (Himatika)
FMIPA UNY. Tanpa terasa tahun ini LSM telah menginjak penyelenggaraannya yang
ketujuhbelas. Lomba dan Seminar Matematika (LSM) ini diselenggarakan sebagai kontribusi
kami terhadap dunia pendidikan Indonesia.

Seminar Nasional Pendidikan Matematia yang merupakan rangkaian dalam kegiatan


Lomaba dan Seminar Matematika (LSM) tahun ini mengangkat tema “Peran Strategis
pendidikan Matematika Realistik (PMR) menuju keberhasilan Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI)”. Dengan munculnya rintisa-rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) di Indonesia,
besar harapan kami tema yang kami angkat ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi para
pendidik maupun bagi para calon pendidik pada umumnya, dan bagi para pendidik maupun
para calon pendidik dalam bidang Matematika khususnya.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada seluruh peserta yang telah
berpartisipasi dalam kegiatan ini, juga kepada para sponsor dan pihak-pihak lainnya yang
telah memberikan dukungan hingga acara ini dapat terlaksana.

Demi kesuksesan pelaksanaan acara ini, panitia telah melakukan segala persiapan
semaksimal mungkin. Namun demikian, apabila sekiranya terdapat kekurangan yang terjadi,
panitia mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu panitia sangat terbuka untuk menerima
kritik dan saran yang membangun sebagai masukan untuk masa mendatang.

