Anda di halaman 1dari 30

Kelompok 2

“MERANCANG BUKU GURU DAN BUKU SISWA DENGAN


MODEL PEMBELAJARAN YANG INOVATIF SERTA RELEVAN

DENGAN TUJUAN DAN KARAKTERISTIK MATEMATIKA”

Nama kelompok :
Mar I Muhammad
Rizkiyan Hadi
Hayana M Harahap
Nurhasana S
Model Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya,
pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer
mediated instruction).

Pembelajaran inovatif biasanya berlandaskan paradigma konstruktivistik membantu


siswa untuk menginternalisasi, membentuk kembali, atau mentransformasi informasi
baru. Menurut Dasna pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dapat
memanfaatkan potensi siswa dan sumber belajar yang ada dalam pembelajaran sehingga
siswa mengalami keadaan “engage” belajar atau terlibat dengan senang hati melakukan
kegiatan belajar.
Terdapat banyak model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan terutama dalam
pembelajaran matematika. Beberapa contoh model-model pembelajaran inovatif antara lain:
1.Problem Based Learning
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar.
Langkah kerja (sintak) model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
a)Orientasi peserta didik pada masalah;
b)Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;
c)Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;
d)Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan
e)Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2.Project Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning atau disingkat PjBL) adalah metoda
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai
bentuk hasil belajar.
Langkah-langkah model pembelajaran project based learning menurut Widiarso (2016 :
184) dapat diterapkan atau diaplikasikan melalui langkah berikut ini.
1. Penentuan pertanyaan mendasar
2. Mendesain perencanaan proyek
3. Menyusun jadwal
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek
5. Menguji hasil
6. Mengevaluasi pengalaman
3. Discovery Learning
Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Metode Discovery Learning adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses
mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Langkah kerja (sintak) model Discovery Learning dalam pembelajaran penyingkapan/


penemuan adalah sebagai berikut:
1) Pemberian rangsangan (stimulation);
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement);
3) Pengumpulan data (data collection);
4) Pengolahan data (data processing);.
5) Pembuktian (verification); dan
6) Menarik simpulan/generalisasi (generalization).
Tujuan dan Karakteristik Pendidikan Matematika

Tujuan Pendidikan Matematika yang dimaksudkan adalah tujuan pembelajaran


matematika yang secara umum diajarkan di sekolah. Selain itu, juga dikemukakan
kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat dicapai dalam belajar
matematika mulai dari SD/MI sampai dengan SMA/MA.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006


(Depdiknas, 2006) disebutkan pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan antara lain:
(1) Memahami konsep matematika.
(2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat.
(3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
(4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah
(5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan
2) Uraian terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah diarahkan kepada hal-hal tertentu atau ada
pembatasan tertentu. Pertanyaan sudah lebih spesifik pada objek tertentu.
3) Uraian berstruktur
Uraian berstruktur merupakan soal yang jawabannya berangkai antara soal
pertama dengan soal berikutnya, sehinga jawaban di soal pertama akan
mempengaruhi benar-salahnya jawaban di soal berikutnya. Data yang diajukan
biasanya dalam bentuk angka, tabel, grafik, gambar, bagan, kasus, bacaan
tertentu, diagram, dan lain-lain.

b. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Dalam penggunaan tes objektif jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak
daripada tes essay.
Macam-macam tes objektif:
1) Tes benar-salah (true- false)
2) Tes pilihan ganda (multiple choice test)
3) Tes menjodohkan (matching test)
4) Tes isian (completion test)
B. Non Tes
Hasil belajar dan proses tidak hanya dinilai oleh tes, tetapi juga dapat dinilai oleh
alat-alat non tes atau bukan tes. Penggunaan non tes untuk menilai hasil dan proses
belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai
hasil dan proses belajar. Para guru disekolah pada umumnya lebih banyak menggunakan
tes daripada bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat, penggunaannya lebih praktis dan
yang dinilai terbatas pada aspek kognitif berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh siswa
setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya. Berikut ini penjelasan dari alat bukan tes
atau nontes:
a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban
dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu wawancara bebas dan wawancara terpimpin .
b. Kuesioner
Kuesioner sering disebut juga angket. Kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang
harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Kuesioner dapat ditinjau dari
beberapa segi:
1) Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka ada:
a) Kusioner Langsung
b) Kuesioner Tidak Lansung
2) Ditinjau dari segi cara menjawab maka dibedakan atas:
a) Kuesioner Tertutup
b) Kuesioner Terbuka
c. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, dan perhatian yang disusun dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Skala dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Skala Penilaian
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh seseorang melalu
pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinuum atau suatu katagori yang bermakna
nilai.
2) Skala Sikap
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya
berupa katagori sikap, yakni mendukung(positif), menolak(negatif), dan netral.

