Disusun Oleh:
Etika Intan Sari
NIM. 106017000516
Yang Mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Agustus 2011
LEMBAR UJI REFRENSI
Paraf
No Refrensi
Pembimbing I Pembimbing II
BAB I
1. Japar, “Pembelajaran Matematika
Dengan Pendekatan Open
Ended”,dari
http:arifinmuslim.wordpress.com,
9 April 2010
2. ErmanSuherman,Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer,
(Bandung: FMIPA UPI, 2003),
hlm.132.
BAB II
1. “Matematika”, dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika,
29 Juli 2010.
4.
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis
Kompetensi, (Jakarta : Gaung
Persada, 2006), hlm.108
Yang Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar
matematika. Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI 1 Ciputat pada bulan
November sampai Desember 2010. Pembelajaran yang diterapkan adalah
pendekatan open ended dengan subyek penelitian siswa kelas VIII–9 yang terdiri
dari 35 siswa. Penelitian ini dilakukan dengan alur penelitian tindakan kelas
(PTK) yang terdiri dari 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, lembar
wawancara, dan angket kemandirian siswa. Data hasil pengamatan kemandirian
siswa dianalisis dengan perhitungan perolehan persentase skor rata-rata
kemandirian siswa.
In this research there are observation piece, interview piece, and questionnaire.
The product observation of the students being autonomy data is analyzed by
account the students being autonomy percentage average score.
This research of product show that open ended approach can increase the
autonomy study of student in Junior High School PGRI 1 Ciputat class VIII-9.
After open ended approach was done on the ciclus I, it has been got the
percentage average score of the students being autonomy as much 57.79%. In
ciclus II was got the percentage average score of the students being autonomy
become 75.98%. Based on questionnaire calculation, the score from the first
ciclus is 79 and increased at the second ciclus become 87.6. Increasing the
students being autonomy followed by the product mathematic study of student.
Based on the results of data collection can be concluded that by applying the open
ended approach can increase student’s self regulated in mathematics classes
VIII-9 Junioar High School of PGRI 1 Ciputat.
Key word: Student’s Self Regulated, Open Ended Approach, Classroom Action
Research
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRAC ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. x
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................. 1
B. Area dan Fokus Penelitian .......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah Penelitian .................................................................. 4
D. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................... 5
E. Tujuan Hasil Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian............................. 5
F. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II Kajian Teoritik dan Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan
A. Pembelajaran Matematika........................................................................... 7
1. Definisi Matematika.............................................................................. 7
B. Kemandirian Belajar ................................................................................... 9
1. Definisi Kemandirian....................................... ................................... 10
2. Ciri-ciri Kemandirian ........................................................................ 12
a. Inisiatif ............................................................................................ 13
b. Percaya Diri .................................................................................... 13
c. Tanggung Jawab ............................................................................. 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian .............................. 14
a. Keturunan Orang tua .......................................................... 14
b. Pola Asuh Orang Tua ......................................................... 14
c. Sistem Pendidikan di Sekolah ............................................ 15
d. Sistem Kehidupan di Masyarakat ....................................... 15
C. Pendekatan Pembelajaran ......................................................................... 15
1. Definisi Open Ended ................................................................ 16
2. Karakteristik Pendekatan Open Ended ..................................... 19
D. Kerangka Berpikir .................................................................................... 20
E. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan............................................ 21
F. Hipotesis Tindakan ................................................................................... 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 22
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian.... 22
C. Subjek Penelitian....................................................................................... 25
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .............................................. 25
E. Tahapan Perencanaan Tindakan................................................................ 25
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan............................................. 28
G. Data dan Sumber Data .............................................................................. 28
H. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28
I. Instrumen pengumpulan Data yang Digunakan ....................................... 28
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan (Trustworthiness) Studi ................ 32
1. Uji Validitas ....................................................................................... 32
2. Uji Reliabilitas ................................................................................... 34
K. Analisis Data dan Intervensi Hasil Data .................................................. 34
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .................................................... 35
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, pendidikan merupakan kegiatan yang berlangsung seumur
dengan manusia, artinya sejak adanya manusia telah terjadi usaha-usaha
pendidikan dalam rangka memberikan kemampuan kepada subjek didik untuk
dapat hidup dalam masyarakat dan lingkungannya. Sehingga dengan diberikannya
pendidikan maka seorang anak didik sanggup untuk berbuat dan bertindak sebagai
manusia yang berkepribadian sosial. Pendidikan merupakan situasi yang dapat
menolong individu yang mengalami perubahan suatu proses, dengan demikian
pendidikan dipandang penting sebagai pelaku perubahan dan perkembangan
dalam masyarakat.
Dalam proses pendidikan yaitu pada kegiatan belajar mengajar, seorang guru
harus memiliki dan menerapkan strategi tertentu supaya siswa dapat belajar secara
efektif. Hal ini bisa saja dilakukan dalam berbagai bentuk, misalnya pengelolaan
waktu belajar. Contohnya ketika kegiatan belajar mengajar dilakukan di waktu
siang hari yang kondisi siswa lelah, lapar dan mengantuk, tentu sudah tidak efektif
lagi, sehingga perlu dipikirkan bagaimana mengatur jadwal pelajaran sehingga
dapat diperoleh jadwal yang optimal dan dapat diterima oleh siswa.
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari
jenjang dasar juga merupakan sarana berpikir logis, analisis dan sistematis.
Sebagai mata pelajaran yang berkaiatan dengan konsep yang abstrak, maka dalam
penyajian materi pelajaran, matematika harus disajikan lebih menarik dan sesuai
dengan kondisi dan keadaan siswa agar dalam proses pembelajaran siswa lebih
aktif dan termotivasi untuk belajar.
Mata pelajaran yang sukar biasanya memerlukan konsentrasi tinggi dan
untuk saat ini mata pelajaran yang dianggap sukar oleh sebagian besar siswa di
Indonesia adalah pelajaran matematika. Saat ini masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan belajar matematika, Para siswapun cenderung tidak
menyukai matematika karena dianggap sulit terutama dalam menyelesaikan soal-
soal yang diberikan oleh guru matematika yang menyebabkan rendahnya
hasil belajar mereka.
Rendahnya hasil belajar matematika selain karena matematika dianggap
pelajaran yang sukar, juga disebabkan karena pendekatan, metode, ataupun
strategi tertentu yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang masih banyak digunakan oleh para guru masih bersifat
tradisional, dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan kemampuannya1.
1
Japar, “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open Ended”,
http://arifinmuslim.wordpress.com, 9 April 2010
2
Slameto, “Kemandirian Belajar dan Prestasi Siswa SMA Unggulan”, dalam Varidika
Kajian Penelitian Pendidikan, Vol.15 No.1, Juni 2003, h.38.
mengatur masalah yang dihadapi, memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan
tugas-tugasnya dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya”3.
Namun berdasarkan pengalaman peneliti ketika mengobservasi siswa SMP
PGRI 1 Ciputat kelas VIII, masih banyak siswanya yang tidak mandiri dalam
belajar. Hal itu terlihat dari beberapa aspek seperti : Siswa belum punya inisiatif
dalam hal mencatat materi pelajaran. Pada saat guru menerangkan pelajaran dan
saat guru tidak memerintahkan kepada siswa untuk mencatat materi tersebut,
terlihat bahwa tidak adanya inisiatif dari siswa untuk mencatat materi tersebut.
Aspek kemandirian kedua adalah siswa tidak percaya diri ketika diminta
untuk mengerjakan soal matematika yang diberikan guru di depan kelas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa, diketahui bahwa
hal itu karena siswa merasa takut salah saat mengerjakan soal matematika di
depan kelas dan siswa juga takut akan ditertawakan oleh teman-temannya di kelas
jika siswa tersebut salah mengerjakan soal. Aspek kemandirian yang ketiga adalah
siswa tidak menyerahkan PR tepat waktu. Siswa mengaku malas mengerjakan PR
karena siswa merasa PR yang diberikan tidak menguntungkan mereka, PR
tersebut tidak pernah dikoreksi oleh guru ataupun diberi nilai dan tidak
mendapatkan sanksi apapun jika tidak mengerjakan PR.
Mengingat begitu pentingnya kemandirian belajar bagi siswa, maka guru
harus memberikan pendekatan yang efektif dalam belajar agar siswa dapat lebih
leluasa dalam mengembangkan ide kreatifnya dalam belajar. Salah satu
pendekatan yang efektif diterapkan oleh guru adalah pendekatan Open Ended.
Seperti ungkapan Arie Susanto dalam suaramars bahwa “ sebaiknya peserta didik
diberi keleluasaan mengembangkan ide-idenya untuk menumbuhkan kreatifitas
dan hasrat mengeksplorasi nilai demokrasi serta kemampuan memecahkan
masalah. Karena masalah matematika dapat diselesaikan dengan multisolusi”4.
Pendekatan open-ended sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran
matematika merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk
3
Desmita, “Psikologi Perkembangan Peserta Didik”, (Bandung : Rosdakarya, 2010),
Cet.2, h.185.
4
Arie Susanto, “Pendekatan Open Ended dalam Pembelajaran Matematika”,
http://suaramars.blogspot.com. Selasa, 19 Mei 2009.
menginvestigasi berbagai strategi dan cara yang diyakininya sesuai dengan
kemampuannya mengelaborasi permasalahan atau mengembangkan pola pikirnya
sesuai dengan minat dan kemampuannya masing-masing. Pendekatan open ended
diawali dengan memberikan masalah terbuka kepada siswa.
Masalah terbuka adalah masalah yang diformulasikan memiliki
multijawaban (banyak penyelesaian) yang benar. Di samping itu, melalui
pendekatan open-ended siswa dapat menemukan sesuatu yang baru dalam
penyelesaian suatu masalah, khususnya masalah yang berkaitan dengan
matematika. Dengan dasar ini, maka pendekatan open-ended dapat diterapkan
dalam proses belajar mengajar.
Keunggulan dari pendekatan open-ended sebagaimana yang diungkapakan
oleh Erman Suherman dalam buku Strategi Pembelajaran matematika
Kontemporer adalah “siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan
sering mengekpresikan idenya, siswa juga memiliki kesempatan lebih banyak
dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika mereka”5. Selain
itu, keunggulan dari pendekatan open ended lainnya adalah siswa yang memiliki
kemampuan matematika rendah dapat merespon permasalahan dengan cara
mereka sendiri dan siswa memiliki banyak pengalaman untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
Melihat persamaan antara konsep kemandirian dan pendekatan open ended
mengenai kesamaan tentang kebebasan siswa dalam memilih dan menentukan
strategi dan cara belajarnya sendiri, maka dengan dasar tersebut, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul :
“Meningkatkan Kemandirian Siswa dalam Belajar Matematika
melalui Pendekatan Open Ended”.
5
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
FMIPA UPI, 2003), hlm.132.
B. Area dan Fokus Penelitian
Dari latar belakang masalah dapat diidentifikasikan masalah-maslah
sebagai berikut :
1. Masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran
yang manakutkan.
2. Pendekatan open ended dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam
belajar matematika.
C. Pembatasan Masalah Penelitian
Untuk menghindari salah tafsiran terhadap masalah yang diteliti,
dirasakan perlu untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu :
1. Kemandirian yang dimaksud adalah meliputi dimensi : inisiatif, percaya
diri dan tanggung jawab.
2. Pendekatan open ended yang dimaksud dalam penelitian adalah salah
satu bentuk pendekatan pembelajaran yang mengaharapkan siswa bukan
hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada proses
pencarian suatu jawaban.
D. Perumusan Masalah Penelitian
Untuk mempertajam persoalan yang telah digambarkan pada latar
belakang masalah, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut :
Apakah pembelajaran dengan pendekatan open ended dapat meningkatkan
kemandirian siswa dalambelajar matematika?
E. Tujuan Hasil Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuaan Hasil Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
peningkatan kemandirian siswa dalam belajar matematika setelah diberi
pembelajaran dengan open ended.
2. Kegunaan Hasil Penelitian
Kegunaaan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi siswa
Mampu meningkatkan kemandirian dalam belajar matematika
dan siswa bisa belajar mengemukakan jawaban secara bebas dan
terbuka.
b. Bagi penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun
langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang
menumbuhkan kemampuan dan keterampilan meneliti serta
pengetahuan yang lebih mendalam teru tama pada bidang yang dikaji.
c. Bagi guru
Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi
belajar mengajar serta meningkatkan mutu pengajaran.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Siswa
a. Mampu meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar matematika.
b. Belajar mengemukakan jawaban secara bebas dan terbuka
2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang ilmu
pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan
pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan keterampilan
meneliti.
3. Bagi guru
Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi
belajar mengajar serta mutu pengajaran.
BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN
A. Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan alat bantu yang efisien dan diperlukan oleh setiap
ilmu pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-haripun manusia banyak
menggunakan matematika sebagai alat bantu dalam melaksanakan kegiatan
misalnya mengatur komposisi pupuk, jual beli, memasak dan lain-lain.
Matematika diperlukan oleh setiap bidang ilmu pengetahuan, terlebih lagi dalam
pengembangan ilmu yang bersangkutan.
1. Definisi Matematika
Untuk menjawab pertanyaan “Apakah matematika itu?” tidak dapat dengan
mudah dijawab. Hal itu dikarenakan sampai saat ini belum ada kepastian
mengenai pengertian matematika karena pengetahuan dan pandangan masing-
masing dari para ahli yang berbeda-beda. Banyak orang berpendapat bahwa
matematika itu adalah ilmu yang pasti. Masalah-masalah atau persoalan
matematika dapat diselesaikan dengan prosedur yang jelas dan terurut. Hal ini
sangat berbeda dengan ilmu-ilmu sosial pada umumnya yang untuk
menyelesaikan suatu permasalahan tidak ada prosedur yang pasti yang dapat
digunakan. Berikut adalah beberapa definisi yang diungkapkan oleh bebarapa ahli.
Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulanya
diambil dari perkataan Yunanai mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan
latin tersebut mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.
Kata mathematike itu berhubungan pula dengan kata lain yang hampir sama yaitu
mathein atau mathenein yang artinya belajar atau berpikir6.
6
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:
FMIPA UPI, 2003), h.16.
“Matematika adalah salah satu ilmu yang mendukung pertumbuhan dan
perkembangan teknologi”7. Menurut Russeffendi dalam Suwangsih, berdasarkan
asal katanya, matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan proses
berpikir atau bernalar8. Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
atau penalaran bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi, akan
tetapi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran.
“Sebagai ilmu, matematika adalah ilmu yang bersifat terstruktur, deduktif,
sistematis dan konsisten. Objek matematika adalah hal yang abstrak. Matematika
dibentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses
dari penalaran”9. Penalaran yang bersifat deduktif adalah penalaran menarik
kesimpulan dari pernyataan yang berlaku umum diberlakukan kepada keadaaan
khusus. Oleh karena itu matematika bisa tumbuh dan berkembang karena proses
berpikir dan bernalar.
Penjelasan lain mengenai apa dan bagaimana sebenarnya matematika itu,
akan terus mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan kebutuhan
manusia serta laju perubahan zaman. Untuk itu, kita dapat memperhatikan
pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan oleh para
ahli sebagai berikut, diantaranya :
Menurut James dan James dalam Suherman, matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, besaran dan konsep yang berhubungan satu
dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak10. Sedangkan menurut Reys,dkk
dalam Suwangsih, matematika adalah telaahan tentang pola berpikir, suatu seni,
suatu bahasa dan suatu alat11. Jelaslah bahwa matematika dapat dilihat sebagai
bahasa yang menjelaskan tentang pola, baik pola di alam maupun pola yang
7
Soemoenar, dkk, Penerapan Matematika Sekolah, (Jakarta : Universitas Terbuka),
h.1.19
8
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung : UPI
PRESS, 2006), Cet.I, h.3.
9
Ali Hamzah dan Mukhlisrarini, Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui
Model Konstruktivisme Dengan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Mahasiswa, (Jakarta: Gaung Persada, 2009), Cet. I, h.26.
10
Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung: FMIPA UPI,
2003), h.16.
11
Erna Suwangsih…, (Bandung : UPI PRESS, 2006), Cet.I, h.4.
ditemukan melalui pikiran. Pola-pola tersebut bisa berbentuk real (nyata) maupun
berbentuk imajinasi, dapat dilihat, atau hanya dalam bentuk mental atau pikiran.
Hal-hal tersebut dapat muncul dari lingkungan sekitar atau dari hasil pekerjaan
pikiran manusia.
Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika
berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis
terhadap bangun dan pergerakan benda-benda fisika. Matematika praktis telah
menjadi kegiatan manusia sejak adanya rekaman tertulis. Argumentasi kaku
pertama muncul di dalam Matematika Yunani, terutama di dalam karya Euklides,
Elemen. Matematika selalu berkembang, misalnya di Cina pada tahun 300 SM, di
India pada tahun 100 M, dan di Arab pada tahun 800 M, hingga zaman Renaisans,
ketika temuan baru matematika berinteraksi dengan penemuan ilmiah baru yang
mengarah pada peningkatan yang cepat di dalam laju penemuan matematika yang
berlanjut hingga kini12.
12
Matematika, http://id.wikipedia.org, 29 Juli 2010.15:15
13
Darwing Paduppai dan Nurdin, “Penerapan Peendekatan Open Ended Problem Dalam
Pembelajaran Kalkulus”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.074 Tahun 14,
September 2008, h.911.
14
Slameto, “Kemandirian Belajar dan Prestasi Siswa SMA Unggulan”, dalam Varidika
Kajian Penelitian Pendidikan, Vol.15 No.1, Juni 2003, h.39.
15
Umar Tirtarahadja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005),
Cet.2, h.50.
Yamin, kemandirian belajar adalah belajar yang dilakukan oleh siswa secara
bebas dalam artian bebas untuk menentukan tujuan, strategi belajar dan juga bebas
menggunakan sumber-sumber belajar yang dipilihnya untuk mencapai tujuan
belajar16.
Menurut Berk dalam Budiamin, kemandirian belajar adalah mampunya anak
untuk mengurus dirinya sendiri yang konsekuensinya untukorang tua adalah
waktu yang diluangkan oleh mereka untuk mengurus anak berkurang dengan
sangat tajam17. Dengan mandirinya anak, maka orang tua tidak akan terlalu repot
dan khawatir akan urusan anaknya karena mereka tahu dan mengerti akan
urusannya sendiri tanpa minta bantuan dari orang tuanya.
Konsep kemandirian dalam belajar bertumpu pada prinsip bahwa individu
yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasil belajar, mulai
keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada
penemuan diri sendiri apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil
belajar tersebut. Kemandirian memerlukan kemauan untuk bertindak secara
mandiri, tidak bergantung dan melakukan segala sesuata dengan sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar adalah suatu kebebasan dimana seorang siswa bebas
menentukan cara belajarnya sesuai dengan kemampuannya masing-masing
walaupun siswa mendapatkan bantuan atau bimbingan dari orang lain tetapi bukan
berarti siswa harus bergantung kepada orang tersebut.
1. Definisi Kemandirian
Kemandirian tercermin pada perilaku sendiri yang merupakan salah satu hal
penting dalam pembentukan kepribadian manusia. Individu yang mandiri dapat
menemukan dirinya sendiri yang berarti mampu mengarahkan diri sendiri dalam
pembuatan keputusan, pemilihan, maupun pengambilan inisiatif, serta mampu
menghadapi tantangan yang datang dari lingkungan.
16
Martinis Yamin, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, (Jakarta :Gaung Persada
Perss, 2008), Cet.1, h.203.
17
Amin Budiamin, dkk, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : UPI PRESS, 2006),
Cet.I, h.151.
Kemandirian sering diartikan sebagai kepercayaan pada diri sendiri atau
self-reliance. kemandirian juga merupakan satu kebutuhan dasar yaitu kebutuhan
untuk membuat keputusan pada diri sendiri, mempercayakan pada kemampuan
sendiri untuk mencapai cita-cita tanpa mengaharapkan bantuan dari orang lain.
Menurut Knowles, belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu
mengambil inisiatif dengan dan tanpa bantuan orang lain, merumuskan tujuan
belajarnya dan memilih strategi belajarnya sendiri18. Sedangkan menurut
Wedemeyer belajar mendiri adalah cara belajar yang memberikan kebebasan
,tanggung jawab kepada siswa dalam merencanakan dan melaksanakan
belajarnya19.
Definisi kemandirian yang lain adalah memiliki kepercayaan diri dalam
melaksanakan tugasnya20. Menurut Hoshi dalam Varidika bahwa “dalam
kemandirian belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang
berkaitan dengan proses belajarnya dan mempunyai kemampuan
melaksanakannya21.
Tujuan akhir dari sebuah kemandirian adalah kelak para siswa akan
menikmati arti hidup sebenarnya dari pada mereka senantiasa terbelenggu dan
selalu diatur oleh orang lain. Tingkat kemandirian seseorang dapat dibedakan
antara orang yang mempunyai tingkat kemandirian tinggi dan rendah.
Sehubungan dengan hal itu, orang yang kemandiriannya rendah biasanya
memiliki ciri khusus antara lain mencari bantuan, mencari perhatian, dan mencari
pengarahan dari orang lain.
Dari beberapa definisi tentang kemandirian yang telah disebutkan, maka
dapat disimpulkan definisi kemandirian yaitu kemampuan untuk berdiri sendiri,
tidak bergantung kepada orang lain dan kemampuan tersebut dapt dilihat dari
perbuatan atau tindakan nyata.
18
Busnawir dan Suhaena, “Pengaruh Penilaian Berbasis Portofolio Terhadap Hasil
Belajar Matematika dengan Mempertimbangkan Kemandirian Belajar Siswa”, dalam Jurnal
Pendidikan Dasar, Vol.7 No.2, September 2006, h.369-370.
19
ISO: “Sistem Belajat Mandiri Dapatkah Diterapkan dalam Pola Pendidikan
Konvensional”, dalam http://www.pustekkom depdiknas.go.id, 5 Maret 2009, h.
20
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Rosdakarya, 2010), Cet.2,
h.187.
21
Slameto, “Kemandirian Belajar… Vol.15 No.1, Juni 2003, h.39.
2. Ciri-Ciri Kemandirian
Salah tujuan pendidikan yang menantang adalah mengantarkan anak-anak
menjadi pembelajar mandiri independent learner. Pembelajar mandiri bukan
berarti anak hanya belajar sendiri tanpa membutuhkan guru atau orang lain.
Tetapi, pembelajar mandiri selalu memiliki dorongan internal untuk belajar dan
bertanggung jawab atas proses belajar yang dijalaninya.
Kemandirian pada seseorang ditunjukkan dalam kemantapan diri, keyakinan
diri dan keinginan untuk berinteraksi dengan yang lain. Pada anak remaja,
kemandirian dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan hubungan dengan
teman sebaya dan orang tuanya, serta menurun ketergantungannya pada kelompok
dan kepatuhan pada norma orang tuanya. Kemandirian dapat diwujudkan dalam
perilaku berpikir yang akan tampak jelas pada masa remaja dan berkembang pada
masa berikutnya.
Menurut Ringer dalam Busnawir, ciri-ciri kemandirian itu adalah dapat
bekerja sendiri secara fisik, dapat berpikir sendiri, dapat menyusun serta
mengekspresikan gagasan sendiri dan cara mengekspresikannya itu dapat
dimengerti orang lain22. Sedangkan menurut Desmita dalam bukunya, ada
beberapa karakteristik kemandirian, diantaranya : mampu mengambil keputusan
dan berinisiatif dalam mengatasi masalah yang dihadapinya, memiliki
kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan bertanggung jawab atas
apa yang dilakukanya23.
Individu dapat dikatakan mandiri apabila memiliki ciri-ciri, mampu
mengatur dirinya sendiri sesuai dengan hak dan kewajiban yang dimiliki, mampu
menentukan nasib sendiri dengan tidak menggantungkan diri pada orang lain,
mampu bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan serta
mampu membuang pola perilaku yang mengingkari kenyataan.
Berdasarkan uraian tentang definisi dan karakteristik kemandirian, dimensi
kemandirian yang dijadikan fokus penyelidikan dalam penelitian ini adalah
22
Busnawir dan Suhaena, Pengaruh Penilaian…, Vol.7 No.2, September 2006, h.370-371
23
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung : Rosdakarya, 2010), Cet.2,
h.187.
dimensi inisiatif, percaya diri, dan tanggung jawab. Ketiga dimensi tersebut
dijelaskan sebagai berikut :
a) Inisiatif
Inisiatif berarti usaha sendiri, langkah awal, dan ide baru. Berinisiatif berarti
mengembangkan dan memberdayakan sektor kreativitas untuk merencanakan ide
baru atau buah pikiran yang menjadi konsep baru yang pada gilirannya diharapkan
dapat berdaya guna dan bermanfaat.
Manusia yang berinisiatif adalah manusia yang tanggap terhadap segala
perkembangan yakni manusia yang pandai membaca, menghimpun, dan meneliti.
Manusia yang inisiatif juga dapat memanfaatkan setiap peluang di setiap
pergantian waktu dan menjadikannya sebagai peluang yang baru.
Inisiatif itu sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin. Semakin banyak
inisiatif yang dimilikinya maka akan semakin besar karismatik dan diakui kadar
kepemimpinannya. Tentu, inisiatif bukanlah satu-satunya karakter kepemimpinan
yang harus dimiliki, namun ia memiliki peran yang sangat signifikan dalam
menentukan kadar kepemimpinan seseorang.
b) Percaya diri
Percaya diri adalah sebuah sikap positif seseorang yang mampu
mengembangkan penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan dan situasi yang sedang dihadapinya. Bukan berarti orang yang
percaya diri adalah orang yang mampu dalam segala hal, ia tetaplah manusia
dengan segala keterbatasannya, namun pada saat yang sama ia merasa memiliki
kompetensi, yakin, mampu, dan percaya bahwa dia bisa melakukannya.
c) Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima
sesuatu yang dinamakan hak. Tanggung jawab merupakan perbuatan yang sangat
penting dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, karena tanpa tanggung jawab
semua akan menjadi kacau. Dengan kita bertanggung jawab, kita akan dipercaya
orang lain, selalu tepat dalam melaksanakan sesuatu, mendapatkan hak dengan
sewajarnya. Jika kita melalaikan tanggung jawab, maka kualitas dari diri kita
mungkin akan rendah. Oleh karena itu tanggung jawab adalah suatu hal yang
sangat penting dalam kehidupan karena tanggung jawab menyangkut orang lain
dan diri kita.
3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Sebagaimana aspek-aspek psikologis lainnya, kemandirian juga bukanlah
semata-mata merupakan pembawaan yang melekat pada diri individu sejak lahir.
Perkembangannya juga dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari
lingkungannya, selain potensi yang telah dimiliki sejak lahir sebagai keturunan
dari orang tuanya.
“Ada sejumlah faktor yang sering mempengaruhi kemandirian, yaitu,
Keturunan orang tua, pola asuh orang tua, sistem pendidikan di sekolah, dan
sistem kehidupan di masyarakat”24.
a. Keturunan orang tua
Orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan
anak yang memiliki kemandirian tinggi pula. Namun, faktor keturunan ini masih
menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan
sifat kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat
orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.
Cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi
perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak
melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan
penjelasan yang rasional akan mengahambat perkembangan kemandirian anak.
Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi
keluarganya akan mendapatkan dorongan kelancaran perkembangan anak.
Demikian juga, orang tua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak
yang satu dengan anak yang lain juga akan berpengaruh kurang baik terhadap
perkembangan kemandirian anak.
b. Sistem pendidikan di sekolah
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi
pendidikan dan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan
24
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet.4, h.118.
menghambat perkembangan kemandirian remaja. Demikian juga, proses
pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberian sanksi atau hukuman
juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses
pendidikan yang lebih menenkankan pentingnya penghargaan terhadap potensi
anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetensi positif akan memperlancar
perkembangan kemandirian remaja.
c. Sistem kehidupan di masyarakat
Sistem kehidupan di masyarakat yang terlalu menenkankan pentingnya
hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang
menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat
menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya,
lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam
bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan merangsang dan
mendorong perkembangan kemandirian remaja.
C. Pendekatan Pembelajaran
Salah satu hal yang mempengaruhi kemandirian siswa dalam belajar
matematika di sekolah adalah pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran
memiliki banyak definisi, diantaranya yaitu, “pendekatan pembelajaran
merupakan strategi yang dapat memperjelas arah yang ditetapkan dan sering kali
juga disebut kebijakan guru atau pengajar agar mencapai tujuan pembelajaran”25.
Menurut Ruseffendi dalam Satriawati, pendekatan adalah suatu jalan, cara atau
kebijaksanaan yang ditempuh oleh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan
pengajaran dilihat sudut bagaimana proses pengajaran atau materi pengajaran itu,
umum atau khusus26.
25
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika
(PSPM), (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h.359.
26
Gusni Satriawati, “Pembelajaran Dengan Pendekatan Open Ended Untuk Meningkatkan
Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Siswa SMP”, dalam Algoritma Jurnal Matemtika dan
Pendidikan Matematika, Vol.1 No.1, Juni 2006, h.105.
“Pendekatan pembelajaran (approach) merupakan titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran”27. Istilah pendekatan merujuk kepada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.
Menurut Roy Killen (Wina Sanjaya, 2009) dua pendekatan dalam
pembelajaran, diantaranya pendekatan yang berpusat pada guru yaitu menurunkan
strategi pembelajaran langsung dan pendekatan yang berpusat pada siswa yaitu
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery salah satu contoh dari
pendekatan ini adalah pendekatan open ended28. Dengan diterapkannya
pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar, siswa akan lebih asyik
dalam belajar terutama belajar matematika dan gurupun akan lebih mudah dalam
menyampaikan materi pelajaran.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan tentang definisi pendekatan
pembelajaran yaitu, sebuah cara atau teknik yang dilakukan oleh pengajar atau
guru untuk memudahkan mereka dalam melakukan proses belajar mengajar.
Dengan menggunakan pendekatan dalam proses belajar mengajar akan
memberikan makna positif bagi pencapaian tujuan pembelajaran matematika yang
lebih baik.
1. Defenisi Open Ended
Open Ended memiliki banyak definisi, diantara: menurut Shimada dalam
Satriawati bahwa “Open Ended memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh pengetahuan pengalaman dan memecahkan masalah dengan
beberapa cara yang berbeda”29. Sedangkan menurut Badger dalam Satriawati
bahwa “ pendekatan Open Ended bukanlah bentuk pertanyaan yang banyak
pilihan tanpa options juga bukan pertanyaan yang hanya memiliki satu jawaban
27
Wina Sanjaya, Strategi Pembelejaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. 6, h.127.
28
Wina Sanjaya, Strategi Pembelejaran…, Cet.6, h.127
29
Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open Ended pada
Pokok Bahasan Dalil Pythagoras di Kelas II SMP”, dalam buku Pendekatan Baru Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Dasar dan sains, (Jakarta : PIC, IISEP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007), Cet. I, h.159.
benar tapi lebih mengarah kepada pertanyaan dimana siswa berpeluang berpikir
lebih leluasa”30.
Contoh penerapan problem open ended dalam kegiatan pembelajaran adalah
ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda
dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada
jawaban (hasil) akhir. Tujuan pembelajaran berbasis open ended menurut Nohda
dalam Suherman dkk, adalah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif
dan pola pikir matematika siswa melalui pemecahan masalah secara simultan31.
“Pendekatan open ended merupakan salah satu pendekatan yang membantu
siswa melakukan penyelesaian masalah secara kreatif dan menghargai keragaman
berpikir yang mungkin timbul selama mengerjakan soal”32. Siswa dihadapkan
dengan problem open ended tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban
tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Hal ini
menunjukkan bahwa banyak cara untuk mendapatkan jawaban dari suatu
permasalahan matematika. Sifat keterbukaan dari problem itu hilang apabila guru
hanya mengajarkan satu alternatif cara dalam menjawab permasalahan. Rangkaian
tersebut diajarkan tidak sebagai suatau hal yang saling lepas, tetapi merupakan
rangkaian yang terintegrasi dengan kemampuan dan sikap dari setiap siswa,
sehingga di dalam pikirannya akan terjadi pengorganisasian kemampuan
intelektual yang optimal.
“Pembelajaran dengan pendekatan open ended adalah pembelajaran yang
dimulai dengan memberikan soal yang memiliki banyak jawaban yang benar
(problem terbuka atau incomplete) kepada siswa”33. Pembelajaran dengan
pendekatan open ended juga dapat dilakukan siswa dengan cara
30
Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika… Cet. I, h.159.
31
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran… , (Bandung: FMIPA UPI, 2003), h.124.
32
Gusni Satriawati, “Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Open Ended pada
Pokok Bahasan Dalil Pythagoras di Kelas II SMP”, dalam buku Pendekatan Baru Dalam Proses
Pembelajaran Matematika Dasar dan sains, (Jakarta : PIC, IISEP UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2007), Cet. I, h.159.
33
Gusni Satriawati, “Pembelajaran Dengan Pendekatan…, dalam Algoritma Jurnal
Matemtika dan Pendidikan Matematika, Vol.1 No.1, Juni 2006, h105.
mengkombinasikan antara pemahaman, kemampuan atau cara berpikir mereka
yang telah mereka pelajari sebelumnya.
Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematik siswa harus
dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
Melalui pendekatan open ended, setidaknya ada beberapa keuntungan yang
didapatkan, diantaranya : para siswa terlibat lebih aktif dalam proses pembelajaran
dan mereka dapat mengungkapkan ide-ide mereka secara lebih sering, para siswa
tidak hanya pasif menirukan cara yang dicontohkan gurunya, siswa mempunyai
kesempatan yang lebih dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan
matematika mereka secara menyeluruh, siswa dapat menjawab permasalahan
dengan caranya sendiri.
Dari uraian tentang definisi pendekatan open ended tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan open ended merupakan salah satu pendekatan
yang membantu siswa dalam melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan
menghargai keragaman berpikir yang mungkin akan timbul selama proses
pemecahan masalah. Soal-soal yang diberikan dalam pendekatan open ended
memiliki lebih dari satu penyelesaian yang benar.
Berikut adalah skema pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan open
ended34:
Tabel 2.1
Skema Pelaksanaan Pembelajaran open ended
Kegiatan guru Langkah-langkah Kegiatan siswa
utama
Memaparkan Tahap 1 Menginventarisasi
tujuan pembelajaran, dan Orientasi siswa dan mempersiapkan hal-
memotivasi siswa agar pada masalah hal yang diperlukan
terlibat pada aktivitas matematika open ended dalam proses
pemecahan maslah pembelajaran
34
I Gusti Putu Sudiarta, “Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berorientasi
Pemecahan Masalah Kontekstual Open Ended” dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran,
(Singaraja : Vol.38 No.1, Januari 2005, h.590-591).
Membantu siswa Tahap 2 Mengembangkan
mendefinisikan tugas Mengorganisasi berbagai perspektif dari
belajar yang berhubungan siswa dalam belajar pengandaian yang masuk
dengan maslaah yang pemecahan masalah akal
dipecahkan
Mendorong siswa Tahap 3 Siswa melakukan
untuk mengumpulkan Membimbing perumusan kembali untuk
informasi yang sesuai siswa dalam penyelidikan mendapatklan suatu
dengan masalah yang kemungkinan pemecahan
akan dipecahkan masalah
Membantu siswa Tahap 4 Menyusun
dalam merencanakan dan Mengembangkan ringkasan atau laporan
menyiapkan karya yang dan mempresentasikan dan menyajikannya di
sesuai seperti ringkasan, hasil karya depan kelas
laporan, dll
Membantu siswa Tahap 5 Mengikuti
melakukan analisis dan Menganalisis dan asesmen dan
evaluasi dan mengevaluasi proses menyerahkan tugas-tugas
menyimpulkan hal-hal pemecahan masalah dan sebagai bahan evaluasi
yang telah dipelajari menyimpulkan
Pendekatan pembelajaran Open Ended pada tabel 2.1 di atas, terdiri dari
lima tahapan utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan kepada siswa
suatu masalah dan diakhiri dengan penyajian serta analisis hasil kerja siswa. Jika
masalah yang dikaji sedang-sedang saja, maka kelima tahapan tersebut dapat
diselesaikan dalam satu pertemuyan. Namun apabila masalah yang diberikan
adalah kompleks, maka memerlukan waktu yang lebih lama.
2. Karakteristik Pendekatan Open Ended
Secara konseptual masalah matematika terbuka (open ended problem)
didefinisikan sebagai masalah matematika yang dirumuskan sedemikian rupa
sehingga memiliki lebih dari satu jawaban yang benar, dengan berbagai
kemungkinan prosedur pemecahannya. Masalah pendekatan open ended pada
umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Dideskripsikan secara tidak lengkap, artinya membiarkan atau
menyembunyikan atau menghilangkan sebagian informasi yang berkaitan
dengan masalah, tujuannya agar dapat dikonstruksikan oleh siswa sendiri
dalam rangka mengembangkan berbagai perspektif secara kritis.
b. Dirumuskan sedemikian rupa sehingga memungkinkan adanya lebih dari
satu jawaban benar.
c. Hasil pemecahan masalah tidak dapat ditebak-tebak apalagi hanya dengan
menggunakan dasar kemampuan (skill) dan fakta-fakta saja.
d. Informasi bisa diinterpretasikan secara bervariasi.
e. Perlu dipecahkan secara berulang-ulang jika ada perubahan kondisi dan
penambahan informasi yang lebih baik.
f. Dapat dipecahkan dengan suatu proses pemecahan masalah
Masalah matematika open ended menuntut siswa untuk menjelaskan
pola pikir matematika mereka melalui penalaran yang mana hal ini dapat
menjadi sumber informasi bagi guru terhadap keberhasilan pembelajaran.
D. Kerangka Berpikir
Kemandirian siswa dalam belajar matematika yang rendah ditandai dengan
kurang disiplinnya siswa dalam hal waktu yaitu sering terlambat masuk kelas dan
suka ngobrol ketika guru menerangkan pelajaran, dan lain sebagainya. Hal
tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di sekolah.
Sasaran pembelajaran yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah
peningkatan kemandirian siswa dalam belajar matematika. Seorang siswa yang
memiliki kemandirian dalam belajar memiliki ciri-ciri yang khas seperti memiliki
inisiatif, penuh percaya diri dan bertanggung jawab.
Peningkatan kemandirian siswa dalam belajar matematika tersebut dapat
dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pendekatan
pembelajaran. Pendekatan yang cocok untuk meningkatkan kemandirian siswa
dalam belajar matematika adalah pendekatan open ended. Dalam pendekatan open
ended siswa bebas mengekspresikan ide, strategi dan gaya belajar sesuai dengan
kemampuan mereka, dengan landasan itu kemandirian siswa dalam belajar
matematika dapat ditingkatkan.
E. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
1. Hasil penelitian Gruber dan Weitman dan Campbell dan Chapman
memberikan kesimpulan bahwa peningkatan kendali pembelajaran
yang lebih diserahkan kepada pebelajar (kemandirian belajar)
menghasilkan keingintahuan terhadap materi pelajaran, dan membuat
pebelajar memiliki perasaan lebih berdaya dan lebih berminat terhadap
topic yang dipelajari35.
2. Hasil penelitian Darwing Paduppai dan Nurdin memberikan
kesimpulan bahwa dengan penerapan pendekatan open ended dalam
proses belajar mengajar telah terdapat peningkatan dalam hal
kemandirian mahasiswa dalam belajar matematika terutama pada
materi kalkulus36.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan dan latar belakang yang telah diuraikan
sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Pendekatan
open ended dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar matematika
yang meliputi beberapa dimensi, seperti : inisiatif, percaya diri dan tanggung
jawab.
35
Busnawir dan Suhaena, “Pengaruh Penilaian…, Vol.7 No.2, September 2006, hlm.371
36
Darwing Paduppai dan Nurdin, “Penerapan Peendekatan…, No.074 Tahun 14, September
2008, hlm.921.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
37
Suharsimi Arikunto, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008),
h.74.
Perencanaan
Tindakan I : Pelaksanaan Tindakan I: guru
permasalahan melakukan pembelajaran dengan
n penyusunan RPP,
Siklus I dll pendekatan open ended dan siswa
belajar secara individu
Refleksi II Pengamatan
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang terlibat dalam
pembelajaran pendekatan open ended yaitu satu kelas VIII-9 sebanyak 35 orang
siswa dengan jumlah siswa laki-laki adalah 15 orang dan jumlah siswa perempuan
adalah 20 orang. Kelas tersebut kemandiriannya masih rendah dalam hal kurang
inisiatif saat belajar, kurang percaya diri dalam mengerjakan tugas dan kurang
bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikanoleh guru.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku tindakan
penelitian. Dalam melakukan tindakan penelitian, peneliti berkolaborasi dengan
guru bidang studi yang posisinya sebagai observer. Sedangkan peran yang
dilakukan bersama dengan observer adalah membuat rancangan pembelajaran,
mengobservasi proses pembelajaran, melakukan refleksi dan merancang tindakan
untuk siklus selanjutnya.
E. Tahapan Perencanaan Tindakan
Prosedur penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri
dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahapan
penelitian dimulai dari tahapan prapenelitian yang akan dilanjutkan dengan siklus
I. setelah melakukan pengamatan dan refleksi pada siklus I, penelitian akan
dilanjutkan pada siklus II dan seterusnya.
Prosedur penelitian di atas bila digambarkan, seperti terlihat pada tabel
berikut
Tabel 3.1
Prosedur Kegiatan Prapenelitian
Kegiatan Prapenelitian
Pelaksanaan
1. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
2. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open ended materi
Pythagoras
3. Siswa mengerjakan LKS secara individu
Siklus I
Pelaksanaan
1. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan
2. Melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open ended materi
pythagoras
Siklus II
2. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data tentang kemandirian belajar
matematika Siswa. Metode angket yang digunakan adalah angket langsung
yaitu daftar pertanyaan yang diberikan langsung kepada siswa untuk
dimintai pendapat tentang keadaan dirinya. Data yang diperoleh dari angket
berupa skor.
Kisi – kisi angket tersebut adalah :
Kisi – kisi Angket Kemandirian Siswa Dalam Belajar Matematika
Dimensi Indikator No Pernyataan Jml
No + -
Inisiatif a. Tidak 1, 4, 10 3, 11 6
1
bergantung
pada orang lain 2, 5, 6, 7 8, 9 5
b. Mengerjakan
sesuatu tanpa
disuruh
12, 13, 14 15, 16 5
c. Keaktifan
mencari
pengetahuan
Percaya a. Membuat target 19, 20, 21 22, 23 5
2 Diri
dalam belajar
b. Keberanian 27, 29, 31 28, 30 5
mengemukakan
pendapat
c. Berani
25, 32, 33, 34 17, 18 6
mencoba
3 Tanggung a. Tekun 35, 39, 42 40, 41 5
Jawab
b. Tepat waktu 37, 44 36, 45 4
c. Berani
mengambil 26, 43 24, 38 4
resiko
Total 26 19 45
3. Pedoman Wawancara
Wawancara yang dilakukan penulis adalah mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada guru matematika yang bersangkutan tentang data dan
informasi pada proses pembelajaran siswa di sekolah.
Kisi-kisi wawancara tersebut adalah :
No Dimensi Indikator No Pertanyaan Jml
1 Inisiatif Keaktifan mencari 2, 4 2
pengetahuan
2 Percaya Membuat target dalam 1 1
Diri
belajar
3 Tanggung Berani mengambil 3 1
Jawab
resiko
Jumlah Soal 4
38
Drs. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), h.209.
N XY X Y
rxy
N X 2
X
2
N Y 2
Y
2
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan
N : Jumlah Responden
X : Skor item
Y : Skor total
Hasil perhitungan dengan koefisien korelasi (rhitung) dapat dihubungkan
dengan tabel r hasil korelasi Product Moment. Jika rhitung < rtabel maka butir
soal tidak valid, jika rhitung > rtabel maka butir soal dinyatakan valid (untuk n =
35 dengan taraf signifikansi 5% rtabel = 0.344).
Kriteria untuk penafsiran korelasi koefisien, adalah sebagai berikut39 :
ݎ ∑ௌ మ
ଵଵୀቂ ቃቈଵି మ
ିଵ ௌ
39
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 144.
40
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : Gaung
Persada, 2006), h.108.
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrument
k : banyaknya butir pernyataan yang valid
∑ ܵ2݅ : jumlah varians skor tiap-tiap item
ܵ௧ଶ : varians total
Interpretasi terhadap nilai koefisien r11 digunakan kriteria sebagai berikut :
0.00 < r11 < 0.20 : sangat rendah
0.20 < r11 < 0.40 : rendah
0.40 < r11 < 0.70 : cukup
0.70 < r11 < 0.90 : tinggi
0.90< r11 < 1.00 : sangat tinggi
A. Deskripsi Data
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilaksanakan sebelum melakukan tindakan
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdiri dari observasi sekolah,
pengamatan pembelajaran di kelas, dan wawancara terhadap guru bidang studi
matematika. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Agustus 2010. Penelitian
pendahuluan ini dilaksanakan untuk mengetahui proses pembelajaran yaitu
tingkat pengajaran yang dilakukan oleh guru bidang studi dan untuk
mengetahui kemandirian siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan hasil
observasi, kemandirian siswa dalam belajar matematika di sekolah tersebut
terutama di kelas VIII-9 masih tergolong rendah. Berikut ini adalah hasil
observasi terhadap kemandirian siswa dari satu kali pengamatan,
a. Saat bel berbunyi dan guru telah masuk ke kelas, ada 10 siswa yang
terlambat masuk ke kelas.
b. Sikap siswa ketika pelajaran dimulai, masih banyak yang berbicara dan
tas masih berada di punggung yaitu sebanyak 15 orang.
c. Ketika guru memberikan latihan soal, hanya 8 orang yang mengerjakan
soal tersebut secara individu dan selebihnya siswa mengerjakan dengan
meminta bantuan teman.
d. Saat pembahasan soal, beberapa orang siswa diminta maju ke depan kelas
untuk mengerjakan soal yang telah di tugaskan, namun terdapat beberapa
siswa yang tidak mau disuruh maju. Hanya 3 orang yang bersedia maju
ke depan kelas dan banyak siswa yang tidak menyerahkan PR.
e. Ketika guru memberikan kesempatan untuk bertanya, siswa hanya diam
menerima dengan pasif pelajaran tersebut.
Rata-rata hasil observasi kemandirian siswa dalam belajar matematika
pada saat penelitian pendahuluan dapat dilihat pada tabel di bawah ini,
Tabel 4.1
Hasil Observasi Kemandirian Siswa pada Penelitian Pendahulua
Berdasarkan Lembar Observasi
Data lengkap dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat pada lampiran 7. Dari
tabel 4.1 di atas, hasil observasi dari penelitian pendahuluan menunjukkan
bahwa prosentase rata-rata dari aktivitas kemandirian siswa adalah sebesar
20.7%. Contohnya, untuk aktivitas kesiapan siswa dalam menerima pelajaran,
siswa masih banyak yang belum siap belajar. Tercatat bahwa banyak siswa
yang siap belajar ketika masuk kelas baru 15 orang dengan prosentase 42.8%,
begitu pula saat proses belajar mengajar berlangsung, pada saat guru
memberikan latihan, hanya 8 orang yang mengerjakan latihan tanpa bertanya
kepada orang lain. Dan saat guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan
tersebut di papan tulis, hanya 3 orang siswa yang berani maju dengan
prosentase sebesar 8.6%.
Pada saat guru menyuruh siswa untuk bertanya tentang hal yang belum
dimengerti, tidak ada satupun siswa yang berani bertanya. Begitupun dengan
hal menanggapi pertanyaan yang diberikan guru, semua siswa hanya diam dan
tidak ada yang berani bertanya. Ketika guru menyuruh siswa untuk
menyerahkan PR yang diberikan minggu lalu, hanya 15 orang yang
menyerahkan PR tersebut pada hari itu juga dengan prosentase 42.8%.
2. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 4 pertemuan, kegiatan yang
dilakukan pada tahap perencanaan pada siklus I ini adalah peneliti membuat
RPP, menyiapkan LKS, membuat kisi-kisi soal dan soal akhir siklus. RPP
yang dibuat didiskusikan dengan guru kolaborator untuk menyempurnakan
proses pembelajaran. Materi yang dibahas pada siklus I adalah teorema
Pythagoras diantaranya : Menemukan dalil Pythagoras, Menggunakan
teorema Pythagoras, Menentukan panjang sisi segitiga jika dua sisi lain
diketahui, Menentukan jenis suatu segitiga dengan kebalikan dalil
phytagoras, Menghitung perbandingan sisi segitiga siku-siku istimewa.
b. Pelaksanaan dan Observasi
1) Pertemuan pertama : Kamis, 11 November 2010
Pertemuan pertama ini dihadiri oleh 30 orang siswa dan 5 siswa
lainnya terlambat masuk kelas. Pada pertemuan pertama ini siswa masih sulit
dikondisikan. Pada pertemuan pertama ini guru memulai belajar dengan
menjelaskan tujuan pembelajaran dan pendekatan yang akan digunakan
selama pembelajaran berlangsung. Peneliti juga memberikan apersepsi untuk
meningkatkan kembali pengetahuan mereka yang berhubungan dengan
materi yang akan di bahas, dan pertemuan pertemuan pertama membahas
tentang menentukan rumus Pythagoras. Sebelum dibagikan LKS (Lembar
Kerja Siswa), siswa mendapatkan materi tentang teorema Pythagoras dan
penjelasan mengenai cara-cara dalam mengerjakan LKS yang harus
dikerjakan dengan berbagai macam cara.
Setelah siswa di bagikan LKS untuk dikerjakan secara individu.
Siswa diarahkan untuk belajar mandiri dengan mencoba memahami sendiri
teorema Pythagoras yang dibimbing melalui LKS. Selama mengerjakan LKS
siswa mencari sumber-sumber lain dalam mengerjakan soal dan siswa juga
dilatih untuk mengemukakan pemahaman yang dimiliki untuk dijelaskan
kepada siswa lain melalui presentasi di depan kelas. Siswa diajak ke
perpustakaan yang bersebelahan dengan kelas VIII-9 untuk mencari buku-
buku referensi lain sebagai tambahan dalam mengerjakan LKS.
Sebelum mengerjakan LKS secara individu, ada seorang siswa yang
bertanya karena merasa belum paham atas tugas yang diberikan, dan ia
berkata : “Bu, saya tidak mengerti maksud dari LKS ini, kita harus
mengerjakan apa, dan bagaimana cara mengerjakannya ?”. pada saat
mengerjakan LKS, hanya sebanyak 8 siswa yang mengerjakan nya secara
individu yaitu siswa yang duduk di barisan paling depan, sedangkan 27 siswa
lainnya mengerjakan LKS dengan bertanya kepada teman.
Saat mengerjakan LKS, siswa diajak ke perpustakaan untuk
menambah referensi mereka dalam menyelesaikan LKS tersebut. Setelah
beberapa lama berada di perpustakaan, siswa di ajak kembali ke kelas untuk
melanjutkan pembelajaran yaitu presentasi. Salah satu siswa disuruh maju ke
depan kelas untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas, dan
masih banyak siswa yang malu-malu untuk maju ke depan kelas, hanya
3orang yang berani maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil
kerjanya itu.
Setelah presentasi selesai, guru meminta siswa untuk memberikan
kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari. Pembelajaran diakhiri
dengan pemberian tugas untuk membawa buku tambahan lain selain buku
pegangan matematika milik mereka untuk mempermudah mengerjakan LKS
pada pertemuan berikutnya dan siswa tidak harus ke perpustakaan untuk
mencari buku-buku referensi.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru kolaborator,
terdapat kekurangan pada pengajaran yang dilakukan yaitu kurangnya
peneliti dalam memotivasi siswa pada saat membuka pelajaran dan saat
menyampaikan pelajaran, suara guru masih terlalu pelan
2) Pertemuan kedua : Jumat, 12 November 2010
Pada pertemuan kedua ini suasana kelas lebih ramai oleh siswa yang
sudah berada di kelas dari pertemuan sebelumnya dan tidak ada siswa yang
datang terlambat. Pelajaran matematika di kelas VIII-9 dimulai pukul 07.05
WIB. Pada pertemuan ini, siswa yang tidak hadir berjumlah 3 orang tanpa
keterangan.
Pertemuan kedua ini membahas tentang penggunaan teorema
Pythagoras. Sebelum LKS dibagikan dan dikerjakan siswa, guru memberikan
materi tentang Pythagoras. Pada saat pengerjaan LKS, suasana di kelas VIII-
9 agak sedikit ramai, akan tetapi lebih kondusif untuk belajar dibandingkan
dengan pertemuan pertama. Sudah sebanyak 20 siswa yang mengerjakan
LKS secara individu walaupun masih ada beberapa siswa yang bertanya
kepada temannya saat mengerjakan LKS, begitupun saat mencari referensi
lain di buku yang telah ditugaskan untuk di bawa ke kelas untuk
mempermudah mengerjakan LKS, siswa lebih bersemangat. Akan tetapi
masih ada 5 siswa yang tidak membawa buku selain buku pegangan yang
mereka miliki, yang akhirnya hanya mengerjakan LKS dengan bantuan buku
yang mereka punya.
Setelah selama 15 menit di beri waktu mengerjakan LKS, tibalah
waktunya untuk presentasi. Pada pertemuan kedua ini sudah ada 7 siswa yang
berani mengajukan diri untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan
hasil kerjanya. Salah satu siswi maju ke depan kelas untuk presentasi tentang
hasil kerjanya, sebelum presentasi siswi tersebut menyalin hasil kerjanya di
papan tulis lalu ia menjelaskan hasil kerjanya itu. Setelah selesai
menjelaskan, salah seorang siswa bertanya kepad siswi yang presentasi
tersebut, “kenapa kamu pakai cara seperti itu? Kan kita belum pernah
diajarkan cara seperti itu?”. Siswi tersebut menjawab. “memang kita belum
pernah diajarkan menjawab soal seperti ini dengan cara seperti yang saya
tulis, tetapi saya banyak membawa buku selain buku pegangan kita di
sekolah dan saya menemukan cara seperti ini di salah satu buku yang saya
bawa itu.”
Setelah selesai presentasi, guru mempersilahkan siswa yang lain
yang ingin mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas dengan cara yang
berbeda dengan siswi yang telah presentasi sebelumnya. Ternyata tidak ada
siswa lain yang berani maju lagi ke depan kelas untuk presentasi tentang hasil
kerjanya. Ketika ditanya mengapa mereka tidak berani maju ke depan kelas,
mereka menjawab bahwa mereka masih malu untuk maju ke depan kelas dan
berbicara di depan banyak orang membuat mereka grogi.
Kegiatan terakhir pada pertemuan hari itu adalah kesimpulan. Guru
mengajak siswa untuk menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari hari ini
dan guru juga meminta salah satu siswa untuk memberikan kesimpulan yang
berbeda dari kesimpulan yang diberikan guru, dan ternyata banyak siswa
yang bisa menyimpulkan pelajaran hari itu.
Gambar 4.1
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas secara individu
Gambar 4.2
Seorang siswa sedang bertanya kepada temannya yang sedang presentasi
4) Pertemuan keempat : Jumat, 19 November 2010
Pada pertemuan keempat ini, pembelajaran hanya berlangsung
selama 60 menit, dan 30 menit sisanya akan dipakai untuk tes akhir siklus I
untuk mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran yang telah diberikan oleh peneliti dari pertemuan pertama
sampai pertemuan keempat ini.
Pada saat 60 menit pertama, pembelajaran berlangsung seperti biasa.
Akan tetapi sebelum memulai pelajaran guru meminta siswa untuk
mengumpulkan PR yang diberikan pada pertemuan ketiga. Ternyata masih
ada siswa yang tidak menyerahkan PR dengan alasan tidak mengerti dengan
tugas yang diberikan pada pertemuan ketiga tersebut.
Selesai mengumpulkan PR siswa diberi materi. Materi yang dibahas
pada pertemuan keempat ini adalah menentukan jenis suatu segitiga dengan
kebalikan dalil Pythagoras dan selesai mendapat materi, siswa ditugaskan
untuk mengerjakan latihan berupa LKS yang diberikan peneliti dan
selanjutnya siswa presentasi kelompok.
Kegiatan terakhir dari pertemuan keempat ini adalah menyimpulkan
materi pelajaran. Salah satu siswa mengacungkan tangan untuk
menyimpulkan materi. Selesai menyimpulkan pelajaran hari itu, siswa
diminta untuk mengerjakan tes akhir siklus I.
Soal-soal yang dibuat pada siklus I oleh peneliti adalah soal
berbentuk essay dan soal yang pernah dibahas pada pertemuan pertama
sampai pertemuan keempat. Tes harus dikerjakan secara individu dan
dilarang melihat buku ataupun catatan matematika. Saat tes berlangsung
masih ada beberapa siswa yang bertanya kepada teman sebelahnya dan masih
banyak siswa yang tampak bingung saat mengerjakan soal tes akhir siklus I
tersebut.
Hasil pengamatan kemandirian siswa melalui lembar observasi yang
telah dipersiapkan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini,
Tabel 4.2
Hasil Observasi Kemandirian Siswa Siklus I
I II III IV
Jml Jml Jml Jml
Sswa Sswa Sswa Sswa
1 Membuat catatan sendiri 30 85.7% 32 91.4% 35 100% 35 100% 94.3%
Dari tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa sebagian besar dari aktivitas
kemandirian siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat
prosentase rata-ratanya selalu mengalami kenaikan. Akan tetapi masih ada
aktivitas kemandirian yang dari setiap siklusnya prosentase rata-ratanya
mengalami naik turun, contohnya adalah untuk aktivitas menyelesaikan tugas
sampai selesai. Aktivitas tersebut dari pertemuan pertama sampai pertemuan
ketiga prosentasenya meningkat. Akan tetapi dari pertemuan ketiga ke
pertemuan keempat prosentasenya menurun hal ini dikarenakan mereka
mempunyai tugas lain selain dari tugas matematika. Saat guru matematika
memberikan tugas untuk diselesaikan hari itu juga, mereka mengerjakannya
sambil mengerjakan tugas yang diberikan guru pelajaran lain sehingga tugas
matematika yang sedang mereka kerjakan tidak selesai. Begitupun dengan
aktivitas lain yang dari setiap siklusnya mengalami penurunan.
c. Refleksi
Berdasarkan data hasil angket, observasi, dan wawancara diperoleh data
tentang kemandirian siswa dalam belajar matematika pada siklus I untuk
setiap dimensi adalah sebagai berikut :
1) Inisiatif
Inisiatif siswa masih kurang, terlihat dari hasil wawancara peneliti
terhadap siswa. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut :
a) Siswa belum mempunyai target di dalam belajar, misalnya dalam hal
keinginan mereka untuk mendapatkan rangking tinggi di kelas. Hal itu
karena ketidakyakinan mereka akan kemampuan yang dimiliki.
b) Pada saat disuruh memilih antara belajar matematika dengan menonton
acara TV favorit, mereka lebih memilih untuk menonton acara tersebut.
c) Jika mendapatkan tugas matematika yang sulit dari guru, mereka lebih
memilih untuk tidak mengerjakan tugas tersebut.
2) Percaya Diri
Dari hasil observasi guru terhadap siswa, ada dua aktivitas kemandirian
yang prosentasenya masih di bawah rata-rata yang telah di tetapkan yaitu
untuk aktivitas mengacungkan tangan mengerjakan latihan di papan tulis, dan
aktivitas mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan
guru. Sedangkan untuk aktivitas menyelesaikan latihan sendiri tanpa melihat
pekerjaan orang lain, prosentasenya telah mencapai kriteria yang ditetapkan.
3) Tanggung jawab
Aktivitas kemandirian dari dimensi tanggung jawab yang dapat diamati
adalah aktivitas menyelesaikan tugas sampai selesai, hadir tepat waktu, dan
menyerahkan PR tepat waktu. Dua dari ketiga aktivitas tersebut
prosentasenya masih di bawah kriteria yang ditentukan yaitu aktivitas
menyelesaikan tugas sampai selesai dan menyerahkan PR tepat waktu. Siswa
juga mengaku malas mengerjakan soal sampai selesai apabila soal yang
mereka kerjakan sangat sukar dan siswa juga jarang diberikan PR oleh guru
mata pelajaran matematika sehingga ketika diberi PR oleh peneliti, mereka
tidak terbiasa mengerjakan PR bahkan terkadang lupa kalau telah diberikan
PR. Sedangkan untuk aktivitas hadir tepat waktu, prosentasenya telah
mencapai kriteria yang ditentukan.
Kemandirian siswa pada siklus I ini masih tergolong sedang, terlihat dari
hasil perhitungan angket kemandirian siswa pada tabel di bawah ini,
Tabel 4.3
Distribusi Angket Kemandirian Siswa Pada Siklus I
Rentang Skor Freku Frekuensi relatif
Item ensi
61 – 67 3 8.6%
68 – 74 7 20%
75 – 81 12 34.3%
82 – 88 9 25.7%
89 – 95 3 8.6%
96 – 102 1 2.8%
Jumlah 35 100%
Gambar 4.3
Siswa terlihat lebih bersemangat saat mengerjakan LKS secara berkelompok
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Siswa saat berdiskusi : Salah satu siswa sedang menjelaskan materi kepada
siswa yang belum mengerti
Gambar 4.6
Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok
4) Pertemuan kedelapan : Jumat, 3 Desember 2010
Pada pertemuan kedelapan pembelajaran tidak dilakukan seperti
biasa. Hal ini dikarenakan materi yang dibahas telah habis dan peneliti akan
memberikan tes akhir siklus II kepada siswa. Saat pembagian soal, semua
siswa tampak tenang dibandingkan saat pembagian soal pada siklus I.
Siswa diberi waktu untuk mengerjakan tes selama satu jam pelajaran atau
selama 90 menit dan siswa juga dilarang bertanya kepada teman sebangku
ataupun teman yang lain dan siswa tidak boleh membuka buku catatan saat
mengerjakan tes.
Saat pengerjaan soal berlangsung, semua siswa tampak tenang dan
mengerjakan soal dengan teliti, tidak ada lagi siswa yang bekerjasama dalam
mengerjakan soal seperti yang terjadi pada saat pengerjaan soal pada siklus I.
Setelah selesai mengerjakan tes akhir siklus II, siswa diminta untuk mengisi
angket kemandirian oleh peneliti. Sebelum pengisian angket peneliti
menjelaskan lagi cara-cara mengerjakan angket yaitu dengan memilih salah
satu jawaban yang sesuai dengan keadaan siswa dan mereka juga dilarang
bekerjasama dalam mengisi angket tersebut. Saat pengisian angket, semua
siswa mengerjakan sendiri-sendiri karena angket tersebut pengisiannya
berdasarkan keadaan dari siswa itu sendiri sehingga mereka tidak perlu
bertanya kepada teman dalam mengisi angket tersebut. Selesai mengisi angket
siswa dipersilahkan keluar kelas karena waktu pelajaran matematika telah
habis, akan tetapi beberapa orang siswa diminta untuk diwawancarai tentang
kemandirian mereka. mereka diwawancarai sesuai lembar wawancara
yang telah disiapkan peneliti.
Hasil observasi kemandirian siswa dalam belajar matematika pada
siklus II dari pertemuan pertama sampai pertemuan keempat dapat dilihat pada
tabel 4.7 di bawah ini,
Tabel 4.7
Hasil Observasi Kemandirian Siswa Pada Siklus II
Kemandirian I II III
Jml Jml Jml
Sswa Sswa Sswa
1 Membuat catatan 35 100% 30 85.7% 35 100% 95.3%
sendiri
2 Mengacungkan tangan 5 14.3% 10 28.6% 25 71.4% 38.1%
untuk mengerjakan
latihan di papan tulis
3 Berani mengacungkan 10 28.6% 12 34.3% 30 85.7% 49.5%
tangan untuk
menjawab pertanyaan
yang dilontarkan guru
saat belajar
4 Menyelesaikan latihan 30 85.7% 32 91.4% 35 100% 92.4%
sampai selesai atau
sampai tuntas
5 Hadir tepat waktu 31 88.6% 33 94.3% 35 100% 94.3%
6 Membawa buku 33 94.3% 34 97.1% 32 91.4% 94.3%
referensi lain
7 Bertanya tentang hal 12 34.3% 13 37.1% 34 97.1% 56.2%
yang tidak dimengerti
kepada guru dengan
mendatangi guru atau
dengan mengacungkan
tangan
8 Menyelesaikan latihan 30 85.7% 32 91.4% 35 100% 92.37%
sendiri tanpa melihat
pekerjaan orang lain
9 Menyerahkan PR tepat - - 25 71.4% - - 71.4%
waktu
Rata-rata Siklus II 75.98%
Dari tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa aktivitas kemandirian siswa
dalam belajar matematika yang memiliki prosentase terendah adalah pada
aktivitas menyelesaikan latihan di papan tulis. Hal tersebut dikarenakan
siswayang berada di dalam kelompok pada siklus II ini masih terlihat belum
berani menyelesaikan latihan tersebut di papan tulis untuk dipresentasikan
kepada teman-temannya karena mereka selalu mengandalkan teman atau
ketua kelompok untuk maju ke depan kelas dan ketua kelompokpun
terkadang masih terlihat tidak berani untuk mewakili kelompoknya.
Sedangkan untuk aktivitas kemandirian yang lain sudah hampir 90%
mengalami kenaikan prosentase untuk setiap pertemuannya. Akan tetapi
masih ada dua aktivitas yang prosentasenya masih mengalami penurunan
setiap pertemuan seperti aktivitas membuat catatn sendiri dan membawa
buku referensi lain. Berdasarkan hasil wawancara guru pada saat pelajaran
berlangsung, untuk aktivitas membawa buku referensi, pada saat itu ada
beberapa orang siswa yang lupa membawa buku tersebut sehingga pada
pertemuan kedua dan pertemuan ketiga tersebut prosentase kemandirian
siswa mengalami penurunan.
Rata-rata prosentase untuk akhir siklus II dari hasil observasi
kemandirian siswa dalam belajar matematika adalah sebesar 75.98%. Rata-
rata tersebut telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu
sebesar 70%, dan penelitian berhenti pada siklus II.
4. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil angket, observasi, dan wawancara diperoleh data
bahwa kemandirian siswa dalam belajar matematika pada siklus II telah
meningkat dan lebih baik dibandingkan dengan siklus I. terbukti dengan hasil
wawancara peneliti terhadap siswa yang dilakukan pada akhir siklus II. Hasil
wawancara tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Siswa telah mempunyai target dalam belajar misalnya dalam hal
keinginan untuk mendapatkan rangking tinggi di kelas. Mereka telah
merasa yakin akan kemampuan mereka.
(2) Pada saat disuruh memilih antara belajar matematika dengan menonton
acara TV favorit mereka, mereka lebih memilih untuk belajar karena
menurut mereka belajar lebih penting daripada menonton TV.
(3) Jika mendapatkan tugas matematika yang sulit dari guru, mereka berani
bertanya kepada guru ataupun mencari buku-buku di perpustakaan yang
sesuai dengan tugas mereka.
Meningkatnya kemandirian siswa juga dapat terlihat dari hasil
perhitungan angket. Hasil skor angket untuk dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini,
Tabel 4.8
Distribusi Angket Kemandirian Siswa Pada Siklus II
Rentang Skor Item Frekuensi Frekuensi relatif
69 – 76 6 17.2%
77 – 84 9 25.7%
85 – 92 8 22.9%
93 – 100 8 22.9%
101 – 108 3 8.6%
109 – 116 1 2.8%
Jumlah 35 100%
N 35
Xmin 69
Xmax 112
ഥ
ܺ 87.6
SD 10.8
Dari tabel 4.8
4. dan 4.9 di atas, diketahui bahwa skor rata
rata-rata
kemandirian siswa pada siklus II adalah sebesar 87.6. Siswa yang memiliki
kemandirian sedang adalah sebesar 14.3% dan siswa yang memiliki
kemandirian tinggi adalah sebesar 85.7%.
8 . Skor untuk kemandirian siswa
pada siklus II ini telah mencapai kriteria ketuntasan maka penelitian
dihentikan pada siklus ini.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan open
ended yang telah dilakukan pada siklus II ini,dapat tergambar dari hasil
pengamatan, dan wawancara bahwa siswa dapat lebih mandiri dengan
penerapan pendekatan open ended dan hasil pengamatan terhadap guru yang
mengajar adalah baik. Berdasarkan hasil wawancara., mereka merasa senang
dan lebih aktif belajar dengan penerapan
pen pendekatan open ended
ended. Siswa
menjadi lebih mengerti dengan materi yang dipelajari karena dengan
penggunaan pendekatan ini, siswa ikut terlibat aktif dalam mempelajari
materi.
Siswa telah mengalami peningkatan kemandirian dalam belajar
matematika. Indikator
dikator yang mengalami peningkatan lebih baik adalah pada
dimensi inisiatif untuk indikator mengerjakan sesuatu tanpa disuruh
disuruh.
Meskipun demikian, setiap indikator juga telah mengalami peningkatan skor
rata-rata. Peningkatan kemandirian siswa berdasarkan hasil
hasil observasi dari
awal penelitian sampai akhir siklus II dapat dilihat dari diagram di bawah ini,
Pra Penelitian
75.90% Siklus I
57.80%
Siklus II
20.70%
1 2 3
Bagan 4.1
Rata – rata Kemandirian Siswa
Berdasarkan Diagram1, prosentase kemandirian siswa dari awal
penelitian sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada
Pada awal penelitian,
prosentase kemandirian siswa sebesar 20.7% dan mengalami peningkatan di
siklus I menjadi 57.8% dan meningkat lagi di siklus II menjadi 75.9%.
Peningkatan kemandirian siswa berdasarkan hasil observasi dapat
dilihat dari diagram di bawah ini,
75.98%
57.79%
Observasi
Siklus I Siklus II
Bagan 4.2
Peningkatan Kemandirian Siswa Berdasarkan Hasil Observasi
79 Angket
Siklus I Siklus II
Bagan 4.3
Peningkatan Kemandirian Siswa Berdasarkan Perhitungan Angket
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
penggunaan pendekatan open ended dapat meningkatkan kemandirian siswa
dalam belajar matematika. Peningkatan kemandirian tersebut terlihat dari
perubahan cara belajar siswa yang menjadi lebih aktif saat belajar, siswa
berani bertanya tentang hal yang tidak mereka mengerti dan siswa juga berani
mengemukakan pendapatnya di depan kelas dan siswa juga menjadi lebih
disiplin dalam menyerahkan tugas yang diberikan.
Peningkatan kemandirian siswa tersebut juga dapat dilihat dari skor
hasil angket yang meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil
perhitungan angket adalah 79 dan pada siklus II menjadi 87.6. Begitupun
untuk hasil observasi, pada siklus I persentase skornya adalah 57.79% dan
meningkat di siklus II menjadi 75.98%, yang artinya kemandirian siswa
dalam belajar matematika dikatakan baik dan telah mencapai kriteria
ketuntasan yang telah ditetapkan.
B. Saran-saran
Dari kesimpulan di atas peneliti ingin memberikan saran-saran untuk
membantu keberhasilan proses pembelajaran matematika dapat tercapai.
Saran-saran tersebut diantaranya:
1. Bagi guru, hendaknya dapat menggunakan pendekatan pembelajaran open
ended dalam pembelajaran matematika. Terbukti pendekatan
pembelajaran ini mempunyai pengaruh positif terhadap kemandirian
siswa dalam belajar matematika.
2. Bagi siswa, hendaknya pendekatan pembelajaran open ended dapat
dijadikan teknik untuk mempermudah dalam memahami konsep materi
pembelajaran matematika.
3. Dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran open ended diharapkan guru dan siswa dapat
bekerjasama untuk mewujudkan kondisi belajar yang diharapkan. Guru
sebaiknya bertindak sebagai fasilitator sedangkan siswa harus bersikap
aktif dan kreatif.
4. Hendaknya pendekatan pembelajaran open ended dapat dijadikan
pertimbangan untuk lebih menciptakan suasana pembelajaran matematika
yang baru dan menyenangkan.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Sekolah : SMP PGRI 1 Tangerang Selatan
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VIII / 1
Pertemuan Kedua
Pendahuluan :
Apersepsi : Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
Motivasi : Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-
hari
Kegiatan Inti :
1. Kegiatan pendahuluan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru memberi motivasi kepada siswa dengan memberikan contoh
2. Kegiatan inti
a. Guru melakukan Tanya jawab kepada siswa tentang materi yang
dipelajari minggu lau
b. Siswa diberi LKS /Lembar Kerja
c. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara individu
d. Beberapa siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru di papan
tulis
e. Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi
hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan di papan tulis
f. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dengan
mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis
g. Guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar
3. Kegiatan Penutup
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari
pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar :
Teknik : Tertulis dan Presentasi
Bentuk Instrumen : LKS (terlampir)
Sumber Belajar :
1. Buku paket matematika kelas VIII SMP
2. LKS (Lembar Kerja Siswa) buatan guru
Pertemuan Ketiga
Pendahuluan :
Apersepsi : Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
Motivasi : Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari hari
Kegiatan Inti :
1. Kegiatan pendahuluan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Guru memberi motivasi kepada siswa dengan memberikan contoh
2. Kegiatan inti
a. Siswa diberi LKS /Lembar Kerja
b. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara individu
c. Beberapa siswa mengerjakan LKS di papan tulis
d. Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi
hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan di papan tulis
e. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dengan
mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis
f. Guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar
3. Kegiatan Penutup
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari pembelajaran
dan memberikan PR
Penilaian Hasil Belajar :
Teknik : Tertulis dan Presentasi
Bentuk Instrumen : LKS (terlampir)
Sumber Belajar :
1. Buku paket matematika kelas VIII SMP
2. LKS (Lembar Kerja Siswa) buatan guru
Pertemuan Keempat
Pendahuluan :
Apersepsi : Menyampaikan tujuan yang akan di capai
Motivasi : Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari
Kegiatan Inti :
4. Kegiatan pendahuluan
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Guru memberi motivasi kepada siswa dengan memberikan contoh
5. Kegiatan inti
g. Guru dan siswa membahas PR minggu lalu
h. Siswa diberi LKS ke-4 /Lembar Kerja
i. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara individu
j. Beberapa siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru di papan
tulis
k. Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi
hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan di papan tulis
l. Guru memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dengan
mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis
m. Guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar
n. Siswa mengerjakan tes akhir siklus I
6. Kegiatan Penutup
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari
pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar :
Teknik : Tes Tertulis dan Presentasi
Bentuk Instrumen : LKS (terlampir)
Sumber Belajar :
3. Buku paket matematika kelas VIII SMP
4. LKS (Lembar Kerja Siswa) buatan guru
Pertemuan Kelima
Pendahuluan :
Apersepsi : Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
Motivasi : Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan
Kegiatan Inti :
4. Kegiatan pendahuluan
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
d. Guru memberi motivasi kepada siswa dengan memberikan contoh
5. Kegiatan inti
h. Guru mengulang kembali konsep teorema phytagoras dengan tanya
jawab kepada siswa
i. Siswa berada dalam kelompoknya masing-masing
j. Siswa diberi LKS
k. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara kelompok
l. Salah satu kelompok mengerjakan LKS yang diberikan guru di
papan tulis
m. Guru memberi kesempatan kepada siswa lain untuk menanggapi
hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan di papan tulis
n. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dengan
mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis
o. Guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar
6. Kegiatan Penutup
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari
pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar :
a. Mendapatkan poin tambahan jika :
1. Siswa menyelesaikan latihan di papan tulis
2. Siswa bertanya
b. Tidak mendapatkan poin tambahan jika :
1. Tidak tuntas menyelesaikan latihan
2. Terlambat menyerahkan PR
Pertemuan Ketujuh
Pendahuluan :
Apersepsi : Menyampaikan tujuan yang akan dicapai
Motivasi : Menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-
hari
Kegiatan Inti :
7. Kegiatan pendahuluan
e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
f. Guru memberi motivasi kepada siswa dengan memberikan contoh
8. Kegiatan inti
p. Siswa diberi LKS
q. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru secara kelompok
r. Salah satu kelompok mengerjakan LKS yang diberikan guru di
papan tulis
s. Guru memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk
menanggapi hasil kerja siswa yang telah dipresentasikan di papan
tulis
t. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk
menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda dengan
mempresentasikan hasil kerjanya di papan tulis
u. Guru mengarahkan siswa pada jawaban yang benar
9. Kegiatan Penutup
Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dari
pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar :
a. Mendapatkan poin tambahan jika :
1. Siswa menyelesaikan latihan di papan tulis
2. Siswa bertanya
b. Tidak mendapatkan poin tambahan jika :
1. Tidak tuntas menyelesaikan latihan
2. Terlambat menyerahkan PR
a b
c
b b
a a
a b
e. Isilah titik- titik untuk mencari hubungan antara a, b, dan c
Luas persegi besar = luas persegi kecil + (4 x Luas segitiga)
ǥǤܾݔ
( a +…)2 = (….)2 + ቂͶ… ݔ. ቃ
a2 + 2ab + b2 = (…)2 + …
(…)2 + (…)2 = (…)2 +…- …
2 2
(…) + (…) = (c)2
2. Cara II
d
a
c
e
b
1. ሺܿ ݀ሻȀb = b/c
c+d = b2/c pers ........1)
2. e/a = c/b
e = a x c/b pers............2)
3. a/d =b/e
e = b x d/a pers............3)
dari persamaan 2&3
a x c/b = b x d/a
(a)2 x … = (…)2 x d
(…)2 x c = b2 ((c + d) - c)
(a)2 x … = b2 (c + d) – (b)2 x c
(..)2 x c + (..)2 x c = b2(..+...)
(a2 + b2) c = b2(..+...)
a2 + b2 = (b2/c) (c+d)
(..)2 + (..)2 = (…+…) (c+d).......lihat pers 1
kesimpulan
================
…2 + …2 = (c+d)2
================
3. Cara III
Perhatikan daerah diasir putih, sebuah belah ketupat dengan panjang sisi C
Maka kita tau bahwa luas belahketupat ditambah luas 4 segitiga siku-siku
sama denagn luas bujur sangkar
(… ) + ⋯
= (ǥ )2
(C)2 + 2AB = A2 + …AB + (…)2
C2 + 2AB – 2AB = A2 + (…)2
(…)2 = (A)2 + (…)2
Penyelesaian :
1. Cara I :
Cara II :
kesimpulan
================
a2 + b2 = (c+d)2 merupakan rumus dari teorema Pythagoras
================
Cara III :
ܤܣ
ሺܥሻ2 + 4 2
= ( ܣ )ܤ2
(C)2 + 2AB = A2 + 2AB + (B)2
C2 + 2AB – 2AB = A2 + (B)2
(C)2 = (A)2 + (B)2
Maka rumus pytagoras adalah (C)2 = (A)2 + (B)2
Jadi dapat disimpulkan bahwa rumus dari teorema pythagoras dapat dicari dengan
beberapa cara yang berbeda
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 2)
A C
D
A. Cara I
(BD)2 = (…)2 + (…)2 dan (…)2 = (BC)2 + (…)2
BD = √… + ⋯ …= √… + ⋯
B. Cara II
(BC)2 = (BO)2 + (…)2 dan (BA)2 = (OA)2 + (…)
BC = √… + ⋯ BA = √… + ⋯
M
b. (…)2 = (LM)2 + (…)2
… = ඥ ܯܮ2 + ⋯
… = ඥ 72 + 242
… = √625
…=…
Maka sisi miring segitiga tersebut adalah … cm
B. Cara II
a.
