Anda di halaman 1dari 12

1.

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dikembangkan untuk memberikan


kebebasan dan fleksibilitas dalam pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran
matematika. Beberapa kompetensi yang diperlukan oleh peserta didik dalam
pembelajaran matematika berdasarkan tuntutan Kurikulum Merdeka antara lain:

1. Berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika.


2. Memiliki kemampuan mengomunikasikan pemikiran dan jawaban matematika
dengan jelas dan logis.
3. Mampu menerapkan pemahaman matematika dalam situasi kehidupan sehari-hari.
4. Mampu mengintegrasikan pemahaman matematika dengan disiplin ilmu lain,
seperti sains dan teknologi.
5. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan menafsirkan data
secara kuantitatif.
6. Memiliki kemampuan untuk bekerja dalam kelompok dan bertanggung jawab
terhadap tugas yang diberikan.
7. Memiliki kebiasaan dan keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam pembelajaran matematika.
8. Mampu mengevaluasi dan mengkritisi solusi matematika yang diberikan oleh orang
lain.

Kompetensi-kompetensi di atas bertujuan untuk mengembangkan kemampuan


siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menyelesaikan masalah
matematika dan mengaplikasikan pemahaman matematika dalam kehidupan sehari-
hari serta mampu berkolaborasi dengan orang lain dalam memecahkan masalah.
Selain itu, kemampuan menggunakan teknologi dan informasi juga menjadi bagian
yang penting dalam pengembangan kompetensi matematika di era digital seperti
saat ini.
2. Pembelajaran konstruktivistik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan pada peran aktif peserta didik dalam membangun pemahaman dan
pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman dan refleksi. Dalam pembelajaran
konstruktivistik, peserta didik dianggap sebagai konstruktor atau pembangun
pengetahuan, bukan sebagai penerima informasi pasif. Berikut adalah beberapa ciri-
ciri pembelajaran konstruktivistik:

1. Pendidik sebagai fasilitator: Pendidik berperan sebagai fasilitator yang membantu


peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sendiri melalui
pengalaman belajar dan refleksi.
2. Penekanan pada pemahaman dan pembelajaran aktif: Peserta didik diberi
kesempatan untuk membangun pemahaman mereka sendiri melalui pengalaman
belajar yang aktif, termasuk eksperimen, simulasi, dan pengalaman langsung.
3. Pembelajaran berbasis masalah: Pembelajaran konstruktivistik sering menggunakan
pembelajaran berbasis masalah, di mana peserta didik dihadapkan pada masalah
atau situasi nyata yang membutuhkan pemecahan dan pemikiran kritis.
4. Pembelajaran kolaboratif: Pembelajaran konstruktivistik mendorong kolaborasi dan
kerja sama antara peserta didik untuk membangun pengetahuan bersama.
5. Penilaian berbasis kinerja: Penilaian dalam pembelajaran konstruktivistik lebih
banyak berbasis kinerja, yang melihat kemampuan peserta didik dalam
memecahkan masalah dan membangun pemahaman mereka sendiri.
6. Lingkungan belajar yang mendukung: Pembelajaran konstruktivistik membutuhkan
lingkungan belajar yang mendukung dan memberikan kebebasan bagi peserta didik
untuk mengeksplorasi, berkolaborasi, dan membangun pengetahuan mereka
sendiri.

Dengan pendekatan pembelajaran konstruktivistik, peserta didik diharapkan dapat


menjadi pembangun pengetahuan aktif yang memiliki kemampuan untuk
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan membangun pemahaman yang mendalam
tentang topik tertentu.
Pembelajaran konstruktivistik dalam matematika adalah pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman
matematika. Pada pendekatan ini, guru berperan sebagai fasilitator dan
mengarahkan siswa untuk berpikir kritis, menemukan hubungan antara konsep
matematika, dan mengkonstruksi pemahaman matematika mereka sendiri.

Beberapa ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik dalam matematika antara lain:

1. Berpusat pada siswa: Pembelajaran konstruktivistik menempatkan siswa sebagai


subjek belajar dan membangun pemahaman matematika yang berarti bagi mereka.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih topik matematika yang
mereka minati, mengambil tanggung jawab atas pembelajaran mereka, dan
membangun konsep matematika mereka sendiri.
2. Berbasis pada pengalaman: Siswa belajar melalui pengalaman-pengalaman pribadi
dan lingkungan mereka sendiri. Guru memfasilitasi pembelajaran dengan
menghubungkan pengalaman siswa dengan konsep matematika yang sedang
dipelajari. Siswa diarahkan untuk mencari tahu sendiri dengan bertanya, mengamati,
dan bereksperimen.
3. Menggunakan pendekatan masalah: Pembelajaran konstruktivistik dalam
matematika menekankan pada pemecahan masalah sebagai cara untuk
membangun pemahaman matematika. Siswa dihadapkan pada masalah matematika
yang menantang dan meminta mereka untuk menghubungkan konsep matematika
yang sudah mereka pelajari dengan situasi baru.
4. Bersifat kolaboratif: Siswa diajarkan untuk berinteraksi dengan rekan mereka dan
belajar bersama-sama. Mereka bekerja sama untuk memecahkan masalah
matematika dan memberikan umpan balik kepada satu sama lain.
5. Menerapkan berbagai strategi: Pembelajaran konstruktivistik dalam matematika
memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan berbagai strategi dalam
memecahkan masalah matematika. Siswa diarahkan untuk memilih strategi yang
tepat untuk situasi yang sedang dihadapi dan mengembangkan keterampilan dalam
memecahkan masalah matematika.

Pendekatan pembelajaran konstruktivistik dalam matematika bertujuan untuk


membantu siswa membangun pemahaman matematika yang lebih baik, bermakna,
dan relevan bagi kehidupan mereka. Melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa,
berbasis pada pengalaman, dan menggunakan pendekatan masalah, siswa dapat
menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan keterampilan dalam
memecahkan masalah matematika.
3. a. Untuk menjelaskan operasi matematika 5-7 dengan menggunakan konsep
benda konkret, berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:

1. Siapkan 7 benda konkret, misalnya kelereng atau pensil.


2. Tunjukkan ke anak 7 benda tersebut dan katakan bahwa itu melambangkan jumlah
yang dimiliki.
3. Kemudian katakan bahwa 5 benda konkret harus diambil dari jumlah yang ada.
4. Mintalah anak mengambil 5 benda konkret tersebut dan letakkan di tempat yang
terpisah.
5. Hitung sisa benda konkret yang tersisa, yaitu 2 benda konkret.
6. Jelaskan bahwa hasil dari operasi matematika 5-7 adalah -2, artinya jumlah benda
konkret yang tersisa setelah 5 diambil dari 7 adalah 2 kurang dari 0.

Dengan menggunakan benda konkret, anak-anak dapat lebih mudah memahami


konsep matematika secara visual dan lebih mudah menghubungkan konsep abstrak
dengan pengalaman mereka sehari-hari. Dalam hal ini, penggunaan benda konkret
dapat membantu memperkuat pemahaman konsep matematika pada anak.
b. Untuk menjelaskan operasi matematika -2-3 dengan menggunakan
konsep semi konkret, berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat
dilakukan:

1. Siapkan strip karton atau kertas panjang yang terbagi menjadi beberapa
kotak kecil dengan warna yang berbeda. Misalnya, satu kotak berwarna
biru mewakili angka 1, dan satu kotak berwarna merah mewakili angka -1.
2. Tunjukkan kepada anak bahwa warna biru mewakili bilangan positif dan
warna merah mewakili bilangan negatif.
3. Gambarkan strip dengan panjang 2 kotak berwarna merah untuk
melambangkan bilangan -2, dan strip dengan panjang 3 kotak berwarna
merah untuk melambangkan bilangan -3.
4. Tempatkan strip -2 dan strip -3 berturut-turut, sehingga panjang strip yang
dihasilkan adalah 5 kotak.
5. Jelaskan kepada anak bahwa jumlah strip yang dihasilkan adalah 5 kotak
yang mewakili bilangan -5.
6. Jadi, hasil dari operasi matematika -2-3 adalah -5.

Dengan menggunakan konsep semi konkret, anak-anak dapat lebih mudah


memahami konsep matematika secara visual dan lebih mudah
menghubungkan konsep abstrak dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Strip karton atau kertas panjang dengan warna yang berbeda dapat
membantu anak memahami bilangan positif dan negatif, serta
memudahkan mereka dalam menghitung hasil operasi matematika.
c.
Untuk menjelaskan operasi matematika -5-(-3) dengan menggunakan konsep yang abstrak,
berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan:
1. Jelaskan kepada anak bahwa tanda kurung ganda yang muncul dalam operasi
matematika (-) - (-) dapat dihilangkan dan diganti menjadi tanda tambah (+).
2. Ubah operasi -5-(-3) menjadi -5+3.
3. Jelaskan kepada anak bahwa bilangan negatif pada operasi matematika dapat
dipahami sebagai pengurangan atau pengambilan, sedangkan bilangan positif
dapat dipahami sebagai penambahan atau penambahan.
4. Berikan contoh: -5 dapat dipahami sebagai 5 diambil dari 0, sedangkan 3 dapat
dipahami sebagai 3 ditambahkan ke 0.
5. Tempatkan 0 pada angka 5 dan jelaskan bahwa kita mengambil 5 dari 0, sehingga
menjadi -5.
6. Kemudian tambahkan 3 ke -5, sehingga diperoleh hasil operasi matematika -2.

Jadi, hasil dari operasi matematika -5-(-3) adalah -2.

Dengan menggunakan konsep yang abstrak, anak-anak dapat lebih mudah


memahami konsep matematika secara logis dan lebih mudah menghubungkan
konsep tersebut dengan operasi matematika yang sesuai. Dalam hal ini, penjelasan
mengenai pengurangan atau pengambilan dan penambahan atau penambahan
dapat membantu anak memahami konsep bilangan negatif dan bagaimana
melakukan operasi matematika yang sesuai.
4. Berikut adalah skenario pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
konstruktivistik dengan menggunakan alat peraga pada materi pecahan di kelas IV
SD:

Tema Pembelajaran: Membelajarkan Pecahan pada Siswa Kelas IV SD


Materi Pembelajaran: Pecahan

Tujuan Pembelajaran:

1. Siswa dapat mengenal konsep pecahan dan menghitung pecahan sederhana


2. Siswa dapat menerapkan operasi dasar pada pecahan

Metode Pembelajaran: Diskusi Kelompok

Alat Peraga: Potongan Kertas, Karton, Pensil, Krayon

Langkah-langkah Pembelajaran:

1. Pendahuluan a. Guru memberikan pengantar tentang pembelajaran pecahan,


contoh penerapan pecahan dalam kehidupan sehari-hari, dan tujuan pembelajaran.
b. Guru memberikan pertanyaan terkait konsep pecahan, seperti “Apa itu pecahan?”
atau “Bagaimana cara menghitung pecahan?”
2. Kegiatan Awal a. Guru membagi siswa ke dalam kelompok kecil. b. Setiap kelompok
diberi potongan kertas dan karton. c. Siswa diminta untuk membuat gambar
lingkaran di atas karton dan membaginya menjadi beberapa bagian yang sama. d.
Setiap kelompok diminta untuk membagikan gambar lingkaran yang telah mereka
buat dengan kelompok lain.
3. Kegiatan Inti a. Guru meminta siswa untuk memperhatikan gambar lingkaran dari
kelompok lain dan mencatat jumlah bagian yang ada pada lingkaran tersebut. b.
Guru meminta siswa untuk menghitung bagian yang belum diberi label pada
lingkaran yang telah mereka buat. c. Guru meminta siswa untuk membandingkan
bagian yang telah mereka hitung dengan jumlah bagian pada lingkaran yang telah
dibuat oleh kelompok lain. d. Guru meminta siswa untuk membuat beberapa
gambar lingkaran dengan jumlah bagian yang berbeda-beda. e. Siswa diminta
untuk mengerjakan beberapa latihan sederhana mengenai pecahan, seperti
menjumlahkan atau mengurangkan pecahan sederhana.
4. Kegiatan Penutup a. Guru meminta siswa untuk menunjukkan hasil dari pekerjaan
mereka kepada kelompok lain dan membandingkan jawaban mereka dengan
kelompok lain. b. Guru memberikan kesimpulan tentang konsep pecahan dan
menerapkan operasi dasar pada pecahan. c. Guru memberikan umpan balik kepada
siswa tentang kerja mereka dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bertanya.
Penutup: Dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivistik dengan
menggunakan alat peraga pada materi pecahan, siswa dapat lebih memahami
konsep matematika secara logis dan lebih mudah menghubungkan konsep tersebut
dengan operasi matematika yang sesuai. Dalam hal ini, siswa akan lebih terlibat aktif
dalam pembelajaran dan dapat lebih memahami konsep pecahan secara menyeluruh
dan mendalam.
Berikut adalah skenario pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
konstruktivistik dengan menggunakan alat peraga pada materi pecahan di kelas IV
SD:

Materi: Pecahan Model pembelajaran: Konstruktivistik Alat peraga: Bahan manipulatif


seperti pecahan kertas, blok pecahan, pecahan kue, dll.

Langkah-langkah pembelajaran:

1. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan pengenalan singkat mengenai


pecahan, seperti apa itu pecahan, jenis-jenis pecahan, dan contoh-contoh pecahan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Guru kemudian memperkenalkan alat peraga yang digunakan, seperti pecahan
kertas, blok pecahan, pecahan kue, dll.
3. Guru meminta peserta didik untuk memainkan alat peraga dan mencari tahu lebih
lanjut tentang pecahan. Peserta didik diharapkan dapat mengamati dan mencatat
informasi mengenai pecahan yang mereka temukan.
4. Setelah itu, guru membagikan tugas untuk membuat model pecahan menggunakan
alat peraga yang disediakan. Peserta didik diminta untuk membuat beberapa model
pecahan, seperti 1/2, 1/4, 2/3, dan sebagainya.
5. Setelah peserta didik selesai membuat model pecahan, guru meminta mereka untuk
mempresentasikan hasil karya mereka di depan kelas. Peserta didik diharapkan
dapat menjelaskan model pecahan yang mereka buat dan bagaimana mereka
menghitung jumlah pecahan yang digunakan untuk membuat model tersebut.
6. Guru kemudian memberikan tantangan untuk membandingkan pecahan dan
menentukan pecahan yang lebih besar atau lebih kecil. Peserta didik diminta untuk
menggunakan alat peraga yang telah mereka buat untuk membandingkan pecahan.
7. Selanjutnya, guru memberikan tugas untuk menghitung operasi matematika
sederhana dengan pecahan, seperti penjumlahan, pengurangan, dan perkalian.
Peserta didik diminta untuk menggunakan alat peraga yang telah mereka buat
untuk membantu mereka menghitung operasi matematika.
8. Setelah tugas selesai dikerjakan, guru meminta peserta didik untuk berdiskusi dan
berbagi tentang kesulitan dan temuan mereka selama pembelajaran.

Dalam pembelajaran ini, alat peraga yang digunakan adalah bahan manipulatif
seperti pecahan kertas, blok pecahan, pecahan kue, dll. Alat peraga tersebut dapat
membantu peserta didik untuk memahami konsep pecahan secara visual dan
memungkinkan mereka untuk bermain-main dan mencari tahu lebih banyak tentang
pecahan. Selain itu, pembelajaran menggunakan model konstruktivistik dapat
membantu peserta didik untuk aktif terlibat dalam pembelajaran dan membangun
pemahaman mereka tentang pecahan dengan cara yang bermakna.
Contoh 2

Judul/Pokok Bahasan: Memahami Pecahan dalam Bentuk Bilangan Campuran


Kelas/Semester: IV SD/Semester 2 Bahan Manipulatif yang digunakan:

1. Kertas persegi panjang


2. Jangka sorong
3. Kartu pecahan berwarna

Model Pembelajaran: Konstruktivistik

Skenario Pembelajaran:

1. Pendahuluan (10 menit) a. Guru memperkenalkan topik pecahan dalam bentuk


bilangan campuran dan memberikan contoh-contoh penggunaannya dalam
kehidupan sehari-hari. b. Guru mengajukan pertanyaan terkait pemahaman siswa
tentang pecahan dan bilangan campuran.
2. Eksplorasi (20 menit) a. Guru memberikan bahan manipulatif berupa kertas persegi
panjang dan jangka sorong untuk menjelaskan konsep pecahan. b. Siswa diminta
untuk membuat bilangan campuran dengan menggunakan bahan manipulatif
tersebut. c. Siswa diminta untuk membandingkan hasil pembagian mereka dengan
bilangan campuran.
3. Elaborasi (30 menit) a. Guru memberikan kartu pecahan berwarna yang memiliki
nilai pecahan yang berbeda-beda. b. Siswa diminta untuk menyusun pecahan
tersebut menjadi bilangan campuran dengan menggunakan kertas persegi panjang
dan jangka sorong. c. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kerja mereka di
depan kelas dan saling memberikan masukan.
4. Konfirmasi (20 menit) a. Guru memberikan soal latihan tentang bilangan campuran
yang harus dipecahkan oleh siswa. b. Siswa mengerjakan soal latihan secara mandiri
atau berkelompok. c. Guru memeriksa hasil kerja siswa dan memberikan umpan
balik.
5. Penutup (10 menit) a. Guru mengajak siswa untuk berdiskusi tentang pembelajaran
hari ini dan mengajukan pertanyaan terkait dengan materi yang telah dipelajari. b.
Guru memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dan memberikan
tugas rumah tentang bilangan campuran.
Dalam skenario pembelajaran ini, siswa akan terlibat aktif dalam pembelajaran dan
menggunakan bahan manipulatif yang variatif untuk membantu mereka memahami
konsep pecahan dalam bentuk bilangan campuran. Model pembelajaran
konstruktivistik memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara mereka sendiri dan
guru berperan sebagai fasilitator dan pendukung dalam pembelajaran

5. Bahan manipulatif dan media pembelajaran matematika keduanya dapat


digunakan untuk membantu siswa memahami konsep matematika. Namun, ada
beberapa perbedaan antara keduanya.

Bahan manipulatif adalah objek fisik yang digunakan untuk membantu siswa
memvisualisasikan konsep matematika. Bahan ini dapat disentuh dan dimanipulasi
oleh siswa secara langsung, sehingga memungkinkan mereka untuk membangun
pemahaman yang lebih baik terhadap konsep matematika yang kompleks. Contoh
bahan manipulatif yang sering digunakan dalam matematika adalah blok-balok kayu,
kubus, bola, bilangan bulat, dan segitiga.

Sementara itu, media pembelajaran matematika adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk membantu siswa belajar matematika dengan cara yang berbeda-
beda. Media pembelajaran dapat berupa buku teks, video, perangkat lunak,
presentasi multimedia, dan banyak lagi. Media pembelajaran matematika bertujuan
untuk memberikan alternatif yang menarik dan bervariasi dalam mengajarkan
konsep matematika.

Berikut adalah contoh penggunaan bahan manipulatif dan media pembelajaran


matematika:

Contoh bahan manipulatif:

 Menggunakan blok-balok kayu untuk memperkenalkan konsep volume pada anak-


anak sekolah dasar.
 Menggunakan segitiga untuk membantu siswa memahami konsep trigonometri
pada siswa sekolah menengah.

Contoh media pembelajaran:

 Penggunaan video animasi untuk memperjelas konsep sudut pada siswa sekolah
dasar.
 Penggunaan presentasi multimedia untuk mengajarkan konsep integral pada siswa
sekolah menengah.

x = 5.2525252525252...

Kita dapat mengalikan kedua sisi dengan 100 untuk menghilangkan nilai desimal:

100x = 525.2525252525252...

Kemudian, kita mengurangi x dari 100x:

100x - x = 525

Simplifikasi:

99x = 525

x = 525/99

Kita bisa menyederhanakan pecahan ini dengan membagi pembilang dan penyebut
dengan faktor persekutuan terbesar (FPB), yaitu 3:

525/99 = (3 x 175)/(3 x 33) = 175/33

Jadi, pecahan biasa dari pecahan desimal 5,2525252525252... adalah 175/33.

2. x = 3.75434343434343434...

Kita dapat mengalikan kedua sisi dengan 100 untuk menghilangkan nilai desimal:

100x = 375.4343434343434...

Kemudian, kita mengurangi x dari 100x:

100x - x = 371.68

Simplifikasi:

99x = 371.68

x = 371.68/99
Kita bisa menyederhanakan pecahan ini dengan membagi pembilang dan penyebut
dengan faktor persekutuan terbesar (FPB), yaitu 4:

371.68/99 = (4 x 92.92)/(4 x 24.75) = 92.92/24.75

Selanjutnya, kita juga dapat menyederhanakan pecahan ini dengan membagi


pembilang dan penyebut dengan faktor persekutuan terbesar (FPB), yaitu 1.
Sehingga, pecahan akhirnya adalah:

92.92/24.75 = 3716/993

Jadi, pecahan biasa dari pecahan desimal 3,75434343434343434... adalah 3716/993.

Untuk menyelesaikan 2 x 2/3, kita dapat mengalikan 2 dengan 2/3, yang dapat
dituliskan sebagai berikut:

2 x 2/3 = (2/1) x (2/3) [kita tuliskan 2 sebagai pecahan 2/1 untuk memudahkan dalam
penghitungan]

= (2 x 2) / (1 x 3)

= 4/3

Jadi, hasil dari 2 x 2/3 adalah 4/3.


Untuk mengalikan 2/7 dengan 3/5, kita dapat mengalikan pembilang dengan
pembilang dan penyebut dengan penyebut, seperti berikut:

2/7 x 3/5 = (2 x 3) / (7 x 5)

= 6/35

Jadi, hasil dari 2/7 x 3/5 adalah 6/35


Untuk menyelesaikan 1/2 : 4, kita dapat mengubah 1/2 menjadi pecahan dengan
penyebut 4, yaitu:

1/2 = 2/4

Dengan demikian, 1/2 : 4 dapat dituliskan sebagai berikut:

(2/4) : 4
Untuk membagi sebuah pecahan dengan angka, kita dapat mengalikan pembilang
dengan 1 dan pembagi dengan angka tersebut. Sehingga:

(2/4) : 4 = (2/4) x (1/4)

= 2/16

Kita dapat menyederhanakan pecahan 2/16 dengan membagi pembilang dan


penyebut dengan faktor persekutuan terbesar (FPB), yaitu 2:

2/16 = (2 x 1) / (8 x 1)

= 1/4

Jadi, hasil dari 1/2 : 4 adalah 1/4.


Untuk menyelesaikan 4 : 3/4, kita dapat mengubah pecahan pembagi menjadi
pecahan penyebut, yaitu:

4 : 3/4 = 4 / (3/4)

Kita dapat membagi bilangan bulat 4 dengan pecahan 3/4 dengan mengalikan
bilangan bulat tersebut dengan kebalikan dari pecahan, yaitu 4/3. Sehingga:

4 / (3/4) = 4 x (4/3)

= 16/3

Jadi, hasil dari 4 : 3/4 adalah 16/3 atau dapat juga dituliskan sebagai 5 1/3 dalam
bentuk pecahan campuran.
Untuk menggambarkan peragaan 2 x 2/3 = ..., kita dapat menggunakan media kotak
arsiran sebagai berikut:

markdownCopy code 2/3 2/3


+ ---- + ----
2/3 2/3

4/3
------ ________________
|_██_|_██_|___|
|_ _|_ _|___|
|___|___|___|
2/3 2/3 + ---- + ---- 2/3 2/3 4/3 ------

Penjelasan:
 Kita memiliki bilangan pecahan 2/3 yang ingin kita kalikan dengan bilangan bulat 2.
 Untuk mempermudah, kita dapat mengubah bilangan bulat 2 menjadi pecahan 2/1.
 Kita kemudian melakukan penjumlahan dua pecahan yang memiliki penyebut yang
sama, yaitu 2/3 dan 2/3.
 Hasilnya adalah 4/3.

Dalam gambar kotak arsiran di atas, kita dapat membagi kotak menjadi 3 x 3 kotak
kecil, masing-masing mewakili 1/3. Kemudian kita mengarsir 2 kotak secara
horizontal untuk mewakili pecahan 2/3. Kita lakukan hal yang sama pada kotak
kedua. Kemudian kita hitung jumlah kotak yang diarsir, yaitu 4 kotak. Total kotak kecil
yang ada dalam kotak ialah 9, sehingga hasil akhirnya adalah 4/9.

Anda mungkin juga menyukai