d. Daftar Cocok (Cheklist)


Daftar cocok adalah deretan pernyataan(yang biasanya singkat-singkat) dimana
responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok(V) ditempat yang sudah
disediakan.
e. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada 3 jenis observasi yakni:
1. Observasi Langsung
2. Observasi Dengan Alat (Tidak Langsung)
3. Observasi Partisipasi

f. Sosiometri
Sosiometri adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyesuaikan dirinya,
terutama hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya. Sosiometri dapat dilakukan dengan
cara menugaskan kepada semua siswa dikelas tersebut untuk memilih satu atau dua temannya
yang paling dekat atau paling akrab. Usahakan dalam kesempatan memilih tersebut agar tidak
ada siswa yang berusaha melakukan kompromi untuk saling memilih supaya pilihan tersebut
bersifat netral, tidak diatur sebelumnya. Tuliskan nama pilihan tersebut pada kertas kecil,
kemudian digulung dan dikumpulkan oleh guru. Setelah seluruhnya terkumpul, guru
mengolahnya dengan dua cara. Cara pertama melukiskan alur-alur pilihan dari setiap siswa
dalam bentuk sosiogram sehingga terlihat hubungan antar siswa berdasarkan pilihannya. Cara
kedua adalah memberi skor kepada pilihan siswa.
3. Ciri - Ciri Alat Penilain Yang Baik
Secara umum ciri ciri alat penilaian yang baik dibagi 2 yaitu : valid dan realibitas
1. Valid/Sahih
Suatu skala atau instrumen penilaian dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi penilaiannya atau memberikan hasil
penilaian yang sesuai dengan maksud dilakukannya penilaian tersebut, sedangkan tes yang
memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan
penilaian. Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam
analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut:
a. Pengukuran produktivitas (productivity) yaitu derajat di mana suatu studi menunjukkan
indikator yang tepat yang berhubungan dengan variable
b. Predictive validity yaitu derajat kemampuan penilaian dengan peristiwa yang akan dating
c. Construct validity yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan alat
penilaian yang dipakai dalam penelitian tersebut.
2. Realibitas/Konsisten
Hasil pengukuran selalu konsisten bila dilaksanakan pada siswa yang sama dalam waktu
dan kondisi yang berlainan, atau dengan instrument yang paralel pada subjek dan waktu yang
sama, akan memberikan hasil yang tetap, konsisten, “ajeg” selama aspek yang diukur belum
berubah. Reliabilitas sering diterjemahkan dengan keterpercayaan, keterandalan, keajengan
(stability) atau kemantapan (consistency). Pada hakikatnya, reliabilitas adalah sejauh mana
hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, artinya beberapa kali seperangkat instrument atau
alat penilaian diujikan kepada subjek yang sama dalam kurun waktu yang berbeda atau
instrument yang paralel pada subjek dan waktu yang sama, akan memberikan hasil yang
“tetap”,”ajeg” selama aspek yang diukur belum berubah. “Tetap” mengandung arti kapanpun
isnstrumen penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yeng relatif sama. Adapun
“ajeg” berarti hasil pengukuran saat ini menunjukkan kesamaan hasil bila diberikan pada
waktu berlaianan terhadap siswa yang objektivitas .
Selain valid dan reliable, ada juga yang dilengkapi dengan analisis butir (guna mengetahui
tingkat kesukaran dan indeks diskriminasi setiap butir, khususnya untuk instrument jenis tes)
yaitu : objektivitas, praktikabilitas, ekonomis, taraf kesukaran, dan daya pembeda, yaitu
sebagai berikut:
a. Objektivitas
Instrumen atau alat penilaian hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subjektifitas
pribadi penilai atau evaluator dalam menetapkan hasilnya .