K L
M
b. (…)2 = (KM)2 - (…)2
…2 = ܯܭ2 െ ܯܮ2
72 = 가 ܯ2 − 242
72 + (…)2 = ܯܭ2
… = ܯܭ2
… = √ܯܭ
Maka sisi miring segitiga tersebut adalah … cm
Lampiran 7
Penyelesaian :
1. Cara I
KM = ඥ ܯܮ2 ܮܭ2
KM = ඥ 72 + 242
KM = √625
KM = 25
Maka sisi miring segitiga tersebut adalah 25 cm
Cara II
c. (KL)2 = (KM)2 - (LM)2
2
ܮܭ2 = ܭ〱 െ ܯܮ2
72 = ܯܭ2 − 242
72 + 242 = ܯܭ2
2
256 = ܯܭ
25 = √ܯܭ
Maka sisi miring segitiga tersebut adalah 25 cm
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 3)
Menentukan Panjang Sisi Segitiga Siku-Siku Jika Dua Sisi Lain Diketahui
1. Pada gambar di bawah ini, hitunglah nilai x dengan menggunakan teorema
Pythagoras !
D C
A B
Tentukan panjang BD !
Cara I : perhatikan Δ ABD Cara II : perhatikan Δ ABD
(BD2 = (AB)2 + (…)2 (BD)2 = (DC)2 - (…)2
C
2.
30 cm 40 cm
A D B
Hitunglah panjang CD !
Cara I : perhatikan segitiga ADC Cara II : perhatikan segitiga BDC
(CD)2 = (AC)2 – (…)2 (CD)2 = (CB)2 - (…)2
Lampiran 9
Penyelesaian :
1. Menentukan panjang BD !
2. Cara I :
Cara II :
3. Menentukan panjang CD !
Cara I :
(CD)2 = (AC)2 - (AD)2
= (30)2 - (18)2
= 900 - 324
= 576
CD = √576
CD = 24 cm
Cara II :
(CD)2 = (CB)2 - (BD)2
= (40)2 – (32)2
= 1600 –1024
= 576
CD = √576
CD = 24 cm
Lampiran 10
2.
Penyelesaian :
1. Cara I : perhatikan segitiga BCG Cara II : perhatikan segitiga BFG
(BG)2 = (BC)2 + (CG)2 (BG)2 = (BF)2 + (FG)2
(BG)2 = (2)2 + (2)2 (BG)2 = (2)2 + (2)2
BG = √4 + 4 BG = √4 + 4
BG = √8 BG = √8
BG = 2√2 cm BG = 2√2 cm
1.
2.
Pada gambar di atas balok ABCD.EFGH dengan bidang alas ABCD dan sisi
atas EFGH. Panjang rusuk AB = 8 cm, BC = 6 cm, dan CG = 4 cm. hitunglah
panjang diagonal ruang AC !
Cara I : perhatikan segitiga ACG Cara II : perhatikan segitiga AGE
Lampiran 15
Penyelesaian :
1. Cara I : Cara II :
Panjang AC
(AC)2 = (AB)2 + (BC)2 Panjang CH = panjang AC
(AC)2 = (5)2 + (5)2
(AC)2 = 25 + 25 Maka panjang EC adalah
(AC)2 = 50 (EC)2 = (EH)2 + (CH)2
AC = √50 (EC)2 = (5)2 + ( 5√2 )2
AC = 5√2 cm EC = √25 + √50
Maka panjang EC adalah EC = √75
(EC)2 = (AC)2 + (AE)2 EC = 5√3 cm
(EC)2 =( 5√2 )2 + (5)2
EC = √50 + √25
EC = √75
EC = 5√3 cm
2. Cara I :
Panjang AC
(AC)2 = (AB)2 + (BC)2 Panjang EG = panjang AC
(AC)2 = (8)2 + (6)2
(AC)2 = 64 + 36 Maka panjang AG adalah
(AC)2 = 100 (AG)2 = (EG)2 + (AE)2
AC = √100 (AG)2 = (10)2 + (4)2
AC = 10 cm AG = √100 + √16
Maka panjang AG adalah AG = √116 cm
(AG)2 = (AC)2 + (CG)2
(AG)2 =(10)2 + (4)2
AG = √100 + √16
AG = √116 cm
LEMBAR KERJA SISWA (LKS 7)
Menyelesaikan persoalan sehari-hari dengan dalil phytagoras
1. Akibat perluasan kota, seorang penduduk Jakarta terpaksa menjual tanahnya
pada pengembang. Dia melakukan pengukuran terhadap tanahnya sehingga
diperoleh keterangan seperti tampak pada gambar di bawah ini, jika harga
tanah tiap m2 adalah Rp.2.000.000,00 berapakah ia menerima pembayaran
bersih setelah dipotong biaya adaministrasi sebesar 10% ?
Cara I :
Perhatikan segitiga AOD untuk mencari tinggi trapesium, maka luas
ሺାେୈሻ୶ୈ
trapesium ABCD adalah : ଶ
Cara II :
Perhatikan segitiga DOC untuk mencari tinggi trapesium, maka luas
ሺାେୈሻ୶େ
trapezium ABCD adalah : ଶ
2. Sebuah papan pengumuman digantungkan pada sebuah paku oleh seutas tali
seperti tampak pada gambar, ABCD adalah papan pengumuman berbentuk
persegi panjang dengan panjang AC = 100 cm, BC = 60 cm, dan AE = 30
cm. Panjang tali minimal yang dibutuhkan adalah…
Cara I :
Untuk mencari panjang DC perhatikan segitiga ADC, lalu tentukan
panjang CE dengan memperhatikan segitiga EFC
Cara II :
Untuk mencari panjang AB perhatikan segitiga ABC, lalu tentukan
panjang DE dengan memperhatikan segitiga DFE
Penyelesaian :
1. Cara I :
Harga tanah per m2 Rp2.000.000
Luas tanah adalah
(AB + CD) x AD
L trapesium = 2
(108 + 72) x 54
= 2
= 4860 m2
Harga tanah 4860 m2 adalah = 4860 x 2.000.000 = Rp9.720.000.000
Adm = 10%
ଵ
= ଵ x 9.720.000.000
= Rp972.000.000
Maka orang tersebut menerima bayaran bersih sebesar,
Rp9.720.000.000 - Rp972.000.000 = Rp8.748.000.000
2. Cara II :
Harga tanah per m2 Rp2.000.000
Luas tanah adalah
(AB + CD) x CO
L trapesium = 2
(108 + 72) x 54
= 2
= 4860 m2
Harga tanah 4860 m2 adalah = 4860 x 2.000.000 = Rp9.720.000.000
Adm = 10%
ଵ
= ଵ x 9.720.000.000
= Rp972.000.000
Maka orang tersebut menerima bayaran bersih sebesar,
Rp9.720.000.000 - Rp972.000.000 = Rp8.748.000.000
Cara I ;
Untuk menentukan panjang CE
(DC)2 = (AC)2 – (AD)2
(DC)2 = (100)2 – (60)2
DC = √10000 − 3600
DC = √6400
DC = 80 cm
Maka panjang DF dan FC adalah 40 cm
Untuk panjang CE adalah :
(CE)2 = (EF)2 + (FC)2
(CE)2 = (30)2 + (40)2
CE = √2500
CE = 50 cm
Cara I I;
Untuk menentukan panjang DE
(DE)2 = (DF)2 + (EF)2
(DE)2 = (40)2 + (30)2
CE = √2500
CE = 50 cm
SOAL TES AKHIR SIKLUS I
Kerjakan soal di bawah ini dengan berbagai cara yang kamu ketahui !
1. Menggunakan teorema pythagoras
2. Menentukan panjang salah satu sisi segitiga jika sisi lain diketahui
3. Menghitung panjang salah satu sisi segitiga jika sisi lain diketahui
ABCD adalah bangun trapesium. Tentukan panjang OC !
8 cm 10 cm
15 cm
KUNCI JAWABAN TES AKHIR SIKLUS I
1. Cara I : Cara III :
BC2 = OC2 + OB2 BD2 = AB2 + AD2
BC = √ܱ ܥ ܱܤ BD = √ ܤܣ ܦܣ
Cara II : Cara IV :
BA2 = OA2 + OB2 BD2 = CD2 + BC2
BC = √ܱ ܣ ܱܤ BD = √ ܦܥ ܥܤ
2. Cara I : Cara II :
Dengan memperhatikan ΔPQS Dengan memperhatikan ΔQRS
(SQ)2 = (PS)2 - (PQ)2 (SQ)2 = (SR)2 - (QR)2
(SQ)2 = (10)2 - (6)2 (SQ)2 = (17)2 - (15)2
(SQ)2 = 100 – 36 (SQ)2 = 289 – 225
(SQ)2 = 64 (SQ)2 = 64
SQ = √64 SQ = √64
SQ = 8 cm SQ = 8 cm
3. Cara I : Cara II :
Dengan memperhatikan AOC Dengan memperhatikan OBC
(OC)2 = (AC)2 - (AO)2 (OC)2 = (BC)2 - (OB)2
(OC)2 = (17)2 - (15)2 (OC)2 = (10)2 - (6)2
(OC)2 = 289 – 225 (OC)2 = 100 – 36
(OC)2 = 64 (OC)2 = 64
SQ = √64 SQ = √64
SQ = 8 cm SQ = 8 cm
SOAL TES AKHIR SIKLUS II
1. Menentukan panjang diagonal bidang suatu bangun ruang, kubus dan balok
2. Menentukan panjang diagonal bidang suatu bangun ruang, kubus dan balok
Jika diketahui panjang balok di bawah ini adalah 8 cm, lebarnya 6 cm dan
tingginya 6,5 cm. tentukan panjang QS !
Cara I : Cara II :
Cara I :
= 4860 m2
Harga tanah 4860 m2 adalah = 4860 x 2.000.000 = Rp9.720.000.000
Adm = 10%
10
= 100 x 9.720.000.000
= Rp972.000.000
Maka orang tersebut menerima bayaran bersih sebesar,
Rp9.720.000.000 - Rp972.000.000 = Rp8.748.000.000
Cara II :
= 4860 m2
Harga tanah 4860 m2 adalah = 4860 x 2.000.000 = Rp9.720.000.000
Adm = 10%
10
= 100 x 9.720.000.000
= Rp972.000.000
Maka orang tersebut menerima bayaran bersih sebesar,
Rp9.720.000.000 - Rp972.000.000 = Rp8.748.000.000
LEMBAR OBSERVASI PENGAMATAN AKTIVITAS KEMANDIRIAN
SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA SAAT PENELITIAN
PENDAHULUAN
Sekolah : SMP PGRI 1 Ciputat Mata Pelajaran : Matematika
Hari / Tanggal : kamis/5 Agustus 2010 Kelas / Semester : VIII-9 / 1
Keterangan
1 Siswa membuat catatan
sendiri materi yang
dijelaskan guru
2 Siswa menyelesaikan latihan
di papan tulis
3 Siswa menjawab pertanyaan
yang dilontarkan oleh guru
saat proses belajar mengajar
4 Siswa menyelesaikan tugas
yang diberikan guru sampai
selesai
5 Siswa hadir tepat waktu
dalam proses belajar
mengajar
6 Membawa buku tambahan
lain
7 Siswa menanyakan hal yang
tidak dimengerti
8 Menyelesaikan latihan
sendiri
9 Menyerahkan PR tepat waktu
HASIL PENGAMATAN AKTIVITAS GURU DALAM MENGELOLA
OPEN ENDED SIKLUS I
PERTEMUAN PERTAMA
3. Apa yang akan kamu lakukan jika besok ada ulangan matematika sementara
ada acara TV favorit kamu ? jelaskan jawabanmu !
Jawab : saya akan belajar, setelah selesai belajar saya baru akan
menonton TV
4. Jika kamu kesulitan dalam belajar, apa yang akan kamu lakukan ? Jelaskan !
Jawab : saya akan bertanya kepada teman, kalau teman tidak tahu,
saya akanbertanya kepada guru.
Siswa 2
3. Apa yang akan kamu lakukan jika besok ada ulangan matematika sementara
ada acara TV favorit kamu ? jelaskan jawabanmu !
Jawab : saya akan menonton TV dahulu, setelah selesai saya baru akan
belajar
4. Jika kamu kesulitan dalam belajar, apa yang akan kamu lakukan ? Jelaskan !
Jawab : saya akan mengingat catatan yang sudah pernah diberikan
oleh guru
Siswa 3
Nama : Harun W
Kelas : VIII-9
Hari / Tanggal : Jumat / 19 November 2010
3. Apa yang akan kamu lakukan jika besok ada ulangan matematika sementara
ada acara TV favorit kamu ? jelaskan jawabanmu !
Jawab : saya akan menonton TV, setelah selesai saya baru akan belajar
4. Jika kamu kesulitan dalam belajar, apa yang akan kamu lakukan ? Jelaskan !
Jawab : saya akan bertanya kepada teman.
HASIL WAWANCARA SISWA AKHIR SIKLUS II
Siswa 1
7. Apa yang akan kamu lakukan jika besok ada ulangan matematika sementara
ada acara TV favorit kamu ? jelaskan jawabanmu !
Jawab : saya lebih memilih untuk belajar karena ulangan lebih penting
bagi saya
8. Jika kamu kesulitan dalam belajar, apa yang akan kamu lakukan ? Jelaskan !
Jawab : saya akan bertanya kepada teman, kalau teman tidak tahu,
saya akan mencari buku-buku di perpustakaan yang berhubungan dengan
pelajaran tersebut atau saya akan bertanya kepada guru.
Siswa 2
7. Apa yang akan kamu lakukan jika besok ada ulangan matematika sementara
ada acara TV favorit kamu ? jelaskan jawabanmu !
Jawab : saya akan belajar dahulu, setelah selesai saya baru akan
menonton TV
8. Jika kamu kesulitan dalam belajar, apa yang akan kamu lakukan ? Jelaskan !
Jawab : saya akan mengingat catatan yang sudah pernah diberikan
oleh guru atau saya akan bertanya kepada guru
Siswa 3
Nama : Harun W
Kelas : VIII-9
Hari / Tanggal : Jumat / 3 Desember 2010
5. Apakah kamu mempunyai keinginan untuk mendapatkan rangking tinggi di
kelas ? Kalau iya Jelaskan jawabanmu !
Jawab : iya, karena saya ingin membanggakan orang tua
7. Apa yang akan kamu lakukan jika besok ada ulangan matematika sementara
ada acara TV favorit kamu ? jelaskan jawabanmu !
Jawab : saya akan belajar, setelah selesai saya baru akan menonton TV
8. Jika kamu kesulitan dalam belajar, apa yang akan kamu lakukan ? Jelaskan !
Jawab : saya akan bertanya kepada teman.
HASIL WAWANCARA GURU SAAT PENELITIAN PENDAHULUAN
Peneliti : Bagaimana kemandirian siswa dalam belajar matematika kelas VIII-9
ini Pak ?
Guru : agak kurang contohnya, siswa suka datang terlambat dan jarang
menyerahkan tugas
Peneliti : Kesulitan apa saja yang dialami siswa dalam belajar matematika selama
ini ?
Guru : dasarnya belum kuat dari SD contohnya masih ada siswa yang tidak
hapal perkalian dan siswa juga tidak terbiasa memahami konsep
Peneliti : Metode mengajar apa yang Bapak terapkan dalam kegiatan belajar
mengajar ?
Guru :ceramah, tanya jawab dan diskusi
Peneliti : Apakah Bapak pernah mencoba menerapkan belajar kelompok , dan
bagaimana reaksi siswa?
Guru : pernah, akan tetapi siswa lebih banyak mengandalkan temannya saat
mengerjakan latihan yang diberikan
Peneliti : Kendala/kesulitan apa saja yang Bapak hadapi dalam mengajarkan
matematika di kelas VIII-9 ini ?
Guru : pengkondisian kelas yang tidak kondusif untuk belajar, siswa sulit
diatur ketika belajar, dan masih ada siswa yang bercanda ketika sedang
belajar
Peneliti : Apa saja kendala/kesulitan yang dihadapi siswa kelas VIII-9 dalam
memahami konsep bahasan pada pelajaran matematika ?
Guru : sama karena dasarnya belum kuat dari SD
Peneliti : Apakah siswa selalu tepat waktu mengumpulkan tugas yang Bapak
berikan ?
Guru : masih banyak siswa yang tidak menyerahkan PR, walaupun sudah
diberi peringatan
Peneliti : Apakah Bapak memberikan umpan balik terhadap setiap pekerjaan
siswa dan bagaimana sikap siswa ?
Guru :ya, seperti memberikan tanda tangan atau nilai dan mereka senang.
KISI-KISI ANGKET KEMANDIRIAN SISWA
DALAM BELAJAR MATEMATIKA SEBELUM UJI VALIDITAS
No Dimensi Indikator No Pernyataan Jml
+ -
1 Inisiatif d. Tidak 1, 4, 10 3, 11 5
bergantung
pada orang lain 2, 5, 6, 7 8, 9 6
e. Mengerjakan
sesuatu tanpa
disuruh
12, 13, 14 15, 16 5
f. Keaktifan
mencari
pengetahuan
2 Percaya d. Membuat target 19, 20, 21 22, 23 5
Diri
dalam belajar
5
e. Keberanian 27, 29, 31 28, 30 5
6
mengemukakan
pendapat
f. Berani
25, 32, 33, 17, 18 6
mencoba 34
3 Tanggung d. Tekun 35, 42, 39 40, 41 5
Jawab
e. Tepat waktu 37, 44 36, 45 4
f. Berani 26, 43 24, 38 4
mengambil
resiko
Total 26 19 45
ANGKET KEMANDIRIAN SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA
SETELAH UJI VALIDITAS
Penjelasan
Angket ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemandirian kamu pada
pelajaran matematika
Jawaban kamu akan dirahasiakan dengan baik dan tidak mempengaruhi nilai
kamu pada pelajaran matematika
Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan yang kamu alami
dalam belajar matematika
Sebelum mengisi angket, kamu diminta mengisi identitas terlebih dahulu
Identitas
Jenis Kelamin :
Kelas :
Usia :…tahun
Petunjuk
Tuliskan pendapat kamu terhadap setiap pertanyaan (pernyataan) dengan cara
memberikan tanda (√) pada lembar jawaban sebagai berikut :
SSR : Jika sangat sering
SR : Jika sering
J : Jika jarang
SJ : Jika sangat jarang
No Pertanyaan (pernyataan) Alternatif Jawaban
SSR SR J SJ
1 Saya membawa peralatan belajar dengan
lengkap ke sekolah
2 Jika besok ada pelajaran matematika di
sekolah, saya mempelajarinya terlebih
dahulu di rumah
3 Saya lupa membawa peralatan belajar ke
sekolah
4 Saya membuat sendiri jadwal belajar
harian di rumah
5 Saya belajar matematika tanpa diperintah
oleh orang tua
6 Pada saat guru menjelaskan pelajaran
matematika, saya mencatat poin-poin
penting.
7 Pelajaran matematika di sekolah saya
ulang kembali di rumah.
8 Jika tidak di suruh oleh guru mencatat
pelajaran, sya tidak mencatat
9 Saya baru akan belajar jika disuruh orang
tua
10 Saya mengerjakan sendiri latihan soal
matematika yang diberikan guru di kelas
11 Jika diberi soal matematika untuk
dikerjakan di kelas, saya meminta bantuan
teman
12 Untuk memahami pelajaran matematika,
saya berusaha mencari buku-buku di
perpustakaan
13 Jika belum faham tentang pelajaran yang
sedang di ajarkan, saya akan bertanya
kepada guru
14 Saya membuat kelompok belajar untuk
membahas soal-soal matematika yang
sulit
15 Untuk belajar matematika, saya hanya
menggunakan buku paket yang
dipinjamkan oleh guru di sekolah
16 Ketika tidak mengerti tentang pelajaran
matematika di sekolah, saya hanya diam
dan tidak mau bertanya kepada teman
ataupun guru
17 Dalam mengerjakan latihan matematika,
soal-soal yang sulit tidak saya kerjakan
18 hanya soal matematika yang mudah saja
yang saya kerjakan
19 Saya berusaha mendapatkan rangking tiga
besar di kelas
20 Saya harus mendapatkan nilai matematika
yang tinggi pada setiap ulangan
21 Saya harus masuk di sekolah favorit
ketika lulus nanti
22 Tidak mungkin bagi saya untuk
mendapatkan rangking tiga besar
23 Bagi saya tidak jadi masalah apabila nilai
ulangan matematika saya di bawah
standar KKM
24 Saya tidak mau mengurangi waktu
bermain hanya untuk mengerjakan tugas
matematika dari guru
25 Ketika menemukan soal-soal yang sulit
dalam ulangan matematika, saya berusaha
untuk menyelesaikannya
26 Saya rela membeli buku penunjang
matematika walaupun uang jajan
berkurang
27 Saya langsung meminta penjelasan guru
jika ada materi matematika yang tidak
sesuai dengan pembahasan di buku
28 Saat guru menyuruh bertanya, saya tidak
mau bertanya
29 Saya langsung menanyakan penjelasan
guru yang belum saya mengerti ketika
sedang belajar
30 Saya hanya diam jika tidak mengerti dari
penjelasan guru disaat sedang belajar
matematika
31 Pada saat diskusi pelajaran matematika di
kelas, saya menjawab pertanyaan yang
dilontarkan oleh teman
32 Dalam mengerjakan soal matematika,
saya berusaha memecahkannya dengan
berbagai soal yang mungkin
33 Saya akan memecahkan sendiri soal-soal
matematika yang sulit sampai menemukan
jawabannya
34 Saya menyerah jika menemukan soal
yang sulit pada saat ulangan matematika
35 Saya tidak akan melakukan pekerjaan lain
yang tidak berguna sebelum tugas
matematika selesai
36 Tugas matematika yang diberikan guru
saya kerjakan sewaktu-waktu sesuka hati
saya
37 Saya selalu menyerahkan PR tepat waktu
38 Saya menonton TV sampai larut malam
walaupun besok ada ulangan matematika
39 Walaupun besok tidak ada ujian
matematik, saya tetap belajar
40 Soal-soal matematika yang sulit membuat
saya malas belajar
41 Saya belajar matematika hanya jika besok
ada ujian
42 Waktu senggang saya manfaatkan untuk
mendiskusikan materi yang sulit bersama
teman
43 Saya akan mengorbankan waktu bermain
untuk belajar jika waktu belajar telah
datang
44 Saya masuk kelas sebelum guru datang
45 Saya terlambat datang ke sekolah
KISI-KISI ANGKET KEMANDIRIAN SISWA
DALAM BELAJAR MATEMATIKA SETELAH UJI VALIDITAS
No Dimensi Indikator No Pernyataan J
+ - ml
1 Inisiatif a. Tidak 7 2, 3
8
bergantung
pada orang lain
b. Mengerjakan
1, 3, 5
sesuatu tanpa 4, 5 6
disuruh
c. Keaktifan
4
mencari
9, 10, 12
pengetahuan 11
Percaya d. Membuat 15, 16 17 3
2 Diri
target dalam
4
belajar
e. Keberanian
mengemukaka 21, 23 22, 24 4
n pendapat
f. Berani
19, 25 13, 14
mencoba
Tanggung g. Tekun 26, 27 28 3
3 Jawab
h. Tepat waktu 29 30 2
i. Berani 20 18 2
mengambil
resiko
Total 18 12 30
ANGKET KEMANDIRIAN SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA
SETELAH UJI VALIDITAS
Penjelasan
Angket ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemandirian kamu pada
pelajaran matematika
Jawaban kamu akan dirahasiakan dengan baik dan tidak mempengaruhi nilai
kamu pada pelajaran matematika
Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan yang kamu alami
dalam belajar matematika
Sebelum mengisi angket, kamu diminta mengisi identitas terlebih dahulu
Identitas
Jenis Kelamin :
Kelas :
Usia :…tahun
Petunjuk
Tuliskan pendapat kamu terhadap setiap pertanyaan (pernyataan) dengan cara
memberikan tanda (√) pada lembar jawaban sebagai berikut :
SSR : Jika sangat sering
SR : Jika sering
J : Jika jarang
SJ : Jika sangat jarang
No Pertanyaan (pernyataan) Alternatif Jawaban
SSR SR JR SJ
1 Jika besok ada pelajaran matematika di
sekolah, saya mempelajarinya terlebih
dahulu di rumah
2 Saya lupa membawa peralatan belajar ke
sekolah
3 Saya belajar matematika tanpa diperintah
oleh orang tua
4 Pada saat guru menjelaskan pelajaran
matematika, saya mencatat poin-poin
penting.
5 Pelajaran matematika di sekolah saya ulang
kembali di rumah.
6 Saya baru akan belajar jika disuruh orang tua
7 Saya mengerjakan sendiri latihan soal
matematika yang diberikan guru di kelas
8 Jika diberi soal matematika untuk dikerjakan
di kelas, saya meminta bantuan teman
9 Untuk memahami pelajaran matematika,
saya berusaha mencari buku-buku di
perpustakan
10 Jika belum faham tentang pelajaran yang
sedang diajarkan, saya akan bertanya kepada
guru
11 Saya membuat kelompok belajar untuk
membahas soal-soal matematika yang sulit
12 Ketika tidak mengerti tentang pelajaran
matematika di sekolah, saya hanya diam dan
tidak mau bertanya kepada teman ataupun
guru
13 Dalam mengerjakan latihan matematika,
soal-soal yang sulit tidak saya kerjakan
14 hanya soal matematika yang mudah saja
yang saya kerjakan
15 Saya berusaha mendapatkan rangking tiga
besar di kelas
16 Saya harus mendapatkan nilai matematika
yang tinggi pada setiap ulangan
17 Bagi saya tidak jadi masalah apabila nilai
ulangan matematika saya di bawah standar
KKM
18 Saya tidak mau mengurangi waktu bermain
hanya untuk mengerjakan tugas matematika
dari guru
19 Ketika menemukan soal-soal yang sulit
dalam ulangan matematika, saya berusaha
untuk menyelesaikannya
20 Saya rela membeli buku penunjang
matematika walaupun uang jajan berkurang
21 Saya langsung meminta penjelasan guru jika
ada materi matematika yang tidak sesuai
dengan pembahasan di buku
22 Saat guru menyuruh bertanya, saya tidak
mau bertanya
23 Saya langsung menanyakan penjelasan guru
yang belum saya mengerti ketika sedang
belajar
24 Saya hanya diam jika tidak mengerti dari
penjelasan guru di saat sedang belajar
matematika
25 Dalam mengerjakan soal matematika, saya
berusaha memecahkannya dengan berbagai
soal yang mungkin
26 Saya tidak akan melakukan pekerjaan lain
yang tidak berguna sebelum tugas
matematika selesai
27 Walaupun besok tidak ada ujian matematik,
saya tetap belajar
28 Saya belajar matematika hanya jika besok
ada ujian
29 Saya masuk kelas sebelum guru datang
30 Saya terlambat datang ke sekolah
Reliabilitas