Pd
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
i
Buku Ajar
Belajar dan Pembelajaran
Editor
Desi Rahmawati, S.Pd.
Sampul
Tata Letak
ISBN 978-602-53233-2-4
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................... i
Daftar Isi ....................................................................................... iii
Kata Pengantar .............................................................................. v
Bab I Belajar, Pembelajaran, dan Pengajaran
A. Belajar ...................................................................... 2
B. Pembelajaran ............................................................ 6
C. Pengajaran ................................................................ 8
D. Perbedaan Pengajaran dengan Pembelajaran ........... 9
E. Kaitan Pengajaran dengan Pembelajaran ................. 9
F. Dimensi Pendidikan ................................................. 10
G. Model Pembelajaran ................................................ 13
H. Pendekatan dalam Pembelajaran ............................. 14
I. Metode Pembelajaran .............................................. 15
J. Teknik dalam Pembelajaran .................................... 12
iii
D. Teori Belajar Behavioristik ....................................... 38
E. Teori Belajar Kontruktivistik .................................... 39
F. Teori Perkembangan Kognitiv Lev. Vygotsky .......... 44
Daftar Pustaka............................................................................. 69
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
Swt. Alhamdulillahi Rabbil’Aalamin, atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku ajar
ini. Shalawat dan salam dengan ucapan Allahumma sholli ’ala
Muhammad wa ’ala ali Muhammad penulis sampaikan untuk
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw.
Buku ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa/I sebagai sumber belajar dalam rangka menyelesaikan
pembelajaran matakuliah yang diampu. Buku ajar ini disusun
dengan kualifikasi merangkum semua materi beserta contohnya.
Teknik penyajiannya dilakukan secara terpadu dengan memadukan
berbagai teori menjadi sebuah kesimpulan pembelajaran baru.
Seperti layaknya sebuah buku ajar, maka pembahasan
dimulai dengan menjelaskan tujuan yang hendak dicapai dan
disertai dengan soal yang mengukur tingkat penguasaan materi
setiap topik. Dengan demikian pengguna buku ajar ini secara
mandiri dapat mengukur tingkat ketuntasan yang dicapainya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini tentu punya
banyak kekurangan. Untuk itu penulis dengan berlapang dada
menerima masukan dan kritikan konstruktif dari berbagai pihak
demi kesempurnaannya di masa yang akan datang. Akhirnya
kepada Allah jualah penulis bermohon semoga semua ini menjadi
amal saleh bagi penulis dan bermanfaat bagi pembaca.
v
BAB I
BELAJAR, PEMBELAJARAN,
DAN PENGAJARAN
Oleh: Avanti Vera Risti P
Pertemuan 2 s/d 3
1
A. BELAJAR
1. Pengertian Belajar
2
Kegiatan bekerja dapat terpisah dari kegiatan belajar tidak
terpisah dari kegiatan bekerja. (dirancang).
Ketika belajar diartikan sebagai aktivitas (proses) yang
dilakukan seseorang yang menghasilkan perubahan pada perilaku
(pengetahuan, ketrampilan, sikap, nilai-nilai, sehingga manusia
menjadi berubah (baru).
2. Konsep Belajar
3
more capable of delaing adequate with his environment”.
(Belajar adalah suatu perubahan pada individu, yang disebabkan
interaksi individu itu dengan lingkungannya, yang memnuhin
kebutuhan, dan membuat individu lebih mampu berhubungan
dengan lingkungan).
Konsep belajar (menurut Burton)
1. Belajar tidak lepas dari lingkungan (manusia, material,
nilai-nilai)
2. Tidak harus dengan manusia proses interaksi antara
individu dg individu tetapi bisa individu dengan materi
3. Belajar terjadi karena interaksi individu dengan
lingkungannya
4. Belajar terjadi karena (untuk memenuhi) kebutuhan
5. Mampu (individu) memahami, berbuat bagi lingkungan,
memecahkan permasalahan yang dihadapi lingkungan
hidup serasi dengan lingkungan, beradaptasi dengan
lingkungan.
Dengan kegiatan belajar sebagai proses yang menghasilkan
produk adanya perubahan perilaku manusia (perubahan
pengetahuan, ketrampilan (fisik) dan nilai-nilai. Didalam proses
pendidikan selalu terdapat aktivitas belajar (anak dan pendidik
sama-sama belajar). Tetapi semua aktivitas belajar terdapat
proses pendidikan. Kegiatan belajar lebih luas dari kegiatan
pendidikan.
4
3. Gelombang Teori Belajar
Gelombang 1
Gelombang 2 Gelombang 3
1. Gelombang 1
Teori Stimulus dan Respon atau dikenal dengan teori
Behaviourist (S – R) dengan tokohnya Pavlov, Thordike,
dan Skinner .
2. Gelombang 2
Teori Kognitif yaitu belajar dengan kognitif dengan tokoh
yang paling terkenal (Piaget).
3. Gelombang 3
Teori Humanis, belajar dari keseluruhan pikiran dan
perasaan. Tokoh dalam teori ini adalah Carl Rogers.
5
B. PEMBELAJARAN
6
c. Suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiata untuk membelajarkan peserta didik (Warsita, 2005);
d. Kemampuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi
warga masyarakat yang baik;
e. Proses membantu peserta didik menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari;
f. Kemampuan menyampaikan pengetahuan kepada peserta
didik (Oemar Hamalik).
2. Proses Pembelajaran
a. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi
antara pembelajar dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah lebih baik. Selama proses
pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan belajar agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (E.Mulyasa).
b. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,
mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau siswa.
3. Konsep Pembelajaran
a. Pembelajaran adalah upaya menyampaikan pengetahuan
kepada siswa di sekolah;
b. Pembelajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda melalui lembaga sekolah;
c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan
untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik;
d. Pembelajaran adalah upaya untuk mempersiapkan siswa
untuk menjadi warga masyarakat yang baik;
e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu peserta
menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari (Oemar
Hamalik).
4. Ciri-Ciri Pembelajaran
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja;
b. Membuat siswa belajar;
7
c. Tujuan ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses
dilaksanakan;
d. Pelaksanaan terkendali, baik isinya, waktu, proses, maupun
hasilnya.
5. Proses Pembelajaran
a. Pembelajaran dapat dipandang melalui dua sudut, yang
pertama pembelajaran merupakan suatu sistem;
b. Pembelajaran terdiri dari beberapa komponen yang
terstruktur antara lain tujuan pembelajaran, media
pembelajaran, strategi, pendekatan dan metode
pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran berupa
remedial dan pengayaan;
c. Kedua, pembelajaran merupakan suatu proses, maka
pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam rangka
membuat peserta didik untuk belajar.
6. Aktivitas Guru Dalam Proses Pembelajaran
a. Persiapan dari mulai merencanakan program pengajaran
tahunan, semester, dan penyusunan perencanaan mengajar;
b. Pelaksanaan kegiatan belajar dengan mengacu pada
persiapan pembelajaran yang telah dipersiapkan
sebelumnya;
c. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelola yang
berbentuk pengayaan atau penambahan jam pelajaran, dan
remedial bagi peserta didik yang mendapatkan kesulitan
dalam belajar.
C. PENGAJARAN
Suatu tugas atau aktivitas yang diusahakan bersama oleh guru
dan peserta didik. Aktivitas tersebut dirancang secara sistematik
dengan mengunakan kaedah dan teknik yang sesuai agar tercipta
lingkungan yang memungkinkan proses belajar.
Ciri-Ciri Pengajaran
a. Melibatkan dua pihak, pengajar dan anak didik;
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
8
b.
Ada rancangan mengajar;
c.
Ada objektif pelajaran, tempat belajar, alat bantu, serta
strategi dan teknik mengajar.
D. PERBEDAAN PENGAJARAN DENGAN PEMBELAJARAN
PENGAJARAN PEMBELAJARAN
1. Dilaksanakan oleh mereka 1. Dilaksanakan oleh mereka
yang berprofesi sebagai yang dapat membuat orang
pengajar. belajar.
2. Tujuannya menyampaikan 2. Tujuannya agar terjadi
informasi kepada si pebelajar. belajar pada diri siswa/si
3. Merupakan salah satu pebelajar.
penerapan strategi 3. Merupakan cara untuk
pembelajaran. mengembangkan rencana
4. Kegiatan belajar berlangsung yang terorganisir untuk
bila ada guru/pengajar. keperluan belajar.
4. Kegiatan belajar dapat
berlangsung dengan atau
tanpa hadirnya guru.
9
F. DIMENSI PENDIDIKAN
10
pengembangan fisik dan moral, begitu juga pengembangan fisik
tidak boleh terlepas dari pengembangan intelektual dan moral
begitu juga moral tidak terlepas dari pengembanggan intelektual
dan fisik.
Metode pengembangan 3 Dimensi pendidikan (intelektual,
moral dan fisik) yang dikemukakan oleh Pestalozzi (seorang ahli
pendidikan Swiss). Menurut Pestalozzi, anak sejak lahir sudah
memiliki potensi intelektual, moral, dan fisik yang diberikan
oleh Tuhan atau alam (bagi mereka yang beragama). Ibarat benih
tanaman yang didalamnya memiliki potensi untuk tumbuh dan
berkembang menjadi pohon besar, dahan, ranting, daun, bunga,
dan buah sesuai tahap perkembangan.
Tugas pendidik sama seperti petani yang bertugas untuk
merawat tanaman, menyiram, memupuk, menghilangkan hama
yang merusak dan tugas pendidik bukan memaksa untuk tumbuh
karena dorongan tumbuh itu sudah ada dalam tumbuhan.
Teori Pestalozzi merupakan teori dan metode pendidikan
yang humanis karna menghadapi dan menghormati. Proses
pendidikan dengan menekankan dialog akan menghasilkan
proses pendidikan yang mampu memahami tujuannya. Dialog
dilakukan untuk memperoleh dengan cara mengkonstruk
pengetahuan anak. Proses pembentukan karakter pada anak
digambarkan sebagai berikut:
11
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
12
G. MODEL PEMBELAJARAN
13
model pembelajaran adalah membangun kelas yang efektif dan efisien
dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran menjadi
unsur yang sangat penting agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
sesuai dengan perencaan yang telah disusun.
Model pembelajaran sebagai cara yang dipilih untuk mencapai
tujuan menjadikan model sebuah pedoman yang harus dimiliki oleh
guru dalam mengelola kelas dan lingkungan pembelajaran. Didalam
model tersebut tersusun atas prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar. Guru juga dapat menyusun
aktivitas yang akan dilakukan selama proses pembelajaran. Model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kelas dikategorikan menjadi
beberapa jenis didasarkan pada ciri model pembelajaran tersebut.
Ciri model pembelajaran yang didasarkan pada konsep
utamanya yaitu:
a. Model penelitian kelompok, dikembangkan dari konsep teori
belajar Herbert Thelen dan John Dewey. Model ini menekankan
pada partisipasi dalam kelompok dan bersifat demokratis.
b. Model berpikir induktif, model ini disusun dengan tujuan tertentu
agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir
induktif.
c. Model Syntetic, dipilih dengan maksud sebagai pedoman untuk
perbaikan kegiatan belajar.
Sebuah model pembelajaran yang baik memiliki ciri melibatkan
kemampuan intelektual dan emosianal peserta didik. Peserta didik
dapat mengalami langsung pengalaman pembelajaran sehingga dapat
melakukan analisis, melakukan sesuatu, dan membentuk karakternya.
Model pembelajaran juga memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat secara aktif dan kreatif, guru bertindak sebagai
fasilitator dalam pelaksaannya.
H. PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN
Pendekatan dalam pembelajaran dimaknai sebagai sebuah sudut
pandang akan proses pembelajaran dengan kata lain pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai landasan teori yang dapat
digunakan atau dipilih oleh guru sebagai pedoman dalam
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
14
mengembangkan rencana pembelajaran. Apabila guru menggunakan
sebuah pendekatan pembelajaran berdasarkan teori tertentu, guru tidak
harus menyyiapkan lingkungan kelas yang sesuai dengan teori tersebut.
Namun hanya terbatas pada implementasi atau konsep teori yang
digunakan. Sebagai contohnya, apabila guru menggunakan teori
Montessori sebagai pendekatan pembelajaran guru tidak perlu
menyediakan aparatus Montessori dalam melaksankaan aktivitas
pembelajaranya. Cukup menggunakan konsep-konsep yang
dikembangkan oleh Montessori.
Meskipun dalam pengelolaan kelas guru tidak perlu menyediakan
lingkungan pembelajaran yang sesuai dengan teori yang digunakan,
pengelolaan kelas tersebut harus tetap menunjukkan teori yang sedang
digunakan sebagai pendekatan pembelajaran. Ada berbagai bentuk
pendekatan pembelajaran, salah satu bentuk pendekatan yang banyak
digunakan dalam pembelajaran pedagogik adalah pendekatan teacher
senter dan student center.
Pendekatan teacher center menkankan pada konsep bahwa guru
adalah subjek dari sebuah pembelajaran. Semua aktivitas didalam kelas
dikontrol oleh guru dan tidak ada kesempatan bagi peserta didik untuk
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Pendekatan
teacher center merupakan implementasi dari konsep gaya bank
(banking concept) yang ditemukan oleh Paulo Freire. Paulo Freire
menganggap bahwa konsep ini merupakan bentuk penindasan dalam
pembelajaran sehingga sudah tidak sesuai lagi digunakan terutama pada
jaman modern. Pendekatan yang lebih sesuai untuk saat ini adalah
pendekatan student center.
Pendekatan student center merupakan kebalikan dari pendekatan
teacher center. Pendekatan ini mengutamakan peserta didik menjadi
pusat pembelajaran atau subjek pembelajaran. Keaktifan atau
partisipasi peserta didik menjadi ciri khas dalam pendekatan ini.
Namun bukan berarti peserta didik mampu mengontrol proses
pembelajaran, guru tetap memiliki kewenangan dalam mengelola
pembelajaran tetapi peranya sebagai pemberi fasilitas atau biasa disebut
sebagai fasilitator. Dengan kata lain guru tetap melakukan pengelolaan
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
15
kelas dengan menyediakan semua bahan ajar dan peserta didik yang
menggali sendiri bahan ajar yang telah disediakan tersebut.
I. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran sering disalah artikan atau disamakan
dengan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran dapat diartikan
sebagai cara seorang guru dalam menerapkan rencana pembelajaran
yang telah disusun dengan aktifitas yang lebih operasional.
Pengaplikasian metode pembelajaran dapat dilakaukan secara individu
ataupun kelompok. Pertimbangan guru dalam memilih suatu metode
didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dalam aktifitas pembelajaran
tersebut. Sehingga metode menjadi cara agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai. Dalam sebuah aktifitas pembelajaran guru dapat menggunakan
variasi metode agar kegiatan pembelajran tetap efektif dan efisien
namun tetap ditekankan pada metode yang digunkana mengutamakan
adanya interaksi dua arah antara guru dan peserta didik.
Secara umum metode dapat diklasifikasikan menjadi metode
klasikal atau individu. Penggunaan metode klasikal lebih cenderung
digunakan untuk peserta didik dengan jumlah peserta didik yang
banyak atau berkelompok. Contoh dalam metode klasikal antara lain:
ceramah, tanya jawab, diskusi, demontrasi, sosiodrama, karyawisata,
kerja kelompok, dan simulasi. Sedangkan metode individu lebih
ditekankan digunakan untuk peserta didik yang membutuhkan
pendalaman sebuah materi. Contoh dalam metode individu antara lain:
tanya jawab, drill, pemberian tugas, dan eksperimen.
Meskipun metode secara umum hanya dibagi menjadi dua yaitu
kelompok dan individu, namun tidak menutup kemungkinan metode
tersebut dapat digunakan dalam waktru yang bersamaan. Contohnya,
ketika guru menggunakan metode ceramah dalam kelas yang bersifat
klasikal di dalamnya dapat disisipkan metode individu dengan
melakukan tanya jawab.
16
langkah-langkah yang harus dilakukan guru sebagai bentuk
pelaksanaan metode. Meskipun teknik dan metode adalah dua halyang
berbeda akan tetapi pelaksanaanya terkadang menimbulkan
kebingungan bagi pendidik. Contohnya, terdapat metode diskusi dan
teknik diskusi.
Teknik diskusi diartikan sebagai interaksi yang terjadi antara
dua orang atau lebih dan membahas terkait suatu topik. Metode diskusi
lebih menekankan pada aktivitas guru dalam mengumpulkan atau
menyampaikan atau bertukar pendapat untuk memecahkan suatu
masalah. Sehingga dapat dikatakan dalam metode guru menjadi
subjeknya, sedangkan dalam teknik yang menjadi subjek adalah peserta
didik.
EVALUASI
17
BAB II
TEORI BELAJAR
Oleh: Avanti Vera Risti P
Pertemuan 4 s/d 7, dan 13 s/d 14
18
TEORI BELAJAR
19
b. Edward Lee Thorndike (1874-1949 )
1) Belajar : peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara
peristiwa-peristiwa : stimulus (S) dgn respon (R).
2) Stimulus : suatu perubahan dari lingkungan eksternal
yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme
untuk beraksi atau berbuat R
3) Respon : tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang .
c. Burrhus Frederic Skinner (1904 - 1990)
Pokok-pokok teori Operant Conditioning
1) Reinforcement adalah sesuatu yang dapat meningkatkan
perilaku apabila diberikan;
2) Extinction adalah sesuatu yang dapat menurunkan
perilaku karena tidak adanya reinforcement.
2. Peran Guru
a. Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap
(modul, instruksi dll);
b. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi
singkat diikuti contoh-contoh (dilakukan sendiri / simulasi);
c. Bahan pelajaran disusun sederhana menuju kompleks;
d. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu;
e. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan
diamati;
f. Kesalahan harus segera diperbaiki;
g. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan
dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan;
h. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan
perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negative;
i. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
3. Peran siswa
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
20
a. Berlaku (doing) sesuai instruksi;
b. Meniru perilaku yang dicontohkan ;
c. Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positif–diulangi,
negatif-dihilangkan);
d. Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan;
e. Menguasai ketrampilan dasar sebagai persyaratan
penguasaan ketrampilan selanjutnya.
a. Kognitif
b. Konstruktivisme
21
Penjabaran dari beberapa tokoh diatas adalah sebagai berikut;
a. Wolfgang Kohler (1887-1959)
Kohler (1925) menyarankan bahwa pemecahan
masalah melibatkan mental menggabungkan dan
mengkombinasikan berbagai elemen dari suatu masalah
sampai struktur masalah yang dipecahkan dicapai.
b. John Dewey (1856-1952)
1) Belajar harus bersifat aktif, langsung terlibat,
berpusat pada siswa (SCL = Student-Centered
Learning) dalam konteks pengalaman sosia;
2) Kesadaran sosial menjadi tujuan dari semua
pendidikan;
3) Guru bertindak sebagai fasilitator.
c. Jean Piaget (1896-1980)
1) Belajar mendasari pd pengamatan yg melibatkan
seluruh indra, menyimpan kesan lebih lama dan
menimbulkan sensasi yang membekas pada siswa;
2) Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan);
3) Guru memfasilitasi proses terjadinya
ketidakseimbangan (disequilibrium).
d. Jerome Brunner (1915- )
Tiga tahap perkembangan kognitif anak sebagai berikut:
1) Enaktif (0 – 3 tahun),
2) Ikonik (3-8 tahun),
3) Simbolik (>8 tahun)
Belajar : upaya membebaskan siswa untuk belajar
sendiri : discovery (belajar dengan cara menemukan).
Kurikulum spiral pemberian materi dari yang sederhana
sampai yang kompleks.
22
2. Konsep Teori Kognitif
23
3. Aplikasi Teori Kognitif Dan Konstruktivistik Dlm
Pembelajaran
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah :
a. Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan
berfikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi;
b. Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi
situasi yang memungkinkan pengetahuan dan keterampilan
dapat dikonstruksi oleh peserta didik;
c. Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui
belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam
kehidupan sehari-hari;
d. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan
cara belajar yang sesuai bagi dirinya;
e. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
24
Lev Vygotsky (1896-1934)
1) Dampak Sosial, Peer debrieffing
2) Scaffolding,
3) Zone Of Proximal Development (ZPD)
Albert Bandura (1925 – )
Teori belajar sosial atau kognitif sosial serta efikasi diri
1) Modelling = peneladanan;
2) Eksperimen Bobo Doll menunjukkan anak meniru secara
persis perilaku agresif dari orang dewasa di sekitarnya.
Abraham Maslow
25
2) Dua tipe belajar : kognitif (kebermaknaan) dan
experiential (pengalaman atau signifikansi).
26
a. K.H. AHMAD DAHLAN
a. Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan, bukan hanya sekedar
pendidikan dalam institusi sekolah atau madrasah saja.
b. Beliau memahami bahwa seluruh kehidupan sosial
masyarakat dengan lembaga-lembaga di dalamnya
memiliki kontribusi dalam mengembangkan kehidupan
dan menjadi bagian dari pendidikan serta berpartisipaso
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan.
c. Pendidikan yang dikembangkan oleh K.H Ahmad Dahla
dengan organisasi Muhammadiyah adalah pendidikan
yang berkemajuan, kehidupan yang berkemajuan, dan
agama yang berkemajuan.
d. K.H Ahamad Dahlan menggunakan dasar pemikiran
keagamaan dan kehidupan sosial sebagai pondasi
pembaharuan pendidikan serta menghargai kecerdasan.
(Prof. Dr. Sodiq Aziz Kuntoro, M.Ed)
2. PEMIKIRAN BERKEMAJUAN K.H. AHMAD
DAHLAN
a. Pemikiran pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan terbagi
menjaid tiga yaitu:
1) Pilar agama
2) Pilar pendidikan
3) Pilar kehidupan sosial kemasyarakatan.
b. Ketiga pilar tersebut adalah satu kesatuan yang bulat dan
utuh yang saling berhimpitan dan beririsan.
c. Pemikiran yang dirumuskan dan diperjuangkan K.H.
Ahmad Dahlan pada hakikatnya adalah jawaban berbagai
problematika kehidupan yang mendera kaum pribumi kala
itu, berada di abawah penjajahan kolonial Belanda.
d. Permasalahan utama yang membelenggu saat itu adalah:
1) Ketidak bersihan dan bercampuraduknya kehidupan
agama Islam dalam bentuk takhayul-bid’ah-khufarat
27
2) Ketidakefisiennya lembaga-lembaga pendidikan
agama sebagaimana tercermin dari kehidupan
pesantren
3) Aktivitad misi Katolik dan zending Kristen yang
semakin agresif dalam menginjakkan kakinya di tanah
Jawa
4) Sikap acuh tak acuh, malah kadang merendahkan dari
golongan intelegensia atau kaum terpelajar pribumi
terhadap Islam, akibat sekolah Belanda yang netral
agama dan cenderung memposisikan agama Islam
sebagai simbol keterbelakangan
e. K.H Ahmad Dahlan memfokuskan perhatian sebagai
upaya pemecahan masalah dengan usaha memajukan
agama, pendidikan, dan kehidupan sosial.
28
d. K.H. Ahmad Dahlan berusaha memperbaiki dan
membenahi keadaan pendidikan umat manusia dengan
membuat terobosan.
e. Terobosan tersebut mampu menarik garis penghubung
pendidikan keimanan yang diselenggarakan pesantren
dan sistem pendidikan persekolahan yang mendorong
pada lemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Sesungguhnya pengajaran yang berguna bagi akal
manusia itu jauh lebih dibutuhkan oleh manusia daripada
makanan yang mengisi perut. Pengajaran bagi manusia akan
lebih cepat menambah besarnya akal dibandingkan dengan
besarnya badan oleh makanan.” (Ahmad Dahlan, 1923)
a. Dari kutipan diatas K.H. Ahmad Dahlan pendidikan
dengan bekal ilmu pengetahuan berfungsi untuk
membesarkan dan menyehatkan akal, sehingga besarnya
akal dapat menghasilkan karya-karya pemikiran besar
dan dapat menyelesaikan masalah besar yang ada pada
dirinya maupun di masyarakat.
b. K.H. Ahmad Dahlan sangat menghargai kecerdasan
sehingga pengembangan kecerdasan menjadi tujuan
utama dalam pendidikan.
c. K.H Ahmad Dahlan menegaskan bahwa adanya
keterkaitan pendidikan dan pengalaman.
Pelajaran terbagi atas 2 bagian, yaitu belajar ilmu
(pengetahuan atau teori) dan belajar amal (mengerjakan,
mempraktikkan). Semua pelajaran harus dengan cara sedikit
demi sedikit, setingkat demi setingkat. Misalnya, seorang
anak akan mempelajari huruf a, b, c, d, kalau belum paham
benar-benar tentang huruf a, b, c, d, itu tidak perlu ditambah
pelajarannya dengan e, f, g, h.
29
a. Praktik pendidikan harus berangkat dari pengalaman
anak, peserta didik mengalami pengalaman langsung
prosesnya, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan
kualitas amal/tindakan ketika menapaki pengalaman
baru.
b. Nilai-nilai agama sebagai kreasi kreatif bukan sekedar
dipahami, tetapi harus diamalkan dalam kehidupan agar
manusia dapat memperbaiki kehidupan.
c. Mulailah proses pendidikan dari hal paling mudah
(kongkrit) terlebih dahulu kemudian secara bertahap
sedikit demi sedikit ke tingkat yang lebih sulit (abstrak)
d. Pendidikan harus berorientasi pada kemajuan (progress)
berorientasi pada pertumbuhan ke arah yang lebih baik
dan manusiawi.
“Muhammadiyah sekarang ini lain dengan
Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslan
bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja, jadilah
guru, kembali ke Muhammdiyah, jadilah dokter, kembali ke
Muhammdiyah. Jadilah master, insiyur, dan lain-lain dan
kembalilah kepada Muhammdiyah”. (Junus Salam, 2009).
a. Kecerdasan akal dan pola-pola pengalaman yang
diperoleh dari proses pendidikan itu terus menumbuhkan
kecerdasan dan memperluas pola-pola pengalaman dan
berpartisipasi serta terlibat dalam prose interaksi sosial
dalam mendorong kemajuan kehidupan sosial.
b. Berpijak dari tiga hal tersebut maka aspek utama
pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yaitu
1) Kecerdasan akal ( intellegence)
2) Pengalaman (experience)
3) Kemajuan (progress).
Pemikiran K.H Ahmad Dahlan dikenal dengan
“pendidikan berkemajuan”. Implementasi pemikiran K.H.
Ahmad Dahlan dalam agama, kehidupan, dan pendidikan
terjabarkan sebagai berikut:
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
30
1. Agama: agama adalah fitrah, pemurnian iman dengan
membrantas TBC, aktivisme pengalaman religius
berujung aksi sosial/pengalaman dan kemajuan
kehidupan beragama, memupuk kesalehan individu-
sosial sekaligus, setiap penganut islam adalah
pendakwah.
2. Kehidupan: hidup itu bergerak maju; bertumpu pada
akal, pengalaman, pengetahuan, dan pengalaman;
berorientasi masa depan.
4. PENDIDIKAN
a. Perubahan model pendidikan tradisional menuju
berkemajuan diawali dengan adanya perubahan tata
kelola. Pada umumnya tata kelola pesantren sebagai
lembaga pendidikan menggunakan pola “personal based
management” karena pesantren milik tunggal seorang
kyai. Di Muhammadiyah tata kelola tsb dirubah menjadi
“collective based management” pesantren adalah milik
kolektif dan tidak dapat diwariskan kepada keturunan.
b. Pemikiran K.H. Ahmad dahlan tentang pendidikan tidak
hanya membuat suatu sistem persekolahan modern namun
lebih kepada kebermanfaat pendidikan bagi agama dan
kehidupan sosial.
c. Penekanan pemikiran K.H ahmad dahlan tidak hanya
berhenti dalam memberikan kegiatan keagamaan saja.
Pendidikan dijadikan sebagai saluran dalam untuk
mengajarkan agama islam dan ilmu pengetahuan modern
kepada masyarakat yang lebih luas.
d. Posisi pendidikan juga digunakan untuk saluran sosial
yang bisa digunakan untuk memberdayakan dan
meningkatkan kualitas hidup umat islam.
e. Dengan menekankan moral (agama), kognitif
(intelektual), dan sosial (sosial), k.H. Ahmad dahlan
menginginkan dalam pendidikan tidak hanya dunia
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
31
persekolahan namun mencakup pembelajaran masyarakat
(learning society) bahkan pemberdayaan masyarakat
(empowering society).
f. Pemikiran k.H. Dahlan dalam pendidikan secara praksis
disebut sebagai pendidikan kemanusiaan. Hal tersebut
didasarkan pada tujuan pendidikan yaitu pembentukan
sebuah satuan sosial mandiri bagi penyelamatan dunia
sebagai realisasi ajaran Islam dalam kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa di tengah pergaulan dunia.
g. K.H. Ahmad dahlan ingin merancang sebuah dunia baru,
dan sebuah kesatuan kemanusiaan dalam kemajuan ilmu
pengetahuan dan terknologi serta peradaban yang
dicerahi etika Al Quran.
h. Lebih jelasnya, dalam proses pembelajaran media
pembelajaran tidak terbatas pada buku ajar dan
lingkungan. Seluruh media informasi baik cetak maupun
elektronika yang sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat digunakan sebagai
media pembelajaran.
i. K.H. Ahmad dahlan juga mengharapkan agar lulusan dari
muhammadiyah adalah manusia dengan pribadi yang utuh
sebagai konsep dari holistik.
j. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki tidak hanya
digunakan dalam menghadapi kondisi yang beraneka
ragam namun juga mampu mentransformasikan ilmu
pengetahuan tersebut untuk mengubah diri dan
masyarakat.
k. 4 identitas pendidikan Muhammadiyah adalah: (1)
menumbuhkan cara berpikir tadjid, anti taklid; (2)
menginternalisasi karakteristik kepemimpinan pluaristik,
menolak pemikiran atau kepemimpinan otoriter; 3)
menumbuhkan watak kemandirian (entrepreneur),
l. (4) terus meningkatkan kemampuan antisipatif,
mengatisipasi atau menduga masa depan.
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
32
EVALUASI
1. Sebutkan konsep perkembangan kogniif menurut Wolfgang
Kohler…
2. Bagaimana dasar pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang
pendidikan, jelaskan beserta contohnya…
33
BAB III
IMPLIKASI TEORI BELAJAR
Oleh: Avanti Vera Risti P
Pertemuan 8 dan 9
34
IMPLIKASI TEORI BELAJAR
35
3. Teori belajar behavior meskipun memiliki persamaan
menggunakan Stimulus (S) dan Respon (R) setiap tokoh
memiliki penekanan teori yang berbeda;
4. Pavlov dengan percobaan anjing dan air liurnya, penekanan
teori ini adalah adalah refleks. Anjing mengeluarkan air liur
ketika makan adalah hal yang alami namun dikondisikan
makanan di identikan dengan bel atau sinar sehingga perilaku
anjing terbentuk. Ketika di bunyikan bel atau dinyalakan sinar
merah secara refleks anjing mengeluarkan air liur. Oleh karena
itu perilaku anjing mengeluarkan air liur adalah perilaku refleks.
Contoh: anak yg grogi atau takut ketika akan mengikuti ujian,
perilaku yang diasosiakan dengan ujian adalah buang air kecil
sehingga begitu akan memulai ujian secara refleks ingin buang
air kecil atau perilaku yang lain;
5. Berbeda dengan Skinner, dia sangat tidak menyetujui bahwa
perilaku hanya sekedar refleks. Skinner percaya ada aspek atau
variabel lain mempengaruhi perilaku tersebut tercipta dan
menetap. Variabel atau faktor lain adalah penguatan
(reinforcement).
Discriminating Reinforcing
stimulus Response Stimulus
𝑺𝑫 R 𝑺𝑹
36
CONTOH PENGUATAN POSITIF, NEGATIF, DAN
HUKUMAN
PENGUATAN POSITIF
37
D. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Dalam teori belajar behaviouristik khususnya Skinner, apabila
diaplikasikan dalam proses pendidikan maka akan mempengaruhi
dalam: Karakteristik Pebelajar, Proses kognitif dan Pengajaran,
Implikasi untuk asesmen, Konteks Sosial untuk belajar, dan
Mengembangkan strategi kelas.
1. Langkah-langkah Pengaplikasian Skinner
a. Langkah ke 1: Menganalisis lingkungan kelas
Dalam langkah ini guru sebaiknya melakukan identifikasi
akan perilaku anak yang positif yang anak lakukan sebagai
hasil dari penguatan akan teori Skinner. Identifikasi pula
perilaku yang dikenakan “hukuman” di dalam kelas yang
anak terima. Analisis seberapa sering hukuman
dilakukan/diberikan. Apakah dengan memberikan hukuman
tersebut perilaku anak dapat mereda atau memunculkan
perilaku lain yang terkait.
b. Langkah ke 2: Membuat daftar penguat positif potensial
Buatlah daftar aktivitas yang anak sukai selama proses
pembelajaran, agar mempermudah identifikasi dapat juga
diberikan gambar aktivitas. Urutkan aktivitas dari yang
paling disukai sampai ke aktivitas yang kurang begitu
mendapatkan respon anak.
38
c. Hukuman harus dihindari karena akan menghasilkan efek
emosional yang tidak diinginkan dan tidak menimbulkan
perilaku positif yang diinginkan.
3. Analisis Teori
a. Kelemahan:
1) Prinsip Skinner tidak membahas tentang kejadian
mental. Skinner menganggap bahwa kejadian mental
tidak ada hubungannya dengan mengembangkan ilmu
perilaku.
2) Belum ada teknologi yang mampu menganalisis atas
perilaku manusia yang kompleks
3) Frekuensi respon yang kompleks tidak dapat
menggunakan teori Skinner seprti diagnosa penyakit.
Namun untuk respon sebagai ukuran belajar seperti
penyebutan warna atau menjumlahkan angka dapat
diukur.
b. Kontribusi dalam Pendidikan:
1) Memberikan gambaran akan analisis keadaan seperti
“kesiapan dan motivasi”.
2) Kelas konvensional menunjukkan ketidak konsistenan
dan menimbulkan masalah disiplin. Penguatan menjadi
solusi akan permasalalahan tersebut.
3) Materi belajar terprogram akan memberikan hasil yang
lebih maksimal dalam kelas.
39
Contohnya: Persepsi: Bulan berjalan bersama kita di malam hari
Logika : Bulan berjarak sangat jauh dengan kita dan berukuran
besar,sehingga penglihatan kita menangkap bulan berjalan seiringan
dengan kita. Berbeda dengan Lev Vygotsky, membahas proses
psikologis tingkat tinggi yang disebut sebagai proses psikologis atau
mental.
Menurut Piaget Karakteristik Utama Anak PraSekolah
adalah mereka hidup dimana fiksi dan realitas orang dewasa tidak
berlaku bagi anak. Anak mendapatkan pengetahuan melalui
permainan simbolik. Teori Piaget membahasa isu luas yang
berkaitan dengan perkembangan kognitif meliputi: Perbedaan
individual, kesiapan, dan motivasi yang dilihat dalam pengertian
hubungannya dengan perkembangan kognitif jangka panjang.
1. Perbedaan Individual
a. Piaget mengemukakan bahwa perbedaan kultural
mempengaruhi tingkat pencapaian struktur kognitif. Anak
di daerah pedesaan lebih lamban ketimbang anak di daerah
perkotaan dalam mencapai peringkat operasional konkret.
b. Meskipun teori ini ditentang oleh para pendidik, namun
Piaget menyakini bahwa perbedaan tersebut dikarenakan
Piaget hanya mengidentifikasi secara umum bukan
perbedaan yang spesifik individu.
2. Kesiapan
Kesiapan mengandung dua makna yaitu:
a. Kapasitas anak untuk mengasimilasi informasi baru dan
dapat menggunakan kerangka kognitif dalam
mengembangkan informasi baru.
b. Hubungan konstruksi struktur kognitif logis. Konstruksi
logis tidak akan muncul sampai anak mengalami konflik
kognitif dan berusa memecahkan di tingkatyang lebih
tinggi.
Kesiapan adalah pengenalan akan adanya pernyataan yang
saling berkonflik dan kebutuhan akan memecahkannya
3. Motivasi
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
40
Sumber Motivasi menurut Piaget:
a. Faktor motivasi secara umum yang berfungsi pada semua
tingkat perkembangan yaitu kebutuhan. Kebutuhan dapat
bersifat fisiologis, afektif atau intelektual. Kebutuhan
intelektual atau kecerdasan muncul dalam bentuk
pertanyaan atau masalah dan membutuhkan pemahaman
dan penjelasan. Semua gerakan, pikiran, atau emosi
merupakan respon terhadap kebutuhan.
b. Faktor motivasi kedua adalah konten atau isi kebutuhan
individu pada usia atau periode perkembangan tertentu.
Misal anak kecil perlu persetujuan orangtua untuk
melakukan tertentu sedangkan remaja mencari persetujuan
teman sebaya.
4. Proses Kognitif dan Pembelajaran
Piaget menekankan pada mengembangkan keterampilan
“bagaimana belajar” (How to Learn). Piaget menganggap
bahwa dalam mengembangkan keterampilan bagaimana belajar
adalah kemampuan individu untuk mengorganisasi perilakunya
secara efisien dalam rangka mengambil makna dari suatu situasi
atau langkah inisiatif untuk memecahkan masalah. Anak belajar
dengan menciptakan masalah, meneliti persoalan, dan
memeriksa jawaban mereka.
5. Mengajarkan Pemecahan Masalah
a. Keterampilan memecahkan masalah bagi Piaget tidaklah
sesuatu yang dapat diajarkan secara langsung. Melalui
eksperimen dan mengikuti aturan memperoleh solusi
masalah harus ditemukan dan diciptakan oleh setiap anak
sehingga cara mereka menyelesaikan masalah akan berbeda
satu dengan yang lain.
b. Eksperimen dan penemuan ini sangat penting bagi
perkembangan pemecahan masalah bagi anak.
Konsep Piaget berbeda dengan konsep Konstrukvistik Sosial,
Ia menekankan bahwa pusat kegiatan belajar adalah anak
itu sendiri bukan kelompok
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
41
6. Mengembangkan Strategi di Kelas
a. Langkah 1: Menentukan prinsip dalam aktivitas belajar
yang dapat diajarkan secara verbal dan melalui
kegiatan eksperimen.
Tidak semua aktivitas dalam kelas harus dilakukan dengan
kegiatan verbal, beberapa aktivitas akan sangat efektif bila
dilakukan dengan eksperimen atau pengelaman langsung.
Terutama dalam pendidikan anak usia dini, eksperimen
menjadi aktivitas yang utama untuk membentuk struktur
pengetahuannya.
b. Langkah 2: memilih atau mengembangkan aktivitas
kelas untuk topik yang telah diidentifikasi serta
mengevaluasi aktivitas tersebut.