b. Praktikabilitas
Sebuah intrumen atau alat penilaian dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri mudah dilaksanakan,
tidak menuntut peralatan yang banyak, memberi kebebasan kepada audience mengerjakan
yang dianggap mudah terlebih dahulu, mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi
.
pedoman skoring serta kunci jawaban, dan dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat
di laksanakan oleh orang lain.
c. Ekonomis
Pelaksanaan penilaian menggunakan instrumen atau alat penilaian tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama
d. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri atas butir-butir instrumen atau alat penilaian yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu merangsang
audience mempertinggi usaha memecahkannya dan sebaliknya kalau terlalu sukar membuat
audiece putus asa serta tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi simbol p yang dinyatakan
dengan “Proporsi”.
e. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut membedakan antara
audience yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan audience yang tidak pandai
(berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan
Index Diskriminasi.
Langkah – Langkah Tahapan Pembuatan Alat/ Instrumen
Penilaian
Dalam pengembangan instrumen tes agar dihasilkan instrumen yang valid dan berkualitas,
terdapat langkah-langkah pengembangan sebagai berikut:
a. Menentukan Tujuan
Tujuan yang ditentukan dalam hal ini mempunyai dua dimensi, yaitu: Tujuan pembelajaran
yang diukur dan dinilai Dimensi pertama ini merujuk pada berbagai macam ranah dan sub
ranah, yang menjadi tujuan pembelajaran selama jangka waktu tertentu. Jika tujuan-tujuan itu
telah dirumuskan sebelumnya, seperti dalam Satuan Pelajaran, langkah penentuan tujuan ini
berarti memilih Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) yang telah diupayakan untuk dicapai
dalam proses pembelajaran, untuk djadikan objek pengukuran dan kriteria keberhasilan dalam
penilaian.
b. Mengembangkan Spesifikasi Instrumen/alat
Setelah tujuan ditentukan dengan jelas, langkah berikutnya adalah mengembangkan
spesifikasi instrumen. Tujuan utama mengembangkan spesifikasi ini, sebagaimana dijelaskan
oleh Gronlund & Linn (1990:112) adalah “Top provide assurance that a classroom test will
measure a representative sample of instructionally relevant tasks”, salah satu alat yang dapat
dipakai untuk kepentingan ini adalah pembuatan kisis-kisi tes/instrumen atau juga disebut
tabel spesifikasi atau tes blueprint. Kisi-kisi ini dibuat untuk “merumuskan setepat mungkin
ruang lingkup dan tekanan tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat
menjadi petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes (Suryabrata,1987:7).
Langkah-langkah pembuatan kisi-kisi tes adalah sebagai berikut :
a. Tentukanlah jumlah butir yang akan dibuat dalam satu tes, beberapa objektif, dan beberapa
subjektif. Penentuan jumlah butir ini dengan mempertimbangkan banyaknya materi dan waktu
yang tersedia untuk mengerjakan tes tersebut.
b. Buatlah tabel atau matriks dua arah, kolom untuk kemampuan berfikir dan baris untuk
pokok bahasan
c. Distribusikanlah butir-butir tes tersebut ke dalam baris/kolom secara proporsional, dengan
mempertimbangkan karakteristik bidang studi, dan fokus serta urgensi pokok bahasan atau
kemampuan berfikir tertentu.
c. Memilih Jenis dan Tipe Instrumen
Jenis dan tipe instrumen yang dapat dipakai dalam pengukuran dan penilaian pendidikan
memang sangat beragam. Pemilihan jenis dan tipe instrumen harus dilakukan dengan hati-hati
sehingga tujuan evaluasi dapat dicapai dengan baik. Karena itu, pertimbangan-pertimbangan
berikut ini perlu diperhatikan:
a. Tujuan pembelajaran apa sajakah yang akan dicakup atau dijadikan objek pengukuran
b. Pendekatan apakah yang digunakan dalam skoring, dan sejauh manakah objektifitas
diperlukan dalam skoring itu
c. Bagaimana penyelenggaraan dan pelaksaan pengukuran (administrasi) akan dilakukan
d. Bagaimanakah dan format apakah yang akan dipilih dalam proses pengadaan instrumen.
d. Mempersiapkan Kisi-kisi Instrumen
Mempersiapkan dan membuat instrumen pengukuran bukanlah pekerjaan ringan, bahkan
membutuhkan berbagai kombinasi kemampuan khusus. Dalam hal ini menurut Sumadi
Suryabrata (1987:28), untuk dapat melakukan tugas ini dengan baik, ada 5 kemampuan
khusus yang harus dimiliki, yaitu:
a. Penguasaan materi yang diteskan/diukur
b. Kesadaran mengenai tata-tata nilai yang mendasari pendidikan
c. Pemahaman tentang karakteristik peserta didik yang diukur
d. Kemampuan membahasakan gagasan
e. Penguasaan teknik penulisan instrumen
e. Uji Coba Instrumen/Tes
Instrument yang sudah disusun perlu diujicobakan untuk diperbaiki, direvisi agar supaya
kualitasnya semakin baik. Semakin banyak frekuensi ujicoba dan revisinya, semakin
bagus kualitas instrument yang dikembangkan itu. Secara umum, saran-saran Mehrens &
Lehmam (1984:85-87) berikut ini sangat bermanfa’at untuk diikuti ketika
mengembangkan instrument:
a. Tentukan tujuan-tujuan pembelajaran dengan hati-hati.
b. Persiapkan table spesifikasi, dan pakailah selalu sebagai acuan saat menulis item-item
instrumen
c. Formulasikan item yang jelas, tidak kabur, dan tidak bertele-tele
d. Jika berupa tes hasil belajar, pastikan item-itemnya berasal dari materi yang sudah
diajarkan
e. Usahakan terbebas dari bias, karena tradisi, jenis kelamin, dan sebagainya
f. Persiapkan kunci scoring saat penulisan item itu juga, bila untuk hasil belajar
g. Persiapkan item lebih banyak dari yang dibutuhkan
h. Persiapkan item-item ini sedini mungkin, sehingga ada waktu untuk merevisi
Penggunaan Tes Tertulis
A. Pengertian Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis (paper andpencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan
jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.(Nurlaili, Pdf).Tes
Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam
bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. (Handa Out MGMP, 2006). Penilaian
tertulis adalah penilaian yang dilakukan seorang tenaga didik untuk mengetahui
bagaimana respon atau jawaban siswa dalam bahasa tulisannya sendiri, jadi anak dituntut
untuk menuliskan argumennya secara tertulis.
B. Dasar-dasar Penyusunan Penilaian Tertulis
Dasar-dasar penyusunan penilaian tertulis yaitu :
1. Dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses belajarmengajar sesuai dengan tujuan
2. Mewakili bahan yang telah dipelajari
3. Disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan
4. Disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri
5. Hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
6. Mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan taraf kemampuan
siswa.
7. Soal harus jelas dan sesuai dengan persoalan yang disajikan.
8. Disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal
9. Menggunakan bahasa yang benar (Badarudin, S.Pd, PGSD UMP).
10. Cara Penskoran:Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi
perolehan skor.
C. Bentuk Penilaian Tertulis
1. Tes Objektif
Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-tidak” dan tes model baru, adalah
salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab testee
dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada masing-masing item atau dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-
kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir
item yang bersangkutan.Suatu tes yang soal-soalnya terdiri dari atas butir-butir soal bentuk
objektif.Tes Objektif berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-pesoalan dalam tes
objektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan
secara pasti.
Keunggulan Tes Objektif
a. Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat
b. Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap kadar
reliabilitas
c. Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat secara
pasti
• d. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat
ditentukan secara pasti.
• Kelemahan Tes Objektif
• a. Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat
mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan.
• b. Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.
• c. Bahan ajar yang diungkap dengan ts objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal
yang factual.
• Tes Objektif dibagi lagi menjadi 4 yaitu tes pilihan ganda , tes benar-salah,tes menjodohkan/
mencocokkan,tes uraian singkat (melengkapi).
2. Tes Subyektif
Tes Subjektif merupakan tes yang jawabannya berupa uraian dan penyekorannya dilakukan
dengan pertimbangan benar salahnya uraian yang diberikan testi (peserta tes).

Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :


a. Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan (menebak
jawaban).
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalan bentuk
kalimat yang bagus
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
• f. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.
KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari
pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites
karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d. Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilai.
e. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
f. Cakupan materi terbatas atau sempit.
• g. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
D. Kelebihan Dan Kekurangan Tes Tertulis
Kelebihan Tes tertulis
1. Dapat mengukur kemampuan sejumlah siswa dalam tempat yang terpisah dan dalam waktu
yang sama.
2. Dalam tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk menjawab soal, Sehingga
secara psikologi peserta didik lebih bebas dan tidak terikat.
• 3. Pada tes tertulis, karena soalnya sama maka obyektifitas hasil penilaian lebih dapat
dipertanggung jawabkan dari pada tes lisan ataupun tes tindakan.
• Kekurangan Tes Tulis
• 1. Belum tentu cocok mengukur psikomotorik dan mengukur ranah afektif pada
tingkat karakteristik.
• 2. Hasil dari tes tulis sedikit agak diragukan karena peserta dapat melakukan
kucurangan dalam mengerjakan.
• 3. Apabil tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat mengandung
pengertian ganda, sehingga berakibat data yang masuk salah .
Fungsi Penggunaan Alat Penilaian
Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses
belajar tertentu. Hal ini berarti, dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku
siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya selaku pembimbing dan pembantu
kegiatan belajar siswanya itu.
Kedua, untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa dalam kelompok kelasya. Dengan demikian,
hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat,
sedang, atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya.
Ketiga, untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti bahwa dengan
evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya
menunjukkan adanya tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cerminan usaha yang
tidak efisien.
Keempat, untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya
(kemampaun kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. Jadi, hasil evaluasi itu dapat dijadikan
guru sebagai gambaran realisasipemanfaatan kecerdasan siswa.
Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan guru
dalam proses mengajar-belajar (PMB).
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai