Anda di halaman 1dari 24

49

BAB III
FUNGSI ANALITIK

Telah disebutkan pada bab II sebelumnya bahwa pemahaman materi-


materi fungsi real merupakan dasar untuk memahami materi fungsi kompleks.
Dalam hubungan ini, maka untuk memahami materi-materi yang berhubungan
dengan fungsi kompleks, hendaknya para pembaca telah memahami materi-materi
tersebut yang berlaku pada fungsi real. Materi-materi yang berhubungan langsung
dengan fungsi real yang akan dibahas pada bab ini meliputi limit, kekontinuan,
pendiferensialan, fungsi analitik dan semua aturan yang berlaku di dalamnya.

3.1. Limit dan Kekontinuan Fungsi Kompleks

Konsep limit fungsi kompleks dapat disajikan seperti pada penyajian limit
fungsi real dengan memandang himpunan domain dan codomain yaitu C  R 2 .
Misalkan suatu fungsi kompleks f : C  C dengan w  f (z ) , dan misalkan
titik tetap z 0  D f . Andaikan sekarang variabel z mendekati z 0 pada bidang z,
maka untuk setiap z  D f fungsi itu menghasilkan suatu titik f (z ) pada bidang
w . Selanjutnya jika nilai-nilai f (z ) ini mendekati suatu bilangan tertentu L di

dalam bidang w , maka dapat dikatakan bahwa untuk z mendekati z 0 , limit

f (z ) adalah L dan dituliskan :

L i m f ( z)  L
z  z 0
................................................
(3.1)
Definisi limit ini juga ekivalen dengan definisi limit pada fungsi real dengan
menyesuaikan dari peubah real ke peubah kompleks. Definisi ini menyatakan :
L i m f ( z)  L
z  z 0
jika dan hanya jika untuk setiap   0 terdapat   0 sedemikian

sehingga untuk setiap z  D f dengan 0  z  z0   berlaku f ( z)  L   atau


penulisan bentuk bakunya adalah :
L i m f ( z)  L 
z  z 0
  0 ,    0  z  D f 0  z  z0   

f ( z)  L   .
50

Arti geometri dari daerah yang dibentuk oleh 0  z  z0   dan


f ( z)  L   ,

tentu agak berbeda pada fungsi real. Arti geometri dan berbagai penyesuaian dari
peubah real ke peubah kompleks pada definisi limit di atas lebih jelas lagi pada
uraian contoh yang disajikan berikut ini :
Contoh 1.

Buktikan bahwa Lz 
i m z2  c2
c
untuk sembarang konstate c.
Bukti.
L i m z2  c2 
z  c
  0 ,    0  z  D f 0  z c    z2  c2   .

Kita ketahui bahwa z2  c2  z  c zc , sehingga dapat dinyatakan bahwa,


L i m z 2  c 2    0 ,    0 sehingga 0  z c   
z  c

zc zc  .

Pilih   1 yaitu 0  z  c   1 sehingga untuk titik-titik z di atas berlaku :


zc  z  c  2c  z  c  2c  1 2 c

Dengan demikian untuk z  c 1 berlaku


z 2
c 2
 zc z  c   1 2 c  zc  


Bentuk ini dipenuhi pula  1  2 c  zc   atau zc 
1 2 c
  
Pilih   min  1 ,  sehingga
 1 2 c 
 
  
z2  c 2  z  c z  c   1  2 c      

1  2 c 

Jadi terbuktilah bahwa Lz 


i m z2  c2
c

Karena C  R 2 , maka f : C  C dapat dituliskan menjadi f : R 2  R 2 .


Dalam kaitan ini, maka bilangan kompleks z dan f (z ) merupakan titik-titik
pada bidang kompleks berlainan, begitu pula z 0 dan L seperti telah disebutkan di
atas. Jarak antara titik z dan z 0 dapat didekati dari segalah arah, sehingga arti
geometri dari daerah z  z0 adalah berupa suatu cakram dalam bidang z.
Begitu pula f ( z)  L pada bidang w yang dapat ditunjukkan sebagai berikut :
z  ( x, y )  x  yi
51

z 0  ( a, b)  a  bi
z  z 0   x  a   i  y  b

z  z0   x  a 2   y  b 2
Karena z  ( x, y ) dan z 0  (a, b) , maka bentuk limit fungsi kompleks (3.1) di
atas dapat ditulis menjadi :
L i m f ( z)  L i m f ( z)  L
z  z 0 ( x , y )  ( a ,b )
................................

(3.2)
Fungsi f (z ) pada limit ini didekati dari segalah arah melalui titik ( a, b) . Dalam
hal ini f (z ) dapat didekati pada dua jalur yaitu sepanjang garis x  a dan y b.

Dan limitnya ada jika kedua limit yang didekati menurut kedua jalur itu sama.
Contoh 2.
x  y 1
Hitung L i m
z  i z i
Jawab
x  y 1 x  y 1
L i m = L i m
z  i z i ( x , y )  ( 0 ,1 ) x  ( y  1) i

Didekati dari beberapa garis yang melalui (0,1) diantaranya sepanjang garis x  0
dan sepanjang garis y  1 sebagai berikut :
x  y 1 y 1
Sepanjang garis x  0 ; L i m = L i m
( y  1) i
=
z  i z i y  1

1
L i m  i
y  1 i
x  y 1 x
Sepanjang garis y  1 ; L i m
= Li m = Lx i m0 1  1
z i z 
x  0i x
x  y 1
Karena limitnya tidak sama atau  i  1 , maka L i m tidak ada.
z  i z i
Secara operasional bentuk limit (3.2) di atas dapat juga dikerjakan secara
parsial menurut komponen-komponen R ( z ) dan I ( z ) , yakni mencari limit untuk
fungsi real dari dua peubah real yang dibentuk oleh fungsi f (z ) tersebut. Tentu
saja f (z ) harus dinyatakan dalam bentuk f (z ) = U ( x, y )  iV ( x, y ) . Begitu
pula nilai limit yang diperoleh berbentuk L  L1  i L2 sehingga limit fungsi
kompleks (3.2) di atas dapat dinyatakan menjadi :
L i m U ( x, y )  iV ( x, y )  L1  i L2 jika dan hanya jika
( x , y )  ( a , b)
52

L i m U ( x, y )  L1 dan L i m V ( x, y )  L 2
( x , y)  (a , b) ( x , y )  ( a , b)

.................. (3.3)
Rumus (3.3) di atas menyatakan bahwa jika suatu fungsi f mempunyai limit L ,
maka komponen-komponen real dan imajiner U dan V pada f mendekati
bagian-bagian real dan imajiner L1 dan L 2 pada L dan sebaliknya. Berdasarkan
teorema ini, maka limit suatu fungsi kompleks f (z ) dapat dihitung secara parsial
dengan mendekati masing-masing bagian real dan imajiner U dan V dari segala
arah yang melalui titik z 0  (a, b) .
Contoh 3.
z2 1
Buktikan bahwa L i m tidak ada.
z  i x  y 1
Jawab
z2 1 ( x 2  y 2  1)  2 xy i
L i m = L i m
z  i x  y 1 ( x , y )  ( 0 ,1) x  y 1

Ruas kanan bentuk terakhir ini diperoleh komponen R ( z ) dan I ( z ) yaitu :


x2  y2  1 2 xy
U ( x, y )  dan V ( x, y )  x  y  1
x  y 1

Masing-masing U ( x, y ) dan V ( x, y ) dihitung limitnya seperti pada contoh 2 di


atas yaitu didekati sepanjang garis x  0 dan sepanjang garis y  1 sebagai berikut
:
L i m U ( x, y )  x  y  1 dihitung dari dua jalur yaitu :
2 2

z  i
x  y 1

Sepanjang garis x  0 :

L i m U ( x, y )  x  y  1 = L i m
2 2
 y2 1 =  ( y  1)( y  1)
L i m  2
z  i
x  y 1 y  1 y 1 y  1 y 1

Sepanjang garis y  1 :

L i m U ( x, y )  x  y  1 = L i m x2
2 2
= Li m x  0
z  i
x  y 1 x  0 x x  0

L i m V ( x, y )  2 xy dihitung dengan cara yang sama seperti di atas.


z  i x  y 1
53

i m U ( x, y )  x  y  1
2 2

Tetapi karena Lz  tidak memberikan nilai yang sama,


i
x  y 1
z2 1
maka terbuktilah bahwa L i m tidak ada.
z  i x  y 1

Mengingat teorema limit secara formal sama seperti pada fungsi real,
berikut ini diberikan beberapa teorema untuk dua fungsi yang masing-masing

mempunyai limit. Jika zL i m f ( z )  L dan L i m g ( z )  M , maka berlaku :


z 0 z  z 0

1. zL i m
0z
 f ( z)  g ( z)   LM

2. zL i m
0z
 f ( z)  g ( z)   LM

3. zL i m
0z
 f ( z)  g ( z)   LM
 f ( z)  L
4. zL i m    ; g ( z)  0
0z
 g ( z)  M

Bukti teorema ini serupa dengan bukti teorema yang berlaku untuk fungsi real
yang dapat ditemukan dalam berbagai buku Kalkulus dengan menyesuaikan dari
peubah real ke peubah kompleks.
Contoh 4.
z3 1 ( x  y i )3  1
L i m = L i m
z  3 2i z 1 ( x , y )  ( 3 , 2) x 1 yi
x 3  3 x 2 y i  3 xy 2  y 3 i  1
= L i m
( x , y )  ( 3 ,  2) x 1 yi
( x 3  3 xy 2  1)  (3x 2 yi  y 3 ) i
= L i m
( x , y )  ( 3 ,  2) x 1 yi
10  46 i 13  51 i
= 4  2i  5
Pemahaman konsep limit yang telah diuraikan di atas, sangat membantu kita
untuk memahami konsep kekontinuan fungsi kompleks.
Definisi kekontinuan fungsi kompleks masih identik dengan fungsi real.
Definisi itu menyatakan bahwa jika diberikan fungsi f dengan domain D f dan
titik z 0  D f . Fungsi f dikatakan kontinu di z 0 jika :
L i m f ( z)  f ( z )
z  z 0
0 ..........................................
(3.4)
54

Berdasarkan definisi limit (3.4) di atas, maka suatu fungsi f dikatakan kontinu
dititik z 0  D f jika :

  0 ,    0  z  D f 0  z  z0    f ( z)  f ( z 0 )  

Definisi di atas sudah mencakup semua titik dalam domain D f . Jadi fungsi f
kontinu pada domain D f jika f kontinu di setiap titik di dalam D f . Definisi ini
masih identik dengan definisi kekontinuan yang berlaku pada fungsi real.
Untuk lebih memahami kaitan kekontinuan fungsi kompleks dengan
fungsi real, perlu diperhatikan definisi yang mengatakan bahwa fungsi real

U ( x, y ) yang terdefinisi pada D f dikatakan kontinu di U ( x0 , y 0 )  D f jika :

L i m U ( x, y )  U ( x 0 , y 0 ) .........................................
( x , y )  ( x0 , y 0 )

(3.5)
Berdasarkan definisi limit (3.4) di atas, maka suatu fungsi real U ( x, y ) dikatakan

kontinu dititik U ( x0 , y 0 )  D f jika :

  0 ,    0 sehingga setiap ( x, y )  D f dengan  x  x0  2   y  y0   

berlaku ketaksamaan U  x, y   U  x 0 , y 0    .
Berdasarkan definisi kekontinuan fungsi real (3.5) di atas, maka kita dapat
menyelidiki kekontinuan fungsi kompleks secara parsial menurut komponen-
komponen R ( z ) dan I ( z ) , yakni menentukan kekontinuan fungsi dua peubah
real yang dibentuk oleh f (z ) = U ( x, y )  iV ( x, y ). Hal ini menunjukkan bahwa
kekontinuan fungi kompleks merupakan syarat perlu dan syarat cukup untuk
kekontinuan fungsi-fungsi komponennya. Konsep ini diperjelas lagi oleh teorema
sebagai akibat langsung dari rumus (3.3) yang menyatakan bahwa fungsi f (z ) =
U ( x, y )  iV ( x, y ) kontinu di titik z 0  a  bi jika dan hanya jika fungsi real

U ( x, y ) dan V ( x, y ) kontinu di titik ( a, b) .