Aktivitas yang telah diidentifikasi harus dipastikan
memberikan kesempatan agar eksperimen dapat dilakukan,
memunculkan banyak pertanyaan, menimbulkan berbagai
cara penalaran, dana dapat diselesaikan dengan petunjuk
atau aturan permainan. Hindari kegiatan yang dispesifikan
oleh guru misal menggambar pemandangan gunung dengan
sawah, jalan dan pohon.
c. Langkah ke 3: Mengidentifikasi aktivitas tersebut
memberikan kesempatan kepada guru menyampaikan
pertanyaan yang mendukung pemecahan masalah.
Guru dapat membantu anak dalam mengkonstruk
pengetahuan dengan memberikan pertanyaan seperti
“bagaimana jika...?. Pertanyaan yang bersifat spontan akan
lebih baik disampaikan dan disesuaikan dengan aktivitas
yang anak lakukan.
d. Langkah ke 4: Menilai pelaksanaan setiap aktivitas dab
mencatat keberhasilan anak. Bila diperlukan dilakukan
revisi.
Pastikan aktivitas yang anak lakukan memberikan manfaat
bagi aspek perkembangan anak dan melibatkan berbagai
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
42
aspek. Bila diperlukan aktivitas tersebut dapat
dikembangkan sehingga memperbesar manfaat yang anak
dapatkan.
7. Review Teori Piaget
a. Piaget mendefinisikan kecerdasan, pengetahuan, dan relasi
pebelajar dengan lingkungan. Kecerdasan seperti sistem
biological, sebuah proses berkelanjutan yang menciptakan
struktur yang diperlukan untuk melangsungkan interaksi
dengan lingkungan.
b. Perkembangan cara berpikir individual berbeda sejak bayi
sampai dewasa.
c. (sensori motor – operational formal).
d. Hasil perkembangan kognitif meliputi asimilasi dan
akomodasi dan diatur oleh penyeimbang (equibrium).
e. Memberikan kesempatan luas untuk eksperimen dengan
objek fisik yang didukung oleh interaksi antarteman dan
pertanyaan guru.
f. Menghindari pengajaran langsung dan koreksi “kekeliruan”
anak.
8. Analisis Teori
a. Kelemahannya:
1) Kesulitan dalam memahami istilah dan definisi dasar.
Memandang kecerdasan dan pengetahuan adalaj
sebuah konsep.
2) Kurikulum Piaget sulit diimplementasikan dan
dipertahankan.
3) Mengesampingkan hubungan antara pemikiran logis
dan kurikulum dasar seperti membaca dan menulis.
b. Sumbangan untuk pendidikan:
1) Merubah pandangan bahwa anak adalah orang dewasa
kecil ke pendapar bahwa anak memiliki pola
pemikiran yang khas dan terus berubah.
43
2) Kelas dengan aktivitas sains harus fokus pada
eksperimen mandiri dan jika diperlukan aktivitas lain
juga menggunakan eksperimen.
a) Perkembangan Wicara
Menurut Lev S. Vygotsky, perkembangan wicara pada anak
meliputi:
a. Wicara Pra Intelektual dan Otonom
Perkembangan wicara pada anak dimulai dengan
tangisan bayi. Tangisan bayi merupakan emos yang
mengeksperikan rasa lapar atau tidak nyaman. Setelah itu
bayi mulai mengoceh, tertawa, dan memberi isyarat. Hal
yang disebutkan di atas merupakan tindakan yang berfungsi
sebagai kontak sosial dan termasuk dalam tahap pre
intelektual.
44
Sekitar 12 bulan, anak mulai mengucap kata atau
disebut wicara otonom. Usaha anak mengungkapkan kata
adalah upaya untuk berkomunikasi dengan orang dewasa.
Kata yang diucapkan anak untuk menyebut suatu objek
yang tampak. Meskipun kata yang diucapkan sama namun
objek yang dimaksud berbeda sehingga muncul ketidak
konsistenan. Contoh: Misal suku kata “ka” merujuk pada
batu kuning, sabun, dan batu dengan warna apa saja atau
bentuk apa saja.
Wicara otonom berlaku pada situasi yang konkrit
dengan orang dewasa yang ada disekitar anak. Wicara
otonom adalah upaya anak pertama yang menggunakan
suara kata dalam bahasa orang dewasa.
b. Tahap selanjutnya adalah Psikologi “naif”, yang dimulai
dari usia 18 – 24 bulan. Anak mulai menggunakan kata-kata
orang dewasa yang sederhana. Anak belajar segala sesuatu
memiliki nama. Banyak kata yang digunakan tanpa
dipahami makna sebernarnya misal karena, tetapi, ketika;
c. Tahap selanjutnya Dominasi wicara eksternal: Egosentris
Komunikatif, terjadi pada usia tiga tahun. wicara anak
dibedakan menjadi dua tipe yaitu: komunikatif dan
egosentris.
1) Wicara komunikatif adalah berbicara kepada orang
lain, contoh menggunakan kalimat sederhana yaitu aku
mau susu.
2) Wicara egosentris adalah bicara pada dirisendiri,
dimulai sejak usia tiga tahun dan berlanjut sampai usia
tujuh tahun.
d. Tahap Wicara Egosentris
1) Fase 1: mengucapkan kata keras-keras, wicara
egosentris mengawali aktivitas praktis anak dan sering
terjadi didepan anak lain.
2) Fase 2: ucapan anak bergeser ke ucapan yang
mengawali aktivitas. Misal anak ingin mengambil
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
45
mainan atau makanan di atas lemari, anak menarik
kursi di sebelah lemari sambil berkata, “ambil kursi
dulu”.
3) Fase 3: pada fase ini mengandung fungsi perencanaan.
Anak menggunakan wicara untuk merencanakan,
struktur bidang visual tak lagi menentukan aktivitas
anak.
e. Tahap selanjutnya adalah wicara intelektual (internal) atau
wicaara batin, merupakan tahap wicara terakhir. Dilakukan
anak secara batin tanpa menggunakan kata-kata karena ia
wicara pada dirinya sendiri.
b.Permainan Imajiner
Vygotsky menyampaikan bahwa usia tiga sampai tujuh
tahun adalah usia prasekolah. Pada periode ini wicara egosentris
sedang berkembang. Ini juga menjadi periode permainan
imajiner bagi anak, dan berperan penting dalam perkembangan
kognitif anak. Permainan imajiner adalah permainan dengan
sumber utama permainan simbolik. Anak memberi makna baru
pada permainan dan objek lain. Vygotsky menganggap bahwa
aktivitas naik sepeda sebagai hobi dan bermain boneka tdk
dapat memehuni kriteria permainan. Hal itu karena aktivitas ini
kurang mengadung situasi imajiner.
Permainan imajiner adalah permainan dengan aktivitas anak:
a. Mengambil peran jelas
b. Mengubah properti benda dengan cara yang jelas.
Misalnya anak bermain peran dokter, anak mengatakan
dirinya dokter bedah dan harus mengoperasi pasien (boneka).
Dia menggunakan sapu tangan sebagai masker menutupi hidung
dan mulut, menggunakan pisau plastik untuk mengoperasi
pasien.
Permainan imajiner adalah permainan “sesungguhnya”
objek dalam situasi ini adalah titik utama yang menimbukan
perubahan dalam kontruksi makna. Misal tongkat menjadi kuda
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
46
bagi anak. Anak mulai bertindak pada ranah kognitif ketimbang
ranah visual.
c. Aplikasi Dalam Pendidikan
a. Teori Vygotsky atau teori kultural – historis mulai
mendapat perhatian setelah mengenalkan program terakit
kemampuan membaca bagi anak yang mengalami kesulitan
membaca.
b. Dalam teori Vygotsky, ada dua hal yang menjadi
penekanan:
1) Makna lambang dan simbol yang digunakan dalam
kultur bukan kebetulan.
2) Masyarakat secara umum berusaha memahami
implikasi dari masyarakat berbasis media. Pemikiran
dan penemuan baru yang dihasilkan oleh peradaban
akan meningkat setelah sistem simbol makin maju.
d. Perbedaan Individu
a. Teori Vygotsky dalam pendidikan terutama pengaruhnya
bagi karakteristik pebelajar dalam hal perbedaan individu,
mencatat bahwa kualitas memori bukanlah perbedaan
utama antar individu.
b. Sebaliknya kekuatan atensi (minat) dan dorongan seseorang
menjadi pembeda antar individu. Artinya perbedaan
individu paling mendasar dan penting didasarkan pada
peran personalitas individu.
e. Kesiapan
a. Teori Vygotsky terkait ZPD, memberikan pemahaman
bahwa fungsi kognitif mulai muncul pada masa tertentu
merupakan representatif akan kesiapan.
b. Kesiapan individu satu dengan yang lain tidak sama,
kesiapan juga merujuk pada perkembangan potensial
sehingga tidak dapat ditentukan oleh tes standar.
f. Motivasi
47
a. Isu terkait perasaan (affect) adalah hal yang belum
terselesaikan bagi Vygotsky. Sebelum teori terkait perasaan
ia selesaikan dia telah meninggal terlebih dahulu.
b. Namun Vygotsky percaya bahwa emosi primitif atau
pemikiran emosional (seperti kemarahan) berkembang
dalam siklus yang sama dengan siklus proses mental.
c. Proses mental adalah suatu proses dimana suatu informasi
atau stimuli diterima oleh indra, diolah oleh pikiran, dan
menghasilkan output ataupun respons. Proses mental ini
dalam ilmu psikologi disebut sebagai proses kognitif.
g. Proses Kognitif Dan Pembelajaran
a. Teori Vygotsky lebih menekankan pada keterampilan
“bagaimana belajar” how to learn dan mengajarkan
pemecahan permasalahan.
b. Transfer belajar, semua fungsi mental yang tinggi pertama
kali muncul sebagai nteraksi antar anggota masyarakat yang
berpengetahuan dengan anak.
c. Transfer belajar adalah pergeseran kualitatif antara tindakan
antar-individu dan internalisasi tindakan itu sebagai fungsi
intelektual yang kompleks.
d. Tahapan transfer belajar:
1) Penggunaan sistem simbol sebagai komunikasi
2) Pengunaan sistem simbol untuk memandu proses
mental yang sedang berkembang
3) Pengembangan petunjuk atau isyarat dan lambang untuk
memonitor dan mengatur ingatan dan pemikiran
seseorang.
48
Guru menunjukkan isyarat menggerakkan telunjuk tangan
seolah-olah melarang.
i. Mengajarkan Pemecahan Masalah
Seperti belajar dengan lambang dan simbol, belajar
memecahkan masalah dilakukan dalam konteks sosial. Guru
memberikan contoh perilaku yang tepat dan memberi petunjuk
saat pebelajar mengerjakan tugas.
j. Implikasi Untuk Penilaian
a. Pertama, dalam pembelajaran di kelas pemhaman anak perlu
sering dinilai, saat situasi baru dan materi baru (tema baru)
disajikan.
b. Kedua, penilaian lebih difokuskan pada pemikiran
konseptual bukan hasil
c. Ketiga, setiap anak memiliki ZPD sendiri-sendiri sehingga
Ujian Nasional tidak akan mampu mengidentifikasi
kapabilitas pada diri siswa yang berpotensi. Penilaian lebih
ditekankan pada potensi sebagai dasar pengembangan
selanjutnya.
d. Penilaian lebih ditekankan pada potensi sebagai dasar
pengembangan selanjutnya.
k. Konteks Sosial Belajar
a. Kultur sosial anak tinggal akan mempengaruhi fungsi
kognitifnya
Semakin modern maka simbol yang berkembang dalam
masyarakat akan semakin kompleks sehingga anak lebih
mudah mengikuti perkembangan jaman.
b. Sifat dari interaksi sosial anak dengan anggota masyarakat
yang berpengetahuan akan memperngaruhi fungsi kognitif.
Dengan berinteraksi maka anak sedang melakukan proses
memahami makna dan cara menggunakan simbol.
l. Perbandingan Dengan Piaget
a. Piaget berfokus pada pemikiran logis yang berpuncak pada
kapabilitas untuk memecahkan situasi multi faktor
dipandang dari segi komponen sebab akibat.
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
49
b. Piaget mendeskripsikan bayi dan anak kecil sebagi individu
tertutup dalam dirinya, menerima objek dan orang
sekitarnya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
c. Wicara egosentris bagi Piaget adalah ekspresi pemikiran
yang merupakan tindakan ketidakmampuan melihat sudut
pandang orang lain. egosentris akan hilang setelah anak
tersosialisasi dengan cara berpikir orang dewasa, dan wicara
egosentris menghilang.
d. Vygotsky berfokus pada perkembangan atensi (minat),
persepsi, dan memori. Penguasaan simbol (lambang) dam
pemikiran konseptual menjadi sangat penting.
e. Bayi dan anak kecil bagi Vygotsky adalah makhluk sosial
dan terlibat dengan lingkaran sosial di sekitarnya.
f. Pemikiran anak berawal dari interaksi sosial dengan orang
dewasa yang kemudian berubah menajdi pemikiran
individual.
g. Permainan imajiner menjadi hal yang penting dalam proses
ini.
h. Wicara egosentris akan menghilang seiring dengan aktivitas
praktis anak.
i. Sekitar usia tujujh tahun ketika wicara egoosentris berakhir
tapi tidak lenyap tetapi menjadi wicara internal
j. Sekitar usia tujujh tahun ketika wicara egoosentris berakhir
tapi tidak lenyap tetapi menjadi wicara interna.
m. MENGEMBANGKAN STRATEGI Di KELAS
a. Langkah 1: menentukan tahap pembelajaran yang tepat
untuk setiap anak ditinjaudari segi proses kognitif
Tentukan tugas anak yang memberikan kesempatan kepada
mereka untuk melakukan refleksi proses kognitif. Selian itu
tentukan masalah yang dapat diselesaikan anak dengan
bantuan guru.
b. Langkah 2: Mengidentifikasi situasi yang dapat
mengembangkan pemikiran verbal anak
50
Aktivitas yang telah diidentifikasi harus dipastikan
memberikan kesempatan agar pemikiran verbal muncul dan
berkembang.
c. Langkah 3: Susun struktur tugas belajar sebagai
aktivitas kerjasama guru-anak
Tentukan aspek tugas yang dapat dicontohkan guru,
identifikasi keterampilan yangd dapat guru berikan contoh.
Dalam aktivitas itu pastikan anak menggunakan lambang
dan simbol. Beri tanggapan dan saran ke anak agar dapat
membantu pelajar.
d. Langkah 4: Menstrukturisasi belajar konsep pokok
persoalan
Dapat dilakukan dengan mengklasifikasi hal yang “perlu
diketahui dan baik diketahui”.
e. Langkah 5: Mengimplementasi pembelajaran dan
mengevaluasi hasil
Pastikan pembelajaran memberikan tambahan konsep bagi
anak dan menumbuhkan keterampilan how to learn dan
memecahkan masalah
n. Review Teori Vygotsky
a. Kognisi manusia tidak dapat dijelaskan melalui pikiran
hewan
b. Manusia adalah makhluk rasional dan mampu mengontrol
pikirannya
c. Perkembangan kognitif dapat dideskripsikan oleh sintesis
d. Perangkat psikologis yang dikembangkan oleh manusia akan
merubah pemikiran mereka
e. Proses kognitif harus dipelajari dengan cara mengungkapkan
dinamika dan sifatnya terus berubah.
f. Perkembangan fungsi mental kompleks yang menggunakan
stimuli baik yang sdh ada maupun stimuli yang diciptakan
g. Mengembangkan pengetahuan sadar dan penguasaan
pemikiran melalui konsep pengajaran dan penggunaan
menulis untuk berpikir
BUKU AJAR/ BELAJAR DAN PEMBELAJARAN/ AVANTI VERA RISTI/ 2020
51
o. Analisis Teori
a. Kelemahan: Ketidak lengkapan sistem dan kurangnya
pedoman spesifik untuk penerapan.
b. Kontribusi:
1) Pengenalan kontribusi psikologi dari stimulasi yang
diciptakan dalam perkembangan kognitif.
2) Pentingya interaksi sosial dan sifat sosial belajar.
EVALUASI
Vygotsky menyampaikan bahwa usia tiga sampai tujuh tahun
adalah usia prasekolah. Pada periode ini wicara egosentris sedang
berkembang. Ini juga menjadi periode….
52
BAB IV
MODEL PEMBELAJARAN
MENURUT TEORI
Oleh: Avanti Vera Risti P
Pertemuan 10 s/d 14
53
A. MARIA MONTESORI
54
anak pada level perkembangannya, dan peran dari aktivitas fisik
dalam menyerap konsep pembelajarandan kemampuan praktis.
Sensitive Periode
Umur Perkembangan
55
meniru orang dewasa & hal ini sangat diperlukan utk
perkembangan mereka.
2) Anak diberikan kesempatan utk meniru apa yg
dilakukan orang dewasa.
3) Melalui aktivitas tsb anak dapat belajar utk membantu
diri.
4) mereka sendiri (self help), berkonsentrasi &
mengembangkan kebiasaan kerja.
b. Penginderaan
1) Area ini dirancang untuk memperbaiki perasaan/
kepekaan anak untuk mempelajari keahlian.
2) Anak dapat belajar untuk menilai, memisahkan, dan
membedakan tinggi, berat, warna, bau, suara,
pengembangan bahasa & kosakata.
3) Melalui bahan-bahan tentang penginderaan anak dapat
mengembangkan kontrol otot utk hal-hal tertentu,
misalnya: mengontrol pensil saat menulis atau melukis
dengan jari utk mengkoordinasikan mata dengan
tangan.
c. Matematika
Pengenalan matematika dilakukan melalui
penyesuaian, pemilahan, dan penyusunan terhadap apa
yang dialami anak sehari-hari di area LKP & penginderaan
d. Bahasa
Montessori memekankan bahasa lisan sebagai dasar
dalam semua ekspresi bahasa. Bahasa diperkenalkan pada
seluruh lingkungan Montessori dengan mendengar dan
menggunkana kosakata yang tepat untuk seluruh kegiatan.
e. Kebudayaan
Perkenalan secara sederhana mengenai Geografi,
Sejarah, ilmu tentang tumbuh-tumbuhan dan sains melalui
latihan individual, kelompok, dan aktivitasaktivitas latihan.
f. Interaksi Edukatif
56
1) Peran Pendidik
a) Menyediakan lingkungan yang bernuansa ilmiah
b) Berperan sebagai observer
c) Perancang aktivitas.
2) Peran Anak
Anak adalah pelajar aktif mereka dapat memilih
aktivitas yang diinginkan dan guru dapat memberi
keputusan aktivitas yang sesuai dengan perkembangan
anak.
3) Peran Lingkungan
Lingkungan menjadi pembuka jalan pikiran anak
yang memungkinkan anak untuk bereaksi secara bebas
dan mengembangkan dirinya sendiri dalam
pengembangan fisik, mental dan spiritualnya.
4. Kelebihan model Montessori
a. Konsep-konsep pendekatan Montessori dapat diberikan
pada anak dari berbagai latar belakang & kondisi yg
beragam.
b. Memiliki konsep dan material (alat pendidikan) yang
sistematis dan operasional sesuai dengan tahapan dan
kemampuan anak.
c. Memiliki buku panduan tentang sistem pembelajaran di
lembaga pendidikan yg menerapkan model pembelajaran
Montessori
57
d. Terlalu bersifat perseorangan sehingga memerlukan rasio
perbandingan antara pendidik (guru) dan murid yang
seimbang.
e. Model Montessori tidak terlalu mengembangkan interaksi
social dalam proses pengembangannya hanya terfokus pada
unsur kreartivitas anak.
f. Memerlukan media pembelajaran yang sangat beragam yg
khusus dikembangkan berdasarkan konsep Montessori.
58
1. Konsep Pestalozzi
alam adalah sesuatu yang
aslii dan berada dalam sebuah
Alam proses perkembangan yang
kontiniu
59
C. MODEL PEMBELAJARAN FROEBEL
Froebel lahir di Jerman, dan mengabdikan kehidupannya guna
mengembangkan suatu sistem mendidik anak. Froebel dianggap
sebagai bapak dari pendidik anak usia bayi, selain itu dikenal karena
menciptakan garden of children atau Kindegarten (taman kanak-
kanak) yang berarti kebun milik anak di Blankenburg, Jerman.
Sekolah yang dirancang oleh Froebel ini berbeda dari sekolah yang
ada sebelumnya. Model rancangan ini di kemudian hari
mempengaruhi rancangan sekolah di seluruh dunia.
1. Konsep Froebel
60
mengekspresikan yang ada dalam dirinya dengan bebas.
Menurut Froebel permainan merupakan metode yang paling
cocok dan penting bagi penerapan ekspresi ini. Kurikulum
yang disusun berdasarkan:
1) Gifts adalah obyek yang dapat dipegang dan
dipergunakan anak sesuai dengan instruksi dari guru
dan dengan demikian anak dapat belajar tentang
bentuk, ukuran warna serta konsep yang diperoleh
melalui menghitung, mengukur, membedakan dan
membandingkan..
2) Occupation adalah materi yang dirancang untuk
mengembangkan berbagai variasi ketrampilan, yang
utama adalah psikomotor, melalui aktivitas semacam
menjahit dengan papan jahitan, membuat bentuk
dengan mengikuti titik, membentuk lilin, menggunting
bentuk, meronce, menggambar, menenun, menempel
dan melipat kertas. Atas cara ini Froebel yakin bahwa
bermain merupakan cara belajar yang penting bagi
anak-anak.
b. Tujuan Pendidikan
Froebel ini adalah untuk mengembangan keutuhan
anak-anak tanpa pemaksaan melainkan anak-anak dibantu
untuk menumbuhkembangkan sendiri talenta-talentanya
yang tersembunyi dalam dirinya lewat pengawasan yang
ada.
d. Substansi Pendidikan
Yang menjadi substansi pendidikan menurut Froebel
adalah menjadikan manusia untuk mampu mewujudkan
dirinya ke arah suatu pengetahuan yang benar.
61
dalam pendidikan itu sendiri. Tapi dilain pihak pembagian
ini juga memudahkan proses pendidikan itu sendiri.
2. Kedua, menurut Froebel segala sesuatu berevolusi, baik
alam ciptaan maupun Tuhan sendiri.
3. Ketiga, menurut Froebel segi kognitif belum menjadi
jaminan untuk perbuatan baik.
62
BAB V
MODEL, PENDEKATAN,
STRATEGI, METODE, TEKNIK
DAN TAKTIK
Oleh: Avanti Vera Risti P
Pertemuan 2 s/d 3
C. STRATEGI PEMBELAJARAN
Strategi dalam pembelajaran terdiri dari sebuah rencana, metode, dan
aktivitas yang praktis atau prosedur untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam strategi aktivitas yang dilakukan masih berupa
bentuk rencana yang dilakukan guru dan peserta didik. Dengan adanya
strategi maka proses pembelajaran akan lebih mudah dilakukan dan
diharapkan pelaksanaan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
F. TAKTIK PEMBELAJARAN
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya
individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik
yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak
diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor
yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena
dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran
akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang
bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah
ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
EVALUASI
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. (2008). Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Pramudyani, Avanti Vera R., (2016). Dasar Pemikiran Pestalozzi dan K.H.
Ahmad Dalam dalam PAUD. Yogyakarta: LPP UAD.
69
BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
Avanti Vera Risti P., M.Pd