Demikian, selamat mengikuti Seminar Nasional Pendidikan Matematika, semoga


kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 4 April 2009

Ketua panitia LSM XVII

Desi Kurnia
DAFTAR PESERTA PEMAKALAH

Nama Judul Makalah


M.J. Dewiyam S Profit Gaya Berpikir Peserta Didik Dalam
Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Memecahkan Masalah Matematika Berdasarkan
Universitas Negen Surabaya & Dosen Tipe Kepribadian
STIKOMP Surabaya
Toni Subiakto Trayektori Arah & Kecepatan Angin Disetiap
Peneliti SPD – LAP AN Watukosek Ketinggian Atmosfer Pada Observasi Meteor
Jln. Raya Watukosek Po Box 4 Gempol – Vertikal Menggunakan Radiosonde Rs Ii-80 Vaisala
Pasuruan 67155
Bambang Setiahadi Watukosek Space ANIMATING SPACE WEATHER
Obseving Station, LAPAN and Bachtiar
Anwar, Division of Applied Geomagnetism
and Space Electromagnetism, LAPAN
Bachtiar Anwar Monitoring The Sun For Soace Weather
John Maspupu Peran Matematika Reatistik Dalam Proga Riset
Cuaca Antariksa
Kontruksi Persamaan Permulusan Eksponensial dan
Penerapannya Pada Data Simulasi Geomagnet
Ariyadi Wijaya International Standard School And Realistic
A lecturer at the Mathematics Education Mathematicts Education: A Collaborative Effort To
Departement, the Faculty of Mathematics and Improve The Natonal Competitiveness In The
Natural Science – Yogyakarta State Global Era*
University
Drs. Hartono, M.Kes; Meningkatkan Kemampuan Aplikasi Matematika
Dosen Pendidikan Matematika FKIP - UNIB Dalam Pembelajaran Pendekatan Open-Ended Di
Sekolah Menengah Atas
Herry Agus Susanto Pemahaman Mahasiswa Dalam Pembelajaran
Dosen Universitas Veteran Bangun Konsep
Nusantara Sukoharjo Pemahaman Mahasiswa Fi Dan Fd Terhadap
Konsep Grup
Susanto, Pembelajaran Matematika Realistik (Pmr) Untuk
Dosen PSP Matemtika Jurusan PMIPA FKIP Anak Tunanetra
Universitas Jember
Hen Retnawati Bahan ajar matematika untuk siswa tuna runggu:
suatu tinjauan pustaka
Heni pujiastuti, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Dosen Program Studi Pendidikan Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe
Matematika FKIP Universitas Sultan Ageng Jigsaw”
Tirtayasa
I Wayan Ponter, “Visualisasi Ungkapan Geometris Siswa
Dosen Universitas Mahasaraswati Denpasar Berdasarkan Kamampuan Matematika Dan Gender”
Sulis Janu Hartati “Strategi Mengkonstruksi Konsep Pembagian Siswa
Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Kelas Hi SD Dengan Menggunakan Pembelajaran
Universitas Negen Surabaya Kontekstual”
Dosen S1 Sistem Informasi STIKOMP
Surabaya
Endah ekowati (Peneliti) ; Peningkatan Konsep Ruang Melalui Pembelajaran
Kukuh guntoro (Observer) Kreatif Inquiry Di Kelas 1 Snip Buin Batu
Bambang Suharjo, Characteristics of student work hard on mathematict
Phd Candidate Of Surabaya State University problem solving
In Mathematics Education Indonesia Naval
Academy Officier Lecture Of Gresik
Muhammadiyah University
MULYANA, “Mengaji Periodesitas Data Deret Waktu”
Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA
Unpad
Rasiman, dosen IKIP PGRI semarang Optimalisasi Pendidikan Matematika Realistik
Untuk Menunjang Keberhasilan Sbi
Joko sulianto Implementasi Penilaian prtofolio dalam
Dosen FPMIPA IKIP PGRI Semarang pembelajaran matematika realistik
Hepsi Nindia San Penerapan Pmri Untuk Meningkatkan Pemahaman
Kelas Iii Sdn Wandasari Bojonegoro
Mutyah, Pendekatan Matematika Realistik Sebagai Salahy
Sekolah Tinggi Agama Islam Negen Satu Alternatif Pembelajaran Unggul Di Sekolah
(STAIN) Bertaraf Internasional
Isrokatun, S.Pd, Si., M.Pd Meningkatkan komunikasi matematik siswa smp
TTL: Kebumen, 28 mei 1981, UPI Bandung melalui realistic mathematic education (RME)
dalam rangka menuju sekolah sertaraf internasional
(Sbi)
Kamid Keterampilan Matematika Anak Autis Dalam
Program Studi Pendidikan Matemtaika FKIP Melakukan Operasi Aljabar
Universitas Jambi
Abdullah Sugeng Tnyuwono Implementasi Pembelajaran Matematika Dengan
Pendekatan Realistic Di Smp Atau Mts
Imam Sujadi Mengembangkan Meikiran Probabilistic Siswa Smp
Melalui Manipulasi Benda Konkrit Dan Animasi
Komputer
Sudarman & Akina Proses Berpikir Siswa Climber Pada Kelas VII
Dosen Fakultas Keguruan Dan Ilmu Sekolah Menengah Pertama Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Universitas Tadulako Masalah Matematika
Ali Mahmudi, M.Pd Mengembangkan Kemampuan Berfikir Siswa
Melalui Pembelajaran Matematika Realistik
Proses berpikir siswa climber pada kelas VII sekolah menengah pertama dalam
menyelesaikan masalah matematika

Oleh :

Drs. Sudrman, M.Pd (Universitas Tadulako)

Dra. Akina, M.Pd (Universitas Tadulako)

Abstrak

Penelitian ini termasuk kategori penelitian kualitatif esploratif, bertujuan untuk


mendeskripsikan proses berpikir siswa climber pada kelas VII sekolah menengah pertama
dalam menyelesaikan masalah matematika. Subjek penelitian satu siswa climber yang dipilih
secara purposive. Pengumpulan data di lakukan dengan metode think-alouds dan restrospeksi.
Dalam penelitian ini ditemukan bahw siswa climber : (1) berpikir asimilasi dalam memahami
masalah dengan melakukan proses berpikir : (a) mengidentifikasi kalimat yang berupa
pernyataan dan kalimat berupa pertanyaan, (b) kalimat yang berupa pernyataan
dikelompokkan sebagai yang diketahui, dan (c) kalimat yang berupa pertanyaan
dikelompokkan menjadi apa yang di tanyakan; (2) berfikir asimilasi dan abtraksi reflektif
dalam merencanakan penyelesaian dengan melakukan proses berfikir: pengandaian yang
menggunakan variabel, persamaan dan model matematika; (3) berfikir asimilasi dan abtraksi
reflektif dalam melaksanakan rencana penyelesaian masalah dengan melakukan proses
berfikir: menggunakan sifat penjumlahan pada kedua ruas peramaan, dan sifat perkalian pada
kedua ruas persamaan; dan (4) berfikir asimilasi dalam mengecek hasil penyelesaian dengan
melakukan proses berfikir: mengecek kesesuaian antara hasil penyelesaian dan apa yang
diketahui.

Kata kunci : proses berfikr, siswa climber, dan masalah matematika

A. Latr Belakang
Adversity Quotient (AQ) merupakan pemahaman tentang apa yang dibutuhkan
untuk mencapai kesuksesan atau kecerdasan mengatasi kesulitan. Stoltz (2000)
mengelompokkan orang menjadi tiga kelompok, yaitu: quitter, camper dan climber.
Seseorang yang memiliki AQ tinggi di sebut climber, dengan sendirinya siswa yang
memiliki AQ tinggi disebut siswa climber . siswa climber selalu berusaha untuk
mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya, tidak mudah puas dengan suatu
pencapaian tertentu, dan tidak mudah menyerah jika mendapatkan kesulitan. Mereka
cenderung menganggap kesulitan itu berasal dari luar dirinya. Kesulitan justru
membuatya menjadi seseorang yang pantang menyerah. Mereka selalu optimis dan
memandang kesulitan hanya bersifat sementara dan dapat diatasi. Potensi yang
dimiliki siswa climber tersebut sangat diperlukan dalam belajar matematika yang
sampai dewasa ini mash sering dianggap sulit bagi sebagian siswa.
Setiap siswa tidak dapat menghindari dari kesulitan dalam belajar matematika
sekolah. Harus disadari bahwa pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam
belajar matematika dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Menghindari dari
kesulitan belajar termasuk dalam belajar matematika hanya untuk tujuan pragmatis,
mencari mudahnya saja, itu berarti menjerumuskan diri kedalam kebodohan, dan akan
berhadapan dengan kesulitan lain yang lebih besar. Akibat yang lebih parah ketika
seseorang selalu menghindari dari kesulitan, yaitu matinya daya juang.
Kesulitan yang ditawarkan oleh matematika justru sebaliknya, dapat menjadi
batu sendi untuk memotivasi diri untuk lebih giat mempelajarinya. Kesulitan tersebut
juga dapat menjadi media untuk pembentukan sikap pantang menyerah. Beruntunglah
bagi mereka yang mengalami hambatan dan kesulitan karena menurut John Gray
(dalam Ronnie M 2006) pada semua kesulitan sesungguhnya kesempatan bagi jiwa
untuk tumbuh.
Mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai perguruan tinggi
peserta didik belajar matematika. Dalam pembelajaran matematika, termasuk dalam
penyelesaian masalah matematika, siswa melakukan proses berfikir. Dalam benak
iswa terjadi proses berpikir sehingga siswa dapat sampai pada jawaban. Proses

C. Hasil dan Pembahasan

Polya (1957) menawarkan suatu strategi untuk memecahkan masalah yang terdiri dari
4 langkah yaitu : (a) memahami masalah, (b) membuata rencana, (c) melaksanakan rencana,
(d) melihat kembali. Dari dua soal tugas pemecahan masalah yang diberikan, ternyata
jawaban siswa identik,sehingga dengan hanya membahas soal TI saja sudah cukup. Oleh
karena itu hasil rekaman berupa jawaban siswa dalam mengerjakan tugas pemecahan masalah
dan hasil resprospeksi dipaparkan dan dibahas sebagai berikut :

1. Proses berpikir siswa climber dalam memahami masalah

Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mampu
menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Untuk dapat memahami masalah, ada
beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan, misalnya : (1) baca dan baca ulang masalah
tersebut, pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat; (2) identifikasi apa yang diketahui
dari masalah tersebut; (3) identifikasi apa yang hendak dicari; (4) abaikan hal-hal yang tidak
relevan dengan permasalahan ; (5) jangan menambah hal-hal yang tidak ada sehingga
masalah menjadi berbeda dengan masalah yang kita hadapi (Hudojo & Sutawijaya, 1997 dan
Hudojo, 2003).

CB menulis dengan lancar apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan sebagai
berikut:

Dik : budi lebih muda 3 tahun dari aman. Bila dijumlahkan umur mereka adalah 47 tahun.

Dit : berapa tahun umur aman dan budi?

Untuk dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, CB terlebih
dahulu mengidentifikasi kalimat yang berupa pernyataan dan pertanyaan. Kalimat berupa
pernyataan dikelompokkan menjadi apa yang diketahui, dan kalimat yang berupa pertanyaan
dikelompokkan menjadi apa yang ditanyakan. Kalimat yang berupa pertanyaan dapat di
identifikasi dari kata-kata yang bermakna pertanyaan. Misalnya : ditanya, berapa, berapakah,
ditanyakan, tentukan, tentukanlah, hitung, hitunglah, cari, dan carilah.

CB dapat mengintegrasikan langsung persepsi atau pengalaman barunya kedalam


skema yang ada dipikirannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa CB melakukan proses
berpikir asilimasi dalam memahami masalah. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Suparno
(1997) bahwa asimilasi adalah proses berpikir yang dengannya seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam
pikiran. Hal senada dikemukakan oleh Piaget (Brooks dan Brooks, 1993) assimilation is the
incorporation of new events into intelligence as a scheme or concept.

Untuk melakukan asimilasi dalam memahami maslah, CB melakukan proses berpikir


berikut : (1) menidentifikasi kalimat yang berupa pernyataan dan kalimat yang berupa
pertanyaan, (2) kalimat yang berupa pernyataan dikelompokkan sebagai yang diketahui, dan
(3) kalimat yang berupa pertanyaan dikelompokkan menjadi apa yang ditanyakan.

2. Proses Berpikir Siswa Climber dalam Membuat Rencana Penyelesaian Masalah

Langakah kedua pemecahan masalah matematika adalah perencanaan penyelesaian


masalah. CB dengan lancar menuliskan perencanaan penyelesaian masalah sebagai berikut:

Perorangan : mencari umur mereka dengan menggantikan umur budi sebagai x dan umur
aman sebagai x+3 karena aman lebih tua 3 tahun dari budi x+x+3=47

Dalam membuat rencana penyelesaian masalah, CB melakukan pengandaian. Dalam


pengandaian itu CB menggunakan variabel , persamaan, dan model matematika. CB
menggunakan variabel x sebagai umur, sehingga diperoleh persamaan dan model matematika
x+x+3=47. Model tersebut dibuat berdasarkan cerita soalnya, yaitu “jumlah umur mereka
adalah 47 tahun ”

Rencana penyelesaian masalah yang disusun oleh CB dapat dipedomani untuk menyelesaikan
soal tersebut. CB dapat menerima informasi dari masalah sehingga dapat merencanakan
penyelesaian masalah. CB dapat mengintegrasikan langsung Presepsi atau pengalaman
barunya ke dalam skema yang ada di pikianya. Sehingga dapat dikatakan bahwa CB
nelakukan proses berpikir asimilasi dalam merencanakan penyelesaian masalah. Untuk
melakukan asimilasi dalam membuat rencana penyelesaian masalah, CB melakukan proses
berpikir pengandaian yang menggunakan variabel, pesamaan dan model matematika.

Pengandaian x sebagai unsur Budi x+3 sebagai umur Aman menandakan bahwa CB
telah melakukan proses berpikir abstraksi yaitu menggunakan simbol x untuk mewakili umur.
Sebagaimana yang dikemukakan Soedjadi (2000) bahwa dalam soal cerita sering kali kita
melakukan abstraksi dengan menggunakan simbol x atau y atau yang lain untuk mewakili
banyak benda/objek tertentu. Lebih lanjut Soedjadi (2000) mengemukakan bahwa suatu
abstraksi terjadi bila kita memandang beberapa objek kemudian kita “gugurkan” ciri-ciri atau
sifat-sifat objek itu yang dianggap tidak tidak penting atau tidak diperlukan dan akhirnya
hanya diperhatika atau diambil sifat penting yang dimiliki bersama.

Ada tiga macam abstaksi, yaitu abstraksi empirik, ambstraksi empirik-semu, dan
abstraksi reflektif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Piaget bahwa ada tiga abstraksi,
yaitu: empirical abstraction (focusing on objects and their properties), pseudo-emperical
abstraction (focusing on action on objects and the properties of the qaction), and eflection
abstraction occurs though mental action on mentsl concepts in which the metal operations
themselves become new objects pf though.

Dalam pengandaian di atas, x sebagai umur Budi dan x + 3 meupakan objek mental,
sehingga dalam hal ini CB melakukan proses berpikir abstraksi eflektif. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa dalam merencanakan penyelesaian masalah, selain melakukan
asmilasi dan CB juga melakukan abstraksi eflektif.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
dalam merencanakan penyelesaian masalah, selain melakukan similasi dan CB juga
melakukan abstraksi reflektif.

Untuk melakukan abstraksi reflektif dalam membuat rencana penyelesaian masalah-


masalah, CB melakukan proses berpikir pengandaian yang menggunakann variabel,
peaksanaan, dan model matematika.

3. ProsesBerpikir Siswa Climber dalam Melaksanakan Rencana Penyelesaian Masalah

Langkah selanjutnya adalah CB melaksanakan rencana menyelesaikan masalah


berdasarkan perencanaan perencanaan penyelesian masalah telah disusun. Melaksanakan
rencana penyelesaian masalah dengan lancar dan benar. Penyelesaian masalah yang dibuat
oleh CB adalah sebagai berikut:

Penyelesaian:

x + x + 3 = 47

x + x = 47- 3

2x = 44
44
x= = 22 tahun
2

Umur Budi = 22 tahun

Umur Amar = 22 + 5 = 25 tahun

CB menyelesaiakan masalah berdasarka rencana penyelesaian yang telah dibuat. CB


memulai dengan menulis kembali persamaan yang telah dibuat pada perencanaan, yaitu: x +
x = 2x dan menambahkan -3 pada kedua ruas sehingga didapat 2x= 24. Dari sini kedua ruas
1
dikali dengan dan diperoleh x = 22. Lalu CB menyimbulkan umur Budi = 22 tahun dan
2

umur Aman 22+3=25 tahun.

CB telah menggunakan beberapa sifat dalam melaksanakan rencana penyelesaian


masalah, yaitu: sifat penjumlahan pada kedua ruas suatu persamaan, dan sifat perkalian pada
kedua ruas suatu persamaan. Sifat tersebut adalah: (1) jika kedua ruas dijumlahkan dengan
bilangan yang sama. , maka akan diperoleh persamaan lain yang juga benar, dan (2) jika
kedua uas suatu persamaan dikalikan dengan bilangan yang sama, maka akan diperoleh
persamaan lain yang juga benar (Khon & Herzog 2004 dan Negoro & Harahap, 2005).

CB dapat melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah yang telah disusun. CB


berhasil menjawab masalah dengan benar, tanpa mengalami hambatan yang berarti. Dalam
hal ini CB melakukan proses berpikir asimilasi dalam melaksanakan perencanaan masalah.

Berkaitan dengan rencaana penyelesaian masalah yang ketika itu CB melakukan


proses berpikir abstraksi reflektif, maka ketika melaksanakan perencanaan dalam bentuk
penyelesaian masalah, CB juga telah melakukan proses berpikir abstraksi reflektif. Karena
pada penyelesaian itu juga menggunakan objek mental yaitu simbol 𝑥 yang mewakili umur
Budi dan 𝑥 + 3 mewakili umur Aman.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam melaksanakan rencana penyelesaian
masalah, CB melakukan proses berpikir asimilasi dan abstraksi reflektif. Untuk melakukan
asimilasi dan abstraksi reflektif dalam melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, CB
menggunakan sifat penjumlahan pada kedua ruas persamaan dan sifat perkalian pada kedua
ruas persamaan.
4. Proses Berpikir Siswa Climber dalam Mengecek Kembali
Mengecek kembali merupakan langkah terakhir yahap penyelesaian masalah yang
ditawarkan oleh Polya. CB mengecek hasil penyelesaian masalah sebagai berikut:

Pengecekan kembali : 25 − 22 = 3
Umur mereka berbeda 3 tahun, Aman lebih tua 3 tahun dari Budi
25 + 22 = 47
Jumlah umur mereka berdua adalah 47 tahun.

CB mengecek hasil penyelesaian masalah dengan cara mencari kesesuaian antara hasil
penyelesaian maslaah dengan data yang diketahui. CB memperkurangkan umur Aman
dengan umur Budi dan diperoleh tiga tahun. Ini berarti bahwa umur Aman lebih tua tiga
tahun dari Budi atau umur Budi lebih muda tiga tahun dari Aman. Hal ini cocok dengan yang
diketahui yaitu “umur Budi lebih muda tiga tahun dari Aman”. CB juga menjumlahkan umur
Aman dan Budi dan diperoleh 47 tahun, hal ini juga sesuai dengan yan diketahui yaitu “bila
dijumlahkan umur mereka adalah 47 tahun”.
CB dapat mengecek hasil penyelesaian masalah dengan lancar. Dalam hal ini CB
melakukan proses berpikir asimilasi dalam mengecek hasil penyelesaian masalah. Untuk
melakukan asimilasi dalam mengecek penyelesaian masalah, CB melakukan dengan
mengecek kesesuaian antara hasil penyelesaian dan apa yang diketahui.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa climber :
1. Berpikir asimilasi dalam memahami masalah dengan melakukan proses berpikir.
(a) mengidentifikasi kalimat yang berupa pernyataan dan kalimat yang berupa
pertanyaan, (b) kalimat yang berupa pernyataan dikelompokkan sebagai yang
diketahui, dan (c) kalimat yang berupa pertanyaan dikelompokkan menjadi apa
yang ditanyakan.
2. Berpikir asimilasi dan abstraksi reflektif dalam merencanakan penyelesaian
dengan melakukan proses berpikir: pengandaian yang menggunakan variabel,
persamaan, dan model matematika;
3. Berpikir asimilasi dan abstraksi reflektif dalam melaksanakan rencana
penyelesaian masalah dengan melakukan proses berpikir: menggunakan sifat
penjumlahan pada kedua ruas persamaan, dan sifat perkalian pada kedua ruas
persamaan; dan
4. Berpikir asimilasi dalam mengecek hasil penyelesaian dengan melakukan proses
berpikir: mengecek kesesuaian antara hasil penyelesaian dan apa yang diketahui.
E. DAFTAR PUSTAKA

Brooks, J.G and Brooks .M.G. 1993.In search of understanding: The case for constructivist
classroom.

Alexandria, VA: The Association for Supervision and Curriculum Development.

D’sousa, R. 2006. Astudi of Adversity Quotient of Secondary School Student in Relation to


Their School

Performace and the School Climate. A Dissertation submitted to The University of Mumbal
in

Partial Fulfillment of the Requiremnts for the Degree of Master of Education.Departement of

Education University of Mumbay

Gray, E. & Tall, D. 2007.Abstraction as a Natural Process of Mental Compression.

Mathematics Education Research Journal.Vol 19 No. 2 pp: 23-40

Hudojo.H &Sutawijaya, 1997.Matematika.Depdikbud,Dikti, BagianProyekPengembangan


PGSD

(Prymary School Teacher Development Project)

Hudojo, 2003.PengembanganKurikulumdanPembelajaranMatematika.EdisiRevisi. Technical

Cooperation Project for Development of Science and Mathematics Teaching For Primary and

Secondary Education In Indonesia (IMSTEP)

Khon, E & Herzog, D.A. 2004.CliffQuickReview: Aljabar II. Terjemahanoleh:


ErvinaYudhaKusuma.

Bandung: Pakar Raya

Nugroho, ST. &Harahap, B. 2005. EnsiklopediaMatematika. Bogor: GaliaIndra.Polya, G.


1957. How to

Solve It. New York: Doubleday

Ronnie M, D. 2006. The power of Emotional & Adversity Quotient for Teacher.

Jakarta: Hikmah (PT MizanPublika)

Soedjadi, R. 2000. KiatPendidikanMatematika di Indonesia: KontatasiKeadaan Masa


KiniMenuju

Harapan Masa Depan . Jakarta: DirektoratjenderalPendidikanTinggi, DepartemenPendidikan

Nasional
Stoltz, P. G. 2000. Adversity Quotient: Turning Obstacles Into Opportunities

(MengubahHambatanMenjadiPeluang).Terjemahanoleh: T. Hermaya.

Jakarta: PT. GramediaWidisarana Indonesia

Suparno, P. 1997. FilsafatKonstruktivismedanPendidikan.Yogyakarta.PenerbitKanisius

Tall. D. 1999. Reflection on APOS theory in Elemntary and Advanced Mathematical


Thinking.Proceding

of the 23th Conferenceof PME, Hafia Israel, I : 111-118.

Van Someren, Marteen W., Barnard. Yvonne F., dan Sandberg, Jacobin A.C. 1994. The
Think Alound

Method. A Practical guide to modelling cognitive processes.London: Academic Press.

Anda mungkin juga menyukai