3.2. Turunan Fungsi Kompleks


55

Definisi turunan fungsi kompleks secara formal serupa dengan definisi

turunan fungsi real. Misalkan w  f (z ) dan z 0 D f . Jika diketahui bahwa

f ( z)  f ( z 0 )
nilai limit zL i m ada, maka nilai limit ini dinamakan turunan atau
z z  z0
0

!
derivatif fungsi f di titik z 0 yang disimbol dengan f ( z 0 ) .
Pembilang z  z 0   z atau z  z 0   z , sehingga definisi dari turunan
fungsi f di titik z 0 di atas dapat ditulis menjadi :
f ( z)  f ( z 0 )
f ! ( z 0 ) = zL i m ................................... (3.5)
z0 z  z0

Secara umum definisi turunan w  f (z ) di atas dapa ditulis


f ( z 0   z)  f ( z)
f ! ( z) = Lz im0 .. ..........................
z
(3.6)
Berikut ini diberikan contoh-contoh penggunaan definisi (3.5) dan (3.6) di atas.
Contoh 5.
Jika f ( z )  3 z 2  4 tentukan f ! ( i ) dengan menggunakan definisi
Jawab
f ( z)  f ( z 0 ) (3 z 2  4)  (3i 2  4)
f ! ( z 0 ) = zL i m = L i m
z0 z  z0 z  i z i

3( z 2  i 2 ) 3 ( z  i) ( z  i)
= Li m L i m = Lz i mi 3( z  i )
z  i z i z  i z i

f ! ( i ) = 3 (i  i )  6 i

Contoh 6.
2
Jika f (z)  z tentukan f ! ( z ) dengan menggunakan definisi
Jawab.
f ( z 0   z)  f ( z) z  z
2
 z
2

f ! ( z ) = Lz im0 = Lz im0


z z

= Lz im0
 z  z   z  z    z  z 
z
56

z z  z z  zz  z z  z z
= Lz im0
z

= Lz im0  z  z  z   zz

Contoh 5 dan 6 di atas mengilustrasikan suatu kesamaan bentuk antara turunan


fungsi real dengan turunan fungsi kompleks.
Teorema yang tepat sama dalam Kalkulus menyatakan bahwa jika fungsi-
fungsi f dan g dapat dideferensialkan pada setiap titik z  S  C dan bahwa f
dapat dideferensialkan pada g ( z ) , maka jumlah, selisih, hasil kali, hasil bagi dan
komposisi kedua fungsi itu dapat dideferensialkan pula dalam S yang
turunannya diberikan oleh rumus-rumus berikut :

1.  f ( z )  g ( z )  !  f ! ( z )  g ! ( z )

2.  f ( z )  g ( z )  !  f ! ( z )  g ! ( z )

3.  f ( z ) g ( z )  !  f ( z ) g ! ( z )  f ! ( z ) g ( z )
!
 f ( z)  g ( z) f ! ( z)  f ( z) g ! ( z)
4.   
 g ( z)   g ( z) 2
5.  f  g ( z )    f !  g ( z )   g ! ( z )
!

Bukti teorema ini serupa dengan bukti teorema yang sesuai untuk fungsi real yang
dapat ditemukan dalam kebanyakan buku Kalkulus.
Contoh 7.
Jika f ( z)  6 5  4z 2 tentukan f ! ( z ) dengan menggunakan teorema
Jawab.

 
1
f ( z)  6 5  4z 2 = 6 5  4z 2 2


f ! ( z ) = 3 5  4z 2    8z 
 12

 24 z
f !( z ) =
5  4z 2

Konsep turunan fungsi kompleks yang telah disajikan di atas lebih tepat
diterapkan pada fungsi yang persamaannya hanya terdiri dari variabel z saja. Dan
agak rumit diterapkan pada fungsi berbentuk f ( z )  U ( x, y )  iV ( x, y ). Untuk
57

mengatasi kerumitan ini, maka perlu ada konsep dan teknik pendiferensialan lain
yang akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.

3.3. Persamaan Cauchy-Reimann

Telah disebutkan bahwa pada rumus (3.5) dan (3.6) lebih tepat diterapkan
pada fungsi yang persamaannya hanya terdiri dari variabel z saja. Dan agak rumit
mendeteksi dimana turunan fungsi f itu berada. Untuk melengkapi keterbatasan
konsep ini, maka diperlukan teknik lain yang disebut persamaan Cauchy-Reimann
yang pada prinsipnya dikembangkan dari rumus turunan (3.6).

Perhatikan kembali fungsi f ( z )  U ( x, y )  iV ( x, y ) dimana z  x  yi ,


z  x  iy dan f ( z  z )  U ( x  x , y  y )  iV ( x  x , y  y ) . Turunan
fungsi ini dengan menggunakan definisi (3.6) adalah sebagai berikut :
f ( z   z)  f ( z)
f ! ( z ) = Lz im0 yang dapat dijabarkan menjadi :
z
U  x  x , y  y   iV  x  x , y  y    U  x, y   iV  x, y  
f ! ( z ) = Lz im0
x  iy

Sepeti pada perhitungan limit sebelumnya, bentuk persamaan terakhir ini dapat
didekati dari beberapa jalur atau garis yang melalui (0,0) diantaranya sepanjang
garis x  0 atau sumbu y dan sepanjang garis y  0 atau sumbu x. Nilai limit
ditinjau dari kedua jalur tersebut adalah sebagai berikut :

 Sepanjang sumbu x atau y  0 sehingga diperoleh :


L i m U  x  x , y   iV  x  x , y    U  x, y   iV  x, y  
f ! ( z ) = x  0
x

L i m U  x  x , y    U  x, y   i L i m
= x  0
x x  0

V  x  x , y    V  x, y 
x
u v
=  x  i  x atau biasanya ditulis menjadi

f ! ( z) = U x  i Vx

 Sepanjang sumbu y atau x  0 sehingga diperoleh :


58

L i m U  x , y  y   iV  x , y  y    U  x, y   iV  x, y  
f ! ( z ) = y  0
y

L i m U  x , y  y    U  x, y   i y
L i m
= y  0
i y  0

V  x , y  y    V  x, y 
iy

L i m V  x , y  y    V  x, y   i y
L i m
= y  0
y  0

U  x , y  y    U  x, y 
y

f ! ( z) = V y  i U x

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jika f ( z )  U ( x, y )  iV ( x, y ) ,


maka
f ! ( z) = U x  i V x atau f ! ( z) = Vy  i U x ........................
(3.7)
Selanjutnya karena f ! ( z ) tunggal, maka kedua f ! ( z ) pada (3.7) haruslah sama
U x  i Vx = V y  i U x

Dengan menggunakan kesamaan bilangan kompleks, maka diperoleh:


U x  Vy dan U y   Vx ..........................................
(3.8)
Bentuk persamaan (3.8) ini disebut persamam Cauchy-Riemann (C–R).
Uraian di atas menunjukkan bahwa persamam C–R dan semua turunan
parsial U x , V x , V y dan U x kontinu di titik z 0  a  bi merupakan syarat
yang harus dipenuhi agar suatu fungsi f terdiferensialkan pada lingkungan yang
memuat titik z 0  a  bi . Namun jika salah satu dari dua persamaan (3.8) tidak
dipenuhi, maka f ! ( z ) tidak ada. Berikut ini disajikan dua contoh fungsi kompleks
yang memperjelas konsep keterdiferensialan di atas.
Contoh 8.
Tunjukkan bahwa fungsi f ( z )  sin x cosh y  i cos x sinh y terdiferensialkan pada
seluruh bidang z dan tulislah f ! ( z ) .
59

Jawab.
Dengan menuliskan komponen-komponen U dan V dari fungsi f , kita peroleh :
U ( x, y )  sin x cosh y  U x  cos x cosh y dan U y  sin x sinh y

V ( x, y )  cos x sinh y  V x   sin x sinh y dan V y  cos x cosh y

Karena fungsi f di atas memenuhi persamam C–R yaitu U x  V y  cos x cosh y


dan U y   Vx = sin x sinh y , serta semua turunan parsial U x , Vx ,

U y dan V y kontinu pada setiap titik z  x  yi , maka f ! ( z ) ada untuk setiap z.

Atau dapat dikatakan fungsi f terdiferensialkan pada seluruh bidang z, dan


turunannya adalah
f ! ( z ) = U x  i V x = cos x cosh y  i sin x sinh y

Contoh 9.
Tentukan titik-titik mana yang membuat f ( z )  x 3  y 3 i mempunyai turunan dan
tuliskan f ! ( z ) jika ada.
Jawab.
Dengan menuliskan komponen-komponen U dan V dari fungsi f , kita peroleh :
U ( x, y )  x 3  U x  3 x 2 dan U y  0

V ( x, y )  y 3  V x  0 dan V y  3y 2

Semua turunan parsial fungsi f di atas kontininu dimana-mana, tetapi persamam


C–R dipenuhi hanya bila 3x 2  3 y 2 . Jadi f ! ( z ) ada hanya pada titik-titik yang
melalui 3x 2  3 y 2 yakni titik z yang terletak pada garis y  x atau y   x .
Eksistensi rumus dan persamaan Cauhy-Reimann di atas memungkinkan
kita dapat mengetahui pada titik mana turunan fungsi f terdefinisikan dan pada
titik mana yang tidak. Dalam artian bahwa suatu fungsi f yang kontinu di titik
z 0  a  bi , belum tentu fungsi f tersebut terterdiferensialkan dititik tersebut.

Hubungan antara kekontinuan dan keterdiferensialan selengkapnya dinyatakan


oleh teorema : Jika fungsi f terdiferensialkan di titik z 0  a  bi , maka fungsi f
kontinu di z 0  a  bi . Teorema ini dapat dibuktikan dengan menunjukkan

f ( z)  f ( z )
bahwa zL i m
z 0
0 sebegai berikut :
60

L i m f ( z)  L i m  f ( z)  f ( z 0 )  f ( z 0 ) 
z  z 0 z  z0

 f (z)  f ( z 0 ) 
= L i m    z  z 0   f ( z 0 ) 
z  z 0  z  z0 
 f ( z)  f ( z 0 ) 
= L i m    z  z 0   + L i m f (z0 )
z  z 0  z  z 0 
z  z0

L i m f ( z )  L i m  f ( z )  f ( z 0 )   L i m  z  z 0 
  z  z0 + L i m f (z0 )
z  z0
z  z0  z  z0 
z  z0

L i m f ( z)  f ! ( z )  0
z  z 0
+ f (z0 ) = f (z0 )
Teorema di atas menunjukkan bahwa kekontinuan fungsi f dititik z 0 merupakan
syarat perlu untuk keterdiferensialan f di z 0 . Sebaliknya jika fungsi f tidak
kontinu di z 0 , maka f tidak keterdiferensialan di z 0 . Disamping itu, syarat
kekontinuan suatu fungsi di suatu titik tidak mencukupi untuk terdiferensianya
fungsi di titik tersebut. Jadi meskipun fungsi f kontinu dititik z 0 , tetapi belum
tentu fungsi f terdiferensialkan di z 0 . Konsep ini dapat ditunjukkan pada contoh
berikut ini.
Contoh 10.
2
Buktikan bahwa f (z)  z kontinu diseluruh bidang z tetapi fungsi ini hanya
terdiferensialkan di z  0 (bandingkan contoh 6).
Jawab.
2
f (z)  z = x2  y2
Dengan menuliskan komponen-komponen U dan V dari fungsi f , kita peroleh :
U ( x, y )  x 2  y 2 dan V ( x, y )  0

Terlihat bahwa komponen-komponen U ( x, y ) dan V ( x, y ) kontinu untuk


semua ( x, y ) . Jadi f (z ) kontinu diseluruh bidang z.

i m f ( z )  f (c ) = L i m
2 2
z  c
Selanjutnya f ! (c) = L
z  c
zc z  c
zc

f ! (c ) = L i m  z  c  z  c
=
z  c
zc
Terlihat bahwa f ! ( z ) tidak ada untuk c  0 , tetapi fungsi f ini terdiferensialkan
di titik z  0 dan f ! (0)  0

3.4. Cauhy-Reimann dalam Koordinat Kutub


61

Fungsi kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk kutub, maka tentu saja
persamaan C-R juga dapat dinyatakan dalam bentuk kutub seperti uraian berikut.
f ( z )  x  iy dengan x  r cos  dan y  r sin  atau ditulis dengan baku

f ( z )  r  cos   i sin    U  iV

Kesamaan dua bilangan kompleks, maka kita dapat menyatakan bahwa :


U  r cos  dan V  r sin 
Turunan parsial dari bentuk terakhir di atas adalah masing-masing :
U  r cos   U r  cos  dan U   r sin 

V  r sin   V r  sin  dan V  r cos 

Turunan parsial pada ruas kanan di atas terdapat hubungan sebagai berikut :
rU r  V dan rV r   U  ...................................................
(3.9)
Persamaan (3.9) ini disebut persamam Cauchy-Riemann dalam bentuk kutub.
Contoh 11.
  
Selidiki apakah f  z   r  cos  i sin  memenuhi persamaan C-R
 2 2

Jawab
  
f  z  r  cos  i sin  , maka komponen-komponen U dan V adalah :
 2 2
1 1
 
U = r 2 cos dan V = r 2 sin
2 2
1  1 
Ur  cos Vr  sin
2 r 2 2 r 2

r  r 
U   sin V  cos
2 2 2 2

Turunan parsial kedua komponen U dan V di atas nampak bahwa :

r r 
rU r  =cos cos = V
2 r 2 2 2
r 
rV r  sin = r sin  =  U 
2 r 2 2 2
62

  
Karena rU r  V dan rV r   U  , maka fungsi f  z   r  cos  i sin 
 2 2

memenuhi bentuk persamam Cauchy-Riemann. Selanjutnya kita dapat mencari

  
rumus turunan f  z   r  cos  i sin  dalam bentuk kutub.
 2 2

Dalam bentuk kutub, kita tinjau turunan fungsi kompleks yang dinyatakan
pada rumus (3.7) dan persamam Cauchy-Riemann (C–R) yang dinyatakan oleh
rumus (3.8). Dengan melibatkan modulus bilangan kompleks r x2  y2 dan

y
argumen   arc tan , maka dapat diperoleh bentuk turunan parsial masing-
x

masing U x dan V x seperti uraian berilut ini.


u r u 
Ux   + 
r x  x
y
u x u x2
Ux =  
r +  2
x2  y2  y
1  
x
u x u   y 1
Ux =  +    
r r   r r 
  sin  
U x = U r cos  + U    
 r 
  sin  
U x = U r cos   rVr   
 r 
U x = U r cos  + V r sin 

Melalui proses yang sama, maka diperoleh :

V x = V r cos   U r sin 

Substitusi komponen-komponen U x dan V x pada f ! ( z) = U x  i Vx

sehingga diperoleh turunan dalam bentuk kutub yaitu :


f ! ( z ) = U r cos  + V r sin   i ( V r cos   U r sin  )

f ! ( z ) = U r  cos   i sin   + iV r  cos   i sin  

f ! ( z ) =  cos   i sin   U r  iV r  ..................................................... (3.10)


Rumus (3.10) ini disebut rumus turunan fungsi kompleks dalam bentuk kutub.
63

Contoh 12.
  
Tuliskan turunan fungsi f  z   r  cos  i sin   z contoh 10 di atas.
 2 2

Jawab.
  
Komponen-komponen U dan V dari f  z   r  cos  i sin  adalah :
 2 2
1 1
 
U = r 2 cos dan V = r 2 sin
2 2
1  1 
Ur  cos Vr  sin
2 r 2 2 r 2

Selanjutnya dengan menerapkan rumus (3.10), maka dioperoleh :


 1  i 
f ! ( z ) =  cos   i sin    cos  sin 
2 r 2 2 r 2

f ! ( z) =
1
 cos   i sin    cos   i sin  
2 r  2 2


1     
f ! ( z) =  cos      i sin     
2 r   2  2 


1  
f ! ( z) =  cos  i sin 
2 r  2 2
  
 cos  i sin 
1     2 2
f ! ( z) =  cos  i sin  
2 r  2 2     
 cos  i sin 
 2 2 
 
cos 2  sin 2
1 2 2
f ! ( z) =
2 r cos   i sin 
2 2
1
1
f ! ( z) =    =
2 r  cos  i sin  2 f ( z)
 2 2
Perhatikan bahwa turunan fungsi pada contoh 11 di atas secara langsung dapat
ditunjukkan seperti pada fungsi real yaitu :
1 1
Jika f ( z)  z , maka turunannya adalah f ! ( z ) = 2  .
z 2 f ( z)
Contoh 13.

Jika f ( z )  ln z , tentukanlah f ! ( z ) dengan menggunakan rumus (3.10).


64

Jawab
f ( z )  ln z = ln r  i

Dari fungsi ini terlihat bahwa U  ln r dan V  i . Turunan parsilanya adalah :


1
U  ln r  Ur 
r
V  i  Vr  0
f ! ( z ) =  cos   i sin   U r  iVr 

1  cos   i sin 
f ! ( z ) =  cos   i sin     0  =
r  r
cos   i sin  cos   i sin 
f ! ( z) = 
r cos   i sin 
cos 2   sin 2  1
f ! ( z) = 
r (cos   i sin  ) z

Pada uraian di atas telah disajikan bahwa suatu fungsi f terdiferensialkan


di titik z 0  a  bi jika fungsi tersebut memenuhi persamaan C–R dan semua
turuna parsial tingkat pertama dari fungsi bagian R ( z ) dan I ( z ) kontinu di titik
z 0  a  bi . Secara khusus terdapat fungsi f (z ) yang terdiferensialkan di titik

z 0 dan sekitarnya, seperti fungsi yang disajikan pada contoh 8. Fungsi semacam

ini dinamakan fungsi analitik yang akan dijelaskan pada uraian berikut ini.

3.5. Fungsi Analitik

Konsep dan pengertian fungsi analitik mempunyai peranan sentral dalam


teori fungsi kompleks. Karakteristik fungsi f sebagai fungsi suatu analitik dalam
domain D f telah disinggung pada uraian di atas. Suatu fungsi f dikatakan analitik
pada titik z 0 dalam D f jika turunannya ada disemua titik pada suatu lingkungan
z0 .

Definisi ini menunjukkan adanya hubungan antara konsep keterdiferensialan dan


keanalitikan suatu fungsi pada suatu titik. Tetapi kedua konsep itu tidak sama,
karena keanalitikan fungsi f di z 0 berimplikasi keterdiferensialan f di z 0 ,
65

!
tetapi tidak berlaku sebaliknya. Jadi keberadaan f ( z 0 ) tidak mengakibatkan

fungsi f ini analitik di titik z 0 .


Uraian di atas telah memperjelas perbedaan antara keterdiferensialan dan
keanalitikan suatu fungsi f di z 0 . Turunan atau f ! ( z ) boleh ada pada sembarang
tipe himpunan bahkan pada titik terasing, sedangkan keanalitikan fungsi f di z 0
berhubungan secara tak terpisahkan dengan himpunan terbuka. Kenyataan ini
merupakan akibat definisi keanalitikan fungsi f di z 0 yang menghendaki f ! ( z )
ada tidak hanya pada titik z 0 , tetapi juga disemua titik yang berada di dalam suatu
lingkungan yang memuat titik z 0 . Istilah lingkungan atau kitar z 0 ini biasanya

ditulis N  z 0 , r  yang telah dijelaskan sebelumnya. Jadi jelaslah bahwa suatu

fungsi f dikatakan analitik di z0 jika terdapat r > 0 sehingga f

terdiferensialkan di setiap titik z  N  z 0 , r  . Dari definisi ini dapat disimpulkan

bahwa jika fungsi f analitik di z 0 , maka f keterdiferensialan di setiap titik

z  N  z0 , r  .

Contoh 14.
Tunjukkan bahwa fungsi f ( z )   x 2  y 2  2 x   2  xy  y  i analitik pada seluruh

bidang z dan tulislah f ! ( z ) .


Jawab.
Harus dibuktikan bahwa fungsi f terdiferensialkan pada seluruh bidang z.
Dengan menuliskan komponen-komponen U dan V dari fungsi f , kita peroleh :
U ( x, y )  x 2  y 2  2 x  U x  2 x  2 dan U y  2 y

V ( x, y )  2 xy  2 y  V x  2 y dan V y  2 x  2

Karena fungsi f di atas memenuhi persamam C–R yaitu U x  V y  2 x  2 dan


U y   Vx =  2 y serta semua turunan parsial U x , V x , V y dan U x kontinu
pada setiap titik z  x  yi , maka f ! ( z ) ada untuk setiap z. Dan turunanya
adalah f ! ( z ) = U x  i V x  2 x  2 + 2 y i .
66

Karena fungsi f mepunyai turunan pada setiap z, maka dapat dikatakan bahwa
fungsi f analitik pada seluruh bidang z.
Fungsi yang analitik pada seluruh bidang kompleks dinamakan fungsi
menyeluruh (entire function). Sedangkan titik di dalam daerah definisi fungsi f
dimana f analitik disebut titik analitik. Contoh nyata dari fungsi menyeluruh ini
terjadi pada fungsi suku banyak (polinomial). Fungsi suku banyak analitik pada
seluruh bidang kompleks, sebab pada setiap titik z 0  C selalu ada lingkungan

N  z 0 , r  sehingga fungsi f terdiferensialkan di setiap titik dalam lingkungan

itu.
Khususnya jika fungsi f analitik pada suatu titik z 0  a  bi , maka ia
analitik pada suatu himpunan terbuka yang memuat titik z 0  a  bi . Untuk dapat
mengatakan fungsi f analitik di z1  E , dituntut adanya suatu lingkungan

N  z1 , r  , sehingga f terdefinisi dan terdiferensealkan pada semua titik

z  N  z1 , r  . Jadi himpunan E haruslah berupa himpunan terbuka. Dalam kaitan


ini, terkadang digunakan istilah daerah analitisitas (region of analyticity) bagi
fungsi f . Istilah ini digunakan untuk memberi nama pada keseluruhan titik di
bidang datar, yang membuat fungsi f analitik. Contoh berikut dapat memperjelas
konsep ini.
Contoh 15.
Selidikilah keanalitikan fungsi-fungsi berikut dan tentukan daerah analitisitasnya.
1 z3  z 1
a. f ( z )  c. f ( z )  x 3  iy 3 d. f ( z ) 
2
b. f ( z)  z
z z2 1
Jawab.
1
a. Fungsi f ( z )  terdiferensialkan di setiap titik kecuali di z  0 . Jadi f
z
analitik pada semua z kecuali di z  0 . Atau f analitik pada domain C   0  .
hanya terdiferensialkan di satu titik saja yakni dititik z  0
2
b. Fungsi f ( z)  z

(perhatikan contoh 10). Jadi kita tidak mungkin dapat berbicara tentang
keanalitikan dari fungsi f ini.
67

c. Fungsi f ( z )  x 3  iy 3 terdiferensialkan hanya di titik-titik pada garis y  x atau


y   x (perhatikan contoh 9). Jadi tidak mungkin dapat dicari lingkungan
suatu titik dimana f terdiferensialkan pada lingkungan itu. Jadi di titik manapun
fungsi f ini tidak analitik.
z3  z 1
d. Fungsi f ( z )  adalah hasil bagi dua fungsi menyeluruh karena
z2 1
pembilang dan penyebutnya merupakan polinomial. Fungsi ini mempunyai
turunan pada setiap titik kecuali di z   i . Jadi f analitik pada semua z
kecuali pada i dan  i . Atau fungsi f analitik pada domain C   i,i  .
Suatu konvensi terkait dengan penjelasan pada jawaban contoh 15 di atas
yaitu jika kita mengatakan bahwa suatu fungsi itu analitik, maka kita selalu
menyebutkan titik pengecualian yang membuat fungsi tersebut gagal untuk
bersifat analitik. Titik-titik ini disebut titik singular atau singularitas. Suatu titik
z 0  C dinamakan singularitas bagi fungsi f jika dan hanya jika f tidak analitik di

titik z 0 . Dan setiap lingkungan N  z 0 , r  memuat paling sedikit satu titik yang
membuat fungsi f analitik. Sebagai misal, fungsi pada contoh 15a mempunyai
singularitas di z  0 , begitu juga pada contoh 15d yang mempunyai singularitas
di z   i . Tetapi pada contoh 15b dan 15c tidak mempunyai singularitas,
meskipun fungsi-fungsi itu gagal menjadi analitik dalam bidang datar.

3.6. Fungsi Harmonik

Pada uraian 3.3 di atas telah disebutkan bahwa fungsi f (z ) = U  iV


memenuhi persamaan C–R jika U x  V y dan U y   V x . Jika kedua bentuk
ini didiferensialkan lagi, maka diperoleh :

U x  V y  U xx  V yx dan U xy  V yy

V x   U y  V xx   U yx dan V xy   U yy
Turunan parsial tingkat dua di ruas kanan kedua kesamaan di atas terlihat bahwa :
U xx  U yy = V yx  V xy = 0

V xx  V yy =  U yx  U xy = 0
68

Unsur di ruas kiri pada kedua persamaan terakhir ini disebut persamaan Laplace
yang ditulis secara baku yaitu :

 U xx  U yy  0
 ......................................................... (3.11)
 V xx  V yy  0
Selanjutnya jika suatu fungsi f yang turunan parsial tingkat duanya kontinu pada

lingkungan N  z 0 , r  dan memenuhi persamaan Laplace (3.11) di atas, maka

fungsi f itu disebut fungsi harmonik di titik z 0 . Secara umum konsep ini telah
menunjukkan bahwa suatu fungsi dari dua variabel real yang mempunyai turunan
parsial tingkat pertama dan kedua kontinu dan memenuhi persamaan (3.11) dalam
suatu domain, dinamakan fungsi harmonik pada domain itu. Jadi U dan V
dimana f ( z )  U ( x, y )  iV ( x, y ) analitik pada suatu domain, maka mereka

harmonik di dalam domain itu. Berdasarkan konsep fungsi harmonik ini, maka
dapat dikatakan bahwa komponen-komponen U dan V dari fungsi analitik
f ( z )  U ( x, y )  iV ( x, y ) merupakan fungsi harmonik.

Contoh 16.
Tunjukkan bahwa f ( z )  2 x 1  y   i  x 2  y 2  2 y  adalah fungsi harmonik.
Jawab

Dengan menuliskan komponen-komponen U dan V dari fungsi f , kita peroleh :


U ( x, y )  2 x  2 xy  U x  2  2 y dan U xx  0

U y  2 x dan U yy  0

Terlihat bahwa turunan parsial tingkat dua dari U ( x, y ) yaitu U xx  U yy  0 dan


kontinu pada semua titik di bidang datar. Proses sama diperoleh :
V ( x, y )  x 2  y 2  2 y  V x  2 x dan V xx  2

V y  2 y  2 dan V yy  2

Terlihat bahwa turunan parsial tingkat dua V ( x, y ) yaitu V xx  V yy  2  2  0


dan kontinu pada semua titik di bidang datar. Karena fungsi f mempunyai
turunan parsial tingkat dua yang kontinu pada semua titik z dan memenuhi
69

persamaan Laplace, maka f ( z )  2 x 1  y   i  x 2  y 2  2 y  adalah fungsi


harmonik.
Uraian jawaban pada contoh 16 di atas menunjukkan bahwa komponen-
kompnen R ( z ) dan I ( z ) suatu fungsi analitik f (z ) = U  iV selalu merupakan
fungsi harmonik. Dua fungsi U dan V sedemikian sehingga f (z ) = U  iV
analitik dalam satu domain dinamakn dua fungsi yang harmonik sekawan. Jadi
salah satu komponen R ( z ) atau I ( z ) dari fungsi analitik f (z ) = U  iV
tersebut merupakan harmonik sekawan dari komponen lainnya. Khususnya fungsi
analitik yang telah disajikan pada contoh 16 di atas, harmonik sekawan dari
U ( x, y )  2 x  2 xy adalah V ( x, y )  x 2  y 2  2 y atau sebaliknya.

Suatu hal yang perting bahwa jika diberikan fungsi harmonik U ( x, y ) ,


kita dapat menentukan harmonik sekawannya V ( x, y ) dan kemudian membentuk
fungsi analitik f (z ) = U ( x, y ) + i V ( x, y ) . Ungkapan yang senada dengan
pernyataan ini adalah : Jika U ( x, y ) harmonik pada daerah domain D, maka
dapat dicari V ( x, y ) sehingga f (z ) = U ( x, y ) + i V ( x, y ) analitik pada D.
Proses menentukan harmonik sekawan ini dapat dilihat pada uraian contoh berikut
ini.
Contoh 17.
Diketahui fungsi analitik f ( z )  U  iV dengan U ( x, y )  y 3  3x 2 y .
a. Tunjukkan bahwa f fungsi harmonik
b. Tentukanlah fungsi harmonik sekawannya.
Jawab.
a. U ( x, y )  y 3  3x 2 y  U x  6 xy dan U xx  6 y

U y  3 y 2  3x 2 dan U yy  6 y

Terlihat bahwa turunan parsial tingkat dua dari U ( x, y ) yaitu  6 y  6 y  0 .


Karena U xx  U yy  0 dan keduanya kontinu pada semua titik di bidang datar,
maka fungsi f merupakan fungsi harmonik pada bidang z.
b. Karena fungsi f analitik, maka f memenuhi persamaan C–R yaitu :
U x  V y  6 xy atau V y  6 xy
70

V     6 xy  dy
V  3 xy 2  C ( x) ................... ()

V x  3 y 2  C ! ( x )

Diterapkan kembali persamaan C–R yaitu :

V x   U y   3 y 2  C ! ( x)  3 y 2  3 x 2

C ! ( x)  3 x 2

C ( x)   3x
2
dx

C ( x)  x 3  C

Jika persamaan terakhir ini disubstitusi pada (*), maka diperoleh :


V  3 xy 2  x 3  C

Jadi harmonik sekawan dari U ( x, y )  y 3  3x 2 y adalah


V ( x, y )  3xy 2  x 3  C

Sedangkan fungsi analitik yang dibentuknya adalah :


f ( z )  ( y 3  3 x 2 y )  i ( 3 xy 2  x 3 )

Ilustrasi dan cara menentukan fungsi harmonik sekawan pada contoh 17 yang
telah disajikan di atas tetap melibatkan kedua persamaan C–R yaitu U x  V y
dan U y   V x sebagaimana dipersyaratkan pada persamaan (3.8) sebelumnya.
Walaupun komponen-kompnen R ( z ) dan I ( z ) suatu fungsi analitik
selalu merupakan fungsi harmonik, namun konsep ini tidak berlaku sebaliknya.
Jika dua fungsi H ( x, y ) dan K ( x, y ) yang harmonik dalam suatu domain, tidak
menjamin bahwa fungsi kompleks yang dibentuknya yaitu
f ( z )  H ( x, y )  iK ( x, y ) analitik dalam domain itu. Sebagai contoh fungsi
H ( x, y )  x dan K ( x, y )   y keduanya merupakan fungsi harmonik pada C,

tetapi fungsi g ( z )  x  iy  z tidak analitik di titik yang manapun pada C.


71

3.7. Latihan Soal-soal Bab III

z 1 z 2   3  i  z  2  2i
1. Hitung nilai limit a. L i m b. L i m
z  i z2 1 z  1  i z 1 i
2
2 xy y
2. Diketahui f ( z )  2  2 i . Carilah Lz i m f ( z ) sepanjang :
x y 2
x 0

a. Garis y  x b. Garis y  2 x c. Parabola y  x 2

3. Buktikan bahwa a. zL i 1m
i
 x  i (2 x  y )  1  i
z2 1
b. L i m tidak ada
z  i x yi
4. Buktikan bahwa f ( z )  ln z  i Arg z kontinu sepanjang sunbu real positif
5. Jika f ( z )  z 2  3 z , tentukan f ! ( z ) dengan menggunakan definisi turunan
6. Tentukanlah titik-titk yang membuat fungsi-fungsi berikut mempunyai turunan
dan tentukan f ! ( z ) bila ada.
a. f ( z )  2 x 2  3 y 3 i b. f ( z )  z 2  x 2  2 y i c. f ( z )  e x  cos y  i sin y 
7. Selidiki apakah fungsi berikut memenuhi persamaan C–R, dan tuliskan f ! ( z )
a. f ( z )  (2 x  2 xy)  i ( x 2  y 2  2 y ) b. f ( z )  e  y  cos x  i sin x 
y x
c. f ( z )  e  y  cos x  i sin x  d. f ( z )   2 i
x y
2 2
x  y2

8. Tentukan daerah analitisitas fungsi-fungsi berikut.


z2  z
a. f ( z )   cos 2 xy  i sin 2 xy 
2
y2
b. f ( z )  e x
z ( z 2  1)
c. f ( z )  R ( z 2 )  I ( z ) d. f ( z )  sin x cosh y  i cos x sinh y
9. Tuliskan f ! ( z ) jika ada dari fungsi-fungsi berikut.

a. f ( z )   z 2  2  e  x  cos y  i sin y  b.
1


f ( z )  r cos 1 n  i sin n1
n

10.Tunjukkan bahwa fungsi berikut ini harmonik. Kemudiab carilah harmonik
sekawannya V ( x, y ) untuk membentuk fungsi analitik f (z ) = U  iV .
72

a. U ( x, y )  e x cos y b. U ( x, y )  2 x  x 3  3 xy 2 c. U ( x, y )  cos x cos y


y y
d. U ( x, y )  e. U ( x, y )  f . U ( x, y )  ln  x 2  y 2 
x  y2
2
x  y2
2

Anda mungkin juga menyukai